Disusun oleh :
Fatmawati 220321604265
Offering C
DEPARTEMEN FISIKA
SEPTEMBER 2022
A. TUJUAN
Tujuan percobaan ini agar mahasiswa mampu:
1. menerapkan teori ralat dengan benar,
2. menentukan momentum sistem sebelum tumbukan,
3. menentukan momentum sistem setelah tumbukan,
4. membuktikan Hukum Kekekalan Momentum,
5. menggunakan ticker timer dengan benar,
6. menggunakan neraca teknis dengan benar,
7. menggunakan set alat dengan benar.
B. DASAR TEORI
Hukum konservasi energi adalah salah satu hukum yang berkaitan dengan konsevasi di
dalam ilmu fisika, salah satunya yaitu besaran yang diketahui konservasinya adalah momentum
linier. Berdasarkan momentum linier pada dasarnya adalah pengolahan lebih lanjut terkait
hukum-hukum newton. (Giancoli, 2001 : 213)
Momentum linier pada suatu partikel diartikan sebagai besaran yang memiliki
berhubungan dengan kecepatan (v) dan massa (m) pada suatu benda (Kanginan,
Marthen:2006).
Momentum linier merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda
(Supiyanto,2005:110).
Momentum merupakan besaran dinamik yang lebih informatif dibandingkan
dengan kecepatan. Contoh, truk yang sedang melaju dibandingan dengan mobil sedan
dengan kecepatan yang sama, momentum truk lebih besar dibandingkan momentum
sedan. Mungkin ini adalah suatu gambaran yang lebih jelas kata momentum yang dipakai
sekarang berasal dari bahasa Latin yang berarti pergerakan (Serway, 2004:384).
Momentum linier sebuah partikel atau benda yang dapat dimodelkan sebagai
partikel dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan v yang didefinisikan sebagai
hasil kali massa dan kecepatan :
𝑝⃗ = 𝑚𝑣⃗ (momentum linear dari sebuah partikel ) Momentum linier merupakan
besaran vektor karena merupakan hasil kali besaran skalar m dan besaran vektor v.
Arahnya sama dengan v, berdimensi ML/T, dan satuannya dalam SI adalah kg.m/s.
( Serway Jewett, 2009 : 384)
Andaikan partikel bermassa m mempunyai kecepatan v pada saat t dan kecepaan
v1 pada saat t1, perubahan kecepatan selama selang waktu ∆t = t1- t adalah ∆v = v1- v,
dan perubahan momentumnya adalah ∆p =∆(mv) = m∆v karena m konstan. Jika ada dua
partikel dengan massa ml dan m2 yang berinteraksi satu sama lain sehingga memenuhi
persamaan m1∆v = -m2∆v2 maka boleh dituliskan sebagai: ∆p1= -
∆p2……………………………..………………..(2) Perubahan momentum partikel (1)
dalam selang waktu t adalah ∆p1 = p1’- p1 dan perubahan momentum partikel (2) ∆p2 =
p’2 - p2. Karena itu persamaan 2 dapat ditulis sebagai: pl + p2 = p’l + p’2 ∆m1v1 + m2v2
= m1v’1 + m2v’2………………………….(3)
Suku disebelah kiri tanda sama dengan adalah momentum total sistem dua
partikel pada saat 𝑡0, dan suku disebelah kanan adalah momentum total pada saat t. Jadi
dapat disimpulkan bahwa berapapun 𝑡0 dan t, momentum total selalu sama. (Tim
Praktikum Fisika Dasar 1, 2016).
1. Neraca teknis
2. Beban
3. Pita kertas
4. Palu
5. Karbon
6. Power suply
9. Trolley
7. Ticker timer
11. Mistar
E. DATA PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, dapat disajikan data pengamatan sebagai berikut:
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2
F. ANALISIS DATA
Teori ralat rambat dan ralat relatif dapat diterapkan dalam percobaan hukum
kekekalan momentum. Berikut persamaan yang kerap kali digunakan :
m1 = (m1 + ∆ m)
Sebelum tumbukan
S○ = ( S○₁ ± ΔS )
⃗
S
P○ = m₁. 0
t
√| || |
2 2
⃗ ∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ p0 = . ∆m + . ∆s dan P= m.s/t
∂m 3 ∂ s0 3 0
⃗
∆ P0
Ralat relatif = ⃗ ×100
P0
Setelah tumbukan
S = ( S ± ΔS )
⃗s
⃗p=( m1 +m 2 ) .
t
√| || |
2 2
⃗ ∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ p= . ∆m + . ∆s
∂m 3 ∂s 3
Ralat Relatif =
a. Percobaan 1 :
1) Sebelum tumbukan
m 1=( m 1 ± ∆ m )
¿ ( 0,25 ± 0,025 ) kg
⃗s0 =⃗s 0 ± ∆ s
¿( 0,176 ±0,0005)m
⃗s0
⃗p0=m1 .
t
0,176
¿ 0,25.
