Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINEAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Praktikum Fisika Dasar 1

Yang dibimbing oleh Bapak Muhammad Reyza Arief Taqwa, M.pd

Disusun oleh :

Nama : Sella Karlinda Puspa

NIM : 190321624053

Kelas/ Offr : B

Kelompok : 4

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NOVEMBER 2019
LAPORAN PERCOBAAN

HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINEAR

A. TUJUAN
Pada percobaan mengenai hukum kekekalan momentum linear ini,
diharapkan mahasiswa itu mampu untuk menerapkan teori ralat dengan
benar, menentukan momentum sistem sebelum tumbukan, menentukan
momentum sistem setelah tumbukan, membuktikan hukum kekekalan
momentum, menggunakan ticker timer dengan benar, menggunakan
neraca teknis dengan benar, dan menggunakan set alat dengan benar.
B. LATAR BELAKANG
Momentum linier suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian
antara massa (m)-nya dan kecepatan (v)-nya. Nyatakan momentum linier
dengan p, Maka dapat ditulis p = m v. Momentum linier merupakan
besaran vektor dan memiliki arah sama dengan arah kecepatannya.
Selanjutnya akan digunakan kata momentum untuk momentum linier.
Momentum merupakan besaran dinamik yang lebih informatif
dibandingkan kecepatan. Contoh, truk bermuatan yang sedang bergerak
akan lebih sulit dihentikan atau dipercepat dibandingkan dengan truk
kosong sekalipun kecepatan keduanya sama, sebab momentum truk yang
bermuatan lebih besar.
Andaikan partikel bermassa m mempunyai kecepatan v pada saat t
dan kecepatan v1 pada t1, perubahan kecepatan selama selang waktu ∆t = t 1
– t adalah ∆v = v1 – v, dan perubahan momentumnya adalah ∆p = ∆(mv) =
m ∆v karena m konstan.
Jika ada dua partikel dengan massa m1 dan m2 yang berinteraksi satu sama
lain sehingga memenuhi persamaan
m1∆v = -m2∆v2 atau ∆p1 = -∆p2 ……………………………………...…. (1)
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk dua partikel yang saling
berinteraksi, perubahan momentum partikel pertama dalam selang waktu
tertentu adalah sama dan berlawanan.
∆P1
P2
P1 P’2
P’1
∆P2
Gambar 1. Vektor Posisi dari Momentum
Dengan perubahan momentum partikel kedua selama selang waktu
yang sama (gambar 1). Jadi hasil di atas bisa diungkapkan dengan
mengatakan suatu interaksi menghasilkan suatu pertukaran momentum
sehingga momentum yang hilang pada suatu partikel yang berinteraksi
sama dengan momentum yang didapat partikel lainnya.
Perubahan momentum partikel (1) dalam selang waktu t adalah ∆p1 = p’1 –
p1 dan perubahan momentum partikel (2) ∆p2 = p’2 + p2. Karena itu
persamaan 1 dapat ditulis sebagai:
p1 + p2 = p’1 – p’2 m1v1 + m2v2 = m1v’1 =m2v’2 …………… (2)
Suku disebalah kiri tanda sama dengan adalah momentum total sistem dua
partikel pada saat t, dan suku sebelah kanan adalah momentum total pada
saat t’. jadi dapat disimpulkan bahwa berapapun t dan t’, momentum total
selalu sama.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini yaitu rel
presisi beserta penyambung rel presisi dan kaki rel presisi, kereta dinamika
atau trolley, beban, pita, pemukul, selotip, neraca teknis, penggaris, dan
ticker timer, power supply. Untuk rel presisi beserta penyambung rel, dan
kaki rel akan disusun dan digunakan sebagai lintasan , kereta dinamika
atau trolley sebagai objek yang melintas diatas rel presisi, kereta ini tak
hanya berfungi sebagai pembantu massa bergerak namun juga sebagai
wadah massa dengan memvariasi beban. Pada kereta juga dilengkapi
dengan velcro yang nantinya akan membuat benda pertama menempel
pada benda kedua pada saat setelah tumbukan. Sehingga pada saat setelah
tumbukan kita akan melihat benda satu dan benda dua bergerak bersama
dengan kecepatan yang sama. Kereta juga dilengkapi dengan pelontar
pegas, sehingga pada saat kereta dipukul dengan palu akan memperoleh
kecepatan karena munculnya gaya pada kereta oleh palu, pita digunakan
sebagai media untuk menggambarkan titik-titik yang dihasilkan oleh
ticker timer, pemukul digunakan untuk memukul kereta dinamika agar
keduanya bertumbukan ,isolasi digunakan untuk merekatkan kereta
dinamika dengan pita, neraca teknis digunakan untuk menimbang beban,
penggaris digunakan untuk mengukur titik- titik yang dihasilkan oleh
ticker timer yang sudah terbentuk di pita, ticker timer digunakan mencatat
jarak yang ditempuh, dan power supply digunakan untuk menghidupkan
ticker timer.

D. PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 1. Susunan Alat pada percobaan Hukum KekekalanMomentum


Dalam percobaan 1, yang pertama kali dilakukan adalah menyusun
alat sesuai gambar 1. Setelah itu menghubungkan kabel power supply ke
sumber listrik lalu menghubungkan pita ke ticker timer. Selanjutnya
meletakkan trolley pada lintasan dan memasang beban pada trolley,
sebelum beban dipasang terlebih dahulu megukur massanya menggunakan
neraca teknis jika massa beban belim tertulis di beban. Lalu memasang
pita pada trolley 1 yang dekat dengan ticker timer menggunakan isolasi.
Setelah semuanya selesai, maka percobaan dapat dimulai dengan menekan
tombol on pada power supply, lalu memukul trolley 1 mengunakan palu
khusus agar dapat menumbuk trolley 2 dan dapat bergerak bersama-sama.
Setelah berhenti, mematikan power supply agar ticker timer dapat berhenti
bekerja. Dalam percobaan 2 ini, mengatur kembali trolley 1 dan trolley 2
seperti percobaan 1 tetapi dengan massa beban yang berbeda lalu pasang
pita pada trolley 1. Setelah itu menekan lagi tombol on pada power supply
agar ticker timer dapat bekerja lagi. Lalu memukul trolley 1 agar
menumbuk trolley 2 dan jika sudah berhenti maka power supply dapat
dimatikan. Setelah itu mendapat data melalui titik-titik pada pita maka
mulai mengukur jarak 10 ketukan trolley sesudah (s) dan sebelum (s0)
tumbukan dengan menggunakan penggaris. Pada pengukuran s dan s 0
dilakukan paling tidak 4 kali ditempat yang berbeda, misalnya tempat
pertama dari titik ke-1 sampai titik ke-11, tempat ke-2 sampai titik ke-12,
dan seterusnya. Setelah perhitungan mengenai jarak selesai, maka
menuliskan hasil pengamatan pada lembar pengamatan. Lalu jika semua
percobaan sudah selesai, maka dapat merapikan kembali alat dan bahan
serta meja percobaan yang telah digunakan.
E. DATA PENGAMATAN
Percobaa Benda 1 Benda 2 Jarak t(s)
M1 Nst M1(kg) Nst S0 Nst S Nst
n
(kg) (m) (m)
1. 0,5 0,00 0,5 0,005 0,061 0,00 0,139 0,00 0,02
5 1 1
2. 0,7 0,00 0,5 0,005 0,066 0,00 0,122 0,00 0,02
5 5 1 1
1 1
∆ m = . nst = = . 0,005 = 0,0025
2 2

1 1
∆s = . nst = = . 0,001 = 0,0005
2 2

Keterangan :

S0 = jarak 10 ketukan setelah tumbukan


S = jaiak 10 ketukan sebelum tumbukan
F. ANALISIS DATA
A. Metode analitis
Dalam percobaan tentang hukum kekekalan momentum linier ini
menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan ralat rambat dalam
melakukan perhitungan data hasil pengukuran dengan rumus:
2 2
s0
∆ 𝑝0 =
√| ∂p 2
∂m 3
∆m +
∂p 2
|| ∆s
∂ s0 3 0 | dan 𝑝0 = m1 (
t
)

