Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 4

HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Gaya Gesek
Yang dibina oleh Bapak Nasikhudin, S.Pd, M.Pd

Oleh:
Shahnaz Intan Ramadhani
190321624077

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
25 OKTOBER 2019
A. Latar Belakang

Momentum linier partikel adalah besaran vektor yang didefinisikan sebagai


perkalian massa ( m ) dengan kecepatan ( v ) (Halliday, dkk, 2010). Secara
matematis dapat ditulis p=m v Momentum linier memiliki arah yang sama dengan
arah kecepatannya, juga termasuk besaran vektor. Dalam kehidupan sehari-hari bisa
kita bisa ambil contoh jika sebuah motor ditumpangi dua orang pengendara akan
terasa lebih sukar dihentikan atau dipercepat dibanding dengan motor yang
ditumpangi sendiri, meskipun kecepatan kedua motor tersebut sama besar. Itu
disebabkan karena momentum motor yang ditumpangi satu orang, lebih kecil
dibanding motor yang ditumpangi dua pengendara.

Andaikan partikel bermassa m mempunyai kecepatan v pada saat t


dan kecepatan v1 dan pada saat t1 Perubahan kecepatan bisa kita cari dari
pengurangan v1 oleh v , dan perubahan waktu dicari dari t1 dikurangi oleh
t Dan perubahan momentumnya :
I =∆ p=∆ ( mv )=m ∆ v

karena m konstan maka tidak terjadi perubahan.

Dengan demikian, kita mengerti bahwa setiap benda yang mengalami impuls
yang sama besar dan berlawanan arah, sama artinya dengan, benda tersebut
mengalami perubahan momentum yang sangat besar dan berlawanan arah. Bisa
dituliskan :

F aksi=F reaksi
m1 ( ∆ v 1 )=m2 ( ∆ v 2)
∑ P sebelum tumbukan=∑ P setelah tumbukan

B. Tujuan
Seperti yang telah diketahui bahwa disetiap percobaan pasti memiliki tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan dari percobaan hukum kekekalan momentum linier yaitu
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan teori ralat dalam percobaan ini, dan
memahami teori ralat yang digunakan tersebut. Membuktikan adanya Hukum
Kekekalan Momentum dalam praktikum, dengan cara membandingkan momentum
setelah maupun sebelum terjadinya tumbukan pada dua benda yang diamati. Serta
dapat mengoprasikan alat – alat percobaan dengan benar, contohnya menggunakan
neraca teknis untuk menimbang beban benda, ticker timer sebagai alat pengukur
interval waktu, serta perangkat percobaan lainnya. Mahasiswa juga diharap sudah
mengetahui cara pengoprasian semua alat, agar tidak terjadi kesalahan teknis dalam
melakukan percobaan.

C. Alat dan Bahan


Dalam percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan adalah ticker timer
sebagai alat yang digunakan untuk menghasilkan data melalui titik – titik yang
dicetak, pemberat/beban, power supply sebagai sumber tenaga ticker timer berfungsi
dan kertas karbon sebagai penanda pita saat kereta diluncurkan, pita sebagai media
ticker timer, palu sebagai pemukul kereta agar meluncur, rel tempat kereta meluncur,
selotip, gunting dan tak lupa neraca untuk menimbang beban dan penggaris untuk
mengukur jarak titik setelah tumbukan maupun sebelum tumbukan terjadi.

D. Prosedur Percobaan

Percobaan dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


terlebih dahulu, lalu susunlah sedemikian rupa sesuai petunjuk. Setelah itu mulai
menimbang beban menggunakan neraca dan mencatat hasilnya. Kemudian
meluncurkan kereta / trolley dari pengait dengan cara memukulnya dengan palu
sehingga trolley bisa menumbuk trolley lain, memastikan jika kedua trolley saling
menempel dan bergerak bersama-sama. Apabila dalam percobaan kedua trolley tidak
menumbuk dan meluncur bersamaan, lebih baik mengulangi percobaan itu.
Melepaskan pita dari trolley, lalu mengukur titik-titik pada pita. Agar lebih mudah,
tandai titik-titik yang dirasa sebagai awal dan akhir sebelum terjadinya tumbukan
maupun setelah terjadinya tumbukan. Memilih 10 titik-titik yang jaraknya paling
stabil dari sebelum terjadinya tumbukan, maupun setelahnya. Mencatat data yang
telah diperoleh beserta nst alat yang digunakan.

