Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Momen Inersia

PERCOBAAN-ME4

Nama : Muhammad Gathan Agathon Savero


NIM : 215090300111006
Fak/Jurusan : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Fisika
Kelompok : 02
Tgl.Praktikum : 30 September 2021
Nama Asisten : Handy Kabirul Dawam

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Momen Inersia

Nama : Muhammad Gathan Agathon Savero


NIM : 215090300111006
Fak/Jurusan : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Fisika
Kelompok : 02
Tgl. Praktikum : 30 September 2021
Nama Asisten : Handy Kabirul Dawam

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah dapat dihitungnya momen inersia dari suatu cakram
dan dapat ditentukannya momen inersia dari cakram berlubang.
1.2 Teori

Momen Inersia memiliki lambang (I) dengan satuan unit kg-m2 (kilogram meter
persegi). Momen inersia pada gerak rotasi memiliki fungsi yang sangat mirip dengan
massa yang terdapat pada gerak translasi. Momen inersia sangat dipengaruhi oleh jarak
benda dari sumbu yang ada. Berikut rumus dari momen inersia.
I = mr2 (1)

Jika terdapat suatu sistem yang terdiri dari banyak partikel, maka untuk
menemukam momen inersia totalnya dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan semua
momen inersia masing-masing partikel secara aljabar. Misal, momen inersia masing-
masing partikel sebagai berikut.
I1 = m1r12 (2)

I2 = m2r22 (3)

...

In = mnrn 2 (4)

Dalam penulisan di atas, lambang dari mn dan rn merupakan massa dari partikel ke-n dan
jarak dari partikel ke-n ke sumbu putar. Momen inersia total dari sistem dirumuskan
menjadi.
I = I1 + I2 + ... + In (5)

(Abdullah, 2016)

Momen inersia adalah bagaimana massa benda berotasi terdistribusi di sekeliling


sumbu rotasinya. Hal ini konstan untuk bagian tertentu benda tegar dan bagian tertetu
sumbu rotasi.
Momen inersia juga dapat ditentukan dengan teorema sumbu sejajar. Contohnya,
kita ingin menentukan suatu momen inersia pada benda bermassa M terhadap sumbu
rotasi yang diberikan. Jika sudah mengetahui momen inersia dari pusat massa benda,
yaitu Irpm, terhadap sumbu sejajar yang diperpanjang melalui pusat massa benda.
Misalkan h merupakan jarak tegak lurus antara sumbu yang diberikan dan sumbu yang
melalui pusat massa, maka momen inersianya terhadap sumbu yang diberikan sebagai
berikut.
I = Irpm + Mh2 (6)

(Halliday et al., 2005)


BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini antara lain sebuah
mistar/penggaris, sebuah stopwatch, beberapa buah cakram, sebuah timbangan, dan
beberapa buah pemberat.
2.2 Tata Laksana Percobaan
Persiapan
Massa pemberat m dan cakram (M dan M) ditimbang.

Jari-jari cakram berlubang (Ri dan R0) diukur.

Posisi titik A dan B ditentukan dan jaraknya diukur (=S).

Pemberat dari titik A dilepas, waktu yang diperlukan untuk mencapai


titik B diukur. Dilakukan sebanyak 7 kali (atau tanyakan pada asisten).

Cakram berlubang ditambahkan di atas cakram pertama.

Langkah ke 4 dan ke 5 diulangi sampai cakram yang tersedia terpakai


semua.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Hasil Percobaan

No Jumlah Waktu tempuh (s)


Penambahan t1 t2 t3 t4 t5

1 0 2,38 2,28 2,19 2,27 2,25 2,274

2 1 2,55 2,57 2,30 2,50 2,45 2,474

3 2 2,84 2,69 2,75 3,28 2,97 2,906

4 3 3,37 3,18 3,32 3,29 2,59 3,15

Jarak Jari-jari Cakram (m) Massa (kg)