Selain itu menghitung ralat relatif dengan rumus :

∆ p0
Ralat relatif = × 100%
p0

1. Percobaan 1
a. Sebelum tumbukan
m1 = (m1 ± ∆m) kg
= (0,5 ± 0,0025) kg
s0 = ( s0 ± ∆s) m
= (0,061 ± 0,0005) m
s0
𝑝0 = m 1 ( )
t
0,061
= 0,5 ( ) = 0,1525 kg m/s
0,2
Ralat rambat :
2 2
∆ 𝑝0 =
√| ∂p 2
∂m 3
∆m +
∂p 2
|| ∆s
∂ s0 3 0 |
2 2
m s m s
=
√| ∂ 1 0
t 2
∂m 3
∆m +

2
∂ 1 0
t 2
||
∆s
∂ s0 3 0
2
|
=
√| s0 2
t 3 || m 2
∆ m + 1 ∆ s0
t 3 |
2 2
=
√| (
0,061 2
||
) (0,0025) + (
0,2 3
0,5 2
|
) (0,0005)
0,2 3
2 2
=
√| 2
3
−4 2
2
( 0,305) (25× 10 )| +|(2,5) (5× 10 )|
−4
3
2
−4

= √|5,083 ×10 | +|8,333 ×10−4|


= √|25,840278 ×10 |+|69,444 ×10 |
−8 −8

= √ 95,284278 ×10−8
= 9,761366605 ×10−4 kg m/s
= 0,0009761366605 kg m/s

∆ p0
Ralat relatif = × 100%
p0
0,0009761366605
= × 100%
0,1525
= 0,64 % (4 AP)
Jadi momentum awal yaitu (0,1525 ± 0,0009) dengan ralat relatif yaitu 0,64 %
(4 AP)

b. Setelah tumbukan
m2 = (m2 ± ∆m) kg
= (0,5 ± 0,0025) kg
s0 = (s ± ∆s) m
= (0,139 ± 0,0005) m
s
𝑝 = (m1 + m2)
t
0,139
=1( ) = 0,695 kg m/s
0,2
Ralat rambat :
2 2
∆ 𝑝=
√| ∂p 2
∂m 3
∆m +
∂p 2
∂s 3 ||
∆s

2
|
2
=
√| s2
t 3
m 2
||
∆ m + 12 ∆ s
t 3 |
2 2
=
√| (
0,139 2
) (0,0025) + (
0,2 3
−4 2
1 2
||) (0,0005)
0,2 3
2
|
= √|11,583 ×10 | +|16,667 × 10−4|
= √|134,16 ×10 |+|277,78 ×10 |
−8 −8

= √ 411,94 ×10−8
= 20,2963050824 ×10−4 kg m/s
= 0,00202963050824 kg m/s

∆p
Ralat relatif = × 100%
p
0,00202963050824
= × 100%
0,695
= 0,29% (4 AP)
Jadi momentum akhir yaitu (0,695 ± 0,002) dengan ralat relatif yaitu 0,29 % (4
AP)

2. Percobaan 2
a. Sebelum tumbukan
m1 = (m1 ± ∆m) kg
= (0,75 ± 0,0025) kg
s0 = ( s0 ± ∆s) m
= (0,066 ± 0,0005) m

s0
𝑝0 = m 1 ( )
t
0,066
= 0,75 ( ) = 0,2475 kg m/s
0,2
Ralat Rambat :
2 2
∆ 𝑝0 =
√| ∂p 2
∂m 3
∆m +

2
∂p 2
|| ∆s
∂ s0 3 0
2
|
=
√| s0 2
t 3
m 2
||
∆ m + 1 ∆ s0
t 3 |
2 2
=
√| (
0,066 2
) (0,0025) + (
0,2 3
0,75 2
||
2
) (0,0005)
0,2 3 |
2
=
√| 2
( 0,33) ( 25× 10−4
3
−4 2 2
2
)| +|(3,75) (5× 10 )|
3
−4