E. Data Percobaan

t
Percobaa Benda 1 Benda 2 Jarak
(s)
n
m1 (kg) nst m1 (kg) nst S0 (m) nst S (m) nst
1. 0,25 0,005 0,5 0,005 0,182 0,001 0,0665 0,001 0,2
2. 0,5 0,005 0,75 0,005 0,16 0,001 0,0605 0,001 0,2
Tabel 1. Tabel penyajian data percobaan

F. Analisis Data
Percobaan 1
Diketahui : m1=0,25 kg
m2=0,5 kg
S 0=0,182m
S=0,0665 m
t=0,2 s
1 1
Dengan : ∆ m= ∙ nst= ∙ 0,005=0,0025 kg
2 2
1 1
∆ S= ∙ nst= ∙ 0,001=0,0005 m
2 2

 m 1= ( m 1 ± ∆ m )
m1=( 0,25 ± 0,0025 ) kg

 m 2= ( m 2 ± ∆ m )
m2=( 0,5 ± 0,0025 ) kg

 S 0=( S 0 ± ∆ S )
S 0=(0,182 ±0,0005)m

 S=( S 0 ± ∆ S )
S=(0,0665 ± 0,0005) m
a. Sebelum tumbukan

P
 Momentum sebelum tumbukan (¿¿ 0)
¿

S0 0,182
P0=m1 ∙ =0,25 ∙ =0,2275 kgm/s
t 0,2

 Ralat Rambat

√|
2 2
∆ P0 =
∂P 2
∙ ∙∆m +
∂m 3 ||
∂P 2
∙ ∙∆S
∂S 3 |

√|
2 2

|| |
m. S0 m. S0
∂ ∂
t 2 t 2
¿ ∙ ∙∆m + ∙ ∙∆ S
∂m 3 ∂S 3

√|
2

||
2
S0 2
¿
t 3
m 2
∙ ∙∆m + ∙ ∙∆S
t 3 |
√|
2 2
¿
0,182 2
∙ ∙ 0,0025 +
0,2 3
0,25 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,2 3 |
¿ √|0,001516667| +|0,000416667|
2 2

¿ √ 2,30028× 10−6 +1,73611 ×10−7


¿ √ 2,47389× 10−6
¿ 0,00157286

 Ralat Relatif
∆ P0
R f 0= ×100
P0
0,00157286
¿ ×100
0,2275
¿ 0,006913671× 100
¿ 0,6913671
¿ 0,691 (3 AP)

Jadi, momentum awal ( P0 ¿ adalah P0=( 0,228 ± 0,00157 ) kgm/s


dengan ralat relatif sebesar 0,691% (3AP).
b. Setelah tumbukan

 Momentum setelah ( P)

m
s 0,0665
(¿ ¿ 1+m 2) = ( 0,25+0,5 ) =0,249375 kgm/ s
t 0,2
P=¿

 Ralat Rambat

√|
2 2
∆ P=
∂P 2
∙ ∙∆m +
∂m 3 ||
∂P 2
∙ ∙∆S
∂S 3 |

√|
2 2

|| |
m. s m. s
∂ ∂
t 2 t 2
¿ ∙ ∙∆m + ∙ ∙∆ S
∂m 3 ∂S 3

√|
2 2
¿
S 2
||
m 2
∙ ∙∆m + ∙ ∙ ∆S
t 3 t 3 |
√|
2 2
¿
0,0665 2
∙ ∙ 0,0025 +
0,2 3
0,75 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,2 3 |
¿ √|0,000554167| +|0,00125|
2 2

¿ √ 3,07101×10−7 +1,5625 ×10−6


¿ √ 1,8696 × 10−6
¿ 0,001367333

 Ralat Relatif
∆P
Rf = ×100
P
0,001367333
¿ ×100
0,249375
¿ 0,005483041× 100
¿ 0,5483041
¿ 1,55 (3 AP)

