Anda di halaman 1dari 11

MODUL FISIKA DASAR

6.1. MOMENTUM DAN IMPULS


A. MOMENTUM
Dikutip dari Rosyid, dkk., (2014) momentum dari suatu benda merupakan hasil kali
dari massa dengan kecepatan benda tersebut. Konsep momentum merupakan hasil pemikiran
dari seorang filsuf dari Yunani kuno, Descartes. Descartes mengatakan bahwa momentum
digunakan untuk menjelaskan banyaknya gerakan. Kemudian pada abad ke-14, John Buridan
dari Prancis menerangkan bahwa konsep momentum digunakan untuk menerangkan hasil dari
pemikiran Hukum II Newton tentang gerak pada benda.

Gambar 6.1 Descartes


Sumber : Mathemagicalworld.weebly.com .
Momentum terjadi karena adanya kecepatan dan massa yang dimiliki oleh benda yang
sedang bergerak. Dengan kata lain maka nilai dari momentum dipengaruhi oleh kecepatan dan
massa yang dimiliki oleh benda tersebut. Semakin besar momentum yang dimiliki oleh suatu
benda, maka akan semakin sulit untuk menghentikan benda tersebut dan momentum akan
memiliki dampak yang lebih besar terhadap benda yang sedang diam (Giancoli, 2014).
Momentum dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑝 = 𝑚. 𝑣
(6.1)

Keterangan :
p = momentum (kg.m/s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)

100| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

Pada prinsipnya ketika dua buah benda bergerak saling mendekat, kedua benda tersebut
memiliki momentum dan energi kinetik. Ketika dua buah benda bergerak saling mendekati
sebelum tumbukan, kedua benda tersebut memiliki momentum dan energi kinetik. Jika benda
tersebut saling bertumbukan, maka akan terjadi perubahan momentum dan energi kinetik. Perlu
diingat bahwa energi kinetik merupakan energi yang berkaitan dengan gerak pada suatu benda
dan semakin cepat gerak suatu benda, maka energi kinetik pada benda tersebut akan semakin
besar (Halliday & Resnick, 2014). Sebelum itu perlu diingat rumus energi kinetik adalah
sebagai berikut.
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2
2
(6.2)
Keterangan :
Ek = Energi Kinetik (kg.m2/s2 atau Joule)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Terdapat tiga jenis tumbukan yang perlu kita kenal, diantaranya adalah tumbukan
lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting.
a. Tumbukan Lenting Sempurna
Tumbukan lenting sempurna terjadi ketika dua buah benda yang saling
bertumbukan tidak mengalami perubahan energi kinetik dan momentum setelahnya.
Oleh karena itu berlaku hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik
karena total massa dan total kecepatan kedua benda memiliki besar yang sama, baik
sebelum dan sesudah tumbukan seperti Gambar 6.2 berikut

Gambar 6.2 Tumbukan Lenting Sempurna

101| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

Pada Gambar 6.2 dapat dilihat dua benda saling mendekat dengan kecepatan v1
dan v2 , kemudian dua benda tersebut saling bertumbukan dan terpantul ke arah yang
berlawanan dari arah semula. Dua benda tersebut mengalami momentum dan energi
kinetik karena memiliki kecepatan dan massa. Setelah tumbukan, momentum dan
energi kinetik pada dua benda tersebut tetaplah sama dan terjadi peristiwa yang disebut
tumbukan lenting sempurna. Maka berlaku hukum kekekalan momentum dirumuskan
sebagai berikut.
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ′ + 𝑚2 𝑣2 ′
(6.3)
Keterangan :
m1 = Massa Benda 1 (kg)
m2 = Massa Benda 2 (kg)
v1 = Kecepatan Benda 1 (m/s)
v2 = Kecepatan Benda 2 (m/s)
v1’ = Kecepatan Benda 1 setelah tumbukan (m/s)
v2’ = Kecepatan Benda 2 setelah tumbukan (m/s)

Ketika benda yang bertumbukan mengalami lenting sempurna, maka akan


terjadi pula hukum kekekalan energi kinetik yang dirumuskan sebagai berikut.
1 1 1 1
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1′ + 𝑚2 𝑣2 ′
2 2 2 2
(6.4)

Keterangan :
1
𝑚1 𝑣1 = Ek Benda 1 Sebelum Tumbukan
2
Pemasangan sheet pile
1
𝑚2 𝑣2 = Ek Benda 2 Sebelum Tumbukan atau turap merupakan
2
bentuk penerapan
1
𝑚1 𝑣1′ = Ek Benda 1 Pasca Tumbukan momentum. Turap
2
adalah konstruksi
1
𝑚2 𝑣2 ′ = Ek Benda 2 Petelah Tumbukan dinding penahan
2
tanah yang terbuat
Pada kehidupan sehari-hari kita sulit menemui kasus tumbukan dari beton, umumnya
lenting sempurna karena tentu terdapat perbedaan massa dan kecepatan di lapangan turap
sudah tersedia dalam
benda yang saling bertumbukan, namun tumbukan lenting sempurna bentuk beton precast.
dapat ditemui pada tingkat atom. (Hertiany & Asyifa,
2014)

102| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

b. Tumbukan Lenting Sebagian


Berbeda dengan tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian tidak
mengalami hukum kekekalan energi kinetik karena pada saat tumbukan terjadi
perubahan energi kinetik yang dapat berupa pengurangan maupun penambahan energi
tersebut.
Tumbukan lenting sebagian lebih mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari, karena dua buah benda yang saling bertumbukan memiliki massa atau kecepatan
yang berbeda. Sebagai contoh pantulan bola ke lantai yang semakin melemah, tabrakan
antara dua buah kendaraan, dan lainnya. Terdapat koefisien elastisitas pada tumbukan
lenting sebagian yang berkisar antara 0 sampai 1. Secara matematis dituliskan sebagai
berikut.
(𝑣 ′ 1 −𝑣 ′ 2 )
0 ≤ 𝑒 ≤ 1; dimana 𝑒 = −
(𝑣1 −𝑣2 )

(6.5)
Keterangan :
e = koefisien elastisitas
c. Tumbukan Tidak Lenting
Ketika dua buah benda saling mendekat dan kemudian bertumbukan, namun
saling menempel setelahnya maka tumbukan dua buah benda tersebut disebut dengan
tumbukan tidak lenting. Pada tumbukan tidak lenting berlaku hukum kekekalan
mekanik, secara matematis dapat dilihat sebagai berikut.

𝐸𝑀1 = 𝐸𝑀2
𝐸𝑝1 + 𝐸𝑘1 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘2
0 + 𝐸𝑘1 = 𝐸𝑝 + 0
1
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′2 = (𝑚1 + 𝑚2 ). 𝑔. ℎ
2
(6.6)
Keterangan :
EM = Energi Mekanik
g = Gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian (h)

103| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

B. IMPULS
Disaat kita memasang paku menggunakan palu, kepala palu akan menyentuh paku agar
paku tersebut dapat terpasang dengan benar. Ketika terjadi sentuhan sesaat antara kepala palu
dengan paku, terjadi gaya yang dikenal dengan gaya impulsif. Impuls merupakan besaran
vektor karena memiliki arah dan nilai dari impuls merupakan hasil perkalian antara gaya dan
durasi waktu dari gaya yang bekerja (Young & Freedman, 2008). Sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut.
𝐼 = 𝐹. ∆𝑡
(6.7)
Keterangan :
I = Impuls (N.s)
F = Gaya Impulsif (N)
∆t = Selang waktu (t2 – t1)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa gaya berbanding terbalik dengan
selang waktu.
Untuk lebih memahami momentum dan impuls, silahkan pindai QR Code atau klik link di
bawah ini.

https://youtu.be/WJAsqG1sunQ
Sumber : (Cloud Cloud, 2017)
6.2. MOMEN INERSIA
Sebelum mempelajari momen inersia, kita perlu mengingat kembali dengan istilah titik
berat. Mungkin saat kalian berada di jenjang SMA kalian pernah mendengar istilah tersebut.
Sebagai contoh pada sebuah bidang datar seperti misalnya balok, kolom, maupun pelat
memiliki penampang berbentuk segi empat. Nah, yang dimaksud dengan titik berat adalah titik
dimana suatu gaya berat terpusat pada suatu penampang. Perhatikan Gambar 6.3a, 6.3b, dan
6.3c berikut.

104| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

Gambar 6.3a Titik Berat Penampang Segi Empat

Gambar 6.3b Titik Berat Penampang Segitiga

Gambar 6.3c Titik Berat Penampang Lingkaran


Titik berat dari suatu benda diperlukan dalam mencari momen inersia dari benda
tersebut. Momen inersia diartikan sebagai kecenderungan suatu benda tegar untuk berotasi
pada sumbunya. Nilai momen inersia pada benda yang sama dapat berbeda jika jarak terhadap
sumbu benda tersebut berbeda (Abdullah, 2016). Besaran dari momen inersia menggambarkan
daya dukung atau kemampuan suatu benda untuk menahan gaya luar. Momen inersia suatu
area selalu bernilai positif dan dinyatakan dengan satuan panjang pangkat empat (mm4, m4, in4
dan lain sebagainya).
Pada bidang teknik tipil, data dari momen inersia digunakan pada perhitungan analisis
struktur, perhitungan tegangan-tegangan, dan lain sebagainya. Momen inersia terbagi menjadi
dua macam, yaitu :

105| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

a. Momen Inersia yang bekerja terhadap pusat berat benda


1
𝐼𝑥 = 𝑏ℎ3
12
1 3
𝐼𝑦 = 𝑏 ℎ
12
b : lebar balok
h : tinggi balok
b. Momen Inersia yang bekerja tidak bekerja pada pusat berat benda
𝐼𝑥 ′ = 𝐼𝑥 + 𝐴. 𝑌02
𝐼𝑦 ′ = 𝐼𝑦 + 𝐴. 𝑋02
A : Luas benda
X0 / Y0 : Jarak titik berat benda terhadap sumbu momen inersia yang dicari

CONTOH SOAL
Perhatikan gambar berikut.

Diketahui sebuah penampang balok flens memiliki sumbu X dan Y seperti pada gambar di atas,
maka tentukan momen inersia dari penampang balok tersebut.
Penyelesaian :
Sumbu X0, membagi luas menjadi :
Persegi panjang 200 x 300 mm dikurangi dengan persegi panjang kecil 90 x 260 mm
a. Terhadap sumbu X0
 Persegi panjang 200 x 300 mm
1 1
𝐼𝑥1 = 12 𝑏ℎ3 = 12 × 200 × 3003 = 450 × 106 𝑚𝑚4

106| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

 Dua persegi panjang 90 x 260 mm


1 1
𝐼𝑥2 = 2 × ( 𝑏ℎ3 ) = ( × 90 × 2603 ) = 263,6 × 106 𝑚𝑚4
12 12
 Momen Inersia total :
𝐼𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼𝑥1 − 𝐼𝑥2 = 186,4 × 106 𝑚𝑚4
b. Terhadap sumbu Y0
 Persegi panjang 20 x 260 mm
1 3 1
𝐼𝑦1 = 𝑏 ℎ= × 203 × 260 = 0,173 × 106 𝑚𝑚4
12 12
 Dua persegi panjang 20 x 200 mm
1 3 1
𝐼𝑦2 = 2 × ( 𝑏 ℎ) = 2 × ( × 203 × 200) = 26,67 × 106 𝑚𝑚4
12 12
 Momen Inersia total :
𝐼𝑦 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼𝑦1 + 𝐼𝑦2 = 26,84 × 106 𝑚𝑚4
Jadi momen inersia terhadap sumbu x (Ix) adalah sebesar 186 x 106 mm4 dan momen inersia
terhadap sumbu y (Iy) adalah 26,84 x 106 mm4

6.3. PENERAPAN PADA BIDANG TEKNIK SIPIL


Setelah mempelajari konsep momentum, impuls, dan inersia, selanjutnya kita akan
membahas penerapan konsep tersebut pada bidang teknik sipil. Penerapannya diantara lain
sebagai berikut :
a. Pemasangan “Damper” untuk meredam guncangan gempa.
Peredam gempa pada struktur bangunan, khususnya untuk bangunan bertingkat
tinggi sangatlah penting untuk meminimalisir guncangan dan kerusakan struktur.
Penggunaan damper adalah salah satu bentuk dari penerapan impuls. Salah satu
damper adalah bantalan karet anti gempa atau seismic bearing. Perhatikan Gambar
6.4 berikut.

107| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

Gambar 6.4 Seismic Isolator


Sumber : www2.bridgestone-dp.jp
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa bangunan bertingkat jika tidak
menggunakan seismic isolator akan mengalami guncangan yang lebih besar
daripada bangunan dengan seismic isolator. Hal ini disebabkan karena peran dari
seismic isolator adalah sebagai peredam guncangan dari gempa bumi sehingga
dapat meminimalisir guncangan yang terjadi yang dapat menyebabkan kerusakan
struktur.
b. Palu dan Paku
Kepala paku terbuat dari bahan yang keras, yaitu besi atau baja. Kepala palu dibuat
dengan bahan yang keras untuk meminimalisir waktu kontak antara kepala palu
dengan paku sehingga impuls yang dihasilkan menjadi lebih besar. Jika impuls
memiliki nilai yang besar maka paku akan lebih cepat menancap ke dalam.
c. Pemancangan Pondasi
Pada dasarnya pemancangan pondasi memiliki prinsip yang mirip dengan palu dan
paku di atas. Hammer memiliki massa yang besar dan dijatuhkan dari ketinggian
dan kecepatan tertentu ke pondasi tiang pancang yang akan ditanam.

108| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

Gambar 6.5 Pemancangan Pondasi Tiang


Sumber : ilmubeton.com

CONTOH SOAL
1. Perhatikan gambar di bawah ini.

Diketahui dua buah benda dengan kecepatan V1 dan V2 saling mendekati hingga terjadi
tumbukan. Jika kecepatan benda 2 setelah tumbukan adalah 6 m/s dan massa kedua
benda tersebut dianggap sama, maka berapakah besar kecepatan benda 1 setelah
tumbukan?
Diketahui :
V1 = 8 m/s
V2 = 12 m/s
V2’= 6 m/s
Ditanya = kecepatan benda 1 setelah tumbukan (v1’)

109| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi


MODUL FISIKA DASAR

Penyelesaian :
Peristiwa pada gambar di atas merupakan tumbukan lenting tidak sempurna atau
lenting sebagian. Maka besar v1’ dicari menggunakan hukum kekekalan momentum.
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1′ + 𝑚2 𝑣2′
𝑚(𝑣1 + 𝑣2 ) = 𝑚(𝑣1′ + 𝑣2′ )
(𝑣1 + 𝑣2 ) = (𝑣1′ + 𝑣2′ )
(8 + 12) = (𝑣1′ + 6)
𝑣1′ = 20 − 6 = 14 𝑚/𝑠
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecepatan benda 1 setelah tumbukan adalah 14 m/s
2. Sebuah peluru karet berbentuk bola bermassa 50 gr dilemparkan ke dinding seperti
gambar berikut.

Jika diketahui kecepatan bola setelah dipantulkan adalah sama, maka hitunglah besar
impuls yang terjadi.
Diketahui :
Massa bola : 50 gr = 0,05 kg
Kecepatan mula-mula (v0) : -60 m/s
Kecepatan akhir (vt) : 60 m/s
Ditanya : Impuls?
Penyelesaian :
Impuls = perubahan momentum
𝐼 = ∆𝑝
𝐼 = 𝑚(𝑣𝑡 − 𝑣0 )
𝐼 = 0,05(60 − (−60)) = 6 𝑁𝑠
𝐼 = 6 𝑁𝑠
Jadi besarnya impuls yang terjadi adalah 6 Ns (Newton sekon)

110| I M P U L S , M O M E N T U M D A N I N E R S I A Klik untuk kembali ke daftar isi

Anda mungkin juga menyukai