= √|5,5 ×10 | +|12,5 ×10−4|


= √|30,25 ×10 |+|156,25 ×10 |
−8 −8

= √ 186,5× 10−8
= 13,656500283 ×10−4 kg m/s
= 0,0013656500283 kg m/s

∆ p0
Ralat relatif = × 100%
p0
0,0013656500283
= × 100%
0,2475
= 0,55 % (4 AP)
Jadi momentum awal yaitu (0,247 ± 0,001) dengan ralat relatif yaitu 0,55 % (4
AP)
b. Setelah tumbukan
m2 = (m2 ± ∆m) kg
= (0,5 ± 0,0025) kg
s0 = (s ± ∆s) m
= (0,122 ± 0,0005) m
s
𝑝 = (m1 + m2)
t
0,122
= 1,25 ( ) =0,7625 kg m/s
0,2
Ralat rambat :
2 2
∆𝑝 =
√| ∂p 2
∂m 3
∆m +
∂p 2
||
∂s 3
∆s |
2 2
=
√| s2
t 3 ||m 2
∆ m + 12 ∆ s
t 3
2
|
2
=
√| (
0,122 2
) ( 0,0025) + (
0,2 3
−4 2
1,25 2
|| ) (0,0005)
0,2 3
2
|
= √|10,167 ×10 | +|20,833 ×10−4|
= √|103,3678 ×10 |+|434,0278 ×10 |
−8 −8

= √ 537,3956 ×10−8
= 23,181794581 ×10−4 kg m/s
= 0,0023181794581 kg m/s
∆p
Ralat relatif = × 100%
p
0,0023181794581
= × 100%
0,7625
= 0,30 % (4 AP)
Jadi momentum akhir yaitu (0,762 ± 0,002) dengan ralat relatif yaitu 0,30 %
(4 AP)

Data hasil perhitungan percobaan Hukum Kekekalan Momentum Linier :

Momentum Awal Momentum Akhir


Percobaan ṕ0 Sp ṕ Sp
R= × 100 % R= × 100 %
(kg m/s) p (kg m/s) p
(0,1525 ± (0,695 ±
1 0,64 % 0,29 %
0,0009) 0,002)
(0,247 ± (0,762 ±
2 0,55 % 0,30 %
0,001) 0,002)

G. PEMBAHASAN
Dalam teori menjelaskan bahwa momentum linier benda sebelum
dan setelah tumbukan adalah sama. Momentum sebelum tumbukan dapat

S0
diperoleh dengan rumus Ṕ0 = m1. . Sedangkan untuk mencari
t
s
momentum setelah tumbukan dapat menggunakan rumus Ṕ= (m1 + m2) .
t

∆ p0 ∆p
Untuk menghitung ralat relatif menggunakan rumus x 100% dan
p0 p
x 100%.

Pada percobaan 1 massa yang digunakan masing- masing benda


adalah sama yaitu 0,5 kg. Setelah kedua benda bertumbukan, pada pita
terbentuk titik-titik So = 0,061 m dan S = 0,139 m. Untuk momentum
sebelum tumbukan diperoleh Po = (0,1525 ± 0,0009) kg m/s dengan ralat
relative sebesar 0,64%. Sedangkan untuk momentum setelah tumbukan
diperoleh P = (0,695 ± 0,002)kg m/s dengan ralat relatif sebesar 0,29 %

Pada percobaan 2 variasi beban massa yang digunakan pada benda


1 dan benda 2 masing-masing adalah 0,75 kg dan 0,5 kg. Pada pita
terbentuk titik-titik dengan jarak So = 0,066 m dan S = 0,122 m. Diperoleh
momentum sebelum tumbukan Po = (0,247 ± 0,001) kg m/s dengan ralat
relatif sebesar 0,55%. Setelah tumbukan diperoleh P = (0,762 ± 0,002) kg
m/s dengan ralat relatif sebesar 0,30 %.

Hukum kekekalan momentum linier menyatakan bahwa


momentum total suatu sistem terisolasi adalah kekal. Jika dua partikel
membentuk suatu sistem terisolasi, maka momentum sistemnya harus
kekal, terlepas dari apapun jenis gaya yang bekerja diantara keduanya.
Maka, momentum total sistem pada setiap waktu sama dengan momentum
total awalnya.

