POLI FISIOTERAPI
20 Februari 2019
dr. Bq. Yuliana AP
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram nomor ...
1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SHORT WAVE DIATERMY (S W D)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
20 Februari 2009
dr. Bq. Yuliana AP
PENGERTIAN SWD merupakan arus frekwensi tinggi (27,12 MHz) dan merupakan
gelombang pendek yang memberikan rangsangan terhadap saraf
sensorik maupun motorik
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien comfortable / senyaman mungkin
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati
3. Bersihkan daerah yang akan diobati dari keringat
C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Hidupkan power guna pemanasan alat ± 5 menit
2. Letakkan elektrode ke daerah yang akan diobati
3. Atur timer ± 15 menit
4. Naikkan intensitas panas sesuai toleransi penderita
PERHATIAN Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi,
intensitas dosis harus dikurangi atau diturunkan
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram Nomor...
2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SINAR INFRA MERAH (I R)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien comfortable / senyaman mungkin disesuaikan dgn
daerah yang
diobati. Posisinya bisa duduk, telentang atau tengkurap.
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati serta perlu
dilakukan tes
sensibilitas terhadap panas dan dingin
C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Hidupkan lampu dgn jarak antara 45-60 cm dari daerah yang
akan disinari
2. Sinar usahakan tegak lurus dgn daerah yang diobati serta waktu
antara 10-30 menit disesuaikan dgn kondisi penyakitnya
3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ULTRA SONIK (U S)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
004/08/50
C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Fisioterapis menyetel parameter US misalnya frekwensi (1 atau
3 MHz)
2. Jenis energi yang diberikan (continue atau intermetten)
3. Pemberiaan intensitas sebesar 0,6 w/cm 2
4. Pengaturan waktu 5-10 menit atau sesuai dgn luas daerah yang
diobati
5. Fisioterapis mengoleskan aqueous gels pada daerah yang
diobati
6. Tranducer digerakkan terus menerus selama terapi, gerakan
tersebut dapat berupa gerakan membujur (longitudinal), gerak
melintang dari jaringan yang diobati maupun gerakan melingkar
seperti spiral
7. Tranducer harus tetap bergerak meskipun area yang diobati
kecil, gerakan tranducer harus ritmis, pelan dan tekanan
4
terhadap kulit tdk boleh terlalu keras
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram nomor ...
UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi
5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PARAFIN BATH
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
005/08/50
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien diatur senyaman mungkin disesuaikan dgn daerah
yang akan
diobati
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati
C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Setelah parafin / lilih meleleh (cair) masukkan / oleskan parafin
pada daerah yang akan diobati
2. Kemudian tutup / balut daerah yang akan diobati dgn kertas
minyak dan handuk
3. Diamkan selama ± 10-15 menit
4. Setelah parafin membeku / dingin sesuai dgn waktu yang
ditentukan parafin dibuka / dilepaskan dari daerah yang diobati
PERHATIAN Sesuaikan derajat panas dan waktu pemakaian dgn toleransi penderita
6
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
006/08/50
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien diatur senyaman mungkin disesuaikan dgn daerah
yang akan
diobati
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati
3. Bersihkan dari keringat atau debu
4. Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul
C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Tekan / hidupkan tombol power
2. Letakkan plat elektrode pada daerah yang akan diobati
3. Atur waktu pengobatan ± 10-15 menit
4. Atur frekwensi yang diberikan kpd penderita, apakah intermitten
(terputus-putus) atau continous (terus menerus)
5. Atur intensitas sesuai toleransi penderita
6. Setelah waktu pengobatan selesai, kembalikan tombol dalam
keadaan nol
7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MASSAGE THERAPY
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
007/08/50
Efek Fisiologis :
1. Meningkatkan metabolisme
2. Mencegah venostatis
3. Mengurangi oedema
4. Sedatif
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan dimassage
3. Bersihkan daerah yang akan dimassage dari keringat
4. Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul
C. Pelaksanaan Massage :
Adapun teknik massage adalah
1. Gosokan
- Strocking yaitu manipulasi gosokan yang ringan dan halus
dengan menggunakan seluruh permukaan tengah dengan arah gerakan
tidak beraturan
- Effleurage yaitu gosokan disertai tekanan dengan arah
menuju jantung
(distal ke proksimal)
2. Petrissage
Adalah pijatan dengan cara memegang group otot lalu
didorong, diangkat dan diremas / ditekan dengan lembut dan hati-hati
Petrissage terdiri dari :
- Kneading ; manipulasi dengan tekanan-tekanan gerakan
rolling tangan tanpa gesekan dengan kulit kecuali saat berpindah dari
satu area ke area lain
8
- Wringing ; Manipulasi dengan memegang group otot /
jaringan dengan kedua luka tangan dengan gerakan dorong dan tarik
- Picking UP ; Jaringan dipegang , diangkat dan dilepas
- Rolling Skin ; Kulit dipegang dan diangkat kemudian
didorong
3. Friction
Adalah manipulasi dengan gerakan melingkar (sirkulair) atau
melintang kecil menggunakan ujung jari, ibu jari, pangkal tangan atau
siku
4. Tapotement (cambukan)
Terdiri dari :
- Hacking ; tepukan dengan samping ulnar tangang dengan jari
terbuka
- Cupping ; tepukan dengan tangan membentuk arcus
- Slapping ; tepukan dengan palmar jari-jari tanpa membentuk
arcus
- Beating ; tepukan dengan samping ulnar tangan dengan jari
tertutup
- Tapping ; tepukan dengan ujung jari-jari
- Pounding ; kombinasi antara hacking-beating-dorsal tangan
5. Vibration
Adalah manipulasi dengan cara menggetar / mengguncang
MODIFIKASI STROCKING :
1. Horizontal strocking
Kebanyakan digunakan pada pinggang bawah
Caranya : kedua tangan digosokkan silih berganti kesamping
atas atau kesamping bawah
2. Bilateral tree strocking
Untuk memasang saraf yang keluar dari medula spinalis
sehingga arah gosokan dari vertebra ke latero distal, biasanya cukup
dengan jari-jari atau ibu jari saja
3. Mannel’s superfisial strocking
Gosokan dengan tekanan ringan dengan arah tidak beraturan
4. Tree Count Strocking
Hanya untuk otot trapezius :
a. Upper Trapezeus ; arah gosokan dari origo ke insertio
b. Midle Trapezeus ; arah dari medial ke lateral (thoracal ke
bahu)
c. Lower Trapezeus ; arah dari distal ke latoroproksimal (ke
arah bahu)
5. Singels
Menggunakan 1 telapak tangan yang selalu kontak dengan
tubuh / kulit pasien dimana tangan yang lain menindih tangan tersebut
yang berfungsi memberi tekanan dan dorongan
EFEK EFFLEURAGE
1. Mempercepat aliran darah vena dan limphe
2. Aliran arteri lebih baik sehingga metabolisme akan baik
3. Mengurangi spasme otot dan rasa sakit
Indikasi :
- Pada kondisi – kondisi oedema
- Gangguan pembuluh darah ringan
- Fatique / kelelahan
Kontra Indikasi :
- Kasus hyperaesthesk
9
- Kulit dengan rambut lebat
- Oedema berat dan beru
- Scar tissue baru
EFEK PETRISSAGE
1. Memperbaiki sirkulasi darah arteri, vena dan limphe
2. Otot mendapat nutrisi cukup sehingga siap untuk latihan
sehingga mengurangi perlengketan dan mengurangi kelelahan
otot
3. Efek sedatif saraf sehingga mempercepat penyerapan pada usus
halus, memberi rangsangan pada empdu dan melancarkan
konstipasi
4. Paralysis / lumpuh
Mencegah atropi, mencegah kontraktur otot
Kontra Indikasi :
- Varises berat
- Inflamasi / peradangan akut
- Pasca trombosis
- Jaringan parut baru
DOSIS MASSAGE
1. Lamanya massage :
Anggota bawah : 20 menit
Punggung : 25 menit
Anggota atas : 15 menit
General : 1 jam
2. Frekwensi pemberiaan massage : efektif setiap hari
3. Jenis manipulasi / teknis sesuai dengan tujuan
PERHATIAN -
10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MANIPULATION THERAPY
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
008/08/50
PENGERTIAN Adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba-tiba (hentakan)
dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian
rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah atau menghentikan gerakan
yang terjadi.
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan dimassage
3. Bersihkan daerah yang akan dimassage dari keringat
11
arah gerakan slide ditentukan oleh bentuk permukaan
sendi pembentukan
4. Posisi Sendi
a. Close Pocked Position (CPP)
Adalah suatu posisi dimana kedua permukaan sendi dalam
keadaan merapat (kompresi maksimal). Keadaan ini terjadi pada
posisi akhir suatu gerakan yang disebabkan menegangnya kapsul
sendi dan ligamen akibat adanya gerakan conjuct rotation
Misalnya : Posisi Abduksi Shoulder maksimal dan rotasi
PERHATIAN -
12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
EXERCISE THERAPY (TERAPI LATIHAN)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
009/08/50
2. Passive Movement :
a. Relaxed Passive Movement
b. Forced Passive Movement
c. Manipulative Passive Movement
13
7. Latihan-latihan aktifitas harian
1. Active Movement
a). Voluntary movement merupakan suatu gerakan yang
diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari, bekerja
melawan tenaga dari luar
Klasifikasi :
1. Free active exercise adalah suatu gerakan yang terjadi akibat
kontraksi dari otot yang bersangkutan melawan pengaruh
gravity pada bagian tubuh
2. Asisted active exercise merupakan gerakan yang terjadi oleh
karena adanya kerja daripada otot-otot yang bersangkutan,
melawan pengaruh gravity dan dalam melakukan kerja
dibantu oleh kekuatan dari luar
3. Assisted Reristed active exercise, kemungkinan otot cukup
kuat bekerja dengan melawan resisten pada suatu bagian
ROM (Range of Movement) tertentu. Latihan ini disini
menentukan pemberiaan tenaga dari luar atau tahanan yang
disesuaikan pada setiap bagian ROM tertentu
4. Ressisted active exercise merupakan latihan kekuatan dari
suatu tahanan yang diberikan pada otot yang sedang bekerja
untuk memperkembang kekuatan otot dan daya tahan otot
b). Involuntary Movement (Reflex) merupakan gerakan yang
tidak disadari yang dapat diartikan sebagai jawaban terhadap
rangsangan sensoris
2. Passive Movement
Merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari
luar sedangkan
otot penderita relax / lemas
Klasifikasi :
1. Relaxed passive movement merupakan gerakan passive,
dimana gerakan hanya terbatas sampai batas rasa nyeri. Bila
penderita merasa nyeri pada batas ROM tertentu, maka
gerakan harus dihentikan
2. Forced passive movement merupakan gerakan passive,
dimana pada akhir gerakan diberikan penekanan dalam
suatu gerakan yang bertujuan untuk
menambah/meningkatkan jarak gerak sendi (ROM)
3. Manipulative passive movement adalah suatu gerakan pasif
yang dilakukan dengan tiba-tiba (hentakan) dengan
amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian
rupa sehinggga pasien tidak bisa mencegah atau
menghentikan gerakan yang terjadi
Prosedur :
A. Persiapan alat :
- Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak
- Penyediaan bahan seperti handuk, bantal goneometer (alat ukur
luas gerak sendi), midline (alat ukur lingkar otot, panjang tungkai atau
lengan)
B. Persiapan Penderita :
14
Atur posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
Efek-efek exercise
a. Relaxasi
Otot dikatakan lemas atau relax, apabila otot tadi bebas dari
suatu ketegangan dan dalam keadaan istirahat. Gerakan yang
berganti-ganti antara kontraksi dan relaxasi dapat membuat relaxasi
pada group-group otot tertentu
b. Joint Mobility
ROM yang normal dapat dipertahankan oleh latihan-latihan
dalam full ROM.
Bila suatu sendi mengalami pembatasan ROM, maka exercise
yang dikerjakan secara ritme / teratur dan pada akhir gerakan
diberikan penahanan akan dapat menambah ROM sendi tersebut
c. Kekuatan dan tonus otot
Kekuatan dan tonus otot yang sedang bekerja ditambah oleh
adanya ketegangan didalam otot itu sendiri pada saat memberikan
respons.
Ketegangan otot akan lebih besar apabila latihan yang diberikan
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi
d. Neuromuscular coordination
Koordinasi suatu gerakan dapat dikembangkan dengan
memberikan latihan yang berulang-ulang. Apabila suatu gerakan
telah dapat dikuasai oleh penderita maka dapat ditingkatkan kepada
gerakan yang lebih kompleks
e. Efek terhadap kepercayaan penderita
Dalam pembentukan gerakan yang efisian dan terkoordinir
yang mana penderita dapat mengerjakannya sendiri dan mengetahui
tentang efek- efeknya akan dapat memberikan kepercayaan, sehingga
penderita akan sanggup melaksanakannya dengan baik
f. Efek terhadap sirkulasi darah dan pernafasan
Selama memberikan latihan dalam waktu yang lama, akan
nampak gejala-gejala pada penderita, seperti adanya suatu kenaikan
kecepatan dan dalamnya pernafasan, denyut nadi lebih cepat dan kuat,
temperatur tubuh akan naik
15
b) Assisted exercise
Adapun teknik Assisted exercise adalah :
Starting posisi
Posisi penderita harus stabil, agar dapat berkonsentrasi
terhadap latihan yang diberikan
Bentuk dan gerakan
Bentuk daripada gerakan harus betul-betul dikuasai
penderita agar arah dari gerakan dapat menuju pada sasaran yang
diperlukan
Fixsasi
Diberikan pada bagian proximal sendi dimana origo
daripada otot-otot prime moversnya melekat
Support
Bagian yang akan digerakkan harus disangga untuk
mengurangi kerja otot-otot yang lemah dengan menghilangkan
pengaruh gravity
Mengurangi ketegangan
Ketegangan dari otot-otot antagonis harus dikurangi,
sampai seminimal mungkin, sehingga gerakan yang terjadi dapat
halus dan terkoordinir
Traction
Untuk pertama kalinya otot yang bergerak harus diulur,
supaya terjadi myotattic reflex (stretch reflex / memberikan
penguluran sebelum pasien mengangkat jari / tangannya)
sehingga akan memancing atau memudahkan kontraksi otot
Arah gerakan
Kekuatan yang dipakai sebagai assisted harus searah
dengan gerakan yang kita berikan
Sifat gerakan
Sifat gerakan harus halus, kecepatan gerakan tergantung
pada otot yang terkena
Pengulangan gerakan
Jumlah pengurangan gerakan tergantung pada keadaan otot
dan fisik penderita
Kerjasama antara penderita dengan fisioterapis
Hal ini penting untuk mendapatkan perkembangan latihan
yang berikutnya
d) Ressisted exercise
16
Adapun teknik Ressisted exercise adalah :
Starting Position
Tubuh harus stabil agar penderita dapat memperhatikan
pattern/pola dari geraknya, sehingga dapat berusaha dengan kekuatan
yang maximum.
Pattern Of movemnt
Hal ini harus diketahui oleh pendrita dengan jelas dan sebelum
diberikan latihan, harus bekerja secara passsive telebih dahulu atau
secara free exercise. Otot harus bekerja full ROM gerakan yang
diberikan harus berhubungan dengan gerakan sehari-hari dan juga harus
merupakan gerakan yang bertujuan.
Stabilisasi
Diberikan pada tulang dimana origodari agonistnya berasal
Traction
Pertama kali tarikan harus diberikan kepada otot yang akan
bekerja untuk menimbulkan stretch refley (myotatic reflex)
Kekuatan Tahanan
Bermacam bentuk tahanan dapat diberikan pada otot yang
sedang berkontraksi antara lain :
- Manval (dengan tangan fisioterapis)
- Wight (pemberat) dan pulley
- Spring/per
Sifat Gerakan
Gerakan halus dan terkontrol, ROM harus penuh, tahanan yang
diberikan harus bisa dilawan oleh kekuatan otot dalam ROM yang
penuh
Repetition (pengulangan gerak)
Jumlah waktu yang dibrikan pada otot untuk bekerja melawan
tahanan tergantung pada kondisi seseorang
Kerjasama fisioterapis dan pendeita
Semua usaha penderita dan kemauannya untuk berlatih
mempunyai peranan yang penting dalam memperkembangkan kekuatan
otot untu merangsang kemauan penderita
2. Passive Movement
a). Relaxed passive movement
Adapun teknik Relaxed passive movement adalah :
Relaxasi
Sebelum memulai latihan, otot-otot penderita harus lemas
terlebih dahulu
Fixasi
Ini diberikan pada bagian proximal dari tulangnya,
terutama bila kita menginginkan gerakan itu terjadi hanya pada satu
sendi
Support
Bagian yang akan kita gerakkan harus diberikan support
dengan penuh, sehingga penderita tidak merasa takut akan
adanya stains. Support ini bisa diberikan dengan tangan
fisioterapis atau dengan suspension
Traction
17
Tiap-tiap sendi yang akan kita gerakkan, pada
permulaannya kita berikan tarikan terlebih dahulu
Range of Movement (ROM)
Jarak gerak sendi yang kita berikan tergantung dari
keadaan sendi. Biasanya terbatas pada rasa nyeri dan spasme otot
Kecepatan dan lama gerakan
Gerakan yang diberikan harus teratur, lambat dan
terkontrol. oleh karena gerakan otot-otot harus dalam keadaan relax.
durasi atau lamanya gerakan tergantung tujuan pengobatan
PERHATIAN -
18
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FRENKEL’S EXERCISE
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
010/08/50
C. Pelaksanaan
Prinsip-prinsip terapi :
1. Rangsang visual, kulit, pendengaran, untuk propioseptor
2. Tahanan hanya berasal dari gravitasi
3. Pola gerak yang digunakan harus dapat merangsang propioseptor
yaitu pola
gerak yang menyebabkan perubahan sudut sendi dan diarahkan
dengan jelas
dengan perintah fisioterapis.