Tempuh (m) Rl Rd Mctb Mcb Mbeban

0,175 0,163 0,061 0,272 0,2885 0,041

3.2. Perhitungan

3.2.1 Cakram Tak Berlubang

Massa : MCTB = 0,272 kg

Devisiasi Massa : ½ NST = 5 x 10-5 kg

Devisiasi Jari-jari Luar : ½ NST = 2,5 x 10-5 m


Inersia : ½ MCTB RL2 = 0,003613384 kg.m2
𝛿𝑀 𝛿𝑅𝐿
𝛿𝐼 = ( 𝑀 𝐶𝑇𝐵 + 2 )𝐼 =
1,77263E-06 kg.m2
𝐶𝑇𝐵 𝑅𝐿
𝛿𝐼 =
𝑘𝑟𝐼 = × 100% 0,000490572 %
𝐼

3.2.2 Cakram Berlubang


𝐼 ′ = 1⁄2 × 𝑀𝐶𝐵 (𝑅𝐿2 − 𝑅𝐷2 ) = 0,003296 kg.m2
a. Penambahan 0
Percobaan t (s) t2 (s2) a (m/s2) α (rad/s2) 1/α
(s2/rad)
1 2,38 5,6644 0,061789 0,379076 2,637992
2 2,28 5,1984 0,067328 0,413058 2,420969
3 2,19 4,7961 0,072976 0,447705 2,233612
4 2,27 5,1529 0,067923 0,416705 2,399779
5 2,25 5,0625 0,069136 0,424146 2,357679
1/α 2,410006

2s
 a= 𝑡2

2s 2s 2s 2s 2s
a1 = a2 = a3 = a4 = a5 =
𝑡1 2 𝑡2 2 𝑡3 2 𝑡4 2 𝑡5 2
(m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2)
0,061789 0,67328 0,072976 0,067923 0,069136

a
 𝑎=𝑅
𝐿

a1 a2 a3 a4 a5
𝑎1 = 𝑎2 = 𝑎3 = 𝑎4 = 𝑎5 =
𝑅𝐿 𝑅𝐿 𝑅𝐿 𝑅𝐿 𝑅𝐿

(rad/s2) (rad/s2) (rad/s2) (rad/s2) (rad/s2)

0,379076 0,413058 0,447705 0,416705 0,424146


1
 𝑎
1 1 1 1 1
(s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad)
𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑎4 𝑎5

2,637992 2,637992 2,233612 2,399779 2,357679


1
 = 2,410006 (s2/rad)
α

 𝐼 = 1⁄2 × 𝑀𝐶𝑇𝐵 (𝑅𝐿2 ) = 0,003613 kgm2

b. Penambahan 1
Percobaan t (s) t2 (s2) a(m/s2) α (rad/s2) 1/α
(s2/rad)
1 2,25 5,0625 0,069136 0,424146 2,357679
2 2,57 6,6049 0,052991 0,325098 3,075996
3 2,3 5,29 0,066163 0,405905 2,463629
4 2,5 6,25 0,056 0,343558 2,910714
5 2,45 6,0025 0,058309 0,357724 2,79545
1/ α 2,720694
2s
 a= 𝑡2
2s 2s 2s 2s 2s
a1 = 𝑡 2 a2 = 𝑡 2 a3 = 𝑡 2 a4 = 𝑡 2 a5 = 𝑡 2
1 2 3 4 5

(m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2)

0,069136 0,052991 0,066163 0,056 0,058309


a
 𝑎=𝑅
𝐿
a
𝑎1 = 𝑅1 a a a a
𝐿 𝑎2 = 𝑅2 𝑎3 = 𝑅3 𝑎4 = 𝑅4 𝑎5 = 𝑅5
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
(rad/s2) 2 2 2 2
(rad/s ) (rad/s ) (rad/s ) (rad/s )

0,424146 0,325098 0,405905 0,343558 0,357724


1

𝑎
1 1 1 1 1
(s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad)
𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑎4 𝑎5