0,2
¿ 0,22 kg m/s
Ralat Mutlak
√| || |
2 2
⃗ ∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ p0 = . ∆m + . ∆S
∂m 3 ∂ s0 3
√| || |
2 2
∂ m 1 . ⃗s0 ∂ m1 . s0
t 2 t 2
¿ . ∆m + . ∆ s❑
∂m 3 ∂ s0 3
√| || |
2 2
s⃗ 0 2 m1 2
¿ . ∆m + . ∆s
t 3 t 3 ❑
√| || |
2 2
0,176 2 0,25 2
¿ . .0,025 + . .0,0005
0,2 3 0,2 3
¿ √ 0,00021511111+ 0,00000017361
¿ ± 0,01467258396 Kg m/s
⃗
∆ P0
Ralat relatif = ×100 %
⃗
P0
0,01467258396
¿ ×100 %
0,22
¿ 6,66 % (3 AP)
m
Jadi, momentum awal adalah ( 0,22 ± 0,0146 ) kg dengan ralat relative sebesar
s
6,66% (3AP)
2) Setelah tumbukan
m2=( m2 ± ∆ m )
¿ ( 0,5 ± 0,025 )
⃗s=⃗s ± ∆ s
¿ 0,06 ± 0,0005
s⃗
⃗p=( m1 +m 2 ) .
t
0,06
¿( 0,25+0,5).
0,2
¿ 0,225 kgm/s
Ralat Mutlak
√| || |
2 2
⃗ ∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ p= . ∆m + . ∆s
∂m 3 ∂s 3
√| || |
2
s⃗ 2
2
( m 1+ m2 ) 2
¿ . ∆m + . ∆s
t 3 t 3
√| || |
2 2
0,06 2 0,75 2
¿ . .0,025 + . .0,0005
0,2 3 0,2 3
¿ √|0,005| +|0,00125|
2 2
¿ √ 0,000025+0,0000015625
= √ 0,0000265625
m
=0,00515388203 kg
s
⃗
∆p
Ralat relatif = ×100 %
⃗p
0,00515388208
¿ ×100 %
0,225
¿ 2,29 % (3 AP)
m
Jadi, momentum akhir adalah ( 0,225 ± 0,0051 ) kg dengan ralat relatif 2,29%
s
(3AP)
b. Percobaan 2
1) Sebelum tumbukan
m 1=( m 1 ± ∆ m )
¿ ( 0,5 ± 0,025 )
⃗s0 =⃗s 0 ± ∆ s
¿ 0,14 ± 0,0005
⃗s
⃗p0=m1 . 0
t
0,14
¿ 0,5.
0,2
¿ 0,35 kg m/ s
Ralat mutlak
√| || |
2 2
⃗ ∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ p0 = . ∆m + . ∆s
∂m 3 ∂ s0 3 ❑
√| || |
2 2
∂ m 1 . ⃗s0 ∂ m1 . s0
t 2 t 2
¿ . ∆m + . ∆ s❑
∂m 3 ∂ s0 3
√| || |
2 2
s⃗ 0 2 m1 2
¿ . ∆m + . ∆s
t 3 t 3 ❑
√| || |
2 2
0,14 2 0,5 2
¿ . .0,025 + . .0,0005
0,2 3 0,2 3
¿ √ 0,000013611111+ 0,00000069444
¿ 0,01169639047 kg m/ s
⃗
∆ P0
Ralat relatif = ⃗ ×100 %
P0
0,01169639047
¿ ×100 %
0,35
¿ 3,341 %(4 AP)
m
Jadi, momentum awal adalah ( 0,35 ± 0,0116 ) kg dengan ralat relatif 3,341%
s
(4AP)
2) Setelah tumbukan
m2=( m2 ± ∆ m )
¿ ( 0,75 ± 0,025 )
⃗s=⃗s ± ∆ s
¿ 0,05 ± 0,0005
⃗s
⃗p=( m1 +m 2 ) .
t
0,05
¿( 0,5+0,75).