Jadi, momentum akhir ( P ¿ adalah P=( 0,249 ± 0,00137 ) kgm/s


dengan ralat relatif sebesar 1,55% (3AP).
Percobaan 2
Diketahui : m1=0,5 kg
m2=0,75 kg
S 0=0,16 m
S=0,0605 m
t=0,2 s
1 1
Dengan : ∆ m= ∙ nst= ∙ 0,005=0,0025 kg
2 2
1 1
∆ S= ∙ nst= ∙ 0,001=0,0005 m
2 2

 m 1= ( m 1 ± ∆ m )
m1=( 0,5 ± 0,0025 ) kg

 m 2= ( m 2 ± ∆ m )
m2=( 0,75 ± 0,0025 ) kg

 S 0=( S 0 ± ∆ S )
S 0=(0,16 ± 0,0005)m

 S=( S 0 ± ∆ S )
S=(0,0605 ± 0,0005)m

a. Sebelum tumbukan

P
 Momentum sebelum tumbukan (¿¿ 0)
¿

S0 0,16
P0=m 1 ∙ =0,5 ∙ =0,4 kgm /s
t 0,2

 Ralat Rambat

√|
2 2
∆ P0=
∂P 2
∙ ∙∆m +
∂m 3
∂P 2
||
∙ ∙∆S
∂S 3 |
√|
2 2

|| |
m. S0 m. S0
∂ ∂
t 2 t 2
¿ ∙ ∙∆m + ∙ ∙∆ S
∂m 3 ∂S 3

√|
2

||
2
S0 2
¿
t 3
m 2
∙ ∙∆m + ∙ ∙∆S
t 3 |
√|
2 2
¿
0,16 2
∙ ∙0,0025 +
0,2 3
0,5 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,2 3 |
¿ √|0,001333333| +|0,000833333|
2 2

¿ √1,77778 × 10−6+ 6,94444 ×10−7


¿ √ 2,47222×10−6
¿ 0,00157233

 Ralat Relatif
∆ P0
R f 0= ×100
P0
0,00157233
¿ ×100
0,4
¿ 0,003930825× 100
¿ 0,3930825
¿ 0,393 (3 AP)

Jadi, momentum awal ( P0 ¿ adalah P0=( 0,4 ±0,00157 ) kgm/s


dengan ralat relatif sebesar 0,393% (3AP).

b. Setelah tumbukan

 Momentum setelah ( P)

m
s 0,0605
(¿ ¿ 1+m 2) = ( 0,5+0,75 ) =0,378125 kgm/ s
t 0,2
P=¿

 Ralat Rambat

√|
2 2
∆ P=
∂P 2
∙ ∙∆m +
∂m 3
∂P 2
∙ ∙∆S
∂S 3 || |
√|
2 2

|| |
m. s m. s
∂ ∂
t 2 t 2
¿ ∙ ∙∆m + ∙ ∙∆ S
∂m 3 ∂S 3

√|
2 2
¿
S 2
||
m 2
∙ ∙∆m + ∙ ∙ ∆S
t 3 t 3 |
√|
2 2
¿
0,0605 2
∙ ∙ 0,0025 +
0,2 3
1,25 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,2 3 |
¿ √|0,000504167| +|0,002083333|
2 2

¿ √ 2,54184 ×10−7 + 4,34028× 10−6


¿ √ 4,59446 ×10−6
¿ 0,00214347

 Ralat Relatif
∆P
Rf = ×100
P
0,00214347
¿ ×100
0,378125
¿ 0,00566868 ×100
¿ 0,566867986
¿ 0,567 (3 AP)

Jadi, momentum akhir ( P ¿ adalah P=( 0,378 ± 0,00214 ) kgm/ s


dengan ralat relatif sebesar 0,567% (3AP).

G. Pembahasan

Momentum awal Momentum akhir


Percobaan Sp Sp
p0 ES p0 ( kgm s−1 ) R= ×100 p ES p0 (kgm s−1 ) R= ×100
p p
1. 0,228 ± 0,00157 0,691% 0,249 ±0,00137 1,55%
2. 0,4 ± 0,00157 0,393% 0,378 ± 0,00214 0,567%
Tabel 2. Tabel deskripsi data hukum kekekalan momentum

Hukum kekekalan momentum merupakan contoh hukum dasar yang ada


dalam ilmu Fisika. Hukum ini menyatakan : “Momentum total benda sebelum
bertumbukan dan setelah bertumbukan adalah sama”[1]. yang berarti bahwa nilai
momentum total saat dua benda bertumbukan konstan atau tetap. Untuk memahami
hukum ini, dapat dilakukan dengan memahami Hukum ketiga Newton tentang Aksi-
Reaksi. Bunyi Hukum Kekekalan Momentum : "Total momentum sebuah sistem saat
sebelum bertumbukan dan setelah bertumbukan besarnya sama, jika tidak ada gaya
luar".[2]
Untuk mencari momentum benda sebelum tumbukan dengan