2,357679 3,075996 2,463629 2,910714 2,79545


1
 =2,720694 (s2/rad)
α

 𝐼1 = 1⁄2 × 𝑀𝐶𝐵1 (𝑅𝐿2 − 𝑅𝐷2 ) + 1⁄2 × 𝑀𝐶𝑇𝐵 (𝑅𝐿2 ) = 0,006909


kgm2

c. Penambahan 2
Percobaan t (s) t2 (s2) a (m/s2) α (rad/s2) 1/α
(s2/rad)
1 2,84 8,0656 0,043394 0,266222 3,756265
2 2,69 7,2361 0,048369 0,29674 3,369955
3 2,75 7,5625 0,046281 0,283932 3,521964
4 3,28 10,7584 0,032533 0,199587 5,010341
5 2,25 5,0625 0,069136 0,424146 2,357679
1/ α 3,603241
2s
 a= 𝑡2
2s 2s 2s 2s 2s
a1 = 𝑡 2 a2 = 𝑡 2 a3 = 𝑡 2 a4 = 𝑡 2 a5 = 𝑡 2
1 2 3 4 5

(m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2)

0,043394 0,048369 0,046281 0,032533 0,069136

a
 𝑎=𝑅
𝐿
a
𝑎1 = 𝑅1 a a a a
𝐿 𝑎2 = 𝑅2 𝑎3 = 𝑅3 𝑎4 = 𝑅4 𝑎5 = 𝑅5
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
(rad/s2) 2 2 2 2
(rad/s ) (rad/s ) (rad/s ) (rad/s )

0,266222 0,29674 0,283932 0,199587 0,424146


1
 𝑎
1 1 1 1 1
(s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad)
𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑎4 𝑎5

3,756265 3,369955 3,521964 5,010341 2,357679


1
 =3,603241 (s2/rad)
α

 𝐼2 = 1⁄2 × 2 × 𝑀𝐶𝐵2 (𝑅𝐿2 − 𝑅𝐷2 ) + 1⁄2 × 𝑀𝐶𝑇𝐵 (𝑅𝐿2 ) =


0,010205 kgm2

d. Penambahan 3
Percobaan t (s) t2 (s2) a(m/s2) α 1/α(s2/rad)
(rad/s2)
1 3,37 11,3569 0,030818 0,189069 5,289071
2 3,18 10,1124 0,034611 0,212337 4,709489
3 3,32 11,0224 0,031754 0,194807 5,133289
4 3,29 10,8241 0,032335 0,198376 5,040938
5 2,59 6,7081 0,052176 0,320096 3,124058
1/ α 4,659369
2s
 a= 𝑡2
2s 2s 2s 2s 2s
a1 = 𝑡 2 a2 = 𝑡 2 a3 = 𝑡 2 a4 = 𝑡 2 a5 = 𝑡 2
1 2 3 4 5

(m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2)

0,030818 0,034611 0,031754 0,032335 0,052176

a
 𝑎=𝑅
𝐿
a
𝑎1 = 𝑅1 a a a a
𝐿 𝑎2 = 𝑅2 𝑎3 = 𝑅3 𝑎4 = 𝑅4 𝑎5 = 𝑅5
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
(rad/s2) 2 2 2 2
(rad/s ) (rad/s ) (rad/s ) (rad/s )

0,189069 0,212337 0,194807 0,198376 0,320096


1
 𝑎
1 1 1 1 1
(s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad) (s2/rad)
𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑎4 𝑎5

5,289071 4,709489 5,133289 5,040938 3,124058


1
 =4,659369 (s2/rad)
α

 𝐼3 = 1⁄2 × 3 × 𝑀𝐶𝐵3 (𝑅𝐿2 − 𝑅𝐷2 ) + 1⁄2 × 𝑀𝐶𝑇𝐵 (𝑅𝐿2 ) =


0,013501 kgm2

3.3. Grafik

N 1
(s2/rad)
α

2,410006
0
2,720694
1
3,603241
2
4,659369
3

0+1+2+3
𝑥̅ = = 1,5
4

2,410006+2,720694+3,603241+4,659369
𝑦̅ = = 3,3483275
4

∆𝑦 4,4−2,8
tan 𝜃 = = = 0,8
∆x 3−1

𝑦𝑏−𝑦𝑎 3,5−3,1
𝐾𝑟 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 5,98 %
2𝑦̅ 2(3,34)