0,2
¿ 0,315 kg m/ s
Ralat Mutlak
√| || |
2 2
⃗ ∂ρ 2 ∂ρ 2
∆ p= . ∆m + . ∆s
∂m 3 ∂s 3
√| || |
2
s⃗ 2
2
( m 1+ m2 ) 2
¿ . ∆m + . ∆s
t 3 t 3
√| || |
2 2
0,05 2 ( 1,25 ) 2
¿ . .0,025 + . .0,0005
0,2 3 0,2 3
¿ √ 0,00001736111+ 0,00208333333
¿ 0,004583333328 kg m/s
⃗
∆p
Ralat relatif = ×100 %
⃗p
0,004583333328
¿ ×100 %
0,3125
¿ 14,6 % (3 AP)
m
Jadi, momentum akhir adalah ( 0,3125 ± 0,00458 ) kg dengan ralat relatif
s
14,6% (3AP)
G. PEMBAHASAN
Hukum Kekekalan Momentum linier pada suatu partikel diartikan sebagai besaran
yang memiliki berhubungan dengan kecepatan (v) dan massa (m) pada suatu benda
(Kanginan, Marthen:2006). Hukum Kekekalan Momentum linier merupakan besaran
vektor yang searah dengan kecepatan benda (Supiyanto,2005:110). Menurut Hukum
Kekekalan Momentum linier, bahwa momentum total suatu sistem terisolasi adalah
kekal, sesuai dengan persamaan:
m1 v1 + m2 v₂ = m1 v₁ + m₂ v₂.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa Jarah titik-titik pada pita yang dihasilkan
oleh ticker timer setelah tumbukan lebih pendek dari pada jarak sebelum tumbukan. Dan
jika massa semakin besar, maka jarak pada pita juga semakin panjang atau besar dan jika
jarak tersebut semakin panjang maka kecepatan juga semakin besar. Jadi baik massa,
jarak, kecepatan sangat mempengaruhi besar kecilnya momentum yang dihasilkan dan
semakin besar massa dan kecepatan maka semakin besar pula momentum yang
dihasilkan oleh benda.
Hal ini sesuai dengan rumus:
s
P = m.v P= m
t
Dari percobaan didapatkan hasil yaitu momentum sebelum tumbukan pada percobaan
pertama⃗ P0= ( 0,22± 0,0146 ) kg m/ s, dengan ralat relatif sebesar 6,66% (3 AP). Sedangkan
percobaan kedua sebelum tumbukan diperoleh hasil , ⃗ P0= ( 0,35± 0,0116 ) kg m/ s dengan
ralat relatif sebesar 3,34% ( 3 AP)
Selanjutnya untuk menentukan setelah tumbukan dapat menggunakan rumus
⃗ s
P=(m1+ m2) dan didapatkan hasil pada percoban pertama ⃗ P= ( 0,225± 0,051 ) kg m/ s
t
dengan ralat relatif sebesar 2,29% (3 AP). Sedangkan pada percobaan kedua sesudah
tumbukan diperoleh hasil ⃗ P= ( 0,3125± 0,0458 ) kg m/s dengan ralat relatif sebesar 14,6 %
(3 AP)
Berdasarkan dari hasil percobaan diperoleh hasil momentum awal dan momentum
akhir yang berbeda Percobaan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan kaidah hukum
kekekalan momentum dimana data hasil dan percobaan tersebut berbeda dengan
konsepnya. Pada percobaannya diketahui jika massa benda I sama dengan benda a
seharusnya momentum awal cenderung lebih besar dan momentum akhir. Namun pada
data dan percobaan menyatakan bahwa momentum akhir benda diperoleh sedikit lebih
besar dari momentum awalnya. Hal ini dapat diperkirakan bahwa telah terjadi beberapa
kesalahan dalam percobaan. Kesalahan yang mungkin terjadi ketika melakukan
pemukulan menggunakan palu agar pegas terlepas dan benda terdorong, bisa jadi dalam
pemukulannya terlalu pelan atau terlalu keras dan dapat terjadi bisa jadi dalam ha
terburu-buru dalam memukul benda sehingga hasil yang di dapat kurang akurat.
Kemudian terdapat kesalahan lain adalah pada saat mengukur So dan S pada pita kurang
tepat.
Jika terjadi kesalahan-kesalahan tersebut dapat diminimalisir agar hasil sesuai
dengan hukum kekekalan momentum linier dengan dilakukannya percobaan dengan teliti.
Sehingga jarak yang seharusnya setelah tumbukan lebih pendek dan jarak sebelum
tumbuhan. Apabila perbandingan antara momentum awal dengan momentum akhir sudah
sesuai, maka percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan hukum kekekalan
momentum linier. Pada percobaan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut dapat
diminimalisir dengan menggunakan alat-alat sesuai prosedur.
H. KESIMPULAN
Pada percobaan hukum kekekalan momentum linier, ralata yang digunakan adalah
ralat mutlak dan ralat relatif. Dapat diketahui hasil yaitu momentum sebelum tumbukan
pada percobaan pertama⃗ P0= ( 0,22± 0,0146 ) kg m/ s, dengan ralat relatif sebesar 6,66% (3
AP). Sedangkan percobaan kedua sebelum tumbukan diperoleh hasil ,
⃗
P0= ( 0,35± 0,0116 ) kg m/ s dengan ralat relatif sebesar 3,34% ( 3 AP)
I. RUJUKAN
Serway, Raymod A. & Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 6
Erlangga.
FMIPA UM.
DOKUMENTASI BUKTI PERCOBAAN