S0
P0=m . v=m1 ∙ dengan jarak 10 titik yang lebih renggang dan menggunakan
t

m
s
(¿ ¿ 1+m 2) dengan jarak 10 titik lebih rapat untuk mencari momentum setelah
t
P=¿
tumbukan. Dalam percobaan pertama yang menggunakan massa benda 1 sebesar
0,25 kg dan massa benda ke dua sebesar 0,5 kg menghasilkan S0 sebesar
0,182 m dan 0,182 m sebesar 0,0665 m , dan memperoleh momentum
sebelum tumbukan P0=0,228 ± 0,00157 kgm/s dengan persentase ralat relatif
sebesar 0,691% dan setelah tumbukan P=0,249 ± 0,00137 kgm/s dengan
persentase ralat relatif sebesar 1,55%.
Pada percobaan kedua dengan massa beban pertama seberat 0,5 kg dan
berat beban kedua 0,75 kg dan mendapat S0 sebesar 16 m dan S sebesar
0,0605 m dan didapatkan P0=0,4 ±0,00157 kgm/ s sebelum tumbukan dengan
ralat relatif sebesar 0,393% dan momentum setelah tumbukan sebesar
P0=0,378 ± 0,00214 kgm/ s dan ralat relatif sebesar 0,567%.
Dari penjelasan diatas dapat terlihat hasil perhitungannya. Momentum relatif
setiap data sebelum tumbukan dan setelah terjadi tumbukan relatif mirip atau tidak
jauh berbeda. Namun, percobaan yang kami lakukan tidak memenuhi hukum
momentum linier karena besarnya momentum awal dan momentum akhir berbeda.
Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan besarnya momentum awal dan
momentum akhir berbeda yaitu ketidaktepatan alat ukur (penggaris) dan kesalahan
dalam pengambilan data.

H. Kesimpulan
Pada percobaan ini diperoleh kesimpulan bahwa pada momentum linier
besaran yang memperngaruhi adalah massa ( m ) dan kecepatan ( v ). Selain itu,
pada perobaan kali telah diperoleh nilai dari momentum sebelum tumbukan dan
momentum setelah tumbukan, yang mana pada kedua perobaan yang telah dilakukan
diperoleh nilai yang relatif sama, sehingga pada percobaan kali ini telah membuktikan
adanya Hukum Kekekalan Energi.
Tetapi, dalam melakukan percobaan ini tidak selalu akan memenuhi Hukum
Kekekalan Energi. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor mulai dari kurang teliti dalam
dan
mengeset alat dan juga kurang teliti dalam mengukur dan menghitung data hasil
pengamatan.
Pada percobaan Hukum Kekekalan Energi ini, juga digunakan ralat dan
menentukan hasil pengukuran. Ralat yang digunakan adalah ralat rambat dengan
rumus sebagai berikut :

√|
2 2
∆ P0=
∂P 2
∙ ∙∆m +
∂m 3
∂P 2
∙ ∙∆S
∂S 3 || |

√|
2 2
∆ P=
∂P 2
∙ ∙∆m +
∂m 3 ||
∂P 2
∙ ∙∆S
∂S 3 |
∆ P0 sendiri digunakan untuk mencari ralat rambat sebelum terjadi tumbukan,
sedangkan ∆ P digunakan untuk mencari ralat rambat setelah terjadi tumbukan.
Selain itu, pada percobaan kali ini juga harus memiliki keterampilan dalam
mengeset alat agar pada saat melakukan percobaan tidak mengalami banyak kendala.
Selain itu, pada percobaan ini juga digunakan alat untuk mengukur komponen –
komponen yang dibutuhkan, misalnya ticker timer dan neraca teknis. Dalam
percobaan kali ini, ticker timer digunakan untuk menghasilkan titik-titik yang
diperoleh berdasarkan gerakan trolley, sedangkan neraca teknis digunakan untuk
mengukur massa benda 1 dan benda 2 yang akan digunakan dalam percobaan.

I. Rujukan

Halliday, David, Robert Resnick, Fisika Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 1996.


Modul Teori Ralat dan Keselamatan Kerja. 2019. Malang : Universitas Negeri
Malang.
[1]
https://artikelnesia.com/2012/09/27/pembahasan-hukum-kekekalan-momentum/
diakses pada tanggal 24 Oktober 2019 pukul 19.23
[2]
http://materi4belajar.blogspot.com diakses pada tanggal 24 Oktober 2019
pada pukul 19.23

Anda mungkin juga menyukai