Keterangan :
p = momentum (kg.m/s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Pada prinsipnya ketika dua buah benda bergerak saling mendekat, kedua benda tersebut
memiliki momentum dan energi kinetik. Ketika dua buah benda bergerak saling mendekati
sebelum tumbukan, kedua benda tersebut memiliki momentum dan energi kinetik. Jika benda
tersebut saling bertumbukan, maka akan terjadi perubahan momentum dan energi kinetik. Perlu
diingat bahwa energi kinetik merupakan energi yang berkaitan dengan gerak pada suatu benda
dan semakin cepat gerak suatu benda, maka energi kinetik pada benda tersebut akan semakin
besar (Halliday & Resnick, 2014). Sebelum itu perlu diingat rumus energi kinetik adalah
sebagai berikut.
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2
2
(6.2)
Keterangan :
Ek = Energi Kinetik (kg.m2/s2 atau Joule)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Terdapat tiga jenis tumbukan yang perlu kita kenal, diantaranya adalah tumbukan
lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting.
a. Tumbukan Lenting Sempurna
Tumbukan lenting sempurna terjadi ketika dua buah benda yang saling
bertumbukan tidak mengalami perubahan energi kinetik dan momentum setelahnya.
Oleh karena itu berlaku hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik
karena total massa dan total kecepatan kedua benda memiliki besar yang sama, baik
sebelum dan sesudah tumbukan seperti Gambar 6.2 berikut
Pada Gambar 6.2 dapat dilihat dua benda saling mendekat dengan kecepatan v1
dan v2 , kemudian dua benda tersebut saling bertumbukan dan terpantul ke arah yang
berlawanan dari arah semula. Dua benda tersebut mengalami momentum dan energi
kinetik karena memiliki kecepatan dan massa. Setelah tumbukan, momentum dan
energi kinetik pada dua benda tersebut tetaplah sama dan terjadi peristiwa yang disebut
tumbukan lenting sempurna. Maka berlaku hukum kekekalan momentum dirumuskan
sebagai berikut.
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ′ + 𝑚2 𝑣2 ′
(6.3)
Keterangan :
m1 = Massa Benda 1 (kg)
m2 = Massa Benda 2 (kg)
v1 = Kecepatan Benda 1 (m/s)
v2 = Kecepatan Benda 2 (m/s)
v1’ = Kecepatan Benda 1 setelah tumbukan (m/s)
v2’ = Kecepatan Benda 2 setelah tumbukan (m/s)
Keterangan :
1
𝑚1 𝑣1 = Ek Benda 1 Sebelum Tumbukan
2
Pemasangan sheet pile
1
𝑚2 𝑣2 = Ek Benda 2 Sebelum Tumbukan atau turap merupakan
2
bentuk penerapan
1
𝑚1 𝑣1′ = Ek Benda 1 Pasca Tumbukan momentum. Turap
2
adalah konstruksi
1
𝑚2 𝑣2 ′ = Ek Benda 2 Petelah Tumbukan dinding penahan
2
tanah yang terbuat
Pada kehidupan sehari-hari kita sulit menemui kasus tumbukan dari beton, umumnya
lenting sempurna karena tentu terdapat perbedaan massa dan kecepatan di lapangan turap
sudah tersedia dalam
benda yang saling bertumbukan, namun tumbukan lenting sempurna bentuk beton precast.
dapat ditemui pada tingkat atom. (Hertiany & Asyifa,
2014)
(6.5)
Keterangan :
e = koefisien elastisitas
c. Tumbukan Tidak Lenting
Ketika dua buah benda saling mendekat dan kemudian bertumbukan, namun
saling menempel setelahnya maka tumbukan dua buah benda tersebut disebut dengan
tumbukan tidak lenting. Pada tumbukan tidak lenting berlaku hukum kekekalan
mekanik, secara matematis dapat dilihat sebagai berikut.
𝐸𝑀1 = 𝐸𝑀2
𝐸𝑝1 + 𝐸𝑘1 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘2
0 + 𝐸𝑘1 = 𝐸𝑝 + 0
1
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′2 = (𝑚1 + 𝑚2 ). 𝑔. ℎ
2
(6.6)
Keterangan :
EM = Energi Mekanik
g = Gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian (h)
B. IMPULS
Disaat kita memasang paku menggunakan palu, kepala palu akan menyentuh paku agar
paku tersebut dapat terpasang dengan benar. Ketika terjadi sentuhan sesaat antara kepala palu
dengan paku, terjadi gaya yang dikenal dengan gaya impulsif. Impuls merupakan besaran
vektor karena memiliki arah dan nilai dari impuls merupakan hasil perkalian antara gaya dan
durasi waktu dari gaya yang bekerja (Young & Freedman, 2008). Sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut.
𝐼 = 𝐹. ∆𝑡
(6.7)
Keterangan :
I = Impuls (N.s)
F = Gaya Impulsif (N)
∆t = Selang waktu (t2 – t1)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa gaya berbanding terbalik dengan
selang waktu.
Untuk lebih memahami momentum dan impuls, silahkan pindai QR Code atau klik link di
bawah ini.
https://youtu.be/WJAsqG1sunQ
Sumber : (Cloud Cloud, 2017)
6.2. MOMEN INERSIA
Sebelum mempelajari momen inersia, kita perlu mengingat kembali dengan istilah titik
berat. Mungkin saat kalian berada di jenjang SMA kalian pernah mendengar istilah tersebut.
Sebagai contoh pada sebuah bidang datar seperti misalnya balok, kolom, maupun pelat
memiliki penampang berbentuk segi empat. Nah, yang dimaksud dengan titik berat adalah titik
dimana suatu gaya berat terpusat pada suatu penampang. Perhatikan Gambar 6.3a, 6.3b, dan
6.3c berikut.
CONTOH SOAL
Perhatikan gambar berikut.
Diketahui sebuah penampang balok flens memiliki sumbu X dan Y seperti pada gambar di atas,
maka tentukan momen inersia dari penampang balok tersebut.
Penyelesaian :
Sumbu X0, membagi luas menjadi :
Persegi panjang 200 x 300 mm dikurangi dengan persegi panjang kecil 90 x 260 mm
a. Terhadap sumbu X0
Persegi panjang 200 x 300 mm
1 1
𝐼𝑥1 = 12 𝑏ℎ3 = 12 × 200 × 3003 = 450 × 106 𝑚𝑚4
CONTOH SOAL
1. Perhatikan gambar di bawah ini.
Diketahui dua buah benda dengan kecepatan V1 dan V2 saling mendekati hingga terjadi
tumbukan. Jika kecepatan benda 2 setelah tumbukan adalah 6 m/s dan massa kedua
benda tersebut dianggap sama, maka berapakah besar kecepatan benda 1 setelah
tumbukan?
Diketahui :
V1 = 8 m/s
V2 = 12 m/s
V2’= 6 m/s
Ditanya = kecepatan benda 1 setelah tumbukan (v1’)
Penyelesaian :
Peristiwa pada gambar di atas merupakan tumbukan lenting tidak sempurna atau
lenting sebagian. Maka besar v1’ dicari menggunakan hukum kekekalan momentum.
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1′ + 𝑚2 𝑣2′
𝑚(𝑣1 + 𝑣2 ) = 𝑚(𝑣1′ + 𝑣2′ )
(𝑣1 + 𝑣2 ) = (𝑣1′ + 𝑣2′ )
(8 + 12) = (𝑣1′ + 6)
𝑣1′ = 20 − 6 = 14 𝑚/𝑠
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecepatan benda 1 setelah tumbukan adalah 14 m/s
2. Sebuah peluru karet berbentuk bola bermassa 50 gr dilemparkan ke dinding seperti
gambar berikut.
Jika diketahui kecepatan bola setelah dipantulkan adalah sama, maka hitunglah besar
impuls yang terjadi.
Diketahui :
Massa bola : 50 gr = 0,05 kg
Kecepatan mula-mula (v0) : -60 m/s
Kecepatan akhir (vt) : 60 m/s
Ditanya : Impuls?
Penyelesaian :
Impuls = perubahan momentum
𝐼 = ∆𝑝
𝐼 = 𝑚(𝑣𝑡 − 𝑣0 )
𝐼 = 0,05(60 − (−60)) = 6 𝑁𝑠
𝐼 = 6 𝑁𝑠
Jadi besarnya impuls yang terjadi adalah 6 Ns (Newton sekon)