4. Latihan diawali dengan total pola gerak (gerak gabungan dari
abduksi,
adduksi, flexi, extensi), kemudian gerak campuran, refleks tegak,
mekanisme
stabilitasi baru ADL (Activity Daily of Living)
5. Dalam latihan diperlukan konsentrasi, keseksamaan dan
pengulangan gerak
6. Latihan dilakukan dalam 4 posisi : berbaring, duduk, berdiri dan
berjalan
7. Latihan bisa menggunakan alat bantu berupa gambar / coretan
19
terganggu
reseptor sehingga penyampaian impuls terganggu
c). Berdiri
Memindahkan kaki kedepan/kebelakang
Memindahkan kaki kelateral/medial
Memindahkan tumpuan melingkar/rotasi
d). Berjalan
Disamping garis lurus diantara kedua kaki
Diantara kedua garis lurus sebelah tumpuan
Berjalan pada gambar tapak pada lantai kaki
lurus / gambar serong (langkah tegak)
Berrjalan pada posisi kaki lurus / gambar
serong (langkah tegak)
e) Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai
toleransi penderita
20
PERHATIAN -
21
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
WILLIAM FLEXION EXERCISE
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
011/08/50
C. Pelaksanaan
Adapun teknik william flexion exercise adalah :
Terdiri dari 6 gerakan : 4 posisi terlentang, 1 posisi exaggerated
stator’s position, 1 posisi berdiri membelakangi tembok
1. Posisi awal : terlentang pada alas yang padat dengan hip dan
knee flexi, telapak kaki menumpu rata dialas
Gerakan : kontraksikan otot perut, sekaligus tekankan
punggung bawah pada alas tidur, tahan 5 detik, kemudian relax.
Frekuensi 10x gerakan, perhatikan khusus saat relax, jangan sampai
membentuk arcus/lengkungan pada punggung
2. Posisi awal : sama seperti latihan pertama
Gerakan : kontraksikan otot perut, pada saat bersamaan angkat
kepala dan shoulder girdle (bahu) hingga dagu menyentuh thorax
bagian atas, tahan 5 detik kemudian relax, frekuensi 10x, untuk
peningkatan 25x, perhatikan khusus jangan sampai terjadi gerakan
sit up (flexi lumbal)
3. Posisi awal : sama seperti latihan pertama
Gerakan : gerakan oleh pasien (aktif) memflexikan 1 tungkai
kedada sejauh mungkin, setelah itu tungkai tersebut ditarik oleh
tangan kedada, sambil mengangkat kepala dan bahu, tahan 5 detik,
relax. Frekuensi 10x, kemudian ulangi tungkai satunya.
Perhatian khusus : jangan sampai melakukan gerakan
“Double Straight Leg Rissing” (2 tungkai lurus yang diangkat lurus
bersamaan) karena akan menambah lordosis lumbal bertambah kuat
sehingga nyeri.
22
4. Posisi awal : sama seperti latihan pertama
Gerakan : sama seperti latihan ketiga tetap 2 tungkai, tetapi
dilaksanakan serentak, no 3 dan 4 adalah gerakan aktif pasien,
menggerakkan flexi hip sejauh mungkin.
5. Posisi awal : posisi exaggerated stator’s position (seperti start
pelari) dimana berat badan disangga tungkai belakang dan lengan,
tungkai didepan relax
Gerakan : pada posisi awal berat badan disangga tungkai
depan dulu baru setelah itu otot perut, kontraksikan menekan dada
ke paha, kaki depan, berat badan dipindah ketagan dan kaki yang
lurus, dengan kaki belakang sedikit cenderung ke arah depan, tahan
5 detik relax. Frekuensi 10x dilakukan bergantian.
Perhatian : telapak kaki depan harus rata dengan lantai
Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi tembok,
jarak 2 tumit kurang lebih 10-15 cm, lumbal menempel rata dengan
tembok
Gerakan : satu tungkai diayun kedepan, dipertahankan 10
detik, saat tungkai kedepan jangan sampai merubah posisi lumbal
(tetap menempel ditembok), frekuensi 10x, kemudian diganti dengan
tungkai lainnya
Perhatian : latihan ini berat dan jika terlalu berat bagi pasien,
lamanya mempertahankan poisis dapat dikurangi, latihan kontraksi
isometrik sehingga perlu dipertanyakan bila pasien sakit jantung,
jangan diberi latihan bahaya
PERHATIAN -
23
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
R. MC. KENZIE EXERCISE
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
012/08/50
24
sebagai tuas/fiksator. diusahakan kedua lutut dalam posisi extensi,
selanjutnya posisi kembali tegak tahan 1-2 detik.
5. Latihan V
Posisi pasien tidur terlentang dengan flexi sendi paha dan lutut.
Kemudian dengan kedua lengan, kedua tungkai ditarik kearah dada,
kepala tidak perlu diangkat kemudian kembali keposisi semula. ulangi
6-8 kali gerakan, lalu lakukan 2-4x sehari. setiap latihan seharusnya
diikuti dengan latihan no.3
6. Latihan VI
Posisi pasien duduk dipinggiran kursi, kepala flexi, kedua tangan
diletakkan diatas lutut dengan lengan lurus. kemudian secara pelan-
pelan pinggang dibuat dalam posisi lordosis yang extrem beberapa saat,
kemudian ke posisi awal. Kedua telapak kaki menumpu lantai,
pandangan lurus kedepan, gerakkan badan kedepan dan kedua tangan
menyentuh lantai, kembali lagi pelan-pelan pada posisi semula.
Sebagai latihan lebih lanjut gerakkan kepala mendekati lantai dan
kedua tangan jauh dibelakang kedua kaki. Untuk lebih efektif apabila
kedua tangan dapat memegang pergelangan kaki, ulangi setiap sesion 5-
6x dan 3-4x setiap hari. Latihan ini dikerjakan bila latihan V dapat
dikerjakan tanpa rasa sakit dan setiap melakukan latihan ini harus
diikuti latihan III.
PERHATIAN -
25
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRAKSI
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
013/08/50
26
10-20 menit. Pada kondisi-kondisi yang masih akut
penanggulangan traksi diberikan setiap hari satu kali sampai satu
seri (7-10x). apabila dengan pemberiaan traksi ini nyeri pinggang
bertambah, pemberiaan beban dapat dikurangi atau traksi ditunda
pemberiannya.
II. Pelaksanaan traksi cervical
Traksi cervical dapat dilakukan dalam posisi tidur (horizontal),
duduk (vertikal) dan tidur setengah duduk (bersudut). dari ketiga
posisi tersebut, posisi tidur setengah duduk adalah posisi terbaik,
karena posisi tubuh stabil, relaksasi otot-otot cukup baik “counter
traction” yang cukup baik diperoleh dari berat tubuh sendiri.
Pemasangan sling harus tepat menyangga dagu dan bagian
occipital dan sudut tarikan sekitar 20-30 derajat dengan aksis
tubuh karena pada posisi ini lordosis menjadi lurus sehingga
diperoleh tarikan maksimal.
Traksi tergantung kepada distribusi rasa nyeri pada daerah
cervical dan daerah penyebarannya dibahu atau lengan, apabila
gangguan disebelah kiri posisi penderita digeser kearah kiri
sehingga diperoleh efek regangan langsung didaerah tersebut,
demikian pula sebaliknya.
Metode yang tepat untuk kondisi ini adalah metode intermittent
traction karena memberikan efek menghilangkan nyeri dengan
beban tarikan minimal (10-20%) berat badan total dinaikkan
secara bertahap menurut toleransi penderita. waktu traksi antara
10-20 menit.
Apabila selama dilakukan traksi penderita mengeluh pusing, atau
keluhan rasa nyeri bertambah, dipertimbangkan untuk menunda
pemberiaan traksi.
PERHATIAN -
27
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NDT CONCEPT ( METODE BOBATH )
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
014/08/50
PENGERTIAN Suatu terapi dengan menggunakan latihan khusus yang ditujukan untuk
melatih kembali kemampuan tumbuh kembang motorik yang pernah
hilang.
TUJUAN 1. Untuk menstimulasi reflek tonik patologis menjadi
fisiologis
2. Untuk memudahkan terjadinya gerak spontan sebagai
respon stimulasi gerak.
3. Untuk mengembalikan gerakan dengan cara memberikan
tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat reaksi otomatis.
A. Persiapan Alat :
PROSEDUR 1. Siapkan alat seperti handuk, bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak.
B. Persiapan Penderita :
Posisi penderita secomfortable/seenak mungkin
28
Yaitu memudahkan terjadinya gerak voluntair dan dalam
hal ini kadang kita perlu pengaturan posisi tertentu untuk
memudahkan aktifitas yang akan kita lakukan tersebut.
29
Cara : Dapat dilakukan pada posisi duduk selonjor,
dapat dikombinasikan dengan menggerakkan badan
pasien kedepan, kebelakang dan kesamping.
d. Elevasi + Exorotasi lengan
Inhibisi : - Flexor spastik
- Depresi Sholder Girdle
- Extensi trunk dan tungkai, semuanya pada pasien
diplegi dan Guadriplegi, jika Flexor spastik pada
lengan merupakan bagian dari extensor tungkai.
Mis : Pada hemiplegi, maka elevasi + extensi lengan
+ side flexy trunk sisi yang hemi maka akan
memfasilitasi Flexy + abduksi tungkai sisi hemi oleh
karena terputusnya pola Flexy lengan dan extensi
tungkai.
e. Extensi kedua lengan digerakkan diagonal ke
belakang.
Inhibisi : Flexor spastik lengan menjadi kendor
karena terulur.
Fungsi : Memudahkan tangan dan jari-jari membuka.
Side efek : Bila dilakukan pada posisi endo + extensi
lengan, akan menimbulkan peningkatan tonus
adduksi + endorotasi terutamka pada tungkai.
Pencegahan : Dilakuka pada posisi exorotasi +
extensi lengan,
Indikasi : Pada ceberal palsy tipe Diplegi dan
guardriplegi ringan
Latihan diatas bisa dikombinasikan untuk latihan
jalan
f. Palmar Flexy + abdukasi thumb dengan lengan
exorotasi+
extensi / supinasi
Efek : Memfasilitasi semua jari tangan membuka.
Keterangan :Posisi tangan Ceberal palsy selalu
menggenggam
Dikoreksi dengan membuat palmar Flexi sehingga
memudahkan jari-jari membuka, kemudian thumb
diabduksikan dengan memegang phalank proximal
thumb.
3. Pelvie dan Tungkai
Dorsi Flexy jari kaki expert thumb
Inhibisi : Extensor spastik tungkai menjadi kendor.
Fungsi : Dorsi Flexi ankle, exo + abduksi tungkai
menjadi mudah.
Side efek : Mempersulit extens knee dan hip, khususnya
bila dilakukan pada posisi berdiri.
4. Tengkurap
Kepala diangkat lengan lurus keata + extensi trunk.
Fasilitas :Extensor hip dan tungkai ( meningkatkan
tonusnya ).
Kepala diangkat, lengan horizontal abduksi + siku lurus.
Fasilitas : Extensor dorsal spine(lebih mudah kontraksi),
jari- jari jangan terbuka Abdukasi kedua tungkai Side
Flexi kepala, kemudian kepala diangkat.
5. Telentang
Pada bayi (spastik sedang atau ringan) bila leher + SG
diretraksikan maka kedua tungkai akan Flexy + abduksi,
30
setelah terjadi reaksi tersebut tekankan tungkai kedadanya
dengan tetap pola Felxy + abduksi.
6. Duduk
a. Flexi, trunk,forward, kedua tungkai abd.
Kebiasaan anak Ceberal Palsy cenderung trunknya
bungkuk dan kepal Flexi.
Fasilitasi : Memudahkan etensi spine dan kepala
terangkat (extensi), bis ditambah aproximasi
kepala.
Side efek : Hip sangat Flexi karena kontraktur Flexor
hip meningkat sehingga sulit untuk berdiri karena
lordosis meningkat.
Pencegahan : Dilakukan pada posisi ” Lonfg Sitting”.
b. Abduksi dengan kedua tungkai lurus ( selonjor kedua
lengan ditahan pada posisi forward dengan SG
protraksi.
Fungsi : Terjadi kontrol kepada bila spine/badan
didorong kearah tegak dan terlentang sehingga kepala
berusaha tegak.
31
biasanya digunakan untuk persiapan berdiri.
PERHATIAN
32
STANDARD PROSEDUR OPERASIONAL
015/08/50 1/2
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada shoulder traumatic arthritis
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Ada riwayat trauma
- Nyeri jenis tajam pada bahu dan lengan atas
- Nyeri meningkat pada seluruh gerak bahu
Tes cepat
- Abduksi elevasi bahu terjadi gerak ’reverse humerosccapular rhythm
- Gerak terbatas dengan springy end feel
Tes gerak pasif
- Gerak abduksi terbatas springy end feel, rotasi eksternal terbatas
springy end feel dan rotasi internal terbatas lebih ringan (capsular
pattern)
Tes gerak isometric
- Tidak bermkana kecuali bila ada strain
Tes khusus
- Joint play movement: traksi pada ahir ROM nyeri, terbatas firm end
feel
- Palpasi: Spasme otot-otot bahu.
Pemriksaan lain
- Tidak diperlukans
Diagnosis
- Nyeri bahu hingga lengan atas akibat traumatic arthrit
33
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- Aktualitas tinggi: RICE
- Lewat 3 hari mobilisasi ringan
- Lewat 1 minggu: mobilisasi sendi
- Lewat 3 minggi: mobilisasi sendi intensif, modalitas SWD.
- Terapi latihan: Codmann pendular exercise, free active mobilzation
exc, shoulder wheel dll.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus shoulder traumatic
arthritis
- Intervensi fisioterapi pada shoulder traumatic arthritis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
Evaluasi
- Nyeri, ROM
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
34
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ANKLE SPRAIN
016/08/50 1/3
35
Prosedur dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali -
2 kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi
- Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral
- Nyeri meningkat pada saat gerak eversi
Inspeksi:
- Oedeme dan haematome lateral ankle
Tes cepat
- Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat.
Tes gerak aktif
- Gerak inversi dan gerak eversi
- Gerak dorso dan plantar flexi
Tes gerak pasif
- Nyeri gerak pasif inversi dengan springy end feel
- Gerak pasif lan positif-negatif
Tes gerak isometric
- Gerak isometrik eversi nyeri
Tes khusus
- Palpasi
- Joint play movement.
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Ankle Sprain
- Intervensi fisioterapi pada Ankle Sprain
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Lesi saraf perifer
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray tidak dijumpai fraktur.
Diagnosis:
- Nyeri lateral kaki akibat inversion injury/sprain
Rencana tindakan:
- -Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
36
Intervensi
- RICE
- Bandaging
- US: diberikan pada fase kronik
o Pada ligamenta atau tendon yang terjadi cidera
o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction
- active stabilization and balance exc.
- Walking exc
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
37
ASUHAN FISIOTERAPI PADA DORSAL WRIST COMPRESSION
SYND
017/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal Wrist Compression
Synd
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
38
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- trauma pada wrist saat menumpu BB
- nyeri pada gerakan dorso flexi wrist
- unstable
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar
flexion dengan end feel firm.
Diagnosis
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- RICE
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
Kemungkinan splinting
Evaluasi
Nyeri,ROM
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Dorsal Wrist
Compression Synd
- Intervensi fisioterapi pada Dorsal Wrist Compression Synd
39
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
40
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ENTRAPMENT N. RADIALIS ( C5-
C8)
018/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit
PELAYANAN Ditetapkan Oleh :
FISIOTERAPI Direktur Klinik Kamboja
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislokasi
- Neoplasma
41
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Radicular pain bahu sampai jari2 bagian dorsal
- Parasthesia
Inspeksi:
- Dalam batas normal
Tes cepat
- Tibul nyeri atau paresthesia pada Abduksi-elevasi bahu penuh
Tes gerak aktif
- ekstensi cervical
- lateral flexi cervical
Tes gerak pasif
-
Tes gerak isometrik
Tes khusus
- adson test
- PACVP nyeri segmental
Pemriksaan lain
Diagnosis
radicular pain dari c5 – c8 dan adanya gangguan gerakan
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Cervical traction
o Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Cervical collar untuk actualitas tinggi
- Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi
Radicular pain,ROM
Dokumentasi
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
42
FORMAT SPO
ASUHAN FISIOTERAPI PADA COLLUM FEMORIS FRACTURE
019/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Fraktur collum femoris
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Fraktur collum femoris
Intervensi fisioterapi pada Fraktur collum femoris
Kontra indikasi :
- osteomielitis
-
43
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- adanya nyeri pada daerah fraktur
- adanya kliking
- inflamasi
- sensasi
- Kelemahan otot
Tes cepat
- menurut area terjadinya fraktur
Tes gerak aktif
- gerak fisiologis sendi
- alur gerak normal
- keseimbangan, koordinasi, beban sirkulasi.
Pemeriksaan lain
- X ray
- MRI
Diagnosis:
- adanya gangguan gerak pada hip dan nyeri
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
44
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
45
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME
020/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Tujuan
Kebijakan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Prosedur Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Indikasi : Asesmen Fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome Intervensi Fisioterapi pada Thoracic
(Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome
Kontra indikasi :
Lampiran
Prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis adanya nyeri pada saat fleksi ibu jari.
Tes cepat
Tes gerak aktif, abduksi, elevasi, depresi,protr
Tes gerak pasif
Test streach fleksor ibu jari sakit
46
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
Perencanaan intervensi
Intervensi
US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.
Parafin bath 5 menit
Ke arah addukasi di berikan splaint selama 1 minggu-3 minggu
Massage ke arah proksimal.
Dokumentasi
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal
47
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TRAUMATIC ARTHRITIS CARPUS
021/08/50 1/1
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Traumatic Arthritis Carpus
Tujuan
Kebijakan Indikasi :
Kontra indikasi :
Prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Tes cepat
Tes khusus
Pemriksaan lain
Diagnosis
Rencana tindakan
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi
48
ASUHAN FISIOTERAPI PADA WHIPLASH INJURY
022/08/50 1/1
Lampiran
prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain
Diagnosis
Rencana tindakan
.
49
ASUHAN FISIOTERAPI PADA DORSAL WRIST COMPRESSION
( N. Radialis C6-C7)
023/08/50 1/3
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal wrist compression
( entr. N. Radialis c6-c7)
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
50
Prosedur - Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
- Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada dorsal flexi wrist dan semutan jari tangan I dan
II permukaan dorsal
- Kadang disertai gerak terbatas kearah dorsal dan end feel firm
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorso flexi.
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorso flexi.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas gerak dorso flexi dan wrist dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Nyeri kearah dorso flexi.
Tes khusus
- Phalen test
- Stretch test lig. Ulnar collateral
- Dorsal lebih terbatas dari palmar (JPM)
Pemeriksaan lain
- EMG positif entrapment pada N.Radialis
Diagnosis
- Nyeri pada gerakan dorsal flexi wrist.
- Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
- Intervensi US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Stretching lig. Carpi transversum
o Passive mobilization exercise
o Stretching lig. Carpi transversum
o Passive mobilization exercise
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi
51
- streching.
Evaluasi
- Nyeri, paresthesia
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Lampiran
Joint mobililization
US
Stretching
52
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ENTRAPMENT RADIALIS
( N. Radialis C6-C7)
024/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
53
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
- Anamnesis:Nyeri jenis pegal pada sepanjang lengan bawah sampai
pergelangan tangan dan semutan jari tangan I dan II permukaan
palmar dan Dorsal
- Kelemahan pada otot yang dipersarafi oleh N.Radialis
- Adanya gangguan sensasi.
Inspeksi :
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal fleksi dan radialis deviasi
pergelangan tangan.
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal fleksi dan radialis deviasi
pergelangan tangan.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas gerak dorsal flexi dan radialis deviasi pergelangan
tangan dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- tidak khas, kecuali bila atrofi thenar.
Tes khusus
- tunnel test positif
- Stretch test lig. radial collateral
- JPM intercarpal
Pemeriksaan lain
- EMG positif entrapment
Diagnosis
- Nyeri dan kesemutan pergelangan tangan akibat entrapment n.
radialis setinggi lengan bawah .
- Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
-
54
- Intervensi US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization.
- Streaching saraf perifer.
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle
- Indikasi : Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Entrapment
Radialis
- Intervensi fisioterapi pada Entrapment Radialis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
Osteoporosis
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
55
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOOSSEAL TENDOPATHY DAN
TENOSYNOVITIS M. FLEXOR CARPIRADIALIS
025/08/50
1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenoosseal Tendopathy dan
Tenosynovitis M. Flexor Carpiradialis
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis nyeri saat
Tes gerak isometric fleksi wrist tambah nyeri pada fleksor elbow.
Tes khusus test streach
Pemriksaan lain
Diagnosis
56
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
Perencanaan intervensi
Indikasi :
Asesmen Fisioterapi pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M.
Flexor Carpiradialis
Intervensi Fisioterapi pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M.
Flexor Carpiradialis
Kontra indikasi :
Intervensi
US intermiten dosis pada akut aktualitas tinggi 0,5-1 watt/cm2
Transfer friction
streching
Evaluasi
ROM, nyeri
Dokumentasi
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskulo skeletal
57
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOOSSEAL TENDOPATHY M.
FLEX. CARPI ULNARIS
026/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Tes cepat
Tes khusus
Pemriksaan lain
Diagnosis
Rencana tindakan
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi
Lampiran
58
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOSYNOVITIS M. FLEX. DIGIT.
PROFUNDUS
027/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenosynovitis M. Flex. Digit.
Profundus
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Tes cepat
Tes khusus
Pemriksaan lain
Diagnosis
Rencana tindakan
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi
Lampiran
59
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
028/08/50 1/2
rtian : Antropometri adalah semua ciri yang menggambarkan dimensi tubuh, seperti tinggi,
berat, lingkar tubuh dan komposisi lemak tubuh
2. Tujuan : Pengukuran antropometri merupakan indikator yang tepat serta berguna pada klinis
untuk menentukan status nutrisi protein-energy tubuh
3. Ruang lingkup : Meliputi persentase berat badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), ketebalan lemak
(skinfold thickness), estimasi lemak tubuh dan dimensi tubuh.
4. Bagian Terkait : Klinik Gizi, Klinik IP Dalam dan Orthopaedi
5. Dokumen terkait :
6. Standar terkait :
60
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SC JOINT.
SUBLUXATIO
1/1
029/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis nyeri pada daerah sternoclavicularis
Tes cepat abduksi elevasi
Diagnosis
Nyeri dan gangguan gerak pada sendi sternoclavicularis akibat sublutation
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal
61
STANDARD OPERATION PROSEDUR TINDAKAN DENGAN MODALITAS FISIOTERAPI
ULTRA VIOLET
030/08/50 1/2
62
Prosedur Dosis :
A. Untuk radiasi general indikasi nomor 1 dan 2
Dosis: sub Erythema; pengulangan 1 x 1 hari, 1 seri : 12 kali
B. Untuk radiasi local
Dosis : Indikasi nomor 1 : E II : pengulangan 3 hari 1 kali
Indikasi nomor 2 : E IV : pengulangan 2 minggu 1 kali
Indikasi nomor 3 : E II : pengulangan 3 hari 1 kali
Indikasi nomor 1 : E III : pengulangan 3 minggu 1 kali
Seri : Melihat keadaan
Teknik Aplikasi :
A. Radiasi general
1. Persiapan lampu, 2-5 menit dinyalakan
2. Kulit harus bersih dan kering
3. Pakaian dibuka, kecuali pakaian dalam
4. Dilakukan tes dosis
5. Mata ditutup dengan kacamata khusus
6. Jarak lampu dan kulit 60-90 cm
7. Sinar jatuh tegak lurus pada kulit
8. Keringat dihapus
B. Radiasi Lokal
1. Sama dengan teknik radiasi general nomor 1,2,4,5,6,7 dan 8
2. Area kulit yang diobat dilepas pakaiannya
3. Anggota/daerah yang diobati ditutup dengan handuk
Indikasi :
A. Radikal general
1. Penderita dengan kondisi tubuh rendah, contoh : allergis, asmatis,
bronchitis, pernah kejang (post convulsi)
2. Anak-anak yang mengalami kelambatan dalam pertumbuhan dan
aktivitas. Contoh : richet, anak premature, retarded, cerebral palsy
B. Radiasi Lokal
1. Penyakit kulit karena jamur (misal: panu, kadas, psoriasis)
2. Luka lama, decubitus
3. Hipopigmentasi (bekas luka terbakar)
4. Acne vulgaris (jerawat)
Kontraindikasi :
1. Penyakit yang akut (T.B.C, paru, dermatitis, exim)
2. Penderita yang sedang mendapat radioterapi
3. Penderita allergis terhadap sinar ultra violet
4. Sensitiser : adanya kemungkinan penderita menjadi sensitive terhadap
sinar ultra violet setelah pengobatan dengan obat-obat tertentu, misalnya :
sulfa, insuline, thyroid extract, kinine, gold therapy
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
63
PENERAPAN PARAFIN BATH
1/2
031/08/50
64
Prosedur Dosis :
Waktu : 10 – 20 menit
Pengulangan sub akut 1 x 1 hari, kronik 1 x 2 hari
Seri : 5 kali
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi no. 1,2 dan 3
1. Posisi penderita duduk nyaman, anggota yang akan diobati diberikan
posisi yang nyaman.
2. Bagian yang akan direndam dibebaskan dari pakaian, kulit dicuci dengan
sabun dilap kering.
3. Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin
4. Kontrol peralatan : alat telah dihidupkan dan parafin telah cair dengan
suhu 500,
5. Tangan/kaki dicelupkan kedalam parafin cair secara perlahan dan
dipertahankan selama 1 menit, kemudian diangkat sambil menunggu
paraffin mernbeku. Ulangi prosedur tersebut 10-12 kali, hingga terbentuk
lapisan paraffin setebal kurang lebih 1/2 cm. Tangan / kaki yang
terbungkus parafin dibungkus handuk, lalu dipertahankan selama 10
menit.
6. Kontrol suhu rendaman: terlalu panas atau kurang panas.
7. Selesai terapi: Parafin dilepas dari tangan/kaki, bila penderita pusing
disuruh tiduran dahulu
Indikasi :
1. Kondisi sehabis trauma tangan/kaki sub akut atau kronik
2. Kondisi peradangan ( mis RA, OA, dll) tangan/kaki sub akut dan kronik
3. Kondisi ketegangan otot dan nyeri
Kontraindikasi :
1. Anastesia pada kulit
2. Kondisi gangguan peredaran darah arteri, tepat lokasi tidak boleh
dikenakan langsung
3. Kondisi dengan kecenderungan terjadi perdarahan superfisial
4. Kondisi sehabis radioterapi sebelum 3 bulan
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
65
TINDAKAN INTERMITTEN COMPRESSION THARAPY
032/08/50 1/1
Prosedur 1 Posisi anggota elevasi (100 - 450 ) , pneumatic sleeve (sarung) dipasang
pada anggota yang bersangkutan,
2 Pasang pipa plastik pada pneumatic sleeve dan output alat
3 Cek kontak arus input dari listrik ruangan ke alat
4 Atur tekanan inflation <diastole (mis 80 mmhg) anggota bawah
tekanan >anggota atas
5 Durasi inflation 10 " – 120 " deflation 10” – 120
6 Periksa hasil intervensi dengan instrumen pengukuran yang sesuai
misalnya tonus, nyeri dll.
7 Pengawasan terhadapn nyeri dan pembengkakan.
Indikasi:
1 Lymph/venous oedeme kaki dan/atau anggota gerak bawah
2 Lymph/venous oedeme tangan dan/atau anggota gerak atas
3 Spasme anggota gerak atas atau anggota gerak bawah akibat gangguan
sirkulasi venosus.
Kontra indikasi:
1 Kecenderungan perdarahan capilair karena arteriosclerosis
2 Karsinoma pada daerah yang diobati.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
66
MASSAGE & MANIPULATIVE
033/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
67
Prosedur Dosis intensitas tergantung jenis teknik massage.
Dosis waktu : 10 - 30 menit
Pengulangan : Subakut dan kondisi berat 1 kali 1 hari
Kronik dan kondisi ringan 1 kali 2 hari
Seri : 5 kali
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi : no. 1,2,3,4,5,6 dan 7
1. Posisi penderita :
Tiduran di bed atau duduk di kursi dengan rilek dan badan / anggota yang
akan diterapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal sedang bagian
yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.
Posisi fisioterapis : berdiri di samping bed.
2. Bahan pelicin : berupa salep, minyak atau bedak
3. Teknik massage :
- Effleurage : untuk penenang dan memperlancar aliran darah dan limfe
- Friction : menghancurkan perlengketan/pengerasan jaringan lunak, dan
konter iritasi diberikan pada akar-akar urat saraf dan atau pada titik-titik
nyeri (akar urat saraf = segmen)
- Petrissage : terdiri dari kneading, wringing dan picking up. Mempunyai
pengaruh melemaskan dan mengulur otot/jaringan lunak, melancarkan
juga bisa membantu mendorong gerak pencernaan pada usus
- Tapotament, terdiri dari Hacking, Clapping, Beating dan Pounding.
Berguna untuk memberikan rangsangan / pacuan pada urat saraf dan otot,
pada torak untuk memperlancar pengeluaran sekresi dari sistem
pernafasan dalam postural drainage
- Vibrasi dan shaking, mengurangi / melemaskan ketegangan otot dan
keluhan nyeri, memperlancar pengeluaran sekresi pernafasan,
memperlancar gerak pencernaan dan pembuangan
4. Waktu yang diperlukan sangat tergantung dari luasnya / besarnya bagian
yang diterapi, tebalnya jaringan dan tujuannya. Massage dengan gerakan
yang cepat akan menimbulkan pacuan, massage yang lambat-lambat akan
mempunyai efek penenang
Indikasi :
1. Kondisi sehabis trauma / sehabis operasi sub akut dan kronik, pada sistem
musculoskeletal
2. Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, perlengketan dan
pemendekan jaringan otot dan jaringan lunak yang lain
3. Kondisi keluhan nyeri, penekanan/penyempitan urat saraf dan kondisi
kelumpuhan urat saraf
4. Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe
5. Kondisi kurang lancarnya pengeluaran sekresi pada saluran pernafasan
6. Kondisi kurang lancarnya proses pencernaan makanan dan pembuangan
Kontraindikasi :
1. Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang masih baru
2. Kulit yang terkuak
3. Kondisi cedera sistem muculoskeletal (fracture, rupture) belum direposisi
dan pulih secara baik dan kuat
4. Adanya tanda-tanda keganasan (setempat)
5. Penderita panas tinggi (subfibris-fibris)
6. Penderita kelainan jantung dan adanya haemoptoe, khusus jenis
tapotament daerah torak
7. Kondisi varices, tepat pada lokasinya
8. Kondisi haematemesis dan melena, khusus daerah perut
9. Wanita saat haid dan kehamilan, khusus daerah perut
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
68
II. MANIPULASI PADA VERTEBRAE
034/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan tangan untuk normalisasi neuro-
muskuloskeletal-vegetative mechanism
Tujuan Mobilisasi otot
Mobilisasi sendi kolumna vertebralis
Manipulasi sendi
Stabilisasi sendi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram No.1635/XII.1/KK/1/2015
69
Prosedur
D o s i s :
g r a d e I u n t u k a k t u a l i t a s t i n g g i - s e d a n g ;
g r a d e I I u n t u k a k t u a l i t a s s e d a n g ;
g r a d e I I I - I V u n t u k
a k t u a l i t a s r e n d a h . G r a d e V m a n i p u l a s i .
U n t u k i n d i k a s i n o m o r 1 , 2 , 3 , 4 d a n 5
1. Waktu : 15 – 20 menit
2 . P e n g u l a n g a n : k o n d i s i a k u t 1
x 1
Kondisi membaik, keluhan berkurang 1 x 2 har i
3. Seri : 5 kali
T e k n i k A p l i k a s i :
( A ) U n t u k c e r v i c a l i n d i k a s i
n o m o r 1 , 2
1. Posisi penderita tidur tengkurep, kedua tangan dilipat di bawah dahi,
bagian
tengkuk dan punggung atas dibuka pakaiannya
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s e b e l a h a t a s
p e n d e r i t a
3. Penekanan dengan kedua ibu jari dilakukan pada masing-masing
vertebrae
dengan teknik vertical – oscillatory pressure, predominan (arah tekanan) ke
d a e r a h y a n g n y e r i , d i u l a n g 4 k a l i
4. Kuat lemahnya tekanan disesuaikan dengan toleransi
penderita
U n t u k c e r v i c a l i n d i k a s i n o m o r 3 , 4
1. Posisi penderita tidur terlentang, rilek, tanpa bantal di
kepala
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s e b e l a h a t a s
p e n d e r i t a
3. Manipulasi : dengan menarik kepala penderita lurus ke arah cranial, disusul gerak rotasi kepala ke kanan dan ke kiri, lateral bending diulang sedikitnya
3 kali
4 . T a r i k a n h a r u s k u a t t a p i c u k u p
c o m f o r t a b l e
(B) Untuk Thoracal dan Lumbal indikasi nomor 1, 2, 3
dan 4
1. Posisi penderita tidur tengkurep, kedua lengan di samping badan, rilek dan buka
pakaian
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s a m p i n g
p e n d e r i t a
3. Penekanan dengan telapak tangan dan masing-masing vertebrae dengan teknik vertical oscillatory pressure dan atau lateral vertebrae pressure, arah tekanan pada daerah nyeri. Penekanan diulang minimal
3 kali
( C ) U n t u k L u m b a l i n d i k a s i
n o m o r 3 , 4
1 . P o s i s i p e n d e r i t a t i d u r m i r i n g ,
r i l e k
2. Manipulasi : dengan membuat rotasi pada lumbal (contra lateral movement) diulang minimal 3
kali
(D) Untuk sacral / sacroiliaca indikasi nomro 1, 2, 3
dan 4
1. Posisi penderita tidur tengkurep, buka
pakaian
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s a m p i n g
p e n d e r i t a
3. Tekanan dengan telapak tangan diarahkan pasa sacroiliaca, dengan
oscillatory
70
Kontraindikasi :
Untuk nomor : A, B, C dan D
1. Peradangan akut / kronik vertebrae
2. Infeksi spesifik / non spesifik vertebrae
3. Fraktur vertebrae
4. Gangguan sistem peredaran darah intervertebrale
5. Porose tulang vertebrae
6. Proses degenerasi discus intervertebrale
7. Congenital abdormalities dari vertebrae
8. Tanda-tanda keganasan pada vertebrae
9. Keteganga musculature yang bersifat akut
10. Khusus (A) Cervical : adanya keluhan bertambah hebat sesudah manipulasi
11. Khusus (B) Thoracal : adanya porose/ fraktur costae
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
71
PENERAPAN CONTINOUS PASSIVE MOVEMENT MACHINE
(CPM)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
035/08/50 1/1
Indikasi
1 Pasca operasi joint replacement
2 Kontraktur sendi pasca immobilisasi atau pasca operasi
3 Kontraktur pasca kombustio
Kontra indikasi
1. Fraktur tidak stabil.
3. Dislokasi sendi
4. Osteopososis
5. Ankylosing/arthrodesis
Keganasan sendi
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
72
EXERCISE THERAPY
(MEKANOTERAPI)
I. PASSIVE EXERCISE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
036/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
73
Prosedur Dosis :
Untuk indikasi nomor 1 s/d 7
1. Diberikan pasif sesuai dengan fungsinya, dengan ulangan 5 – 8 kali
gerakan
2. Waktu 15 – 40 menit
3. Pengulangan 1 x 1 hari ; kronik 1 x 2 hari
4. Seri : 10 kali
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1 s/d 7
1. Posisi : tiduran atau duduk yang rilek
2. Pergerakan pasif sesuai fungsi otot atau kelompok otot, pada bidang
gerak sendinya mencapai range of motion (R.O.M) yang penuh
3. Pasif / bantuan pernafasan, dengan shaking dan vibrasi untuk membantu
expirasi penderita terutama yang dalam keadaan lemah atau coma
4. Khusus nomor 7, penguluran pada kelompok otot yang memendek
Indikasi :
1. Kondisi coma / post coma
2. Kondisi lama bed rest
3. Kondisi post operative
4. Kondisi post fracture / dislocation
a. Nilai ototnya antara 0 – 2
b. Lama tidak berfungsi
c. Post immobilitation
5. Kondisi kekakuan sendi
6. Kondidi kelemahan otot
7. Kondisi pemendekan otot
Kontraindikasi :
1. Penderita panas tinggi dan adanya proses peradangan akut
2. Force passive movement khusus stiff elbow
3. Hipertensi dan hiperadduksi pada :
- Post fracture collum femoris dengan Moore Prothese / pen
- Post fracture shaft of femur dengan pen
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
74
II. ASISTED ACTIVE EXERCISES
037/08/50 1/1
Pengertian Adalah latihan gerak aktif dengan bantuan kekuatan dari luar (manual atau
dengan alat) sebesar yang diperlukan
Tujuan Penguatan otot nilai dibawah 3
Mobilisasi sendi aktif
Mengajarkan gerak tertentu
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
75
Prosedur Dosis :
Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 3
Waktu : tiap satu macam gerak dari suatu sendi diberikan 10 – 3 – gerakan,
dengan waktu sesuai dengan toleransi penderita
1. Pengulangan 1 x 1 hari
2. Seri : 10 kali
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 3
1. Posisi penderita yang enak, rilek dan stabil ; dengan ruang gerak yang
mencukupi
2. Anggota yang dilatih diberikan penyangga (support) dan penahan (fixasi)
pada bagian proximalnya
3. Diusahakan dicapai perlemasan (relaxasi) pada otot antagonis dari pada
gerakan dimaksud
4. Diberikan contoh arah gerakan (patern of movement) pada gerakan sendi
yang penuh
5. Diberikan komando yang jelas, gerakan sendi yang penuh dan diulang-
ulang dengan irama yang sesuai
6. Perlu dijalin kerjasama antara terapis dan penderita
7. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan
Indikasi :
1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 1 dan 2
2. Kondisi kesulitan pengontrolan gerak
3. Kondisi terhambatnya jarak pergerakan sendi
Kontraindikasi :
Untuk II, III dan IV
1. Penderita panas tinggi
2. Penderita dalam keadaan bed rest total
3. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus
4. Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi
paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan
5. Penderita yang tidak kooperatif
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
76
III. FREE ACTIVE EXERCISE
038/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah gerak sendi aktif tanpa tahanan ataupun bantuan dari luar
Tujuan Mobilisasi sendi aktif
Mengajarkan gerak fungsional
Memperkuat otot
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3 dan 4
1. Posisi penderita comfortable, rilek dan stabil, dengan ruangan gerak yang
mencukupi
2. Bentuk dan arah gerakan diberikan contoh, ditunjukkan dengan gerakan
yang penuh
3. Komando yang jelas, kecepatan dan irama gerakan yang sesuai
4. Perlu dijalin kerjasama antar terapis dan penderita
5. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan. Bila banyak
keluar keringat dipersilahkan segera minum
6. Bisa dikerjakan dengan bantuan alat-alat atau berupa permainan
7. Latihan isometric perlu ditandai dengan palpasi pada otot atas tendonnya
Indikasi :
1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 3 ke atas
2. Kondisi kesulitan pengontrolan gerak anggota
3. Kondisi terhambatnya jarak gerakan sendi
4. Kondisi ketegangan otot dan jaringan lunak
Kontraindikasi :
6. Penderita panas tinggi
7. Penderita dalam keadaan bed rest total
8. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus
9. Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi
paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan
Penderita yang tidak kooperatif
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
77
WALKING TRAINING
A. Analisa berjalan normal
040/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
78
Prosedur Tahap I : Tumit memukul
Kita misalkan tungkai kanan yang melangkah. Pandangan samping :
1. Kepala dan badan tegak, lengan kanan di belakang garis tengah tubuh
dengan siku lurus, lengan kiri ke depan dengan siku sedikit menekuk
2. Panggul sedikit memutar ke depan
3. Lutut kanan lurus
4. Kaki kiri sedikit terputar keluar, sebesar 15 derajat bidang sagital
Pandangan depan :
1. Kepala dan badan tegak, kedua lengan terayun dengan sedikit
mereganggang dari pada tubuh
2. Psnggul sedikit miring ke bawah pada sebelah kanannya
3. Tungkai sedikit terputar keluar pada sendi pahanya
Tahap II : Posisi tengahan
Pandangan samping :
1. Kepala dan badan tegak, kedua lengan sedikit merenggang dari pada
tubuh
2. Panggul sedikit miring ke bawah pada sebelah kanannya
3. Tungkai sedikit terputar pada sendi pahanya
Tahap III : Dorong angkat
Pandang samping
1. Lengan kanan di depan garis tengah tubuh dengan siku sedikit
menekuk, lengan kiri ke belakang dengan siku melurus
2. Panggul terputar ke depan
3. Lutut kanan sedikit menekuk
4. Pergelangan kaki plantar flexi
5. Jari-jari hiper extensi pada sendi metatarsophalangeal
Pandangan ke belakang :
1. Kedua tangan terayun dengan sedikit meregangang pada tubuh, siku
kanan sedikit menekuk dan kiri melurus
2. Tungkai sedikit terputa keluar pada sendi pahanya
3. Telapan bagian tumit dan tengah tampak dan telapak bagian depan
menempel pada lantai
Tahap IV : Pertengahan mengayun
Pandangan depan
1. Kepala dan badan tegak dan panggul sedikit miring turun
2. Tungkai pada garis vertikal gaya berat tubuh
3. Tungkai sedikit terputar ke dalam pada sendi pahanya
4. Kaki membentuk sudut terhadap tungkai dengan sedikit eversi
Pandangan samping :
1. Panggul sedikit berputar ke depan, kedua lengan mendekat pada garis
tengah tubuh
2. Lutut dan paha menekuk
3. Kaki sedikit terputar keluar terhadap tungkai
79
B. Latihan Berjalan
(gait training)
1/1
041/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah latihan berjalan tanpa ataupun dengan alat bantu jalan
Tujuan Memperbaiki pola berjalan
Melatih teknik berjalan untuk mengatasi masalah tertentu
Melatih pemakaian pembantu jalan tertentu
80
Prosedur C. Dosis
1. Waktu : Toleransi penderita s/d 30 menit
2. Pengulangan : 1 – 2 kali 1 hari
3. Seri : 3 – 10 kali
D. Teknik
1. Persiapan berjalan
2. Berdasarkan titik tumpu :
a. Four point gait
b. Three point gait
c. Two point gait
d. Tripod alternate gait
e. Tripot simultaneous gait
f. Swing to gait
g. Seeing through gait
3. Berdasarkan tumpuan berat badan :
a. Non weight bearing
b. Partial weight bearing
c. Full weight bearing
F. Kontra Indikasi
1. Kondisi panas tinggi
2. Kondisi perlu bed rest
3. Kondisi gangguan pada kedua tungkai dan vertebrae tidak boleh
menumpu berat badan, sebelum dipakai alat penguat
4. Kondisi sehabis trauma / operasi vertebrae, capitis, organ lain pada tahap
akut
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
Uraian Teknik
1. Persiapan Berjalan :
Mempersiapkan mental dan fisik penderita sehingga berani dan mampu mengerjakan latihan berjalan.
Persiapan ini dikerjakan bertahap, diterapkan teknik-teknik yang sesuai dengan kondisi masing-
masing penderita. Berikut ini dituliskan aneka ragam teknik persiapan dan latihan berjalan untuk
dipilih dalam pengetrapannya.
a. Persiapan Mental :
Dorongan mental dengan memberikan pengertian antara lain dalam pokok-pokok hal sebagai
berikut :
1) Bahwa sudah saatnya berlatih berjalan
2) Perlunya latihan berjalan
3) Kerugian-kerugian bila tidak latihan berjalan
4) Jaminan pengamanan dirinya dalam latihan
b. Persiapan Fisik :
81
Usaha penguatan penegak dan penggerak tubuh serta peningkatan daya keseimbangan, berupa
latihan-latihan fisik dengan teknik antara lain sebagai berikut :
1) Latihan leher dan kepala
Posisi : Penderita tidur terlentang di bed
Gerakan : a) Neck rotation
Memutar kepala ke kanan dan kiri, 5 – 10 kali
b) Neck flexion
Mengangkat kepala seperti akan bangun ke duduk dengan dagu mendekat ke
dada. Bila penderita kuat diberikan tahanan tangan pada dahi, 5 – 10 kali.
2) Latihan tungkai :
Posisi : Penderita tidur terlentang di bed, dengan guling dibawah
lutut
Gerakan : a. Quadriceps exercise
Menekankan lutut ke bawah sehingga tumit terangkat dari bed, bergantian
kanan kiri, 10 – 20 kali.
b. Ankle & toes exercise
Pergelangan dan jari-jari, dorsal flexi dan extensi, plantar flexi dan flexi, serta
eversi dan inversi, rotasi keluar dan kedalam pergelangan.
c. Leg raising
mengangkat satu tungkai setinggi-tingginya mendekati posisi tegak, bergantian
kanan kiri, 10 – 20 kali
3) Melengkungkan, memutar dan menggeser badan
Posisi : Tidur terlentang, dua tungkai dengan telapak kaki rata
menempel di bed
Gerakan : a) Back & hip extension (Bridging)
Mengangkat panggul setinggi-tingginya dengan menekankan pada kedua tumit,
kepala dan dua lengan bawah, 10 kali
b) Trunk rotation
Merebahkan kedua lutut bersamaan dan merapat ke kanan kiri, 10 kali
c) Menggeser tubuh
Upaya menggeser tubuh kekanan-kiri, keatas dan kebawah
4) Berguling
Posisi : Tidur terlentang dengan satu tungkai ditekuk telapak kai
rata menempel di bed
Gerakan : a) Rolling right
Tungkai kiri ditekuk, mendorong, serta dengan gerak ayunan kedua lengan ke
arah kanan, penderita berguling ke kanan 5 – 10 kali.
b) Rolling left
Tungkai kanan ditekuk, mendorong, serta dengan gerak ayunan kedua lengan
ke arah kiri, penderita berguling ke kiri, 5 – 10 kali
5) Latihan tungkai 2
Posisi : Tidur miring kanan atau kiri
Gerakan : a) Abduction left hip
Tidur miring ke kanan, mengangkat tungkai kiri lurus setinggi-tingginya, 10
kali
b) Abduction right hip
Tidur miring ke kiri, mengangkat tungkai kanan lurus setinggi-tingginya, 10
kali
6) Latihan duduk di tepi bed
Posisi : Tidur miring di tepi bed
Gerakan : a) Kedua tungkai bergeser ke depan sehingga tungkai
bawah terjuntai di tepi bed. Dengan mendorongkan kedua tangannya penderita
berusaha bangun duduk. (High sitting)
82
b) Balancing
dalam posisi high sitting menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri, depan
dan belakang, dengan tangan menyangga pada bed dan tanpa menyangga.
c) Quarriceps dan ankle exercises
dorsal flexi ankle, mengangkat kaki sampai lutut lurus, kemudian mengangkat
tungkai lurus setinggi-tinggiya.
7) Latihan berdiri 1
Posisi : Duduk ditepi bed kedua tungkai terjuntai, kedua tangan
menyangga pada bed
Gerakan : a) Standing
Satu kaki turun ke lantai diikuti kaki yang lain sehingga berdiri bersandar pada
tepi bed.
b) Balancing
Dengan kedua tangan menyangga/tanpa menyangga pada tepi bed, paralel bar
atau dll., badan didorong ke samping kanan-kiri, depan-belakang, baik pasif
maupun aktif. Selanjutnya siap untuk latihan jalan.
8) Latihan berdiri 2
Posisi : Penderita tidur tengkurap di matras, kelanjutan dari
latihan berguling nomor 4
Gerakan : a) Crawling
Dengan mendorongkan 2 tangannya sampai badan terangkat, menggeser tangan
satu persatu ke belakang dengan menekuk kedua pada dan lutut, sehingga
mencapai posisi merangkak. Bergerak merangkak maju-mundur, ke kanan-ke
kiri
b) Heel sitting
Mendorongkan badan ke belakang sehingga pantat menempel di tumit, badan
ditegakkan sehingga duduk bersimpuh
c) Kneeling
Mengangkat panggulnya dengan meluruskan sendi dan paha sehingga badan
tegak berlutut
d) Balancing
Posisi berlutut mendorong badan ke depan-ke belakang, ke kanan dan ke kiri,
baik pasif maupun aktif
e) Half kneeling
Satu kaki diangkat ke depan sehingga menapak, balancing sama dengan di atas
f) Standing
Dengan berpegangan pada tangan terapism atau alat-alat penyangga yang lain,
penderita diberdirikan. Balancing posisi berdiri sama dengan nomor 7,
selanjutnya siap untuk berlatih berjalan.
83
4. Three Point Gait
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan satu tungkai.
Uraian : Penderita dengan 2 alat penyangga pada kedua tangannya, berupa : Paralel bar, kruk ketiak,
kruk siku.
Point 1 dan 2: Dua tangan / dengan tongkat bergerak maju, bersamaan dengan tungkai yang
lemah atau sakit.
Point 3 : Tungkai yang kuat maju.
5. Tripod Alternate Gait
Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan berat pada dua tungkai
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa : Paralel bar, 2 kruk
Gerakan 1 dan 2 : Dua tangan / beserta tongkat maju satu persatu
Gerakan 3 : Menyeret kedua tungkai maju mendekati garis transversal yang
menghubungkan dua tangan/ujung tongkat
6. Tripot Stimulataneous Gait
Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan berat 2 tungkai, merupakan peningkata dari pada
tripod alternate gait.
Uraian : Gerakan 1 : Kedua tangan / dengan tongkat maju bersamaan
Gerakan 2 : Menyeret maju kedua tungkai
7. Swing through Gait
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan berat kedua tungkai, sebagai peningkatan dari
pada tripod simultaneous gait
Uraian : Gerakan 1 : Kedua tangan / dengan alat penyangga maju
Gerakan 2 : Kedua tungkai diangkat dan diayun maju sampai pada garis yang
menghubungkan 2 tangan / ujung tongkat
8. Swing trouhg gait
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan berat kedua tungkai, sebagai peningkatan
dari pada swing to gait.
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa :
Gerakan 1 : Kedua tangan / beserta tongkat maju
Gerakan 2 : Kedua tungkai diangkat diayun maju melewati garis yang menghubungkan 2
tangan / ujung tongkat
9. Non Weight Bearing
Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan satu tungkai untuk menumpukkan berat
badan
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa : paralel bar, walker, atau 2
kruk.
Gerakan 1 : Dua tangan / dua tongkat serta satu tungkai yang sakit maju serentak, dengan
posisi tungkai yang lemah diangkat bergantung ke arah depan
Gerakan 2 : Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada dua
tangan / tongkat
Tambahan : Penderita dengan ketidakmampuan kedua tungkai untuk menumpu, missal post
fraktur 2 cruris, maka diterapkan teknik berjalan Four Point gait dengan alat
penyangga Brace Patella Tendon Bearing (P.T.B)
10. Partial Weight Bearing
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan ringan satu tungkai, mampu sebagian
berat tubuh. Sebagai peningkatan dari pada Non weight bearing.
84
Uraian : Penderita dengan alat penyangga kedua tangannya berupa : paralel bar, 2 kruk atau walker
Gerakan 1 : Dua tangan / dan tongkat beserta satu tungkai yang lemah bergerak maju
serentak.
Gerakan 2 : Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan / tongkat serta sebagian bertumpu pada kaki yang lemah.
85
STEAM INHALATION
(NEBULIZER)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
042/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Adalah terapi dengan menggunakan hisapan uap air yang dihasilkan dari ultra
Pengertian spound nebulizer.
Tujuan Untuk memelihara hygiene saluran pernafasan
Untuk mencairkan dahak pada saluran pernafasan
Untuk meningkatkan ventilasi pernafasan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur 1. Dilakukan proses sterilisasi alat tiap hari terhadap semua lalat yang
berhubungan dengan tabung aquadest dan cairan obat inhalasinya hingga
mouth piece. Dianjurkan menggunakan disposible mouth piece.
2. Cek dan isi aquadest dengan obat yang diperlukan pada tabung inhalator.
3. Pasien diberikan tiduran posisi nyaman atau semi fowler, mouth piece
difikasasi atau dipegang hingga pasien dapat menghisap dengan nyaman.
4. Hidupkan mesin, atur waktu 10 menit, naikkan intensitas hingga uap
keluar dari mouth piece.
5. Pasien diberitahu cara menghirup uap dengan benar, agar memberitahu
hal-hal penting seperti sesak, pusing/vertigo, sakit kepala, mual, dll agar
memberitahu.
6. Kontrol frekuensi dan irama pernafasan, denyut nadi dan tanda kesadaran
serta peringanatan yang diberikan pasien atau keluarganya.
7. Selesai inhalasi mesin dimatikan dan alat dilepas, kemudian dilakukan
latihan pernafasan dan postural drainage.
Indikasi:
1 Allergic hypersensitive bronchitis
2 Asthma bronchial, Chronic Obstructive Pulmonary Disease,
3 Akumulasi sputum dan/atau kental
Kontra indikasi
1 Asthma cardiale
2 Hypertensi ekstrem.
Kelemahan otot pernafasan/batuk
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
86
BREATHING EXERCISE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
043/08/50 1/1
87
Prosedur Dosis :
Waktu : 10-15 menit; pengulangan 1 kali 1 hari
Seri : 10 kali
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, 4 dan 5
1. Posisi penderita
Tiduran, duduk atau berdiri.
Respirasi yang baik ialah dengan inspirasi melalui hidung dan expirasi
melalui mulut.
2. Macam-macam bentuk pernafasan
a. Diafragmatic breathing exercise
b. Lateral basal expansion exercise
c. Upper lateral expansion exercise
d. Posterior basal expansion exercise
e. Appical expansion exercise
3. Variasi dalam pelaksanaan
a. Bersama dengan gerak anggota atas, terutama sendi bahu
b. Bersama dengan gerakan pada thorak/dada
c. Pada kondisi asthma Bronchiale, Bronchiectasis dan Emphisema
ditekankan saat expirasi
d. Pada Bronchopneumonia ditekankan pada saat inspirasinya
Indikasi :
Penyakit / gangguan pada sistem pernafasan, misal bronchitis kronik,
bronchopneumonia, bronchiale, emphysema dan lain-lain.
1. Kondisi sebelum dan sesudah operasi
2. Kondisi sebelum dan sesudah melahirkan
3. Sebagai selingan dari pada latihan
4. Pertolongan pada penderita pingsan / hampir pingsan
5. Penderita gangguan jantung dengan teknik khusus
Kontraindikasi :
1. Haemoptoe pada penderita Tuberculosis aktif
Penderita wooping cough / Kinghouse
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
88
POSTURAL DRAINAGE
044/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah upaya pengeluaran sekresi paru dengan memberikan posisi dan
bantuan tertentu
Tujuan Untuk membersihkan saluran pernafasan
Untuk meningkatkan ventilasi dan kapasitas vital paru
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
89
Prosedur Dosis :
Waktu : 15-30 menit : pengulangan 1-2 kali 1 hari
Seri : 10 kali
Teknik Aplikasi
1. Posisi : Tidur – duduk
Daerah yang diduga terdapat timbunan sekresi mucosa diletakkan pada
posisi yang lebih tinggi.
Perlu diketahui daerah timbunan mucosa dengan membaca / melihat hasil
rontgen atau dengan auscultasi.
2. Massage
- Jenis percuccion : hacking, clooping, pounding. Kecuali penderita
dengan haemorrhagic secretion hemaptysis
- Jenis vibration dan shaking. Kecuali penderita dengan keluhan nyeri
pada daerah torak, misal adanya fracture costae, atau peradangan
daerah costae.
3. Deep breathing
Pernafasan yang dalam dengan teknik pernafasan dada atau perut,
ditekankan pada expirasinya, dengan memberikan tekanan dengan dua
telapak tangan, vibrasi dan shaking pada saat expirasi.
4. Coughing
Penderita disuruh batuk yang kuat sesudah inspirasi yang dalam.
Bagi penderita sehabis operasi daerah dada dan perut, perlu memberikan
tekanan dengan tangan atau dengan benda berat pada daerah jahitan (luka)
5. Latihan / Senam
Bila diperlukan diberikan gerakan pasif atau aktif pada badan anggota atas
dan bawah, misal pada penderita yang lama tiduran (tidak bergerak)
6. Tidak lupa disediakan tempat (cangkir tertutup) untuk menampung
lender / dahak yang keluar
7. Dikerjakan sebelum makan atau 1 jam sesudah makan.
Indikasi :
1. Adanya sekresi mucosa pada saluran pernafasan bagian bawah yang sulit
keluar, terutama pada bronchus
Contoh kondisi : Bronchoiectasis, emphysema, bronchopneumonia,
asthma bronchiale, bronchitis
2. Penderita sebelum dan sesudah operasi
Kontraindikasi :
Tekanan tinggi intracranial
Adanya penyakit jantung, perlu dengan teknik khusus
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
90
PRA & POST OPERATIVE EXERCISE
SEBELUM OPERASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
045/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah latihan yang diberikan sebelum dan untuk mempersiapkan operasi
Tujuan Memelihara mobilisasi dada
Memelihara ventilasi paru
Memelihara kapasitas vital paru
Menyelaraskan irama dan frekuensi pernafasan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur A. Pelaksanaan Terapi
1. Memberikan dorongan mental dan penerangan seperti pada tujuan
nomor 1 dan 2.
2. Latihan pernafasan.
3. Latihan batuk.
4. Latihan kontraksi static otot-otot perut, panggul, dan paha depan.
5. Latihan gerak badan (Trunc) dan lengan.
B. Tujuan :
1. Memberikan penerangan pengaruh obat bius terhadap penderita.
2. Menerangkan perlunya diberi latihan sebelum operasi dan harus
dikerjakan setelah operasi.
3. Membantu mengeluarkan sekresi dalam saluran pernafasan.
4. Mempertahankan pengembangan paru-paru yang penuh.
5. Mempertahankan sirkulasi darah pada extremitas inferior.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
91
PRAE & POST OPERATIVE EXERCISE
SESUDAH OPERASI
046/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
92
EXERCISE THERAPY FOR HEART CONDITION
MEKANOTERAPI KHUSUS PENDERITA DENGAN
GANGGUAN/KELAINAN JANTUNG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
047/08/50
1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah terapi latihan tertentu yang diberikan pada kasus sakit jantung
Tujuan
Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
Kebijakan No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Pelaksanaan Mekano Terapi dan Dosis
93
B. Tahap Kemudian : (Penderita diperbolehkan turun berjalan).
Latihan berdiri berjalan, naik turun trap, atau dengan objek misal
sepeda, treadmill dll. Dosis latihan di sini harus cukup untuk
membuat hypertrophy myocardium, tapi sebaliknya tidak membuat
capai otot tersebut. Untuk mengetahui ukuran cukup ini bisa dipakai
metode Dr. Hunt, ukuran yang dipakai ada 3 macam :
1. Menghitung frekwensi pernafasan. Latihan dianggap cukup
apabila telah terjadi kenaikan pernafasan baik frekwensi maupun
dalam / panjangnya, dan akan kembali normal sesudah 2 menit
istirahat.
2. Menghitung Poles.
a) Pada latihan pertama poles maksimal naik 6 kali / denyutan
permenit.
b) Sesudah latihan hari ke sepuluh, poles boleh naik 8-14
denyutan permenit.
c) Sesudah minggu ke 3 poles boleh naik 12-16 denyutan.
d) Setelah penderita diperbolehkan aktif bebas, poles boleh naik
antara 16-20 denyut permenit.
Dengan catatan a, b, c dan d tersebut, poles akan kembali normal /
seperti semula, setalah latihan 2 menit.
Atau : dengan perhitungan yang disebut – pulse ratio – , sebagai
berikut: Ialah suatu angka yang menunjukkan perbandingan dari
jumlah poles (permenit) 1 dan 2 menit latihan, dibanding jumlah
poles sebelum latihan.
Contoh perhitungan :
Jumlah poles sebelum latihan (saat tenang) …… 80.
Jumlah poles sesudah latihan :
- Sesudah menit pertama …………… 100
- Sesudah menit kedua ………….. ….. 85
185
Maka ratio : (185 : 80) = 2 : 3.
Jadi ratio = 2, 3 ialah bahwa jumlah poles tidak akan naik lebih
dari 20 denyutan, dan akan mendekati jumlah poles sebelum
latihan sesudah istirahat selama 2 menit.
94
Pelaksanaan Mekanoterapi pada Kondisi Operasi
A. Preoperative routine 4 hari sebelum operasi :
1. Latihan pernafasan.
2. Mobilisasi thorak.
3. Latihan aktif bebas sesuai dengan metode Dr. Hunt, jenis valvular
Disease tahap kemudian (pulse ratio : 1,3)
4. Dorongan mental.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
95
PRA & POST PARTUM EXERCISE
SENAM IBU NIFAS (POST NATAL EXERCISE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
048/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Indikasi :
Ibu masa nifas sehat dibagi 2 periode :
Periode I : Enam jam sampai dengan 1 minggu setelah kelahiran.
Periode II : Minggu ke-2 sampai dengan 40 hari sesudah kelahiran.
Kontra Indikasi :
1. Ibu nifas yang anemia.
Ibu nifas yang panas.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
96
TEST & EVALUATION
049/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
97
LEFT RIGHT
Examiner’s Initial’s
Date
Prosedur Dosis / Aturan Pelaksanaan
Abductor-Serratus anterior
Waktu : Indikasi nomor 1, 2, 3.
Adductor-middle trapezius
SCAPULA Tiap kelompok otot sedikitnya 3 x kontraksi sehingga testing ini
SCAPULA
Adductors-Rhomoids
memerlukan waktu 15-60 menit.
Depressor
1. Indikasi no.Flexors
1
Pelaksanaan : 1 x sebelum terapi dan sesudah seri terapi.
Extensor
2. Indikasi no. 2
Abductors
Pelaksanaan : Abductors
1 x sebelum operasi, dan sesudah operasiSHOULDER menurut
Horizontal
SHOULDER instruksi dokter atau menurut kebutuhan.
Horizontal Adductors
3. Indikasi no. 3
External rotators
Pelaksanaan : 1 x sebelum pembuatan alat-alat, dan pengontrolan 3
Internal rotators
bulan 1 x.
Tingkat Kekuatan Flexors
Otot : 6 Golongan.
ELBOW ELBOW
Extensors
a. Normal (N = 100% = Nilai 5).
Otot mampu Supinators
berkontraksi menggerakkan sendinya pada R.O.M yang
FOREARM FOREARM
Pronators
penuh dengan melawan gravitasi ditambah tahanan tangan yang
Flexors-radial deviation
penuh.
b. BaikFlexors-ulnar
(Good = G =deviation
75% = Nilai 4).
WRIST WRIST
Otot mampuradial
Extensor berkontraksi
deviationmenggerakkan sendinya pada R.O.M yang
penuh dengan
Extersor melawan
ulnar gravitasi ditambah tangan secukupnya / tidak
deviation
penuh.
Flexors-metacarpophalangeal
c. Extensor-metacarpophalangeal
Cukup (Fair = F = 50% = Nilai 3).
Otot mampu berkontrakso dan menggerakkan sendi serta dapat
Flexor-proximalinterphalangeal
FINGERS melawan gravitasi.
Flexor-distal interphalangeal FINGERS
d. Kurang (Poor =
AbductorsP = 25% = Nilai 2).
Otot mampu berkontraksi dan menggerakkan sendi dengan bantuan.
Adductors
e. TradeOpponens-5
= T = 10%th=fingers
Nilai 1
Otot mampu berkontraksi tetapi tidak mampu menggerakkan sendi.
OPPONENS
f. Otot kosong (0% = Zero = Nilai 0).
Flexor-metacarpophalangeal
Otot tidak mampu berkontraksi.
Extensor-metacarpophalangeal
THUMB IndikasiFlexor-interphalangeal
: THUMB
Extensor-interphalangeal
1. Kondisi kelemahan otot sesudah dan sebelum mendapatkan seri
fisioterapi.Abductors
Adductorsoperasi pemindahan tendon (tendon transfer).
2. Sebelum dilakukan
3. SebelumMEASUREMENTS
dilakukan pembuatan alat-alat penopang, brace splint,
prothese. Inspiration
CHEST CHEST
Kontra Indikasi Expiration
:
ABDOMEN 1. Kondisi
Umbilicusakut.
to Ant. Sup. Spine ABDOMEN
2. Penderita non kooperatif.
Circumference-mid. Calf
LOWER LOWER
Circumference-mid. Thigh
EXTREMIT EXTREMIT
Ant. Sup. Spine to in malleous
Y Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Y
Umbilicus to internal malleolus
Fisioterapi Walks with
Cannot walk Date Date
crutches
Stands Date Walks with canes Date
Walks with
Date Walks anaided Date
braces
Walks with corset Date Climbs stairs Date
Other Apparatus
Scoliosis and other
deformiottes
Pengertian :
S = Spasm = Tegang
SS = Severe Spasm = Sangat Tegang.
98
C = Contracture = Mengkerut
CC = severe Contracture = Sangat mengkerut
99
4. Elbow (Siku) a. Flexor Nilai 5, 4, & 3
b. Pronator & Supinator Semua nilai
5. Wrist a. Flexor Semua nilai
(pergelangan b. Extensor Semua nilai
tangan) c. Ulnar Diviator Semua nilai
d. Radial Diviator Semua nilai
6. Jari-jari tangan a. Flexor Semua nilai
b. Extensor Semua nilai
c. Abduktor Semua nilai
d. Adduktor Semua nilai
7. Ibu jari tangan a. Flexor Semua nilai
b. Extensor Semua nilai
c. Abduktor Semua nilai
d. Adduktor Semua nilai
8. Hip (panggul) a. Flexor Nilai 5, 4, & 3
b. Lateral Ratator Nilai 5, 4, & 3
c. Medial Ratator Nilai 5, 4, & 3
9. Knee (Lutut) Extensor Nilai 5, 4, & 3
10. Ankle (perge- a. Dorsal Flexor Nilai 5, 4, & 3
langan tangan) b. Invertor Nilai 5, 4, & 3
Trunk (badan) Elevator Plevis Nilai 5, 4, & 3
V. Berdiri Ankle (perge- Plantar felxor Nilai 5, 4, & 3
langan tangan)
1/1
050/08/50
100
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi
Prosedur 1 Daerah yang akan diperiksa dengan SDC harus bebas dari pakaian,
diposisikan semifleksi untuk memudahkan terjadinya kontraksi otot.
2 Pilih metoda pemeriksaan dengan motor poin atau origo insersio.
3 Elektrode dibasahi dengan air secukupnya hingga lembab.
4 Elektrode difiksasi anode pada origo dan katoda pada insersio otot, atau
katode aktif diletakkan pada motor point otot.
5 Mesin dihidupkan, mulai dengan rectangular, durasi dari 1000ms dan
intensitas perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal
yang terlihat dan teraba.
6 Diteruskan dengan durasi lebih rendah secara bertahap
7 Dilanjutkan dengan arus triangular, durasi 0,01ms dan intensitas
perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal yang
terlihat dan teraba.
8 Diteruskan dengan durasi lebih tinggi secara bertahap
9 Catat semua hasil rekam, tentrukan nilai chronaxion, optimal duration,
accomodation quotient.
10 Tetapkan diagnosis, jenis arus dan dosis terapi yang direkomendasikan.
Unit terkait
101
RANGE OF JOINT MOTION
(JARAK GERAKAN SENDI)
051/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
102
2. PERKIRAAN DERAJAT GERAKAN SENDI
A. INDIKASI
Adanya kekakuan sendi atau keterbatasan jarak gerak sendi sebagai akibat
dari :
1. Trauma
2. Paska operasi
3. Paska peradangan pada sendi, otot, tulang, atau kelenjar.
B. METODA PENGUKURAN
1. PRINSIP-PRINSIP
1) Metoda pengukuran dan pencatatan yang dituliskan di sini
berdasarkan pada prinsip “Neutral Zero Method” seperti
dikemukakan oleh Cave dan Roberts dalam tahun 1936.
2) Dalam metoda ini semua gerakan sendi diukur dari “Zero Starting
Position”, (seterusnya disingkat Z.S.P). Derajat gerakan sendi
diukur dari posisi tadi dalam arah gerakannya.
3) Sikap lurus anggota pada posisi anatomis diterima sebagai 0O dan
bukan 180O.
4) Metoda ini diharapkan akan mengatasi kesimpangsiuran di masa
lalu dimana pengukuran dimulai dari berbagai posisi awal.
5) Gerakan daripada anggota yang diukur hendaknya dibandingkan
dengan anggota yang berlawanan. Perbedaan akan terlihat dalam
derajat gerakan, atau prosentase kehilangan gerakan bila dibanding
dengan anggota yang berlawanan yang sehat.
6) Bila anggota yang berlawanan tidak ada, pergerakan bisa
dibandingkan dengan perkiraan gerak pada orang lain yang
sepadan dalam umur dan pertumbuhan fisik. Sedang gerakan
daripada tulang belakang mungkin dibandingkan dengan orang
lain yang sepadan dalam umur dan fisik.
7) Pergerakan perlu dengan penjelasan bahwa pasif atau aktif.
8) Keterangan mengenai istilai extensi dan hiperextensi, extensi
digunakan pada gerakan lawan dari flexi, dimulai dari Z.S.P.
adalah gerakan natural / normal. Gerakan ini terdapat misal pada
103
9) Perbatasan gerakan sendi tersebut & akan dijelaskan pada halaman
berikutnya.
10) Bila gerakan sendi menimbulkan nyeri maka usaha pengukuran
dikerjakan dengan perlahan dan lembut. Pengukuran akan lebih
akurat apabila anggota yang diperiksa diatur dalam posisi seenak
mungkin bagi penderita.
11) Adanya ankilosis dianggap kehilangan gerakan secara komplit.
12) Penggunaan goneometer boleh memilih sesuai dengan
kebijaksanaan pemakaiannya.
13) Pencatatan tentang oergerakan sendi hendaknya setepat-tepatnya
dan ditulis dalam tabel secara jelas.
14) Tabel perkiraan gerakan sendi normal perlu dibuat sebagai bahan
pertimbangan, dan tidak mengambil salah satu saja sebagai
standar.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi
104
TABEL RATA-RATA JARAK GERAK SENDI
SUMBER
SENDI (1) (2) (3) (4) RATA-RATA
ELBOW
Flexion 150 135 150 150 146
Hyperextension 0 0 0 0 0
FOREARM
Pronation 80 75 50 80 71
Supination 80 85 90 80 84
WRIST
Extension 60 65 90 70 71
Flexion 70 70 80 75
Ulnar Dev. 30 40 30 30 33
Radial Dev. 20 20 15 20 19
THUMB
Abduction 55 50 70 58
Flexion : - I-P Jt 80 75 90 80 81
- N-P 60 50 50 50 53
- N-C 14 15
FINGERS
Flexion :
Distal Jt. 70 70 90 90 80
100 100 100 100
90 90 90 90
Middle Jt.
Proximal Jt.
0 0
Extension :
0 0
Distal
45 45 45
Middle Jt.
Proximal Jt.
SHOULDER
Forward Flexion 150 170 130 180 158
Horiozontal Flexion 135 135
Backward Extension 40 30 80 60 53
Abduction 150 170 180 180 170
Adduction 30 45 75 50
SUMBER
SENDI (1) (2) (3) (4) RATA-RATA
Rotation Arm at side :
Int. Rot. 40 60 90 80 68
Est. Rot. 90 80 40 60 68
Rotation Arm in Abd (90O) :
Int. Rot. 45 45
Ext. Rot. 45 45
Rot. In Extension :
Int. Rot. 40 35 20 45 35
Ext. Rot. 50 50 45 30 31
Abduction :
In 90O of Flexion 45 to 60
(Depending on age)
KNEE
Flexion 120 135 145 135 134
Hyperextension 10 10 10
ANKLE
Flexion (Plantar Fl.) 40 50 50 50 46
Extension (Dorsi Fl.) 20 15 15 20 18
105
HIND FOOT (Subtalar)
Inversion 5 5
Eversion 5 5
FORE FOOT
Inversion 30 35 35 33
Eversion 20 20 15 18
TOES
Great Toe
I.P. Jt. – Flexion 30 90 60
– Extension 0 0 0
Proximal Jt.
– Flexion 30 35 45 37
– extension 50 70 70 63
2nd to 5th Toes
flexion
- Distal Jt 50 60 55
Middle Jt. 40 35 38
Proximal Jt. 30 40 35
Extension 40 40 40 40
106
Rotasi
Gerakan glenohumeral
Perlu dibedakan gerakan glenohumeral murni dengan yang diikuti gerakan scapulothoracal. Gerakan
lengan ke atas ke bawah pada bahu dari 0 – 180 O dikombinir secara halus antara gerakan jurni
glenohumeral plus rotasi daripada scapula ke atas dan ke depan pada dinding dada, disebut gerakan
scapulothoracal.
1. SENDI BAHU
a. Flexi dan extensi
Pada saat gerakan flexi depan dan extensi belakang, di situ mulailah timbul gerakan scapula
dan clavicula.
b. Elevasi
Gerakan shoulder girdle ke atas disebut elevasi dan sebaliknya disebut depresi, bisa diukur
dalam derajat. Gerakan melingkar pada shoulder girdle memang ada tetapi tidak bisa diukur
secara pasti. Hal ini bisa diperkirakan dengan membandingkan kepada individu lain yang
mempunyai kesamaan dalam umur dan fisik.
2. SENDI SIKU
3. LENGAN BAWAH
107
Z.S.P : Pergelangan extensi lurus segaris dengan lengan bawah
Gerakan : Flexi : 0O-80O
Extensi : 0O-70O
Radial deviasi : 0O-20O
Ulnar deviasi : 0O-30O
Rotasi sirkumdaksi tak dapat diukur secara tepat.
Z.S.P : Extensi jari-jari sejajar satu dengan yang lain segaris dengan bidang punggung
tangan dan pergelangan tangan.
a. Flexi distal interphalang : 0 – (70 – 90)
b. Flexi middle interphalang : 0 – 100
c. Flexi proximal interphalang : 0 – 90
Gerakan distal dan middle interphalang ini dapat diukur dengan menggunakan penggaris,
menghitung jarak ujung kuku dan telapak tangan.
d. Extensi dan hiperextensi
Gerakan extensi normal terjadi pada sendi metacarpophalangeal sedang tidak normal terhadi
pada sendi proximal dan distal interphalang. Extensi sendi proximal / metacarpophalangeal
berkisar 0 – 45.
e. Abduksi dan Adduksi
Z.S.P. : Extensi jari-jari tangan saling sejajar dan merapat satu dengan lainnya.
Gerakan abduksi dan adduksi pada bidang telapak tangan ialah menjauh dan mendekat pada
garis tengah, diukur dengan sentimeter dari ujung jari telunjuk s/d jari V, masing-masing
direnggangkan diukur dari ujung ke ujung masing-masing jari.
108
Gerakan ini biasanya dihitung dalam derajat, atau dalam sentimeter yaitu : jarak antara dagu
dan dada. Luas gerakan sebagai berikut :
Flexi : 0 – (30 – 45)
Extensi : 0 – (30 – 45)
b. Flexi lateral : 0 – (40 – 45)
Gerakan ini juga dihitung dalam derajat atau juga dalam sentimeter yaitu : Jarak antara daun
telinga dan sendi bahu.
c. Rotasi : 0 – (30 – 60)
Gerakan ini dihitung dalam derajat dari posisi netral, atau dalam prosentase gerakan sebagai
perbandingan antara individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam umur dan
pertumbuhan fisik.
Penggaris / pita pengukur ditahan vertical kuat dan lurus, akan membantu pengukuran. Dengan
ini dapat ditentukan :
1) Derajat lateral inclinasi dari tubuh, atau
2) Dengan menentukan posisi processus Spinosus C7 terhadap pelvis.
3) Menentukan level lumbal sebagai basis gerakan ke lateral. Level ini dapat di lumbosacral
atau lebih tinggi dan bisa bervariasi dari kanan ke kiri pada penderita yang sama.
4) Dengan sendi lutut sebagai titik ukur, dihitung jarang ujung jari dengan sendi lutut, pada
lateral flexi.
5) Posisi berdiri.
Menghitung jarak ujung jari dengan lantai.
c. EXTENSI
Extensi dapat diukur dengan penderita berdiri maupun tidur tengkurap pada alas yang keras.
109
1) Pada waktu berdiri, extensi : 0 – 30O
2) Pada tidur tengkurap, extensi dapat diukur melalui processus spinosus C7 : 0 – 20O.
3) Posisi berdiri
Selain dalam derajat juga dapat dalam sentimeter yaitu jarak antara processus spinosus C7
dengan spina illiaca posterior superior (SIPS).
9. SENDI PANGGUL
Sendi panggul merupakan sendi peluru, disebabkan mangkuk sendinya lebih dalam bentuknya
dibandingkan sendi bahu, maka jarak gerak sendi ini lebih kecil. Pengukuran sendi dengan
dilakukan posisi tengkurap atau terlentang dibandingkan dengan sendi bahu, pengukurab gerak
hanya dilakukan pada satu sisi saja karena apabila gerkan sendi panggul kanan-kiri bersama-sama
akan diikuti gerakan rotasi pelvic.
a. FLEXI
Z.S.P. : Untuk panggul kanan : terlentang di atas meja datar dan keras, panggul yang
berlawanan (kiri) posisi flexi penuh.
Gerakan flexi dihitung dari 0 – (100 – 120). Dengan fixasi pada crista iliaca untuk mengetahui
saat kapan dimulai gerakan rotasi pelvic. Keterbatasan gerak flexi dituliskan seperti halnya
pada sendi siku dan lutut sebagai berikut :
- Flexi panggul dari derajat ke 30 menuju 90 dituliskan (30 – 90).
- Di sini panggul mempunyai kecacatan dalam flexi 30 dengan mampu bergerak flexi lebih
jauh ke 90 derajat.
b. EXTENSI
Z.S.P. : Tengkurap di atas tempat tidur yang datar dan keras.
Gerakan : Gerakan ke atas dari pada panggul diukur dalam derajat dimulai dari Z.S.P.
Ada dua cara pengukuran yang biasa digunakan ialah :
1) Posisi tengkurap, bantal kecil ditaruh di bawah perut. Gerakan extensi panggul dengan
lutut lurus atau menekuk.
2) Posisi tengkurap tungkai yang diukur posisi netral (0O, Z.S.P.) dan lurus pada lutut, tungkai
yang berlawanan flexi panggul di luar bed menapak di lantai. Dari posisi ini dilakukan
gerak extensi panggul. Cara pengukuran ini merupakan yang lebih tepat.
Jarak gerak sendi ini berkisar 0 – (20 – 30).
c. ROTASI
Diukur pada posisi flexi dan extensi.
1) Rotasi dalam flexi
Z.S.P. : Tidur terlentang, lutut dan panggul 90O, pada posisi tegak lurus dengan garis
transversal yang ditarik melewati SIAS kanan-kiri pelvic.
Inward rotasi (internal rotasi) – 0 – 45O
Diukur dengan memutar tungkai bawah menjauhi line sagitalis, sedangkan
paha sebagai axis gerakan rotasi.
Outward rotasi (external rotasi) = 0 – 45O
Diukur dengan memutar tungkai bawah mendekati line sagitalis, sedangkan
paha sebagai axis gerakan rotasi.
110
2) Rotasi dalam extensi
Z.S.P. : Tidur tengkurap lutut 90O dengan garis transversal yang ditarik melewati
SIAS kanan-kiri pelvic.
Inward rotasi = 0 – (20 – 45O)
Memutar tungkai bawah ke arah luar.
Outward rotasi = 0 – (45 – 50)O
Pengukuran dilakukan dengan memutar tungkai bawah ke arah dalam.
Rotasi dalam extensi ini dapat juga dikerjakan pada posisi terlentang.
Sendi lutut merupakan sendi peluru / sanguardi, dimana gerakan primernya adalah gerak flexi.
Sedangkan geraan kebalikan dari flexi menuju ke Z.S.P. adalah gerak extensi.
Gerakan yang melebihi Z.S.P. adalah gerak yang tidak alamiah yang disebut hiperextensi.
Sedangkan gerakan alamiah rotasi tibis terhadap condylus femoralis dalam posisi flexi maupun
extensi dapat terjadi dalam derajat yang kecil dan tidak dapat diukur secara akurat.
a. Flexi
Z.S.P. : Posisi extensi lutut, penderita tidur terlentang atau tengkurap.
Flexi : diukur dari Z.S.P. : 0 – (120 – 145)O
b. Pengukuran keterbatasan gerak sendi lutut sama halnya dengan sendi siku dan panggul.
- Flexi lutut dari 30O sampai 90O, dituliskan sebagai (30 – 90)O
- Di sini lutut mempunyai kecacatan dalam flexi 30 O dengan mampu bergerak flexi lebih
jauh ke 90O.
Merupakan sendi pelana dengan komponen gerak primernya flexi dan extensi pada sendi
tibiotalar. Terdapat pula beberapa derajat gerakan sendi ke arah lateral dengan posisi pergelangan
kaki dalam plantar flexi. Gerakan sendi kaki diukur dalam posisi lutut flexi dalam tujuan
merelaxasi tendi achiles.
Z.S.P. : Tungkai bawah posisi relax menekuk pada lutut, telapak kaki membentuk sudut
90O terhadap cruris.
Extensi (Dorsi flexi) dan flexi (plastal flexi) :
Diukur dalam derajat dari Z.S.P. atau diukur dalam prosentase
gerakandibandingkan dengan pergelangan kaki yang berlawanan.
Extensi berkisar : 0 – (15 – 20)O
Flexi berkisar : 0 – (40 – 50)O
Gerakan pada kaki merupakan gerakan gabungan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian depan kaki : Sendi subtalar.
2. Bagian belakang kaki : Sendi midtarsal.
111
Z.S.P. : Tumit berada pada satu garis lurus dengan garis tengah tibia.
- Inversi : 0 – 50
Tumit digenggam kuat-kuat dan digerakkan secara pasif ke arah dalam /
medial, gerakan ini diukur dalam derajat atau prosentase gerak.
- Eversi : 0 – 50
Dengan teknik sama dilakukan gerakan pasif ke arah luar / lateral.
- Jari II s/d V
Gerakan flexi terdapat pada sendi-sendi distal, tengah dan proximal. Sedang gerak extensi
terdapat pada sendi metatarsophalangeal. Gerakan ini diukur dalam derajat.
Flexi sendi distal : 0 – (50 – 60)O
Flexi sendi middle : 0 – (35 – 40)O
Flexi sendi m.p : 0 – 40O
112
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ)
DISC DYSFUNCTION SYNDROME
052/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ hingga migrain
- Nyeri dan clicking saat mastikasi
- Mengunci bila depressi penuh
Tes cepat
- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”C” atau ”S”
Tes gerak pasif
- Gerak depresi nyeri dan bunyi ‘klik’
- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan bunyi ‘klik’
Tes gerak isometric
- Kadang nyeri
Tes khusus
- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri
- Compression test nyeri
- Traction test kecaudal keluhan berkurang
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray tidak tampak kelainan
Diagnosis
Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ disc dysfunction
113
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD diatas temporomandibular
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Caudal traction mandibulae
o Traksi static dan osilasi 5-10 menit
- Roll slide mobilization TMJ.
- Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat
- Koreksi gigi
Evaluasi
Nyeri, dan penguncian
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Temporomandibular
Disc Dysfunction Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Temporomandibular Disc Dysfunction
Syndrome
Kontraindikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Tristmus
Acute joint pain
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran
114
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ)
INTERNAL DERANGEMENT
053/08/50
1/2
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ disertai kaku hingga migrain
- Nyeri dan terbatas saat buka mulut
Tes cepat
- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”L”
Tes gerak pasif
- Gerak depresi nyeri dan terbatas unilateral
- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan terbatas
Tes gerak isometric
- Kadang nyeri
Tes khusus
- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri
- Compression test nyeri
- Traction test kecaudal keluhan berkurang
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray tidak tampak kelainan
Diagnosis
Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ internal derangement
115
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD diatas temporomandibular
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Caudal traction mandibulae
o Traksi static dan osilasi 5-10 menit
- Latihan mobilisasi dan peningkatan ROM depressi
- Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat
Evaluasi
Nyeri, sensasi, ROM lumbale
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc
bulging/HNP
- Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP
Kontra indikasi :
- Acute joint pain
- Tristmus
Lampiran
116
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL DISC DYSFUNCTION
054/08/50 1/3
Pengertian Adalah asuhan fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Disc Dysfunction
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
117
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga lengan
- Paresthesia hingga ke tangan pada area dermatome
- Posisi menetap dan gerak fleksi cervical meningkatkan nyeri dan
paresthesia
- Ekstensi terasa lebih nyaman
Tes cepat:
- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif:
- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
- Gerak lain kadang positif
Tes gerak pasif:
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi cervical.
- Gerak ekstensi cervical terasa nyaman
- Gerak lain kadang positif.
Tes gerak isometric
- Negatif.
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
- Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu
- PACVP nyeri segmental
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cervical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc
bulging/ HNP cervical segment.
118
Rencana fisioterapi:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi:
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Cervical traction
o Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Cervical collar untuk actualitas tinggi
- Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM cervical.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc
dysfunction
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Lysthesis
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Whiplash injury
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS.
119
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEAD ACHE
055/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Head Ache
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
120
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri kepala satu sisi dan disertai kaku cervical
- Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical
tertentu dan berkurang bila disandarkan.
- Nyeri meningkat bila stress atau otot leher tegang.
Tes cepat
- Gerak fleksi-ekstensi cervical nyeri meningkat
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kepala dan leher
Tes gerak aktif
- Gerak fleksi atau ekstensi cervical nyeri kepala sampai leher
- Gerak lateral fleksi dan rotasi kadang menimbulkan nyeri kepala
sampai leher
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical.
tertentu
- Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman
Tes gerak isometric
- Nyeri tetapi setelah kontraksi isometric terasa nyaman.
Tes khusus
- Palpasi dijumpai hypertone otot cervical
- Palapsi kadang dijumpai muscle taut band dan twisting
- Traction test posisi netral keluhan berkurang
- PACVP nyeri segmental
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
Nyeri kepala dan cercical disertai paresthesia lengan disebabkan (arthrosis
cervical C1-2 atau C2-3; atau oleh cervical instability; atau oleh myofascial
syndrome)
121
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Massage otot cervical dengan strocking dan effleurage
- Transverse friction pada trigger point
- Transverse dan/atau longitudinal muscle stretching
- Cervical traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 20-30% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Contract relax stretching
- Proper neck mechanic anjuran posisi leher relax
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM cervical.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical head ache
- Intervensi fisioterapi pada Cervical head ache
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Lysthesis
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Whiplash injury
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
122
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LOCAL CERVICAL FACET PAIN
056/08/50 1/3
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan padaLocal Cervical Facet Pain
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
123
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpulae dan/atau
lengan
- Nyeri leher sering disertai kaku
- Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensi
Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
cervical
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular
atau lengan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.
Tes gerak pasif
- Gerak ekstensi nyeri dan ROM terbatas dengan hard end feel,
- Gerak lain normal atau nyeri ringan.
Tes gerak isometric
- Gerak isometric kadang nyeri
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri menyebar
- Joint play movement lateral gapping test terbatas ringan elastic end
feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray normal atau dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan
disebabkan karena cervical facet iritation
124
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau cervical
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Contract relax stretching ekstensor cervical
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical facet pain
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
125
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY
057/08/50 1/3
126
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga kepala dan/atau lengan
- Paresthesia hingga ke kepala dan/atau tangan
- Clicking pada gerak cervical tertentu
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak tertentu cervical
Tes cepat
- Gerak fleksi atau cervical terjadi clicking sering disertai nyeri dan
paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada satu atau lebih gerak aktif cervical disertau bunyi
klik.
- Kadang disertai nyeri yang menyebar ke kepala dan/atau tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM lebih besar dari normal dengan empty end feel, sering
.satu atau lebih gerak pasif cervical terbatas dengan springy end feel
- Keterbatasan gerak non capsular pattern.
Tes gerak isometric
- Nyeri pada gerak isometric
- Nyeri berkurang pasca gerak isometrik
Tes khusus
- Joint play movement satu atau lebih terjadi ROM lebih besar dari
normal dengan springy end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai lysthesis atau kadang tidak khas.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cercical ke kepala dan/atau lengan disertai paresthesia
lengan disebabkan karena cervical instability
127
Rencana fisioterapi
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Cervical collar untuk jenis rigid atau semi rigid
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, stabilisasi aktif cervical.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc
dysfunction
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction
Lampiran MWD
Active stabilization exc
128
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SPONDYLOSIS DEF /
SPONDYLOARTHROSIS CERVICALIS (S.A.C)
058/08/50 1/3
Pengertian Adalah proses asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Spondylosis Def /
S.A.C
Tujuan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.C
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis
cervicalis
- Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis cervicalis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acute radicular pain
129
Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscapulae dan/atau
lengan
- Nyeri leher disertai kaku leher
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak cervical ekstensi
Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
cervical menyebar hingga intersccapular atau lengan
- Gerak ekstensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga interscapular atau lengan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi
- Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.
Tes gerak isometric
- Gerak isometric kadang nyeri
- Nyeri berkurang pasca gerak isometrik
Tes khusus
- Compression test posisi ekstensi nyeri menyebar
- Joint play movement lateral gapping test atau 3 dimentional flexion
terbatas firm end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets
- MRI dijumpai osteofif.
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan
disebabkan karena cervical spondylo arthrosis (disertai capsular patern).
130
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau .... cervical
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Cervical traction posisi fleksi beban 20-33% BB 15-20 menit
- Cervical collar soft atau semi rigid untuk actualitas tinggi
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
131
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR DISC BULGING/HNP
059/08/50
1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar disc bulging/HNP
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
132
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbar spine menyebar samapi ke kaki
- Paresthesia hingga kekaki pada area dermatome L5-S1
- Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbale meningkatkan nyeri
dan paresthesia
Tes cepat:
- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia pada tungkai-kaki
Tes gerak aktif:
- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia hingga tungkai belakang-
kaki
- Gerak lain kadang positif
Tes gerak pasif:
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi lumbale.
- Gerak ekstensi lumbale terasa nyaman
- Gerak lain kadang nyeri
Tes gerak isometric
- Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah.
Tes khusus
- Palpasi teraba otot para vertebrale spasm
- Lasegue sign positif, bragard test positif
- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki
- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
- Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat back
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cercical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc
bulging/ HNP cervical segment
133
Rencana fisioterapi:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi:
- SWD/MWD lumbale
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Lumbale traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 40-60% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Lumbar corset untuk actualitas tinggi
- Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting
technique
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM lumbale.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc
bulging/HNP
- Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Lysthesis
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
134
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOARTHROSIS
1/2
060/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
135
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada lumbale kadang hingga kelakang paha
- Nyeri lelumbale disertai kaku
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak ekstensi lumbarl
Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
lumbale
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif lumbale terutama ekstensi.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi
- Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.
Tes gerak isometric
- Gerak isometric negative atau kadang nyeri
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri
- Gapping test terbatas firm end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets
- MRI dijumpai osteofit.
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler lumbale ke hamstrings karenal spondylo arthrosis
lumbalis
136
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau cervical
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Lumbar traction posisi fleksi beban 40-60% BB 15-20 menit
- Lumbar corset untuk actualitas tinggi
- Williams flexion exercise
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbaletegak
- Proper neck mechanic pada posisi flat back
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis
lumbalis
- Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis lumbalis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
137
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOLYSTHESIS
061/08/50 1/3
138
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pingang sampai kedua hamstrings
- Disertai paresthesia kedua hamstrings
- Gerak lumbale sering ‘clicking’
Inspekssi:
- Lordosis/asimetri
Tes cepat
- Fleksi terjadi clicking dan nyeri
- Gerak hip lebih besar dari lumbale
Tes gerak aktif
- Nyeri pada gerak tertentu (missal fleksi)
- Terdengar bunyi klicking
Tes gerak pasif
- Nyeri pada gerak tertentu
- ROM lebih besar dari normal
Tes gerak isometric
- Tidak tampak kelainan
Tes khusus
- Palpasi: step on atau step off.
- Stabilization test positif kadang diikuti paresthesia
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai Lysthesis
Diagnosis:
- Nyeri pinggang hingga kedua hamstrings akibat spondylolysthesis
lumbalis.
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
139
Intervensi
- SWD atau MWD
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Lumbar corset
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbale tegak otot para
lumbale, abdominal dan otot-otot pelvic hip complex
- Proper neck mechanic pada posisi lordosis
Evaluasi
- Nyeri, dan stabilitas.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondylolysthesis
lumbalis
- Intervensi fisioterapi pada Spondylolysthesis lumbalis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
140
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS IDIOPATIK
062/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
141
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi
- Diketahui secara tidak sengaja oleh orang tuanya
- Tidak diketahui sebabnya
Tes cepat
- Fleksi punggung tampak rib hump
Tes gerak aktif
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung kekiri
atau hanya tegak
- Gerak lateral fleksi kekiri lebih besar
Tes gerak pasif
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end
feel
- Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal
dengan end feel elastik
Tes gerak isometric
- Negatif
Tes khusus
- Fleksi dijumpai ribs hump kanan
- Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang ditempatkan
pada kolumna vertebrali
- Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy
- LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel
- Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feel
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- Pengukuran ‘cobb angle’
Diagnosis:
- Gangguan posture tubuh bidang frontal akibat scoliosis idiopathic
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
142
Intervensi:
- MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Latihan mobilisasi dengan metode crawl exercise
- Latihan stabilisasi dengan bugnet exercise
- TLSO atau Boston brace
Evaluasi
- Nyeri, Cobb angle
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc
dysfunction
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS Sari Mutiara
Lampiran Juknis clawl exercise, bugnet exercise
Juknis mobilsasi segmental thoracal
143
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC HYPOMOBILITY
SYNDROME
063/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
144
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi:
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu
sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam.
Inspeksi:
- Kifosis thoracalis atau round back
Tes cepat:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada
Tes gerak aktif:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada
- Gerak lain kadang nyeri
Tes gerak pasif:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel
- Gerak lain kadang nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel
Tes gerak isometric:
- Negatif.
Tes khusus:
- PACVP nyeri punggung hingga ke dada
- LPAVP nyeri punggung hingga ke dada
- Segmental gapping test thoracal nyeri, terbatas dan firm end feel
Pemriksaan lain:
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
Diagnosis:
- Nyeri punggung atas hingga dada dengan hypeomobility thoracal
(missal T8-9) disebabkan (missal kifosis atau round back)
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus thoracic hypomobility
syndrome
- Intervensi fisioterapi pada thoracic hypomobility syndrome
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
145
Intervensi:
- US
- MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Joint mobilzation teknik PACVP LPAVP
- Gapping manipulation 3 dimensi ekstensi
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Proper back mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi:
- Nyeri, JPM, dan ROM thoracall.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
146
ASUHAN FISIOTERAPI PADA MYOFASCIAL PAIN
064/08/50
1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
147
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis pegal menyebar dalam pola segmental/vegetatif
- Nyeri meningkat regangan pada otot yang bersangkutan
- Nyeri meningkat kontraksi pada otot yang bersangkutan
-
Tes cepat
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak aktif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak pasif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak isometric
- Tergantung regio yang terkena
Tes khusus
- Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar.
- Stretch test.
Pemeriksaan lain
-.-
Diagnosis:
Nyeri muscular menyebar ke …… disebabkan oleh myo fascial trigger point.
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
148
Intervensi
- US:
o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
o Dosis 2 – 2.5 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
- Stretching otot yang bersangkuta
Evaluasi
- Nyeri.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus myofascial pain
- Intervensi fisioterapi pada myofascial pain
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Myositis osccsificans
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
149
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME
1/3
065/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
150
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada leer-pundak depan hingga lengan
- Nyeri meningkat pada posisi lengan kebawah disertai depresi
- Nyeri berkurang bila lengan abduksi
Tes cepat
- Tidak spesifik
- Abduksi elevasi kadang nyeri
Tes gerak aktif
- Negatif
Tes gerak pasif
- Negatif
Tes gerak isometric
- Negatif
Tes khusus
- Adson’s test positif
- Palpasi scalenus nyeri semutan hingga ke Joint play movement lateral
gapping tangan
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray normal
Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh
entrapmen pleksus bracialis akibat scalenus contractur
-
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Thoracic (Compression)
Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome :
Scalenus Syndrome
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
151
Intervensi
- MWD pada m.scalenus
o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-
12 menit.
- Contract relax stretching m. scalenus anterior/posterior
- Postural correction (retraksi leher)
- Home program : stretching.
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Lampiran
152
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : HYPER ABDUCTION SYNDROME
066/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada thoracic (compression) outlet
syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
153
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain
Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh
entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur
Rencana tindakan
- Intervensi : MWD pada m pecroralis minor.
- Kontraindikasi : Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
154
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENDOPATHY M. SUPRASPINATUS
1/2
067/08/50
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada lengan atas bag lateral
- Nyeri meningkat ketika angkat lengan
- Tidak jelas sebab-sebabnya
Tes cepat
- Abduksi elevasi: ’Painful arc’
Tes gerak aktif
- Gerak abduksi nyeri, gerak lain negatif
Tes gerak pasif
- Tak ada kelainan
Tes gerak isometric
- Abduksi isometric melawan tahanan
- Gerak lain +/-
Tes khusus
- Palpasi posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi.
Pemriksaan lain
-
Dagnosis
Nyeri bahu lateral sampai lengan atas leteral disebabkan oleh tendonitis m.
supraspinatus
155
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US:
o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
- Stretching m. supraspinatus
- Codmann pendular exercise
Evaluasi
- Nyeri dan scapula humeral rhythm.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Tendopathy M.
Supraspinatus
- Intervensi fisioterapi pada Tendopathy M. Supraspinatus
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
156
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER HAND SYNDROME
(SCALENUS SYNDROME)
068/08/50 1/3
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Shoulder Hand Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
157
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu
sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam
Inspeksi:
- Nyeri dan kaku sendi bahu dengan nyeri-kaku dan bengkak tangan.
Tes cepat:
- Abduksi elevasi bahu dijumpai reverse scapulohumeral rhythm
- Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbats
Tes gerak aktif:
- Semua gerak glenohumeral nyeri dan ROM aktif trbatas
- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas
Tes gerak pasif:
- Gerak rotasi eksternal, gerak abduksi, dan rotasi internal sendi
glenohumeralis terbatas dengan firm end feel
- Keterbatasan ROM glenohumeral dalam capsular pattern
- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas dengan firm
end feel
Tes gerak isometric:
- Tidak ada perubahan yang khas
Tes khusus:
- Palpasi kulit dijumpai kulit dingin dan lembab.
- Joint play movement sendi glenohumeral nyeri, terbatas dan firm end
feel.
- Joint play movement sendi radio carpal dan interplalangea nyeri,
terbatas dan firm end feel
- Sensoric test: hyperaealgesia bahu/tangan,
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray bahu tidak jelas ada kelainan tetapi kadang dijumpai
atrophy/osteoporosis tulang glenohumeral
Diagnosis
- Nyeri, kaku dan bengkak bahu dan tangan akibat shoulde hand syndrome
158
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- SWD segmental application thoracal – anterior shoulder: Continous
subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas
rendah, waktu 10-12 menit.
- TENS jenis arus monophase burst dengan segmental application
cervical – thoracal, internsitas maksimal dapat ditoleransi, waktu 20-
30 menit.
- Joint mobilization glenohumeral joint pada MLPP dan semua
pembatasan ROM.
- Joint mobilization wrist and fingers pada MLPP dan semua
pembatasan ROM
- Active mobilization exc.dan pumping exc tangan-jari.
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, oedeme dan ROM glenohumeral joint, ROM wrist and
fingers
Dokumentasi
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Shoulder Hand
Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Shoulder Hand Syndrome
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
159
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : HYPER ABDUCTION SYNDROME
069/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada thoracic (compression) outlet
syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
160
rosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain
Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh
entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur
Rencana tindakan
- Intervensi : MWD pada m pecroralis minor.
- Kontraindikasi : Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain
Lampiran
161
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ACUTE LOCKING OF CERVICAL
SPINE
070/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Acute Locking Of Cervical
Spine
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Tes cepat
Tes gerak aktif
Tes
Tes cepat
Tes gerak aktif
Tes gerak pasif
Tes gerak isometrik
Tes khusus
Pemriksaan lain
Diagnosis
Rencana tindakan
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi
162
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHRITIS DISTAL RADIOULNAR
JOINT
071/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthritis Distal Radioulnar
Joint
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
163
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis hebat pada masa acute, atau ngilu/pegal pada pergelangan
tangan kadang tangan pada masa kronik
- Nyeri setelah riwayat trauma
- Gerak pronasi-supinasi nyeri dan terbatas
Inspeksi:
- Posisi sendi radioulnaris MLPP
- ADL: tampak kaku
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawah
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawah
Tes gerak pasif
- Pronasi dan supinasi nyeri dan terbatas dalam capsular patern dengan
firm end feel
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawah
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan keluhan khas
Tes khusus
- JPM test timbul nyeri, terbatas denngan firm end feel
Pemriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis:
- Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthritis distal
radioulnar joint
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
164
Intervensi
- Pada kondisi acute aktualitas tinggi diberikan RICE
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthritis Distal
Radioulnar
- Intervensi fisioterapi pada Arthritis Distal Radioulnar
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
- TBC tulang
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
165
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA
072/08/50 1/3
166
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan dan tangan
- Morning sickness dan start pain
- Gerak terbatas dan crepitasi
Inspeksi:
- Posisi tangan MLPP
- Gerak hand dexterity kaku.
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar
flexion dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatas denngan firm
end feel
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis
- Capsular pattern wrist joint secondary to arthrosis carpalia
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
167
Intervensi
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronasi-supinasi
- Kemungkinan splinting
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis carpalia
- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis carpalia
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
168
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS DISTAL RADIOULNAR
JOINT
073/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Distal Radioulnar
Joint
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
169
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan kadang tangan
- Morning sickness dan start pain
- Gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Inspeksi:
- Posisi sendi radioulnaris MLPP
- ADL: tampak kaku
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Tes gerak pasif
Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak gerak pronasi dan supinasi
lenngan bawah dimana pronasi dan supinasi sama terbatas dengan end
feel firm
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test translasi pronasi dan supinasi timbul nyeri, terbatas denngan
firm end feel
Pemriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis:
- Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthrosis carpalia
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis Distal
Radioulnar
- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis Distal Radioulnar
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
170
Intervensi
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
171
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME.
( Entrapment neuropathy n. medianus – C5-Th1)
074/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Carpal Tunnel Syndrome.
(Entrapment Neuropathy N. Medianus – C5-Th1)
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
172
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada pergelangan tangan dan semutan jari tangan I,
II, dan III permukaan palmar
- Keluhan lebih berat pada pagi hari
- Kadang disertai gerak terbatas
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan Madang terbatas gerak palmar-dorsal flexion pergelangan
tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dimana
dorsal flexion lebih terbatas dari palmar flexion dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Ttidak khas, kecuali bila atrofi thenar.
Tes khusus
- Phalens test positif
- Stretch test lig. Carpi transversum
- JPM intercarpal terbatas firm
Pemriksaan lain
- EMG positif entrapment
Diagnosis
- Nyeri dan semutan telapak tangan akibat entrapment n. Medianus
setinggi carpal tunnel
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Carpal túnnel síndrome
- Intervensi fisioterapi pada Carpal túnnel síndrome
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
173
Intervensi
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Stretching lig. Carpi transversum
o Passive mobilization exercise
Evaluasi
- Nyeri, paresthesia
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
174
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CHONDROMALACIA PATELLAE
075/08/50 1/3
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
175
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri berjalan
- Deformitas kearah genu valgus
Inspeksi:
- tidak tampak kelainan local. Perhatikan Q angle/genu valgus
Tes cepat
- gerakan flexi dan ekstensi terjadi painfull arc
Tes gerak aktif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak pasif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak isometric
-
Tes khusus
- Palpasi : nyeri tekan pada condylus lateral dan medial
- Joint play movement MLPP kompresi diatas patella posisi lutut
ekstensi dan semi fleksi.
- Pengukuran Q angle dan genu valgus.
- Tes kekuatan m. Vastus medialis.
Pemeriksaan lain
- ’X’ ray intuk melihat OA sendi patellofemoralis
Diagnosis:
- Nyeri pada patella disebabkan oleh chondromalacia
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
176
Intervensi
- US pada tepi patella dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
- MWD/SWD
o SWD intermiten selama 10 – 12 menit
- Transverse friction dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial
- Strengthening exercise m. Vastus medialis pada posisi lutut gerak
akhir ekstensi
Medial arc support (corect shoes)
Evaluasi
- Nyeri, JPM dan ROM .
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Chondromalacia patellae
- Intervensi fisioterapi pada Chondromalacia patellae
Kontra indikasi :
- Osteoporosis
- TB Tulang akut
- Fraktur
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS.
Lampiran Juknis USSWD
177
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CUBITAL TUNNEL SYNDROME
( Entr. n. ulnaris C8-Th1)
1/3
076/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cubital Tunnel Syndrome
( entr. n. ulnaris c8-th1)
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
178
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Radicular pain bahu sampai jari ke V
- Parasthesi
- Kadang kelemahan otot-otot hypothenar
Inspeksi:
- Tidak tampak kelainan
- Kadang dijumpai atrophy m. hypothenar
Tes cepat
- Nyeri meningkat pada Abduksi-elevasi bahu penuh
Tes gerak aktif
- Fleksi-ekstensi siku tidak tampak kelainan atau kadang nyeri siku saat
fleksi penuh
- Pronasi-supinasi normal
Pemriksaan lain
- EMG terdapat entrapment n. ulnaris setinggi siku.
Diagnosis
` Paresthesia dan atrphy hypothenar akibat entrapment n.ulnaris setinggi siku
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
179
Intervensi
- MWD
o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-
12 menit.
- Mobilisasi n. ulnaris.
- Strengthening exc m. hypothenar
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cubital Tunnel
Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Cubital Tunnel Syndrome
Kontra indikasi :
- fraktur cervical
- post op laminatomi
Evaluasi :
- Nyeri, paresthesia
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
180
ASUHAN FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT
077/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
181
Prosedur Dosis :
- Penggunaan medial arc support dalam waktu 3bulan atau lebih
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Tidak ada arcus plantar
- inbalance
Inspeksi:
- Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
Tes cepat
- Gait análisis tampak kaki menyudut kelateral
- Plantar fleksi lebih lemah
Tes gerak aktif
- Dalam batas normal
Tes gerak pasif
- Gerak pronasi kaki ROM lebih besar dari normal, gerak pronasi
terbatas elastic end feel
- Gerak lain normal
Tes gerak isometric
- Fleksi jari-jari kaki kekuatan kurang dibanding dengan otot lain.
Tes khusus
- Palpasi: arcus longitudinal plantaris rata
- Pengukuran adakah genu valgus
Pemeriksaan lain
-.Podografi: dijumpai flet foot.
Diagnosis:
- gangguan kesimbangan dan berjalan akibat flat foot
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
182
Intervensi
- Strengthening exercice pada fleksor jari kaki
- Ballance exc
- Walking exc dengan menggunakan ujung kaki
- Penggunaan medial arc support
Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Flat foot
- Intervensi fisioterapi pada Flat foot
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Poliomielitis
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle dan lutut
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
183
ASUHAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR COLLUM FEMORIS
NON OPERATIVE
078/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
184
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Riwayat trauma jatuh
- Tidak bisa jalan
- Nyeri pada sendi hip pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi
Inspeksi
- Bengkak hip joint
- Trochantor mayor sisi fraktur lebih tinggi
Tes cepat
- Rotasi internal kedua hip joint
- Crook lying ketinggian lutut berbeda
Tes gerak aktif
- Nyeri pada akhir gerak terutama gerak rotasi internal sendi panggul
atau tidak mampu melakukan.
- Fleksi, ekstensi maupun abduksi terbatas atau tidak mampu
melakukan.
- Crepitasi pada gerak tertentu.
Tes gerak pasif
- Nyeri pada akhir gerak fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi
Tes gerak isometric
- Tidak mampu melakukan gerak isometrik atau lemah
- Rasa nyeri ketika gerak isometrik pada hip
Tes khusus
- Palpasi ketinggian trochantor mayor beda tinggi
Pemriksaan lain
- X ray tampak fraktur collum femoris
Diagnosis
- Nyeri gerak dan keterbatasan gerak kesemua gerakan pada sendi HIP .
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
185
Intervensi:
- Superficial heating
- US: diberikan pada fase kronik
o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Active strengthening exc
- Gait training mulai dalam walker, crutch hingga cane
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus fraktur collum femoris
- Intervensi fisioterapi pada kasus fraktur collum femoris
Kontra indikasi :
- Neoplasma
- Osteoporosis
Evaluasi :
- Nyeri, ROM dan gait analysis
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada rs
Lampiran Asesmen fisioterapi
Joint Mobilization
U.S
Gait Training
186
ASUHAN FISIOTERAPI PADA MENISCUS LESION
079/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
187
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
Inspeksi:
- Tidak tampak kelainan
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi
tibiofemoralis.
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri
Tes gerak pasif
- Nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.dengan
end feel elastis
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri dengan end feel
elastis
- Sering semua gerak negatif bila aktualitas rendah
Tes gerak isometric
- Tidak khas,.
Tes khusus
- Appley test dan murray test
- JPM lutut.
Pemeriksaan lain
- Atroplasti
Diagnosis
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat meniscus
lesi.
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus meniscus lesi
- Intervensi fisioterapi pada meniscus lesi
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Gonitis TB
188
Intervensi:
- SWD atau MWD
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Manipulasi meniscus.
- Latihan Strengthening
- Knee Dakker
- Latihan Stabilisasi.
Lampiran SWD/MWD
Manipulasi meniscus
Strengthening exc
Knee Dakker
189
ASUHAN FISIOTERAPI PADA KNEE INSTABILITASI
080/08/50 1/3
190
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
Inspelsi:
- Kadang tampak genu valgus/varus
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Terjadi nyeri pada saat hiper extensi knee joint atau fleksi penuh.
- Internal rotasi dan external rotasi tidak terjadi nyeri
Tes gerak pasif
- Nyeri pada saat gerakan varus dan valgus, flexi – extensi sendi lutut
dengan end feel soft.
Tes gerak isometric
- Adanya nyeri pada sendi lutut
Tes khusus
- Valgus test: untuk tes lig.collaterale mediale
- Varus test: untuk tes lig.collaterale laterale
- Anterior shearing test untuk tes lig.cruciatum anterior
- Posterior shearing test untuk tes lig.cruciatum posterior
Pemeriksaan lain
- Atroskopi
Diagnosis
- Nyeri sendi lutut pada gerakan akibat lesi lig.collaterale mediale, (atau
lig.collaterale laterale; atau lig.cruciatum anterior atau lig.cruciatum
posterior)
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
191
- Intervensi MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Knee support dengan penguat pada fungsi ligament yang lesi.
- Latihan stabilisasi aktif. Pada posisi MLPP.
- Latihan Strengthening otot pes anserinus (atau iliotibial, atau
hamstrings, atau quadriceps)
Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus knee instability
- Intervensi fisioterapi pada knee instability
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
Evaluasi
- Nyeri, stabilisasi aktif knee.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran MWD
Strengthening
Stabilisasi aktif
Knee support
192
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENDOVAGINITIS STENOSANS
(TRIGGER FINGER)
081/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
193
Prosedur Dosis :
- Waktu intervensi US 5-7 menit, kronis 1x1 hari atau 1x2 hari
(selama12 sampai 18 hari)
- Dosis streching 8 detik, di ulang 8-10 kali.
- Friction 30 kali
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Rasa nyeri pada jari ketiga atau ke empat saat ditekuk mengunci dan
kembali lurus dan berbunyi,
- Nyeri pada setinggi caput metacarpal
Inspeksi:
- Tidak khas
Tes cepat
- tes fleksi jari2 dan ekstensikan (jari ketinggalan)
Tes gerak aktif:
- Pada gerak fleksi jari III/IV nyeri pada akhir ROM dan bila di
ekstensikan bunyi klik dan nyeri
- Gerak sendi lain normal
Tes gerak pasif:
- Terdapat nyeri saat fleksi jari yang bersangkutan penuh.
- Saat ekstensi jari bunyi klik dan nyeri.
Tes gerak isometric
- Gerak fleksi jari yang bersangkutan terdapat nyeri
- Gerak lain negatif
Tes khusus
- Palpasi pada caput metacarpal III atau IV teraba benjolan nyeri.
- Bila dalam palpasi bersamaan digerakkan fleksi penuh dan ekstensi
teraba benjolan yang bergerak.
Pemriksaan lain
- --
Diagnosis
- Nyeri gerak pada jari ke tiga (atau keempat) karena Tendovaginitis
Stenosis flexor digitorum profundus.
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
- Perencanaan intervensi.
194
Intervensi
- US :
o Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.
o Parafin bath 5 menit
- Streching pada jari ke tiga (keempat) ke arah ekstensi penuh dengan
pergelangan tangan ekstensi
- Transfer Friction jari ke tiga (di selubung tendon)
Indikasi :
- Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus Tendovaginitis
Stenosans (Trigger Finger)
- Intervensi fisioterapi pada Tendovaginitis Stenosans (Trigger Finger)
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Lesi saraf perifer
- Rheumatoid arthritis
Evaluasi
- Nyeri dan ROM
Dokumentasi:
Rekam Fisioterapi dan rekam medis RS
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal
195
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOSYNOVITIS M. ABD. POL.
LONGUS DAN EXT. POL. BREVIS (de Quervain syndrome)
082/08/50
1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol.
Longus dan ext. Pol. Brevis
Tujuan Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus
dan ext. Pol. Brevis
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
196
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali -
2 kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Adanya nyeri pada sisi lateral pergelangan tangan saat fleksiadduksi
ibu jari tangan atau ulnar deviasi.
Inspeksi:
- Bengkak pada sisi lateral pergelangan tangan
Tes cepat:
- Fleksi ekstensi tangan dan jari tangan nyeri sast fleksi
Tes gerak aktif
- Adduksi ibu jari tangan nyeri
- Ulnar deviasi nyeri
Tes gerak pasif
- Test streach fleksor ibu jari sakit
Tes gerak isometric:
- Tes gerak isometric melawan tahanan ibu jari tangan kea rah abduksi
nyeri
- Gerak ibu jari lain negatif
Tes khusus:
- Finkels stain test nyeri, oposisi reposisi jari
- Palpasi teraba oedeme pada sisi lateral pergelangan tangan
Pemreriksaan lain:
- --
Diagnosis
Nyeri gerak pada tendon otot m abd pol longus dan ext poli brevis akibat
tenovaginitis m abd pol longus dan ext poli brevis
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
- Perencanaan intervensi bertahap
197
Intervensi
- US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.
- Parafin bath 5 menit
- Massage ke arah proksimal.
- Splinting atau elastic bandaging: piosisi ibu jari tangan abduksi dan
pergelangan tangan radial devia
Indikasi :
- Asesmen Fisioterapi pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan
ext. Pol. Brevis
- Intervensi Fisioterapi pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan
ext. Pol. Brevis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Lesi saraf perifer
Evaluasi:
- ROM, nyeri
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal
Lampiran US,
Parafin bath,
massage.
splint,
198