𝐼 ′ = tan 𝜃 = 0,8 kg.m2


3.4. Pembahasan
3.4.1. Analisa Prosedur
3.4.1.1. Fungsi Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum momen inersia ini antara lain
sebuah mistar yang berfungsi untuk diukurnya jarak antara titik A dan titik B.
Sebuah stopwatch yang berfungsi untuk diukurnya waktu pemberat yang
dilepaskan dari titik A ke titik B. Beberapa buah cakram yang berfungsi untuk
digerakkannya pemberat yang terhubung dengan tali dari titik A ke titik B. Neraca
Ohaus berfungsi untuk ditimbangnya massa dari pemberat dan cakram. Jangka
sorong berfungsi untuk diukurnya diameter luar dan diameter dalam dari beberapa
buah cakram.
3.4.1.2. Fungsi Perlakuan
Pada percobaan momen inersia ini, dimiliki fungsi perlakuan yang
berbeda-beda, pemberat m dan cakram (M dan M’) ditimbang dengan neraca
ohauss. Hal ini bertujuan untuk didapatkannya massa pada pemberat dan cakram.
Cakram berlubang diukur dengan jangka sorong, hal ini bertujuan untuk
didapatkannya diameter dalam dan diameter luar dari cakram berlubang. Posisi
titik A dan B ditentukan, hal ini bertujuan untuk didapatkannya nilai jarak (s) yang
nantinya akan diukur oleh mistar/penggaris. Pemberat dari titik A dilepaskan ke
titik B lalu dilanjutkan dengan penambahan cakram berlubang diatas cakram
pertama agar lebih praktis pada saat diukur waktu tempuhnya.
3.4.2. Analisa Hasil
Pada praktikum momen inersia ini digunakan 1 buah cakram tidak berlubang dan 3
buah cakram berlubang. Nilai jari-jari dari masing-masingcakram diukur dengan
digunakannya jangka sorong sehingga didapatkan nilai R L dan RD. Sedangkan massa
cakram dan massa beban diukur dengan neraca ohauss sehingga didapatkan nilainya
adalah MCTB, MCB, MBEBAN. Pengukuran pada massa dan diameter hanya dilakukan sekali
sehingga ralat yang digunakan adalah ralat NST. NST yang dimiliki oleh neraca ohauss
sebesar 0,1 gram sedangkan NST dari jangka sorong sebesar 0,05 cm. Pada cakram tak
berlubang didapatkan nilai massa dari cakram tak berlubang sebesar 0,272 kg. Lalu pada
devisiasi jari-jari luar didapatkan hasilnya sebesar 5 x 10-5 kg. Lalu untuk deviasi jari-jari
luar didapatkan hasilnya sebesar 2,5 x 10-5kg. Inersia pada cakram tak berlubang
didapatkan hasilnya sebesar 0,003613384 kg.m2. Deviasi inersia pada cakram tak
berlubang didapatkan nilainya sebesar 1,77263E-06 kg.m2 lalu nilai koefisien relatif
inersia pada cakram tak berlubang didapatkan sebesar 0,000490572%. Pada penambahan
1, digunakan 1 cakram berlubang dan 1 cakram tidak berlubang dan didapatkan inersianya
sebesar 0,006909 kg.m2. Pada penambahan 2, digunakan 2 cakram berlubang dan 1
cakram tidak berlubang sehingga nilainya didapatkan sebesar 0,010205 kg.m2. Pada
penambahan 3, digunakan 3 cakram berlubang dan 1 cakram tidak berlubang sehingga
didapatkan niainya sebesar 0,013501 kgm2.
Pada perhitungan grafilk, untuk didapatkan nilai inersianya terlebih dahulu harus
diketahui nilai tanθ, dan didapatkan hasil 0,8. Selain itu di perhitungan grafik koefisien
relativenya didapatkan hasilnya sebesar 5,98%. Inersia pada perhitungan grafik
didapatkan hasilnya sebesar 0,8 kg.m2. Jika kita lihat antara perhitungan grafik dengan
perhitungan matematis dimiliki nilai inersia yang berbeda. Pada perhitungan matematis,
nilai momen inersianya 0,003296 kg.m2. Perbedaan ini bisa saja terjadi karena salah satu
kesalahannya pada pengukuran waktu tempuh, shingga dihasilkan plot grafik yang
berbeda. Kemudian, bisa disebabkan juga kesalahan dalam penarikan garis centroid pada
grafik.
Alasan dari mengapa gaya angkat atau bebannya lebih besar dari gaya rotasi, yaitu
torsi dari cakram ialah untuk mengetahui berapa detik waktu yang dibutukan untuk beban
mencapai titik B dari titik A. Sehingga dari data waktu yang diperoleh, akan dimasukkan
ke dalam perhitungan yang akan membawa kita pada ditemukannya konsep inersia dari
cakram berlubang dan tak berlubang. Konsep dari rotasi dan inersia sering kita temui
dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering menggunakan sepeda motor untuk berpergian,
yang pada gerak rodanya terdapat konsep gerak rotasi dan inersia.
BAB IV
SARAN DAN KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Setelah dilakukannya praktikum momen inersia ini, praktikan dapat menghitung
momen inersia dari suatu cakram dan juga dapat menentukan momen inersia dari cakram
berlubang. Momen inersia dari suatu cakram dapat dihitung dengan menggunakan rumus I =
½ MCTB RL2. Kemudian untuk cakram berlubang, dapat ditentukan dengan rumus I = ½ M CB
(RL2-RD2). Pada percobaan yang sudah dilakukan, hasil yang diperoleh untuk momen inersia
dari cakram tak berlubang adalah 0,003613384 kg.m2.. Kemudian untuk cakram yang
berlubang adalah 0,003296 kg.m2
4.2. Saran
Saat praktikum secara daring, terdapat suatu kendala yakni masalah sinyal. Hal ini
disebabkan kondisi dari jaringan pada beberapa daerah berbeda-beda menyebabkan tidak
maksimal dalam mendengarkan penjelasan yang disampaikan. Untuk praktikum berikutnya,
diharapkan praktikan lebih mempersiapkan kesiapan dari segi jaringan agar dapat mengikuti
praktikum dengan maksimal.
Daftar Pustaka

Abdullah, Mikrajuddin.2006. Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 2005. Fundamentals of Physics 7th Edition. New York:
John Wiley & Sons Inc.
Lampiran
Sitasi

(Mikrajuddin Abdullah, 2016)

(Mikrajuddin Abdullah, 2016)


(Halliday et al., 2005)
TUGAS PENDAHULUAN

Soal.

1. Apa yang dimaksud dengan momen inersia suatu benda?

2. Dapatkah sebuah gaya yang kecil memberikan torsi yang lebih besar daripada gaya yang
lebih besar? Jelaskan!
3. Buatlah tabel hubungan besaran-besaran fisis linear (misal: jarak, kecepatan, gaya dsb)
dengan besaran besaran sudutnya (anguler).

Jawaban.

1. Momen inersia adalah kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya.

2. Dapat, dikarenakan torsi juga dipengaruhi oleh besar lengan gaya. Sehingga gaya yang
kecil bisa memberikan torsi yang lebih besar daripada gaya yang lebih besar ketika
perbedaan lengan gaya dari gaya yang kecil jauh lebih besar daripada gaya yang besar.
3.
No Nama Besaran Dalam Translasi Dalam Rotasi Hubungan antar besaran
1 Jarak Jarak Linear (x) Sudut (θ) θ = x/R
2 Kecepatan Kecepatan Linear Kecepatan ώ = v/r

(v) Anguler (ώ0


3 Percepatan Percepatan Linear Percepatan α = a/r

(a) Anguler (α)


4 Massa Massa (M) Momen Inersia I = Mr2

(I)
5 Gaya Gaya (F) Torsi (τ) τ = Fr
Perhitungan Excel
POST-TEST

Anda mungkin juga menyukai