Dalam praktikum hukum kekekalan energi, kita berusaha untuk


menunjukkan bahwa momentum benda sesaat sebelum bertumbukkan
setara dengan momentum benda sesaat setelah bertumbukkan besarnya
adalah sama. Namun setelah dilakukan pengujian dengan set kekekalan
momentum didapati bahwa hasilnya tidak sama. Hal tersebut
menunjukkan adanya perbedaan dengan hukum kekekalan momentum
linier. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: mungkin
karena kesalahan pengamat yaitu kekurang telitiannya dalam melakukan
pengukuran terhadap jarak 10 ketukan, kurangnya ketidakmampuan kami
dalam menggunakan alat percobaan, kesalahan dalam mengatur ketinggian
bidang rel trolly, pemasangan pita pada trolley yang kurang pas, dan lain
sebagainya.

H. KESIMPULAN
Dalam percobaan tentang hukum kekekalan momentum linier ini
menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan ralat rambat dalam
melakukan perhitungan data hasil pengukuran dengan rumus:
2 2
s0
∆ 𝑝0 =
√| ∂p 2
∂m 3 ||
∆m +
∂p 2
∆s
∂ s0 3 0 | dan 𝑝0 = m1 (
t
)

Selain itu menghitung ralat relatif dengan rumus :


∆ p0
Ralat relatif = × 100%
p0
Pada percobaan 1 massa yang digunakan masing- masing benda
adalah sama yaitu 0,5 kg. Setelah kedua benda bertumbukan, pada pita
terbentuk titik-titik So = 0,061 m dan S = 0,139 m. Untuk momentum
sebelum tumbukan diperoleh Po = (0,1525 ± 0,0009) kg m/s dengan ralat
relative sebesar 0,64%. Sedangkan untuk momentum setelah tumbukan
diperoleh P = (0,695 ± 0,002)kg m/s dengan ralat relatif sebesar 0,29 %.
Pada percobaan 2 variasi beban massa yang digunakan pada benda
1 dan benda 2 masing-masing adalah 0,75 kg dan 0,5 kg. Pada pita
terbentuk titik-titik dengan jarak So = 0,066 m dan S = 0,122 m. Diperoleh
momentum sebelum tumbukan Po = (0,247 ± 0,001) kg m/s dengan ralat
relatif sebesar 0,55%. Setelah tumbukan diperoleh P = (0,762 ± 0,002) kg
m/s dengan ralat relatif sebesar 0,30 %.
Menurut hukum kekekalan momentum diketahui jika nilai
momentum awal dengan momentum akhir selalu sama. Namun dalam
percobaan kali ini nilai antara momentum awal dengan akhir berbeda. Dari
hal tersebut dapat dikatakan bahwa percobaan yang dilakukan belum
sesuai dengan hukum kekekalan momentum linier yang sudah ada.
Dalam mengukur jarak pada percobaan ini menggunakan ticker
timer. Untuk titik-titik renggang yang dihasilkan oleh ticker timer
merupakan titik ketika sebelum menumbuk dan untuk titik yang lebih
rapat merupakan titik ketika setelah menumbuk.
Dalam mengukur massa benda digunakan neraca teknis dengan nst
0,005 kg. Namun dalam benda tersebut sudah tertera nilai massanya
sehingga tidak perlu untuk mengukur lagi.
Pada set alat percobaan disusun sesuai dengan gambar agar
percobaan dapat berjalan dengan baik. Namun pada percobaan ini kereta
dinamika/trolley tidak dapat berfungsi dengan baik karena faktor usia dari
kereta dinamika tersebut sehingga tidak dapat menghasilkan data dengan
baik.

I. DAFTAR PUSTAKA
Halliday, Resnick,dan Walker. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid I
(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Jewwett, Serway. 2014. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta :
Salemba Teknika
Tim Praktikum Fisika Dasar 1. 2019. Modul Praktikum Fisika Dasar 1.
Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai