Anda di halaman 1dari 199

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

POLI FISIOTERAPI

RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM


Jl. Catur Warga Mataram 83121
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MEKANISME PROSEDUR KONSULTASI DAN TERAPI
POLI FISIOTERAPI
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

20 Februari 2019
dr. Bq. Yuliana AP

PENGERTIAN Pelayanan kesehatan terhadap hangguan fisik dan fungsional yang


diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera
melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitasi
untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

TUJUAN Meningkatkan kemampuan fungsional seseorang sesuai dengan potensi


yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas
hidup.

PROSEDUR A. Anamnesia pasien


B. Pemeriksaan fisik :
Menentukan diagnosa dan gangguan fungsional pada pasien
C. Rencana : pasien direncanakan untuk terapi sebanyak 8x terapi
dilanjutkan untuk evaluasi tujuh hari setelah terapi ke delapan.
D. Intervensi :
1. Fisioterapi : penggunaan modalitas dan manual terapi
2. Ortotik prostetik : penggunaan ortosis (alat bantu) prostesis (alat
ganti) sesuai dengan gangguan fungsional dan indikasi pada
pasien.
3. Okupasi Terapi : penggunaan metode latihan kognitif dan
perilaku
4. Terapi Wicara : penggunaan latihan dan stimulasi manual untuk
oral dan kemampuan komunikasi metode lainnya
PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram nomor ...

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik


2. Fisioterapi
3. Ortotik Prostetik
4. Okupasi Terapi
5. Terapi Wicara

1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SHORT WAVE DIATERMY (S W D)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

20 Februari 2009
dr. Bq. Yuliana AP
PENGERTIAN SWD merupakan arus frekwensi tinggi (27,12 MHz) dan merupakan
gelombang pendek yang memberikan rangsangan terhadap saraf
sensorik maupun motorik

TUJUAN 1. Meningkatkan metabolisme sel-sel local


2. Meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah
3. Meningkatkan elastisitas jaringan otot, jaringan ikat, collagen
kulit, tendon, ligament, dan kapsul sendi akibat menurunnya
viscositas jaringan
4. Meningkatkan proses reparasi jaringan secara fisiologis
5. Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek sedatif

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Semua saklar dlm keadaan nol, kabel tdk boleh kontak dgn
lantai; pasien bersilangan satu sama lain. kabel juga tdk boleh
tergantung diatas pasien
2. Penyediaan bahan lain spt handuk, bantal

B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien comfortable / senyaman mungkin
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati
3. Bersihkan daerah yang akan diobati dari keringat

C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Hidupkan power guna pemanasan alat ± 5 menit
2. Letakkan elektrode ke daerah yang akan diobati
3. Atur timer ± 15 menit
4. Naikkan intensitas panas sesuai toleransi penderita

PERHATIAN Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi,
intensitas dosis harus dikurangi atau diturunkan
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram Nomor...

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SINAR INFRA MERAH (I R)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

20 Februari 2019 dr. Bq. Yuliana AP


PENGERTIAN Adalah pancaran gelombang elektromagnetik dgn panjang gelombang
7.700 – 4 juta amstrong/A.
Daya penetrasi sampai kepada lapisan superficial, epidermis dan
jaringan sub cutan

TUJUAN 1. Meningkatkan proses metabolisme


2. Vasodilatasi pembuluh darah
3. Muscle Relaxation (relaksasi otot)
4. Mengurangi / menghilangkan rasa sakit
5. Mengaktifkan kerja kelenjar keringat

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Periksa alat antara lain meliputi kabelnya, jenis lampu, besarnya
watt
2. Untuk pengobatan lokal biasanya menggunakan reflektor
berbentuk parabola yang didalamnya hanya ada 1 bola

B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien comfortable / senyaman mungkin disesuaikan dgn
daerah yang
diobati. Posisinya bisa duduk, telentang atau tengkurap.
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati serta perlu
dilakukan tes
sensibilitas terhadap panas dan dingin

C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Hidupkan lampu dgn jarak antara 45-60 cm dari daerah yang
akan disinari
2. Sinar usahakan tegak lurus dgn daerah yang diobati serta waktu
antara 10-30 menit disesuaikan dgn kondisi penyakitnya

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram nomor..

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ULTRA SONIK (U S)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

004/08/50

20 Februari 2019 dr. Bq. Yuliana AP


PENGERTIAN Suatu peristiwa bunyi getaran mekanik dgn bentuk gelombang
longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu dgn frekwensi yang
variabel. adapun frekwensi ultrasonik adalah > 20.000 Hz. Untuk ultra
sound therapy yang digunakan dibidang fisioterapi menggunakan
frekwensi 0,7 MHz – 30 MHz
TUJUAN 1. Meningkatkan sirkulasi darah
2. Rileksasi otot
3. Meninggikan permeabilitas membran
4. Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan
5. Pengaruh terhadap saraf perifer
6. Mengurangi nyeri
PROSEDUR A. Persiapan Alat :
1. Periksa parameter mesin US, semua saklar dlm keadaan nol,
kabel tdk boleh kontak dgn lantai; pasien bersilangan satu sama
lain. kabel juga tdk boleh tergantung diatas pasien
2. Periksa tranducer dgn menggunakan media air utk mengetahui
tranducer bisa dipakai atau tidak
3. Penyediaan bahan lalin seperti gel, handuk / tissue
B. Persiapan Pasien :
1. Pasien harus diposisikan comfortable / rileks tanpa adanya rasa
sakit
2. Tes sensibilitas panas pada daerah yang akan diobati
3. Rambut yang terlalu lebat sebaiknya dicukur
4. Pasien diberi penjelasan ttg langkah-langkah terapi yang
diberikan beserta
tujuannya
5. Tempat dari keluhan harus dilokalisasi setepat mungkin
6. Daerah yang akan diterapi harus dibersihkan

C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Fisioterapis menyetel parameter US misalnya frekwensi (1 atau
3 MHz)
2. Jenis energi yang diberikan (continue atau intermetten)
3. Pemberiaan intensitas sebesar 0,6 w/cm 2
4. Pengaturan waktu 5-10 menit atau sesuai dgn luas daerah yang
diobati
5. Fisioterapis mengoleskan aqueous gels pada daerah yang
diobati
6. Tranducer digerakkan terus menerus selama terapi, gerakan
tersebut dapat berupa gerakan membujur (longitudinal), gerak
melintang dari jaringan yang diobati maupun gerakan melingkar
seperti spiral
7. Tranducer harus tetap bergerak meskipun area yang diobati
kecil, gerakan tranducer harus ritmis, pelan dan tekanan

4
terhadap kulit tdk boleh terlalu keras
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram nomor ...
UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PARAFIN BATH
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

005/08/50

20 Februari 2019 dr. Bq. Yuliana AP


PENGERTIAN Adalah rendaman anggota tubuh yang akan diobati kedalam parafin
(lilin) yang telah meleleh, bisa mengunakan kuas atau sikat

TUJUAN 1. Mengurangi bengkak


2. Melancarkan sirkulasi darah
3. Mengurangi kekakuan / spasme
4. Mengurangi nyeri

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin
oil kemudian dipanaskan sampai meleleh (cair) kurang lebih 55 0
C
2. Penyediaan bahan lalin spt kuas, handuk, kertas minyak utk
pembungkus

B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien diatur senyaman mungkin disesuaikan dgn daerah
yang akan
diobati
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati

C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Setelah parafin / lilih meleleh (cair) masukkan / oleskan parafin
pada daerah yang akan diobati
2. Kemudian tutup / balut daerah yang akan diobati dgn kertas
minyak dan handuk
3. Diamkan selama ± 10-15 menit
4. Setelah parafin membeku / dingin sesuai dgn waktu yang
ditentukan parafin dibuka / dilepaskan dari daerah yang diobati

PERHATIAN Sesuaikan derajat panas dan waktu pemakaian dgn toleransi penderita

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSI Siti Hajar Mataram

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

6
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

006/08/50

20 Februari 2019 dr. Bq. Yuliana AP


PENGERTIAN Adalah energi listrik yang berupa arus bolak balik (Alternating Current /
AC) dan arus searah (Direct Current / DC), ini dapat digunakan utk
merangsang saraf

TUJUAN 1. Mengurangi rasa nyeri


2. Merangsang kontraksi otot
3. Merangsang kerja saraf motorik dan sensorik
4. Meningkatkan sirkulasi darah

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Periksa alat antara lain meliputi : kabel, plat elektrode
2. Semua tombol dalam keadaan nol, kabel tdk boleh kontak dgn
lantai; pasien bersilangan satu sama lain. kabel juga tdk boleh
tergantung diatas pasien
3. Penyediaan bahan lain spt handuk, bantal

B. Persiapan Pasien :
1. Posisi pasien diatur senyaman mungkin disesuaikan dgn daerah
yang akan
diobati
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati
3. Bersihkan dari keringat atau debu
4. Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul

C. Pelaksanaan Pengobatan :
1. Tekan / hidupkan tombol power
2. Letakkan plat elektrode pada daerah yang akan diobati
3. Atur waktu pengobatan ± 10-15 menit
4. Atur frekwensi yang diberikan kpd penderita, apakah intermitten
(terputus-putus) atau continous (terus menerus)
5. Atur intensitas sesuai toleransi penderita
6. Setelah waktu pengobatan selesai, kembalikan tombol dalam
keadaan nol

PERHATIAN Bila dalam pengobatan penderita sangat merasakan nyeri makan,


intensitas dikurangi / diturunkan

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MASSAGE THERAPY
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
007/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan manipulasi


tertentu pada jaringan lunak tubuh dimana manipulasi tersebut efektif
dengan tangan dan diatur guna mempengaruhi syaraf, otot, sistem
respirasi, sirkulasi darah, sirkulasi limfe baik yang bersifat lokal
maupun general.

TUJUAN Efek Mekanis :


1. Membantu melancarkan sirkulasi darah
2. Membantu melancarkan sirkulasi limphe
3. Streaching
4. Mencerai–beraikan jaringan scar tissue
5. Untuk memelihara kekuatan, ukuran dan kemampuan gerak otot

Efek Fisiologis :
1. Meningkatkan metabolisme
2. Mencegah venostatis
3. Mengurangi oedema
4. Sedatif

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Penyediaan bahan seperti handuk, minyak (pelicin), bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien :
1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan dimassage
3. Bersihkan daerah yang akan dimassage dari keringat
4. Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul

C. Pelaksanaan Massage :
Adapun teknik massage adalah
1. Gosokan
- Strocking yaitu manipulasi gosokan yang ringan dan halus
dengan menggunakan seluruh permukaan tengah dengan arah gerakan
tidak beraturan
- Effleurage yaitu gosokan disertai tekanan dengan arah
menuju jantung
(distal ke proksimal)
2. Petrissage
Adalah pijatan dengan cara memegang group otot lalu
didorong, diangkat dan diremas / ditekan dengan lembut dan hati-hati
Petrissage terdiri dari :
- Kneading ; manipulasi dengan tekanan-tekanan gerakan
rolling tangan tanpa gesekan dengan kulit kecuali saat berpindah dari
satu area ke area lain

8
- Wringing ; Manipulasi dengan memegang group otot /
jaringan dengan kedua luka tangan dengan gerakan dorong dan tarik
- Picking UP ; Jaringan dipegang , diangkat dan dilepas
- Rolling Skin ; Kulit dipegang dan diangkat kemudian
didorong
3. Friction
Adalah manipulasi dengan gerakan melingkar (sirkulair) atau
melintang kecil menggunakan ujung jari, ibu jari, pangkal tangan atau
siku
4. Tapotement (cambukan)
Terdiri dari :
- Hacking ; tepukan dengan samping ulnar tangang dengan jari
terbuka
- Cupping ; tepukan dengan tangan membentuk arcus
- Slapping ; tepukan dengan palmar jari-jari tanpa membentuk
arcus
- Beating ; tepukan dengan samping ulnar tangan dengan jari
tertutup
- Tapping ; tepukan dengan ujung jari-jari
- Pounding ; kombinasi antara hacking-beating-dorsal tangan
5. Vibration
Adalah manipulasi dengan cara menggetar / mengguncang

MODIFIKASI STROCKING :
1. Horizontal strocking
Kebanyakan digunakan pada pinggang bawah
Caranya : kedua tangan digosokkan silih berganti kesamping
atas atau kesamping bawah
2. Bilateral tree strocking
Untuk memasang saraf yang keluar dari medula spinalis
sehingga arah gosokan dari vertebra ke latero distal, biasanya cukup
dengan jari-jari atau ibu jari saja
3. Mannel’s superfisial strocking
Gosokan dengan tekanan ringan dengan arah tidak beraturan
4. Tree Count Strocking
Hanya untuk otot trapezius :
a. Upper Trapezeus ; arah gosokan dari origo ke insertio
b. Midle Trapezeus ; arah dari medial ke lateral (thoracal ke
bahu)
c. Lower Trapezeus ; arah dari distal ke latoroproksimal (ke
arah bahu)
5. Singels
Menggunakan 1 telapak tangan yang selalu kontak dengan
tubuh / kulit pasien dimana tangan yang lain menindih tangan tersebut
yang berfungsi memberi tekanan dan dorongan

EFEK EFFLEURAGE
1. Mempercepat aliran darah vena dan limphe
2. Aliran arteri lebih baik sehingga metabolisme akan baik
3. Mengurangi spasme otot dan rasa sakit
 Indikasi :
- Pada kondisi – kondisi oedema
- Gangguan pembuluh darah ringan
- Fatique / kelelahan
 Kontra Indikasi :
- Kasus hyperaesthesk

9
- Kulit dengan rambut lebat
- Oedema berat dan beru
- Scar tissue baru

EFEK PETRISSAGE
1. Memperbaiki sirkulasi darah arteri, vena dan limphe
2. Otot mendapat nutrisi cukup sehingga siap untuk latihan
sehingga mengurangi perlengketan dan mengurangi kelelahan
otot
3. Efek sedatif saraf sehingga mempercepat penyerapan pada usus
halus, memberi rangsangan pada empdu dan melancarkan
konstipasi
4. Paralysis / lumpuh
Mencegah atropi, mencegah kontraktur otot
 Kontra Indikasi :
- Varises berat
- Inflamasi / peradangan akut
- Pasca trombosis
- Jaringan parut baru

DOSIS MASSAGE
1. Lamanya massage :
Anggota bawah : 20 menit
Punggung : 25 menit
Anggota atas : 15 menit
General : 1 jam
2. Frekwensi pemberiaan massage : efektif setiap hari
3. Jenis manipulasi / teknis sesuai dengan tujuan

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MANIPULATION THERAPY
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
008/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba-tiba (hentakan)
dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian
rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah atau menghentikan gerakan
yang terjadi.

TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah


2. Mengurangi keterbatasan gerak
3. Mengurangi spasme otot
4. Mengurangi nyeri
5. Rileksasi otot

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Penyediaan bahan seperti handuk, minyak (pelicin), bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien :
1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan dimassage
3. Bersihkan daerah yang akan dimassage dari keringat

C. Pelaksanaan Terapi Manipulasi :


Dalam terapi manipulasi kita harus mengetahui aspek
syndesmologi :
1. Macam persendian (anatomi dan fisiologi)
2. Bentuk permukaan sendi (cekung dan cembung)
Hukum “Konkaf-Konvek)
a. Apabila permukaan sendi konvek bergerak pada permukaan
sendi konkaf maka gerakan roll selalu berlawanan arah dengan gerakan
slide
b. Apabila permukan sendi konkaf bergerak pada permukaan
sendi konvek maka gerakan roll selalu searah
3. Macam-macam gerakan dasar :
a. Osteo kinematika (gerakan yang terjadi antara 2 buah tulang)
b. Arthro kinematika (gerakan yang terjadi pada permukaan
sendi/intra artikuler sering disebut ”Joint Play Movement”
dimana gerakan ini tidak dapat dilakukan secara voluntary
tetapi dapat dilakukan secara pasif)
 Roll adalah suatu gerakan dimana perubahan jarak titik
kontak suatu permukaan sendi sama besarnya dengan
perubahan jarak titik kontak permukaan sendi lawannya
 Slide adalah suatu gerakan dimana hanya ada satu titik
kontak pada suatu permukaan sendi yang selalu kontak
dengan titik yang selalu berubah pada permukaan sendi
lawannya
 Arah gerakan roll selalu searah dengan gerakan swing,

11
arah gerakan slide ditentukan oleh bentuk permukaan
sendi pembentukan
4. Posisi Sendi
a. Close Pocked Position (CPP)
Adalah suatu posisi dimana kedua permukaan sendi dalam
keadaan merapat (kompresi maksimal). Keadaan ini terjadi pada
posisi akhir suatu gerakan yang disebabkan menegangnya kapsul
sendi dan ligamen akibat adanya gerakan conjuct rotation
Misalnya : Posisi Abduksi Shoulder maksimal dan rotasi

b. Maximally Loose Pocked Position (MLPP)


Adalah suatu posisi dimana kedua permukaan sendi
melonggar, kapsul dan ligamen juga dalam keadaan longgar dan
rileks.
Pada MLPP biasa dilakukan pemeriksaan dan penanganan
terapi manipulasi non spesifik, untuk preelaminasi dan mengurangi
rasa sakit
Misalnya : Flexi elbow 70 0

c. Loose Pocked Position (LPP)


Adalah suatu posisi diluar CPP maupun MLPP.
Pada LPP dapat dilakukan terapi manipulasi spesifik untuk
meningkatkan LGS / ROM

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
EXERCISE THERAPY (TERAPI LATIHAN)
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

009/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Adalah suatu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam


pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik aktif
maupun pasif.
Atau dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat
penyembuhan dari suatu injury atau penyakit tertentu yang telah
merubah cara hidupnya yang normal

TUJUAN 1. Memajukan aktifitas penderita dimana dan bilamana perlu


2. Memperbaiki otot-otot yang tidak efisien dan memperoleh
kembali jarak gerak sendi yang normal tanpa memperlambat
usaha mencapai gerakan yang berfungsi dan efisien
3. Memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat
melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan,
sehingga dapat beraktifitas normal
PROSEDUR Gerakan yang dipergunakan dalam exercise therapy digolongkan
sebagai berikut :
1. Active Movement :
a. Voluntary Movement :
- Assisted Active Movement
- Free Active Movement
- Assisted – Resissted Active Movement
- Resissted Active Movement
b. Involuntary Movement : misalnya reflex

2. Passive Movement :
a. Relaxed Passive Movement
b. Forced Passive Movement
c. Manipulative Passive Movement

 Adapun teknik-teknik pengobatan dengan latihan (terapi latihan)


antara lain :
1. Joint Mobility (pergerakan sendi)
2. Strengthening Exercise (penguatan otot)
3. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation
(PNF) adalah teknik latihan untuk mempercepat mekanisme
neuromuscular dengan memberi rangsangan pada proprioceptor
4. Funtional Re-education adalah latihan
fungsional secara khusus seperti latihan duduk, berdiri, berjalan
5. Crawling exercise adalah latihan yang
diberikan pada posisi merangkak
6. Neuromuscular coordination (Frencle’s
exercise) adalah suatu latihan-latihan untuk tujuan gangguan
koordinasi dan keseimbangan

13
7. Latihan-latihan aktifitas harian

1. Active Movement
a). Voluntary movement merupakan suatu gerakan yang
diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari, bekerja
melawan tenaga dari luar

 Klasifikasi :
1. Free active exercise adalah suatu gerakan yang terjadi akibat
kontraksi dari otot yang bersangkutan melawan pengaruh
gravity pada bagian tubuh
2. Asisted active exercise merupakan gerakan yang terjadi oleh
karena adanya kerja daripada otot-otot yang bersangkutan,
melawan pengaruh gravity dan dalam melakukan kerja
dibantu oleh kekuatan dari luar
3. Assisted Reristed active exercise, kemungkinan otot cukup
kuat bekerja dengan melawan resisten pada suatu bagian
ROM (Range of Movement) tertentu. Latihan ini disini
menentukan pemberiaan tenaga dari luar atau tahanan yang
disesuaikan pada setiap bagian ROM tertentu
4. Ressisted active exercise merupakan latihan kekuatan dari
suatu tahanan yang diberikan pada otot yang sedang bekerja
untuk memperkembang kekuatan otot dan daya tahan otot
b). Involuntary Movement (Reflex) merupakan gerakan yang
tidak disadari yang dapat diartikan sebagai jawaban terhadap
rangsangan sensoris

2. Passive Movement
Merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari
luar sedangkan
otot penderita relax / lemas
 Klasifikasi :
1. Relaxed passive movement merupakan gerakan passive,
dimana gerakan hanya terbatas sampai batas rasa nyeri. Bila
penderita merasa nyeri pada batas ROM tertentu, maka
gerakan harus dihentikan
2. Forced passive movement merupakan gerakan passive,
dimana pada akhir gerakan diberikan penekanan dalam
suatu gerakan yang bertujuan untuk
menambah/meningkatkan jarak gerak sendi (ROM)
3. Manipulative passive movement adalah suatu gerakan pasif
yang dilakukan dengan tiba-tiba (hentakan) dengan
amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian
rupa sehinggga pasien tidak bisa mencegah atau
menghentikan gerakan yang terjadi

Prosedur :
A. Persiapan alat :
- Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak
- Penyediaan bahan seperti handuk, bantal goneometer (alat ukur
luas gerak sendi), midline (alat ukur lingkar otot, panjang tungkai atau
lengan)

B. Persiapan Penderita :

14
Atur posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan Terapi Latihan


1. Active Movement
a) Free exercise
Adapun teknik free exercise adalah :
Starting position : harus dipilih sesuai gerakan yang akan
dilakukan sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal
dalam pembentukan suatu gerakan
 Instruksi /aba-aba
Aba-aba yang diberikan harus dapat merangsang
kemauan penderita untuk melaksanakan latihan dengan
semangat dan memuaskan. Tujuan dan pembentukan
gerakan harus diterangkan kepada penderita, sehingga
penderita mengetahui dengan betul
 Kecepatan
Kecepatan latihan ini tergantung kepada efek yang
dibutuhkan misal kecepatan yang sedikit bila
dikehendaki efek penenangan (relaxasi). Pada suatu
group otot tertentu lamanya latihan yang diberikan
tergantung dari kemampuan penderita

 Efek-efek exercise
a. Relaxasi
Otot dikatakan lemas atau relax, apabila otot tadi bebas dari
suatu ketegangan dan dalam keadaan istirahat. Gerakan yang
berganti-ganti antara kontraksi dan relaxasi dapat membuat relaxasi
pada group-group otot tertentu
b. Joint Mobility
ROM yang normal dapat dipertahankan oleh latihan-latihan
dalam full ROM.
Bila suatu sendi mengalami pembatasan ROM, maka exercise
yang dikerjakan secara ritme / teratur dan pada akhir gerakan
diberikan penahanan akan dapat menambah ROM sendi tersebut
c. Kekuatan dan tonus otot
Kekuatan dan tonus otot yang sedang bekerja ditambah oleh
adanya ketegangan didalam otot itu sendiri pada saat memberikan
respons.
Ketegangan otot akan lebih besar apabila latihan yang diberikan
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi
d. Neuromuscular coordination
Koordinasi suatu gerakan dapat dikembangkan dengan
memberikan latihan yang berulang-ulang. Apabila suatu gerakan
telah dapat dikuasai oleh penderita maka dapat ditingkatkan kepada
gerakan yang lebih kompleks
e. Efek terhadap kepercayaan penderita
Dalam pembentukan gerakan yang efisian dan terkoordinir
yang mana penderita dapat mengerjakannya sendiri dan mengetahui
tentang efek- efeknya akan dapat memberikan kepercayaan, sehingga
penderita akan sanggup melaksanakannya dengan baik
f. Efek terhadap sirkulasi darah dan pernafasan
Selama memberikan latihan dalam waktu yang lama, akan
nampak gejala-gejala pada penderita, seperti adanya suatu kenaikan
kecepatan dan dalamnya pernafasan, denyut nadi lebih cepat dan kuat,
temperatur tubuh akan naik

15
b) Assisted exercise
Adapun teknik Assisted exercise adalah :
 Starting posisi
Posisi penderita harus stabil, agar dapat berkonsentrasi
terhadap latihan yang diberikan
 Bentuk dan gerakan
Bentuk daripada gerakan harus betul-betul dikuasai
penderita agar arah dari gerakan dapat menuju pada sasaran yang
diperlukan
 Fixsasi
Diberikan pada bagian proximal sendi dimana origo
daripada otot-otot prime moversnya melekat
 Support
Bagian yang akan digerakkan harus disangga untuk
mengurangi kerja otot-otot yang lemah dengan menghilangkan
pengaruh gravity
 Mengurangi ketegangan
Ketegangan dari otot-otot antagonis harus dikurangi,
sampai seminimal mungkin, sehingga gerakan yang terjadi dapat
halus dan terkoordinir

 Traction
Untuk pertama kalinya otot yang bergerak harus diulur,
supaya terjadi myotattic reflex (stretch reflex / memberikan
penguluran sebelum pasien mengangkat jari / tangannya)
sehingga akan memancing atau memudahkan kontraksi otot
 Arah gerakan
Kekuatan yang dipakai sebagai assisted harus searah
dengan gerakan yang kita berikan
 Sifat gerakan
Sifat gerakan harus halus, kecepatan gerakan tergantung
pada otot yang terkena
 Pengulangan gerakan
Jumlah pengurangan gerakan tergantung pada keadaan otot
dan fisik penderita
 Kerjasama antara penderita dengan fisioterapis
Hal ini penting untuk mendapatkan perkembangan latihan
yang berikutnya

 Efek-efek Asisted exercise


Otot-otot yang sedang bekerja dalam suatu gerakan dapat
terangsang, dan dengan adanya rangsangan tadi otot dapat membuat
suatu gerakan yang disadari oleh penderita
b. Ingatan penderita dapat dirangsang dengan menyuruh penderita
melihat / memperhatikan gerakan yang disadari oleh penderita
c. Kepercayaan penderita untuk menggerakkan anggotanya yang
lemah dapat dikembalikan dan disamping itu bantuan harus tetap
kita berikan
d. Jarak gerak sendi yang efektif dapat ditambah

c) Assisted - Ressisted exercise


ini merupakan gabungn (kombinasi) daripada assisted dan
ressisted exercise pada gerakan tunggal untuk mencapai hasil yang lebih
besar

d) Ressisted exercise

16
Adapun teknik Ressisted exercise adalah :
 Starting Position
Tubuh harus stabil agar penderita dapat memperhatikan
pattern/pola dari geraknya, sehingga dapat berusaha dengan kekuatan
yang maximum.
 Pattern Of movemnt
Hal ini harus diketahui oleh pendrita dengan jelas dan sebelum
diberikan latihan, harus bekerja secara passsive telebih dahulu atau
secara free exercise. Otot harus bekerja full ROM gerakan yang
diberikan harus berhubungan dengan gerakan sehari-hari dan juga harus
merupakan gerakan yang bertujuan.
 Stabilisasi
Diberikan pada tulang dimana origodari agonistnya berasal
 Traction
Pertama kali tarikan harus diberikan kepada otot yang akan
bekerja untuk menimbulkan stretch refley (myotatic reflex)
 Kekuatan Tahanan
Bermacam bentuk tahanan dapat diberikan pada otot yang
sedang berkontraksi antara lain :
- Manval (dengan tangan fisioterapis)
- Wight (pemberat) dan pulley
- Spring/per
 Sifat Gerakan
Gerakan halus dan terkontrol, ROM harus penuh, tahanan yang
diberikan harus bisa dilawan oleh kekuatan otot dalam ROM yang
penuh
 Repetition (pengulangan gerak)
Jumlah waktu yang dibrikan pada otot untuk bekerja melawan
tahanan tergantung pada kondisi seseorang
 Kerjasama fisioterapis dan pendeita
Semua usaha penderita dan kemauannya untuk berlatih
mempunyai peranan yang penting dalam memperkembangkan kekuatan
otot untu merangsang kemauan penderita

 Efek dan penggunaan resisted exercise


a. Menaikkan kekuatan dan daya tahan otot
b. Memperbaiki ketidakseimbangan otot
c. Memperkembang koordinasi gerakan
d. Memperbaiki kondisi umum penderita

2. Passive Movement
a). Relaxed passive movement
Adapun teknik Relaxed passive movement adalah :
 Relaxasi
Sebelum memulai latihan, otot-otot penderita harus lemas
terlebih dahulu
 Fixasi
Ini diberikan pada bagian proximal dari tulangnya,
terutama bila kita menginginkan gerakan itu terjadi hanya pada satu
sendi
 Support
Bagian yang akan kita gerakkan harus diberikan support
dengan penuh, sehingga penderita tidak merasa takut akan
adanya stains. Support ini bisa diberikan dengan tangan
fisioterapis atau dengan suspension
 Traction

17
Tiap-tiap sendi yang akan kita gerakkan, pada
permulaannya kita berikan tarikan terlebih dahulu
 Range of Movement (ROM)
Jarak gerak sendi yang kita berikan tergantung dari
keadaan sendi. Biasanya terbatas pada rasa nyeri dan spasme otot
 Kecepatan dan lama gerakan
Gerakan yang diberikan harus teratur, lambat dan
terkontrol. oleh karena gerakan otot-otot harus dalam keadaan relax.
durasi atau lamanya gerakan tergantung tujuan pengobatan

 Efek dan penggunaan relaxed movement


a. Mencegah perlengketan jaringan dan memelihara kebebasan
gerak sendi
b. Dapat merangsang sendi (tulang otot)
c. Memelihara extensibilitas otot dan mencegah pemendekan
otot, sehingga dapat untuk mempertahankan dan menambah
ROM
d. Memperbaiki dan memperlancar sirkulasi darah/limphe dan
proses metabolisme jaringan
e. Memperoleh efek relaxasi dan pelemasan otot, terutama bila
dikerjakan secara lambat dan teratur

b). Forced passive movement


Adapun tekniknya hampir sama dengan Relaxed passive
movement , tetapi lebih diperhatikan adanya penguluran selama
gerakan, fixasi yang sempurna dan pada akhir gerakan diberikan
penekanan yang mantap

 Efek dan penggunaan forced passive movement


a. Melepaskan perlengketan
b. Menambah jarak gerak sendi (ROM)
c. Mencegah pemendekan struktur disekitar sendi
d. Mengembalikan letak struktur-struktur disekitar sendi

c). Forced passive movement


Ini biasanya dikerjakan ketika penderita dalam
keadaan tidak sadar (di anestesi) lokal atau general. Hal ini bertujuan
untuk membebaskan gerak sendi dengan menghilangkan faktor-faktor
yang menyebabkan sendi tersebut, misal pengaruh pembetulan struktur
persendiaan (pencerai beraian jaringan yang melengket)

 Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai


toleransi penderita

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

18
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FRENKEL’S EXERCISE
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja

010/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Merupakan latihan untuk mengembalikan fungsi koordinasi dan


keseimbangan

TUJUAN 1. Untuk memperbaiki ”koordinasi” lewat indra lain misalnya :


visual, pendengaran, kulit
2. Untuk belajar kembali tentang kembali tentang fungsi dan pola
fungsional yang hilang
PROSEDUR A. Persiapan Alat :
1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan
Prinsip-prinsip terapi :
1. Rangsang visual, kulit, pendengaran, untuk propioseptor
2. Tahanan hanya berasal dari gravitasi
3. Pola gerak yang digunakan harus dapat merangsang propioseptor
yaitu pola
gerak yang menyebabkan perubahan sudut sendi dan diarahkan
dengan jelas
dengan perintah fisioterapis.
4. Latihan diawali dengan total pola gerak (gerak gabungan dari
abduksi,
adduksi, flexi, extensi), kemudian gerak campuran, refleks tegak,
mekanisme
stabilitasi baru ADL (Activity Daily of Living)
5. Dalam latihan diperlukan konsentrasi, keseksamaan dan
pengulangan gerak
6. Latihan dilakukan dalam 4 posisi : berbaring, duduk, berdiri dan
berjalan
7. Latihan bisa menggunakan alat bantu berupa gambar / coretan

 Ciri khas pasien gangguan propioseptor


a. Tidak mampu memposisikan sendi seperti apa yang dikehendaki
fisioterapis
b. Gangguan koordinasi : disini otot dalam keadaan normal, yang

19
terganggu
reseptor sehingga penyampaian impuls terganggu

 Test untuk mengetahui gangguan propioseptor


1. Gross koordinasi : pasien memejamkan mata kemudian disuruh
menyamakan anggota tubuh kanan dan kiri
2. Fine koordinasi / movement : pasien memejamkan mata,
kemudian disuruh menunjuk sesuatu, memasukkan sesuatu, dll

 Adapun teknik yang diberikan adalah :


a). Berbaring
 Flexi-extensi-knee-hip
 Abduksi-adduksi-tungkai dengan knee flexi
 Abduksi-adduksi-tungkai dengan tungkai lurus
 Flexi-extensi knee bergantian dengan kaki
diluar bed (ongkang-ongkang)
 Flexi knee arahkan tumit menuju knee tengah-
tengah tungkai bawah ankle, ujung jari yang lain
 Knee flexi letakkan tumit pada knee lain
kemudian gerakkan menelusuri tungkai bawah menuju ankle
dan kembali ke posisi semula
 Flexi ekstensi kedua tungkai, dalam waktu yang
bersamaan kedua kne dan ankle saling ditempelkan
 Flexi satu tungkai, sementara itu tungkai yang
lain diluruskan
 Flexi extensi satu tungkai saat yang lain
abduksi / adduksi

b). Duduk tegak


 Flexi tungkai, arahkan tumit menuju tempat
yang telah ditentukan oleh fisioterapis, dengan letak yang
berbeda, ketinggian dan jarak yang berbeda pula
 Pasien mencoba bertahan pada posisi duduk
bebas untuk beberapa menit
 Pasien mengangkat satu tungkai dan
menurunkan kembali kelantai pada tempat yang telah
ditandai
 Berdiri kembali duduk dengan dua/satu tungkai
tumpuan

c). Berdiri
 Memindahkan kaki kedepan/kebelakang
 Memindahkan kaki kelateral/medial
 Memindahkan tumpuan melingkar/rotasi

d). Berjalan
 Disamping garis lurus diantara kedua kaki
 Diantara kedua garis lurus sebelah tumpuan
 Berjalan pada gambar tapak pada lantai kaki
lurus / gambar serong (langkah tegak)
 Berrjalan pada posisi kaki lurus / gambar
serong (langkah tegak)
e) Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai
toleransi penderita

20
PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

21
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
WILLIAM FLEXION EXERCISE
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
011/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Merupakan latihan untuk mengulur / menegangkan otot-otot yang


tegang atau memendek. Latihan ini cenderung kearah gerakan flexi
trunk (membungkuk). Latihan ini ditemukan oleh Mr. William

TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri, karena dengan bertambah tegangnya


musculo ligamentum akan menekan syaraf sensoris
2. Memperbaiki / mengembangkan kearah sikap tubuh yang
normal/correct posture
3. Menguatkan otot-otot yang lemah
4. Mengulur / menegangkan otot-otot yang tegang/memendek
5. Membuat otot-otot menjadi cukup untuk melakukan aktifitas sehari-
hari/fleksibel dan fit
6. Koreksi dan modifikasi aspek kehidupan psikososial penderita
PROSEDUR A. Persiapan Alat :
1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan
Adapun teknik william flexion exercise adalah :
Terdiri dari 6 gerakan : 4 posisi terlentang, 1 posisi exaggerated
stator’s position, 1 posisi berdiri membelakangi tembok
1. Posisi awal : terlentang pada alas yang padat dengan hip dan
knee flexi, telapak kaki menumpu rata dialas
Gerakan : kontraksikan otot perut, sekaligus tekankan
punggung bawah pada alas tidur, tahan 5 detik, kemudian relax.
Frekuensi 10x gerakan, perhatikan khusus saat relax, jangan sampai
membentuk arcus/lengkungan pada punggung
2. Posisi awal : sama seperti latihan pertama
Gerakan : kontraksikan otot perut, pada saat bersamaan angkat
kepala dan shoulder girdle (bahu) hingga dagu menyentuh thorax
bagian atas, tahan 5 detik kemudian relax, frekuensi 10x, untuk
peningkatan 25x, perhatikan khusus jangan sampai terjadi gerakan
sit up (flexi lumbal)
3. Posisi awal : sama seperti latihan pertama
Gerakan : gerakan oleh pasien (aktif) memflexikan 1 tungkai
kedada sejauh mungkin, setelah itu tungkai tersebut ditarik oleh
tangan kedada, sambil mengangkat kepala dan bahu, tahan 5 detik,
relax. Frekuensi 10x, kemudian ulangi tungkai satunya.
Perhatian khusus : jangan sampai melakukan gerakan
“Double Straight Leg Rissing” (2 tungkai lurus yang diangkat lurus
bersamaan) karena akan menambah lordosis lumbal bertambah kuat
sehingga nyeri.

22
4. Posisi awal : sama seperti latihan pertama
Gerakan : sama seperti latihan ketiga tetap 2 tungkai, tetapi
dilaksanakan serentak, no 3 dan 4 adalah gerakan aktif pasien,
menggerakkan flexi hip sejauh mungkin.
5. Posisi awal : posisi exaggerated stator’s position (seperti start
pelari) dimana berat badan disangga tungkai belakang dan lengan,
tungkai didepan relax
Gerakan : pada posisi awal berat badan disangga tungkai
depan dulu baru setelah itu otot perut, kontraksikan menekan dada
ke paha, kaki depan, berat badan dipindah ketagan dan kaki yang
lurus, dengan kaki belakang sedikit cenderung ke arah depan, tahan
5 detik relax. Frekuensi 10x dilakukan bergantian.
Perhatian : telapak kaki depan harus rata dengan lantai
Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi tembok,
jarak 2 tumit kurang lebih 10-15 cm, lumbal menempel rata dengan
tembok
Gerakan : satu tungkai diayun kedepan, dipertahankan 10
detik, saat tungkai kedepan jangan sampai merubah posisi lumbal
(tetap menempel ditembok), frekuensi 10x, kemudian diganti dengan
tungkai lainnya
Perhatian : latihan ini berat dan jika terlalu berat bagi pasien,
lamanya mempertahankan poisis dapat dikurangi, latihan kontraksi
isometrik sehingga perlu dipertanyakan bila pasien sakit jantung,
jangan diberi latihan bahaya

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

23
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
R. MC. KENZIE EXERCISE
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
012/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Merupakan latihan untuk memperbaiki sikap tubuh yang normal


(correct posture) dan mengurangi nyeri. Latihan ini ditemukan oleh R.
Mc. Kenzie

TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri, karena dengan bertambah tegangnya


musculo ligamentum akan menekan syaraf sensoris
2. Memperbaiki/mengembangkan kearah sikap tubuh yang normal
/correct posture
3. Menguatkan otot-otot yang lemah
4. Mengulur/menegangkan otot-otot yang tegang/memendek
5. Koreksi dan modifikasi aspek kehidupan psikososial penderita

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak
B. Persiapan Pasien : Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
C. Pelaksanaan
Program latihan ini terdiri dari 6 latihan, 4 latihan yang pertama
latihan extensi (kebelakang) dan 2 terakhir adalah latihan flexi
(kedepan).
1. Latihan I
Posisi penderita tidur tengkurap / telungkup, kedua tangan
sejajar badan, kepala menoleh kesamping atur pernafasan dan ikuti
dengan relaksasi otot punggung. Posisi ini dipertahankan kira-kira 5
menit, sehingga tercapai relaksasi sempurna
2. Latihan II
Posisi pasien tidur tengkurap/telungkup bertumpu kepada kedua
siku, pandangan lurus kedepan. Pertahankan posisi ini kira-kira 5 menit
sehingga dirasakan dari bagian pinggang kebawah benar-benar relax,
latihan ini selalu diikuti latihan I pada setiap sesionnya.
3. Latihan III
Posisi tetap tidur tengkurap/telungkup, kedua tangan pada posisi
seperti push up, kemudian tangan menekan lantai sehingga elbows
ekstensi badan terangkat sampai pinggang terasa batas rasa sakit
pertahankan selama 1-2 detik dan diusahakan pelvis serta kedua tungkai
tetap menempel dilantai. Latihan ini efektif untuk terapi saat akut, juga
dapat mengurangi ketegangan otot-otot punggung dan mencegah
berulangnya sakit pinggang.
Setiap kali latihan ulangi sampai 10x gerakan dilakukan 4-6 kali
sehari. Apabila 1 minggu tidak ada perubahan atau justru sakitnya
bertambah, perlu didiskusikan dengan dokter.
4. Latihan IV
Berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada bagian
pinggang kemudian badan digerakkan extensi dengan kedua tangan

24
sebagai tuas/fiksator. diusahakan kedua lutut dalam posisi extensi,
selanjutnya posisi kembali tegak tahan 1-2 detik.

5. Latihan V
Posisi pasien tidur terlentang dengan flexi sendi paha dan lutut.
Kemudian dengan kedua lengan, kedua tungkai ditarik kearah dada,
kepala tidak perlu diangkat kemudian kembali keposisi semula. ulangi
6-8 kali gerakan, lalu lakukan 2-4x sehari. setiap latihan seharusnya
diikuti dengan latihan no.3
6. Latihan VI
Posisi pasien duduk dipinggiran kursi, kepala flexi, kedua tangan
diletakkan diatas lutut dengan lengan lurus. kemudian secara pelan-
pelan pinggang dibuat dalam posisi lordosis yang extrem beberapa saat,
kemudian ke posisi awal. Kedua telapak kaki menumpu lantai,
pandangan lurus kedepan, gerakkan badan kedepan dan kedua tangan
menyentuh lantai, kembali lagi pelan-pelan pada posisi semula.
Sebagai latihan lebih lanjut gerakkan kepala mendekati lantai dan
kedua tangan jauh dibelakang kedua kaki. Untuk lebih efektif apabila
kedua tangan dapat memegang pergelangan kaki, ulangi setiap sesion 5-
6x dan 3-4x setiap hari. Latihan ini dikerjakan bila latihan V dapat
dikerjakan tanpa rasa sakit dan setiap melakukan latihan ini harus
diikuti latihan III.

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

25
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRAKSI
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
013/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Merupakan modalitas konservatif untuk mengurangi nyeri pada low


back pain, sciatic dan cervical yang belum terstandarisasi.

TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri


2. Memperlebar foramen intervertebralis
3. Membuka/menambah ruang discus intervertebralis
4. Memisahkan/memperlebar ruang sendi intervertebralis
5. Membebaskan membran synovial yang terjepit
6. Membebaskan akar syaraf yang bertautan
7. Rileksasi otot-otot para vertebral yang spasme
8. Menghasilkan peningkatan ketegangan ligamen longitudinal
posterior untuk
mengurangi kemungkinan HNP

PROSEDUR A. Persiapan Alat :


1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal
2. Periksa parameter mesin traksi, semua saklar dalam keadaan
nol, kabel tidak boleh kontak dengan pasien, lantai atau bersilangan
satu sama lain
3. Siapkan sling belt dan katrol penarik
B. Persiapan Pasien :
1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin
2. Bebaskan dari pakaian pada daerah yang akan diobati
3. Bersihkan dari keringat atau debu
4. Ukur berat badan penderita
C. Pelaksanaan
I. Pelaksanaan traksi lumbal
Posisi yang diberikan untuk traksi lumbal: dalam posisi tidur
terlentang flexi sendi panggung 70 derajat dan diberikan
penyangga pada tungkai bawah. Posisi ini dimaksudkan untuk
mengubah posisi lordosis lumbal menjadi lurus, efek tarikan yang
diperoleh pada vertebra lumbal maksimal. Pemasangan sabuk
panggul (sling belt) sehingga diharapkan efek tarikan jatuh pada
susunan vertebra lumbal.
Fiksasi thorax dapat dipasangkan pada axilla atau pada lingkar
dada yang berfungsi sebagai “counter traction” meja traksi
dianjurkan yang dapat terpisah satu sama lain (biasanya diberi
roda) untuk menghindarkan pergeseran antara panggul dengan
meja traksi yang menimbulkan hambatan tarikan. sudut tarikan 20
derajat sampai 30 derajat dengan axis tubuh.
Beban traksi diberikan mulai dari 26% - 50% dari berat badan
total atau disesuaikan dengan toleransi penderita. Dengan pilihan
metode traksi intermittent dan lama waktu traksi diberikan antara

26
10-20 menit. Pada kondisi-kondisi yang masih akut
penanggulangan traksi diberikan setiap hari satu kali sampai satu
seri (7-10x). apabila dengan pemberiaan traksi ini nyeri pinggang
bertambah, pemberiaan beban dapat dikurangi atau traksi ditunda
pemberiannya.
II. Pelaksanaan traksi cervical
Traksi cervical dapat dilakukan dalam posisi tidur (horizontal),
duduk (vertikal) dan tidur setengah duduk (bersudut). dari ketiga
posisi tersebut, posisi tidur setengah duduk adalah posisi terbaik,
karena posisi tubuh stabil, relaksasi otot-otot cukup baik “counter
traction” yang cukup baik diperoleh dari berat tubuh sendiri.
Pemasangan sling harus tepat menyangga dagu dan bagian
occipital dan sudut tarikan sekitar 20-30 derajat dengan aksis
tubuh karena pada posisi ini lordosis menjadi lurus sehingga
diperoleh tarikan maksimal.
Traksi tergantung kepada distribusi rasa nyeri pada daerah
cervical dan daerah penyebarannya dibahu atau lengan, apabila
gangguan disebelah kiri posisi penderita digeser kearah kiri
sehingga diperoleh efek regangan langsung didaerah tersebut,
demikian pula sebaliknya.
Metode yang tepat untuk kondisi ini adalah metode intermittent
traction karena memberikan efek menghilangkan nyeri dengan
beban tarikan minimal (10-20%) berat badan total dinaikkan
secara bertahap menurut toleransi penderita. waktu traksi antara
10-20 menit.
Apabila selama dilakukan traksi penderita mengeluh pusing, atau
keluhan rasa nyeri bertambah, dipertimbangkan untuk menunda
pemberiaan traksi.

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

27
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NDT CONCEPT ( METODE BOBATH )
No. Dokumen Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik Kamboja
014/08/50

Tanggal Januari 2010 dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

PENGERTIAN Suatu terapi dengan menggunakan latihan khusus yang ditujukan untuk
melatih kembali kemampuan tumbuh kembang motorik yang pernah
hilang.
TUJUAN 1. Untuk menstimulasi reflek tonik patologis menjadi
fisiologis
2. Untuk memudahkan terjadinya gerak spontan sebagai
respon stimulasi gerak.
3. Untuk mengembalikan gerakan dengan cara memberikan
tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat reaksi otomatis.

A. Persiapan Alat :
PROSEDUR 1. Siapkan alat seperti handuk, bantal
2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak.

B. Persiapan Penderita :
Posisi penderita secomfortable/seenak mungkin

 Pelaksaan Metode Bobath :


Adapun tekhnik terapi yang duberikan adalah :
1. Reflek Inhibition Pattern
a. Suatu pola gerak tertentu yang digunakan untuk
mempengaruhi refleks tonus.
b. Pola yang digunakan untuk menghentikan pola
patologi dengan mengembalikan reflek tonik patologis menjadi
fisiologis.
2. Key Points Of Control
a. Bagian tubuh ( umumnya bagian Proksimal ) yang
digunakan untuk mempengaruhi aktifitas reflek patologis
(inhibisi ).
b. Sekaligus untuk mengendalikan aktifitas/destribusi
tonus otot ( fasilitasi )
3. Inhibition Control
Kemampuan untuk mengendalikan suatu akal dengan
cara memberi tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat
terjadi reaksi otomatis.
4. Fasilitation Of Spiontanneus Movement.
Yaitu memudahkan terjasinya gerak spontan sebagai
respon stimulasi gerak spontan yang dapat berupa :
a. Benar – benar gerak spontan yaitu dengan tapping.
b. Reaksi keseimbangan yaitu dengan Approximasi
(tekanan dan presure tapping).
c. Reaksi arah ( righting reation ).
5. Fasilitation Of Voluntary Movement

28
Yaitu memudahkan terjadinya gerak voluntair dan dalam
hal ini kadang kita perlu pengaturan posisi tertentu untuk
memudahkan aktifitas yang akan kita lakukan tersebut.

6. Tapping And Aproximasi


a. Tapping : Untuk memberi stimulasi pada kulit untuk
memudahkan terjadinya kontraksi berupa ketukan ujung jari-jari
bagian palmar.
b. Aproximasi : Untuk memberokan rangsangan pada
proproseptor dopermikaan sendi dengan merubah tekana intra
artikularis, sehingga perlu diberikan tekanan pada sendi
/kontraksi otot.
7. Placing
a. Dalam teori ini kita perlu mengatur anggota tubuh
pada posisi tertentu dan melatih anggota tubuh untuk
menempatkan dan mempertahankan pada ROM terentu.
b. Menempatkan anggota tubuh pada posisi tertenru agar
mudah melakukan voluntari movement.
8. Erips
Yaitu dalam memfasilitasi dan menginhibisi gerak, kita
kadang perlu memegang pada ekstremitas yang akan distimulasi
tadi.
Tegangan didistral berguna untuk mengarahkan gerakan.

 Key Point Of Control


1. Kepala dan Shoulder Girdle
a. Flexy Kepala dan SG
Fasilitas : extenson spastik
Side efek : Pada cerebral palsy akan timbul STNR
(Symatrical Tonic Neck Refleks ), yaitu Flexi kepala
akan diikuti flexi tungkai.
Pencegahan timbulnya STNR, dilakukan pada posisi
berdiri atau tengkurap. untuk membangkitkan STNR,
dilakukan pada posisi duduk.
b. Ekstensi Kepala dan SG
Fasilitas : Kontrol kepala saat STNR ”Pull To
Sitting”/ rotasi
Inhibisi : ekstensor spastik hiperekstensi hip dan
knee saat berdiri dan berjalan.
Pencegahan : lakukan pada posisi tegak
Side efek : kiposis trunk.
2. Lengan dan Shoulder Girdle ( SG )
a. Endo + Protraksi SG
Inhibisi : ekstensor spame pada athetoid
Side efek : Meningkatkan Flexor spastik pada leher,
trunk dan tungkai pasien athetoid.
b. EXO + Supinasi + Extansi elbow
Inhibisi : Flexor spastik lengan
Side efek : Meningkatkan extensor spastik pada sisa
tubuh.
c. Supinasi+Extensi elbow+Horizontal Abduksi
(lengan exorotasi )
Inhibisi : Flexor spastik terutama pectoralis + leher
Fungsi : menimbulkan ” Spontneeous Movement ”
membuka jari-jari tangan, terjadi gerakan abduksi +
exorotasi + extensi tungkai.

29
Cara : Dapat dilakukan pada posisi duduk selonjor,
dapat dikombinasikan dengan menggerakkan badan
pasien kedepan, kebelakang dan kesamping.
d. Elevasi + Exorotasi lengan
Inhibisi : - Flexor spastik
- Depresi Sholder Girdle
- Extensi trunk dan tungkai, semuanya pada pasien
diplegi dan Guadriplegi, jika Flexor spastik pada
lengan merupakan bagian dari extensor tungkai.
Mis : Pada hemiplegi, maka elevasi + extensi lengan
+ side flexy trunk sisi yang hemi maka akan
memfasilitasi Flexy + abduksi tungkai sisi hemi oleh
karena terputusnya pola Flexy lengan dan extensi
tungkai.
e. Extensi kedua lengan digerakkan diagonal ke
belakang.
Inhibisi : Flexor spastik lengan menjadi kendor
karena terulur.
Fungsi : Memudahkan tangan dan jari-jari membuka.
Side efek : Bila dilakukan pada posisi endo + extensi
lengan, akan menimbulkan peningkatan tonus
adduksi + endorotasi terutamka pada tungkai.
Pencegahan : Dilakuka pada posisi exorotasi +
extensi lengan,
Indikasi : Pada ceberal palsy tipe Diplegi dan
guardriplegi ringan
Latihan diatas bisa dikombinasikan untuk latihan
jalan
f. Palmar Flexy + abdukasi thumb dengan lengan
exorotasi+
extensi / supinasi
Efek : Memfasilitasi semua jari tangan membuka.
Keterangan :Posisi tangan Ceberal palsy selalu
menggenggam
Dikoreksi dengan membuat palmar Flexi sehingga
memudahkan jari-jari membuka, kemudian thumb
diabduksikan dengan memegang phalank proximal
thumb.
3. Pelvie dan Tungkai
Dorsi Flexy jari kaki expert thumb
Inhibisi : Extensor spastik tungkai menjadi kendor.
Fungsi : Dorsi Flexi ankle, exo + abduksi tungkai
menjadi mudah.
Side efek : Mempersulit extens knee dan hip, khususnya
bila dilakukan pada posisi berdiri.
4. Tengkurap
Kepala diangkat lengan lurus keata + extensi trunk.
Fasilitas :Extensor hip dan tungkai ( meningkatkan
tonusnya ).
Kepala diangkat, lengan horizontal abduksi + siku lurus.
Fasilitas : Extensor dorsal spine(lebih mudah kontraksi),
jari- jari jangan terbuka Abdukasi kedua tungkai Side
Flexi kepala, kemudian kepala diangkat.
5. Telentang
Pada bayi (spastik sedang atau ringan) bila leher + SG
diretraksikan maka kedua tungkai akan Flexy + abduksi,

30
setelah terjadi reaksi tersebut tekankan tungkai kedadanya
dengan tetap pola Felxy + abduksi.
6. Duduk
a. Flexi, trunk,forward, kedua tungkai abd.
Kebiasaan anak Ceberal Palsy cenderung trunknya
bungkuk dan kepal Flexi.
Fasilitasi : Memudahkan etensi spine dan kepala
terangkat (extensi), bis ditambah aproximasi
kepala.
Side efek : Hip sangat Flexi karena kontraktur Flexor
hip meningkat sehingga sulit untuk berdiri karena
lordosis meningkat.
Pencegahan : Dilakukan pada posisi ” Lonfg Sitting”.
b. Abduksi dengan kedua tungkai lurus ( selonjor kedua
lengan ditahan pada posisi forward dengan SG
protraksi.
Fungsi : Terjadi kontrol kepada bila spine/badan
didorong kearah tegak dan terlentang sehingga kepala
berusaha tegak.

c. Sternum ditekan dan Flexi spine


Inhibisi : Retraksi neck + SG akan menjadi kendor.
Fungsi : Kepala dan kedua lengan akan kedepan
(Forward) untuk kontrol, kepala dan kedua lengan
akan menggapai kearah abduksi.
Side efek : Pada pasien dengan lengan rigid (spastik
agonis dan antagonis) dapat meningkatkan
kapastisitas group abduksi + extensi + pronasi kedua
lengan.
Latihan diatas berguna untuk menoreksi pola
sinergis pada hemiplegi.

- Knee Standing – Standing – Walking


Kedua lengan Flexi + pronasi+ endo dengfan pine
Flexi Inhibisi : Exteensor spastik dan hiper extensi
hip dan kedua knee pada penderita athetoid ( menjadi
kendor ).
Side efek : Pada pasien spastik akan menyebabkan
Flexor spsatik meningkat pada kedua hip dan knee.
Dapat dilakukan pada posisi berdiri dan untuk latihan
jalan.

- Merangkak dengan Kneeling dan Lengan Weight


Bearing pada posisi lurus dan tangan membuka.
Fungsi : - Membuat SG terangkat dan kedua shoulder
ke belakang mencegah protraksi shoulder karena
spastik pectoralis).
Inhibisi : Flexor spastik dan abduksi kedua lengan
karena bangkitnya mekanisme propioseptor.

- Half Kneeling ( Shooing position )


Efek : - Pelvic backward rotasi pada sisi homo lateral
dengan NWB tungkai ( tungkai yang depan ).

- Stabilizing pelvic dn mencegah adduksi dan Flexi tungkai


yang kedepan, juga Flexi pada tungkai weight berbaring.

31
biasanya digunakan untuk persiapan berdiri.

8. Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai


toleransi penderita.

PERHATIAN

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

UNIT TERKAIT Poli Fisioterapi

32
STANDARD PROSEDUR OPERASIONAL

ASUHAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER TRAUMATIC


ARTHRITIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

015/08/50 1/2

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada shoulder traumatic arthritis
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Ada riwayat trauma
- Nyeri jenis tajam pada bahu dan lengan atas
- Nyeri meningkat pada seluruh gerak bahu
Tes cepat
- Abduksi elevasi bahu terjadi gerak ’reverse humerosccapular rhythm
- Gerak terbatas dengan springy end feel
Tes gerak pasif
- Gerak abduksi terbatas springy end feel, rotasi eksternal terbatas
springy end feel dan rotasi internal terbatas lebih ringan (capsular
pattern)
Tes gerak isometric
- Tidak bermkana kecuali bila ada strain
Tes khusus
- Joint play movement: traksi pada ahir ROM nyeri, terbatas firm end
feel
- Palpasi: Spasme otot-otot bahu.
Pemriksaan lain
- Tidak diperlukans
Diagnosis
- Nyeri bahu hingga lengan atas akibat traumatic arthrit

33
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- Aktualitas tinggi: RICE
- Lewat 3 hari mobilisasi ringan
- Lewat 1 minggu: mobilisasi sendi
- Lewat 3 minggi: mobilisasi sendi intensif, modalitas SWD.
- Terapi latihan: Codmann pendular exercise, free active mobilzation
exc, shoulder wheel dll.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus shoulder traumatic
arthritis
- Intervensi fisioterapi pada shoulder traumatic arthritis

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis

Evaluasi
- Nyeri, ROM

Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil

Lampiran Juknis asesmen


Juknis RICE
Juknis joint mobilization
Juknis mobilisasi sendi aktif

34
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ANKLE SPRAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

016/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Ankle sprain


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan
hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

35
Prosedur dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali -
2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi
- Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral
- Nyeri meningkat pada saat gerak eversi
Inspeksi:
- Oedeme dan haematome lateral ankle
Tes cepat
- Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat.
Tes gerak aktif
- Gerak inversi dan gerak eversi
- Gerak dorso dan plantar flexi
Tes gerak pasif
- Nyeri gerak pasif inversi dengan springy end feel
- Gerak pasif lan positif-negatif
Tes gerak isometric
- Gerak isometrik eversi nyeri
Tes khusus
- Palpasi
- Joint play movement.

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Ankle Sprain
- Intervensi fisioterapi pada Ankle Sprain

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Lesi saraf perifer

Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray tidak dijumpai fraktur.

Diagnosis:
- Nyeri lateral kaki akibat inversion injury/sprain

Rencana tindakan:
- -Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

36
Intervensi
- RICE
- Bandaging
- US: diberikan pada fase kronik
o Pada ligamenta atau tendon yang terjadi cidera
o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction
- active stabilization and balance exc.
- Walking exc

Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis asesmen fisioterapi


Juknis US
Juknis Bandage
Juknis transverse friction
Strabilization dan balance exc.

37
ASUHAN FISIOTERAPI PADA DORSAL WRIST COMPRESSION
SYND

No. Dokumen No. Revisi Halaman

017/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal Wrist Compression
Synd
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

38
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- trauma pada wrist saat menumpu BB
- nyeri pada gerakan dorso flexi wrist
- unstable
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar
flexion dengan end feel firm.

Tes gerak isometric


- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatas denngan firm
end feel
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi;

Diagnosis
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- RICE
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
Kemungkinan splinting
Evaluasi
Nyeri,ROM

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Dorsal Wrist
Compression Synd
- Intervensi fisioterapi pada Dorsal Wrist Compression Synd
39
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis RICE


Juknis US

40
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ENTRAPMENT N. RADIALIS ( C5-
C8)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

018/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit
PELAYANAN Ditetapkan Oleh :
FISIOTERAPI Direktur Klinik Kamboja

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Entrapment N. Radialis


( c5-c8)
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Entrapment N. Radialis
(C5-C8)
- Intervensi fisioterapi pada Entrapment N. Radialis (C5-C8)

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislokasi
- Neoplasma

41
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Radicular pain bahu sampai jari2 bagian dorsal
- Parasthesia
Inspeksi:
- Dalam batas normal
Tes cepat
- Tibul nyeri atau paresthesia pada Abduksi-elevasi bahu penuh
Tes gerak aktif
- ekstensi cervical
- lateral flexi cervical
Tes gerak pasif
-
Tes gerak isometrik
Tes khusus
- adson test
- PACVP nyeri segmental
Pemriksaan lain
Diagnosis
radicular pain dari c5 – c8 dan adanya gangguan gerakan

Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Cervical traction
o Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Cervical collar untuk actualitas tinggi
- Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

Evaluasi
Radicular pain,ROM
Dokumentasi
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakann oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis MWD


Juknis cervical traction
Juknis Mc Kenzie exercise

42
FORMAT SPO
ASUHAN FISIOTERAPI PADA COLLUM FEMORIS FRACTURE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

019/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Fraktur collum femoris
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Fraktur collum femoris
Intervensi fisioterapi pada Fraktur collum femoris

Kontra indikasi :
- osteomielitis
-

43
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- adanya nyeri pada daerah fraktur
- adanya kliking
- inflamasi
- sensasi
- Kelemahan otot
Tes cepat
- menurut area terjadinya fraktur
Tes gerak aktif
- gerak fisiologis sendi
- alur gerak normal
- keseimbangan, koordinasi, beban sirkulasi.

Tes gerak pasif


- gerak fisiologis sendi

Tes gerak isometric


-
Tes khusus
- Palpasi untuk menentukan lokasi
- Joint play movement untuk capsuloligamentair
- Contract relax stretching untuk patologi tendomuscular dan panjang otot
- Joint stabilization test untuk hypermobility/instability
- Provocation test segmental untuk mendeteksi segment patologis
- Gapping test untuk joint play movement test facets, sacroiliac joint
- Low back manouvre I dan II.
- Skin consistency untuk mendeteksi patologi integument
- Tes khusus regional untuk kasus tertentu.
- Neurologic test untuk pemeriksaan gangguan neurologis
- Pengukuran ROM untuk memeriksa lingkup gerak sendi
- Manual muscle testing untuk mengukur kekuatan otot umum
- Pengukuran performans otot dengan HHD, spygmomanometer,
--biofeedback pressure.
- Strength duration curve untuk memeriksa innervasi otot.
- Surface biofeed back untuk memeriksa innervasi dan performans

Pemeriksaan lain
- X ray
- MRI

Diagnosis:
- adanya gangguan gerak pada hip dan nyeri
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

44
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis RICE


Juknis Infra Red
Juknis SWD
Juknis Bandage
Jknis Ambulasi dan transfer

45
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman

020/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Tujuan
Kebijakan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Prosedur Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Indikasi : Asesmen Fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome Intervensi Fisioterapi pada Thoracic
(Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome

Kontra indikasi :

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis adanya nyeri pada saat fleksi ibu jari.

Tes cepat
Tes gerak aktif, abduksi, elevasi, depresi,protr
Tes gerak pasif
Test streach fleksor ibu jari sakit

Tes gerak isometric melawan tahanan kea rah fleksi nyeri

Tes khusus adson test


Pemeriksaan lain
Diagnosis
Nyeri gerak pada tendon otot m abd pol longus dan ext poli brevis

akibat tenovaginitis m abd pol longus dan ext poli brevis

46
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
Perencanaan intervensi

Intervensi
US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.
Parafin bath 5 menit
Ke arah addukasi di berikan splaint selama 1 minggu-3 minggu
Massage ke arah proksimal.

Evaluasi ROM, nyeri

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran US, parafin, splint, massage.

47
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TRAUMATIC ARTHRITIS CARPUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

021/08/50 1/1

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Traumatic Arthritis Carpus
Tujuan
Kebijakan Indikasi :

Kontra indikasi :

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis

Tes cepat

Tes gerak aktif

Tes gerak pasif

Tes gerak isometric

Tes khusus

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan

Intervensi

Evaluasi

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

48
ASUHAN FISIOTERAPI PADA WHIPLASH INJURY

No. Dokumen No. Revisi Halaman

022/08/50 1/1

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Whiplash Injury

Tujuan Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Whiplash Injury


Kebijakan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Whiplash Injury
Prosedur Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.

Indikasi : Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus Whiplash Injury


Intervensi Fisioterapi pada Whiplash Injury
Kontraindikasi :

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan
.

Evaluasi nyeri dan ROM


Dokumentasi Rekam medik Rumah Sakit

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

49
ASUHAN FISIOTERAPI PADA DORSAL WRIST COMPRESSION
( N. Radialis C6-C7)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

023/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal wrist compression
( entr. N. Radialis c6-c7)
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

50
Prosedur - Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
- Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada dorsal flexi wrist dan semutan jari tangan I dan
II permukaan dorsal
- Kadang disertai gerak terbatas kearah dorsal dan end feel firm

Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorso flexi.
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorso flexi.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas gerak dorso flexi dan wrist dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Nyeri kearah dorso flexi.
Tes khusus
- Phalen test
- Stretch test lig. Ulnar collateral
- Dorsal lebih terbatas dari palmar (JPM)
Pemeriksaan lain
- EMG positif entrapment pada N.Radialis
Diagnosis
- Nyeri pada gerakan dorsal flexi wrist.

- Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
- Intervensi US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Stretching lig. Carpi transversum
o Passive mobilization exercise
o Stretching lig. Carpi transversum
o Passive mobilization exercise

Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi

51
- streching.
Evaluasi
- Nyeri, paresthesia
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran
Joint mobililization
US
Stretching

52
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ENTRAPMENT RADIALIS
( N. Radialis C6-C7)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

024/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah terjadinya penekanan pada selubung saraf N.Radialis


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

53
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
- Anamnesis:Nyeri jenis pegal pada sepanjang lengan bawah sampai
pergelangan tangan dan semutan jari tangan I dan II permukaan
palmar dan Dorsal
- Kelemahan pada otot yang dipersarafi oleh N.Radialis
- Adanya gangguan sensasi.
Inspeksi :

Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal fleksi dan radialis deviasi
pergelangan tangan.
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal fleksi dan radialis deviasi
pergelangan tangan.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas gerak dorsal flexi dan radialis deviasi pergelangan
tangan dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- tidak khas, kecuali bila atrofi thenar.
Tes khusus
- tunnel test positif
- Stretch test lig. radial collateral
- JPM intercarpal
Pemeriksaan lain
- EMG positif entrapment
Diagnosis
- Nyeri dan kesemutan pergelangan tangan akibat entrapment n.
radialis setinggi lengan bawah .

- Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
-

54
- Intervensi US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization.
- Streaching saraf perifer.
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle
- Indikasi : Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Entrapment
Radialis
- Intervensi fisioterapi pada Entrapment Radialis
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
Osteoporosis
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Joint Mobilization


U.S
Stretching

55
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOOSSEAL TENDOPATHY DAN
TENOSYNOVITIS M. FLEXOR CARPIRADIALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

025/08/50
1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenoosseal Tendopathy dan
Tenosynovitis M. Flexor Carpiradialis
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis nyeri saat

Tes cepat fleksi wrist nyeri

Tes gerak aktif fleksi nyeri

Tes gerak pasif fleksi nyeri

Tes gerak isometric fleksi wrist tambah nyeri pada fleksor elbow.
Tes khusus test streach

Pemriksaan lain

Diagnosis

56
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
Perencanaan intervensi
Indikasi :
Asesmen Fisioterapi pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M.
Flexor Carpiradialis
Intervensi Fisioterapi pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M.
Flexor Carpiradialis

Kontra indikasi :

Intervensi
US intermiten dosis pada akut aktualitas tinggi 0,5-1 watt/cm2
Transfer friction
streching
Evaluasi
ROM, nyeri
Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskulo skeletal

Lampiran US, streching, transfers friction

57
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOOSSEAL TENDOPATHY M.
FLEX. CARPI ULNARIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

026/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada tenoosseal Tendopathy


M. Flex. Carpi Ulnaris
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis

Tes cepat

Tes gerak aktif

Tes gerak pasif

Tes gerak isometric

Tes khusus

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan

Intervensi

Evaluasi

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

58
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOSYNOVITIS M. FLEX. DIGIT.
PROFUNDUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

027/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenosynovitis M. Flex. Digit.
Profundus
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis

Tes cepat

Tes gerak aktif

Tes gerak pasif

Tes gerak isometric

Tes khusus

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan

Intervensi

Evaluasi

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

59
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

No Dokumen : Revisi : Halaman :

028/08/50 1/2

Tgl Berlaku : Ditetapkan Oleh :


Direktur Klinik Kamboja
PROSEDUR
TETAP
dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

rtian : Antropometri adalah semua ciri yang menggambarkan dimensi tubuh, seperti tinggi,
berat, lingkar tubuh dan komposisi lemak tubuh
2. Tujuan : Pengukuran antropometri merupakan indikator yang tepat serta berguna pada klinis
untuk menentukan status nutrisi protein-energy tubuh
3. Ruang lingkup : Meliputi persentase berat badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), ketebalan lemak
(skinfold thickness), estimasi lemak tubuh dan dimensi tubuh.
4. Bagian Terkait : Klinik Gizi, Klinik IP Dalam dan Orthopaedi
5. Dokumen terkait :
6. Standar terkait :

7. Rincian Tindakan Fisioterapi :


7.1. Lakukan persiapan pasien
7.2. Lakukan asesmen yaitu pemeriksaan berdasarakan keluhan yang objektif baik dengan wawancara
maupun pemeriksaan fisik terhadap pasien maupun dengan keluarga pasien
7.3. Tegakan diagnosa fisioterapi berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisioterapi
7.4. Tentukan rencana pengobatan berdasarkan hasil diagnosa fisioterapi yang telah ditegakan.
7.5. Siapkan peralatan fisioterapi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan/pengobatan terhadap
pasien
7.6. Lakukan tindakan/pengobatan pengobatan fisioterapi terhadap pasien berdasarkan perencanaan
yang telah ditetapkan
7.7. Rapikan peralatan apabila selesai melakukan tindakan/pengobatan terhadap pasien.
7.8. Lakukan re-evaluasi/re-asesmen terhadap hasil tindakan/pengobatan minimal 1 (satu) kali setelah
serial tindakan fisioterapi yang ditetapkan telah selesai dilakukan.
7.9. Buat rujukan ke profesi medis pengirim atau bila pengobatan tidak berhasil terhadap pasien yang
datang atas permintaan sendiri berikan rujukan ke profesi medis yang berkaitan dengan kondisi
pasien.
7.10. Catat tindakan/pengobatan yang telah dilakukan di status pasien.

60
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SC JOINT.
SUBLUXATIO

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/1
029/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada SC Joint. Subluxatio


Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis nyeri pada daerah sternoclavicularis
Tes cepat abduksi elevasi

Tes gerak aktif protraksi, retraksi, depresi, elevasi

Tes gerak pasif

Tes gerak iscometric

Tes khusus joint play movement test

Pemriksaan lain x-ray, MRI test

Diagnosis
Nyeri dan gangguan gerak pada sendi sternoclavicularis akibat sublutation

- Rencana tindakan penjelasan tentang patology, diagnosis, target,


tujuan, rencana intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien

Intervensi : US, US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.


Bandaging.

Evaluasi nyeri dan ROM

Dokumentasi rekam fisioterapi dan rekam medic RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran US, bandaging.

61
STANDARD OPERATION PROSEDUR TINDAKAN DENGAN MODALITAS FISIOTERAPI

ULTRA VIOLET

No. Dokumen No. Revisi Halaman

030/08/50 1/2

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah upaya pengobatan modalitas sinar superficial dengan menggunakan


sinar ultra violet gelombang panjang (UV B) atau gelombang pendek (UV A)
Tujuan  Untuk meningkatkan system pertahanan tubuh
 Untuk mempercepat penyembuhan luka terbuka
 Untuk penyembuhan penyakit kulit tertentu
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

62
Prosedur Dosis :
A. Untuk radiasi general indikasi nomor 1 dan 2
Dosis: sub Erythema; pengulangan 1 x 1 hari, 1 seri : 12 kali
B. Untuk radiasi local
Dosis : Indikasi nomor 1 : E II : pengulangan 3 hari 1 kali
Indikasi nomor 2 : E IV : pengulangan 2 minggu 1 kali
Indikasi nomor 3 : E II : pengulangan 3 hari 1 kali
Indikasi nomor 1 : E III : pengulangan 3 minggu 1 kali
Seri : Melihat keadaan

Teknik Aplikasi :
A. Radiasi general
1. Persiapan lampu, 2-5 menit dinyalakan
2. Kulit harus bersih dan kering
3. Pakaian dibuka, kecuali pakaian dalam
4. Dilakukan tes dosis
5. Mata ditutup dengan kacamata khusus
6. Jarak lampu dan kulit 60-90 cm
7. Sinar jatuh tegak lurus pada kulit
8. Keringat dihapus

B. Radiasi Lokal
1. Sama dengan teknik radiasi general nomor 1,2,4,5,6,7 dan 8
2. Area kulit yang diobat dilepas pakaiannya
3. Anggota/daerah yang diobati ditutup dengan handuk

Indikasi :
A. Radikal general
1. Penderita dengan kondisi tubuh rendah, contoh : allergis, asmatis,
bronchitis, pernah kejang (post convulsi)
2. Anak-anak yang mengalami kelambatan dalam pertumbuhan dan
aktivitas. Contoh : richet, anak premature, retarded, cerebral palsy

B. Radiasi Lokal
1. Penyakit kulit karena jamur (misal: panu, kadas, psoriasis)
2. Luka lama, decubitus
3. Hipopigmentasi (bekas luka terbakar)
4. Acne vulgaris (jerawat)

Kontraindikasi :
1. Penyakit yang akut (T.B.C, paru, dermatitis, exim)
2. Penderita yang sedang mendapat radioterapi
3. Penderita allergis terhadap sinar ultra violet
4. Sensitiser : adanya kemungkinan penderita menjadi sensitive terhadap
sinar ultra violet setelah pengobatan dengan obat-obat tertentu, misalnya :
sulfa, insuline, thyroid extract, kinine, gold therapy

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

63
PENERAPAN PARAFIN BATH

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
031/08/50

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah pengobatan panas superfisial dengan modalitas rendaman hangat


parafin.
Tujuan - Preliminary terhadap metoda intervensi lain, misalnya mobilisasi sendi,
massage.
- Memperlancar peredaran darah perifer.
- Mengurangi rasa sakit.
- Menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak sendi
- Dipilih untuk tangan dan kaki.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

64
Prosedur Dosis :
Waktu : 10 – 20 menit
Pengulangan sub akut 1 x 1 hari, kronik 1 x 2 hari
Seri : 5 kali

Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi no. 1,2 dan 3
1. Posisi penderita duduk nyaman, anggota yang akan diobati diberikan
posisi yang nyaman.
2. Bagian yang akan direndam dibebaskan dari pakaian, kulit dicuci dengan
sabun dilap kering.
3. Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin
4. Kontrol peralatan : alat telah dihidupkan dan parafin telah cair dengan
suhu 500,
5. Tangan/kaki dicelupkan kedalam parafin cair secara perlahan dan
dipertahankan selama 1 menit, kemudian diangkat sambil menunggu
paraffin mernbeku. Ulangi prosedur tersebut 10-12 kali, hingga terbentuk
lapisan paraffin setebal kurang lebih 1/2 cm. Tangan / kaki yang
terbungkus parafin dibungkus handuk, lalu dipertahankan selama 10
menit.
6. Kontrol suhu rendaman: terlalu panas atau kurang panas.
7. Selesai terapi: Parafin dilepas dari tangan/kaki, bila penderita pusing
disuruh tiduran dahulu
Indikasi :
1. Kondisi sehabis trauma tangan/kaki sub akut atau kronik
2. Kondisi peradangan ( mis RA, OA, dll) tangan/kaki sub akut dan kronik
3. Kondisi ketegangan otot dan nyeri

Kontraindikasi :
1. Anastesia pada kulit
2. Kondisi gangguan peredaran darah arteri, tepat lokasi tidak boleh
dikenakan langsung
3. Kondisi dengan kecenderungan terjadi perdarahan superfisial
4. Kondisi sehabis radioterapi sebelum 3 bulan

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

65
TINDAKAN INTERMITTEN COMPRESSION THARAPY

No. Dokumen No. Revisi Halaman

032/08/50 1/1

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan tekanan terputus-putus


terhadap anggota gerak atas dan/atau anggota gerak bawah.
Tujuan - untuk meningkatkan venous and lymphatic return
- untuk terapi edeme ekstra kapsular
- untuk memacu reflex angiospasm
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

Prosedur 1 Posisi anggota elevasi (100 - 450 ) , pneumatic sleeve (sarung) dipasang
pada anggota yang bersangkutan,
2 Pasang pipa plastik pada pneumatic sleeve dan output alat
3 Cek kontak arus input dari listrik ruangan ke alat
4 Atur tekanan inflation <diastole (mis 80 mmhg) anggota bawah
tekanan >anggota atas
5 Durasi inflation 10 " – 120 " deflation 10” – 120
6 Periksa hasil intervensi dengan instrumen pengukuran yang sesuai
misalnya tonus, nyeri dll.
7 Pengawasan terhadapn nyeri dan pembengkakan.
Indikasi:
1 Lymph/venous oedeme kaki dan/atau anggota gerak bawah
2 Lymph/venous oedeme tangan dan/atau anggota gerak atas
3 Spasme anggota gerak atas atau anggota gerak bawah akibat gangguan
sirkulasi venosus.
Kontra indikasi:
1 Kecenderungan perdarahan capilair karena arteriosclerosis
2 Karsinoma pada daerah yang diobati.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

66
MASSAGE & MANIPULATIVE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

033/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan atau alat


Pengertian (vibrator)
Tujuan - Meningkatkan arus pengembalian cairan venous dan/atau lymphatic.
- Memperoleh penurunan tonus / spasme otot
- Peregangan otot-tendon, ligament
- Melepaskan perlekatan fibrous
- Merangsang kontraksi otot
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

67
Prosedur Dosis intensitas tergantung jenis teknik massage.
Dosis waktu : 10 - 30 menit
Pengulangan : Subakut dan kondisi berat 1 kali 1 hari
Kronik dan kondisi ringan 1 kali 2 hari
Seri : 5 kali
Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi : no. 1,2,3,4,5,6 dan 7
1. Posisi penderita :
Tiduran di bed atau duduk di kursi dengan rilek dan badan / anggota yang
akan diterapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal sedang bagian
yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.
Posisi fisioterapis : berdiri di samping bed.
2. Bahan pelicin : berupa salep, minyak atau bedak
3. Teknik massage :
- Effleurage : untuk penenang dan memperlancar aliran darah dan limfe
- Friction : menghancurkan perlengketan/pengerasan jaringan lunak, dan
konter iritasi diberikan pada akar-akar urat saraf dan atau pada titik-titik
nyeri (akar urat saraf = segmen)
- Petrissage : terdiri dari kneading, wringing dan picking up. Mempunyai
pengaruh melemaskan dan mengulur otot/jaringan lunak, melancarkan
juga bisa membantu mendorong gerak pencernaan pada usus
- Tapotament, terdiri dari Hacking, Clapping, Beating dan Pounding.
Berguna untuk memberikan rangsangan / pacuan pada urat saraf dan otot,
pada torak untuk memperlancar pengeluaran sekresi dari sistem
pernafasan dalam postural drainage
- Vibrasi dan shaking, mengurangi / melemaskan ketegangan otot dan
keluhan nyeri, memperlancar pengeluaran sekresi pernafasan,
memperlancar gerak pencernaan dan pembuangan
4. Waktu yang diperlukan sangat tergantung dari luasnya / besarnya bagian
yang diterapi, tebalnya jaringan dan tujuannya. Massage dengan gerakan
yang cepat akan menimbulkan pacuan, massage yang lambat-lambat akan
mempunyai efek penenang
Indikasi :
1. Kondisi sehabis trauma / sehabis operasi sub akut dan kronik, pada sistem
musculoskeletal
2. Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, perlengketan dan
pemendekan jaringan otot dan jaringan lunak yang lain
3. Kondisi keluhan nyeri, penekanan/penyempitan urat saraf dan kondisi
kelumpuhan urat saraf
4. Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe
5. Kondisi kurang lancarnya pengeluaran sekresi pada saluran pernafasan
6. Kondisi kurang lancarnya proses pencernaan makanan dan pembuangan
Kontraindikasi :
1. Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang masih baru
2. Kulit yang terkuak
3. Kondisi cedera sistem muculoskeletal (fracture, rupture) belum direposisi
dan pulih secara baik dan kuat
4. Adanya tanda-tanda keganasan (setempat)
5. Penderita panas tinggi (subfibris-fibris)
6. Penderita kelainan jantung dan adanya haemoptoe, khusus jenis
tapotament daerah torak
7. Kondisi varices, tepat pada lokasinya
8. Kondisi haematemesis dan melena, khusus daerah perut
9. Wanita saat haid dan kehamilan, khusus daerah perut

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

68
II. MANIPULASI PADA VERTEBRAE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

034/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan tangan untuk normalisasi neuro-
muskuloskeletal-vegetative mechanism
Tujuan Mobilisasi otot
Mobilisasi sendi kolumna vertebralis
Manipulasi sendi
Stabilisasi sendi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram No.1635/XII.1/KK/1/2015

69
Prosedur
D o s i s :
g r a d e I u n t u k a k t u a l i t a s t i n g g i - s e d a n g ;
g r a d e I I u n t u k a k t u a l i t a s s e d a n g ;
g r a d e I I I - I V u n t u k
a k t u a l i t a s r e n d a h . G r a d e V m a n i p u l a s i .
U n t u k i n d i k a s i n o m o r 1 , 2 , 3 , 4 d a n 5
1. Waktu : 15 – 20 menit
2 . P e n g u l a n g a n : k o n d i s i a k u t 1
x 1
Kondisi membaik, keluhan berkurang 1 x 2 har i
3. Seri : 5 kali
T e k n i k A p l i k a s i :
( A ) U n t u k c e r v i c a l i n d i k a s i
n o m o r 1 , 2
1. Posisi penderita tidur tengkurep, kedua tangan dilipat di bawah dahi,
bagian
tengkuk dan punggung atas dibuka pakaiannya
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s e b e l a h a t a s
p e n d e r i t a
3. Penekanan dengan kedua ibu jari dilakukan pada masing-masing
vertebrae
dengan teknik vertical – oscillatory pressure, predominan (arah tekanan) ke
d a e r a h y a n g n y e r i , d i u l a n g 4 k a l i
4. Kuat lemahnya tekanan disesuaikan dengan toleransi
penderita
U n t u k c e r v i c a l i n d i k a s i n o m o r 3 , 4
1. Posisi penderita tidur terlentang, rilek, tanpa bantal di
kepala
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s e b e l a h a t a s
p e n d e r i t a
3. Manipulasi : dengan menarik kepala penderita lurus ke arah cranial, disusul gerak rotasi kepala ke kanan dan ke kiri, lateral bending diulang sedikitnya
3 kali
4 . T a r i k a n h a r u s k u a t t a p i c u k u p
c o m f o r t a b l e
(B) Untuk Thoracal dan Lumbal indikasi nomor 1, 2, 3
dan 4
1. Posisi penderita tidur tengkurep, kedua lengan di samping badan, rilek dan buka
pakaian
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s a m p i n g
p e n d e r i t a
3. Penekanan dengan telapak tangan dan masing-masing vertebrae dengan teknik vertical oscillatory pressure dan atau lateral vertebrae pressure, arah tekanan pada daerah nyeri. Penekanan diulang minimal
3 kali
( C ) U n t u k L u m b a l i n d i k a s i
n o m o r 3 , 4
1 . P o s i s i p e n d e r i t a t i d u r m i r i n g ,
r i l e k
2. Manipulasi : dengan membuat rotasi pada lumbal (contra lateral movement) diulang minimal 3
kali
(D) Untuk sacral / sacroiliaca indikasi nomro 1, 2, 3
dan 4
1. Posisi penderita tidur tengkurep, buka
pakaian
2 . T e r a p i s b e r d i r i d i s a m p i n g
p e n d e r i t a
3. Tekanan dengan telapak tangan diarahkan pasa sacroiliaca, dengan
oscillatory

70
Kontraindikasi :
Untuk nomor : A, B, C dan D
1. Peradangan akut / kronik vertebrae
2. Infeksi spesifik / non spesifik vertebrae
3. Fraktur vertebrae
4. Gangguan sistem peredaran darah intervertebrale
5. Porose tulang vertebrae
6. Proses degenerasi discus intervertebrale
7. Congenital abdormalities dari vertebrae
8. Tanda-tanda keganasan pada vertebrae
9. Keteganga musculature yang bersifat akut
10. Khusus (A) Cervical : adanya keluhan bertambah hebat sesudah manipulasi
11. Khusus (B) Thoracal : adanya porose/ fraktur costae
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

71
PENERAPAN CONTINOUS PASSIVE MOVEMENT MACHINE
(CPM)
No. Dokumen No. Revisi Halaman

035/08/50 1/1

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah pengobatan gerak pasif sendi dengan menggunakan mesin


Tujuan Untuk memelihara dan/atau meningkatkan lingkup gerak sendi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur 1 Cek alat CPM yang akan digunakan meliputi jenis perlengkapan engsel
(sendi CPM), fixator dan cuff
2 Pasien diberikan posisi yang nyaman dan stabil, periksa luka sendi dan
bagian yang diobati, lakukan gerak pasif pelahan hingga diperoleh nilai
ROM yang telah dicapai.
3 Anggota dan sendi yang akan diobati diletakkan pada alat dengan posisi
sendi sesuai dengan sendi alat CPM.
4 Pasien diberitahu pengobatan yang dilakukan dan diminta untuk
memberitahu segera bila nyeri berat atau sudah tidak berpengaruh
terhadap ROM.
5 Posisikan mesin CPM dengan tepat sesuai dengan treatment yang akan
dilakukan, fiksasi tulang (bagian) yang statik dan bagian yang dinamik.
Atur ROM sesuai dengan ROM sendi yang telah dicapai.
6 Hidupkan mesin naikkan kecepatan dari kecepatan rendah hingga
kecepatan yang diinginkan.
7 Setiap 15 menit diperiksa ROM yang telah dicapai untuk ditingkatkan
secara bertahap.
8 Mesin dimatikan setelah waktu pengobatan selesai, misal 60 menit.

Indikasi
1 Pasca operasi joint replacement
2 Kontraktur sendi pasca immobilisasi atau pasca operasi
3 Kontraktur pasca kombustio
Kontra indikasi
1. Fraktur tidak stabil.
3. Dislokasi sendi
4. Osteopososis
5. Ankylosing/arthrodesis
Keganasan sendi
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

72
EXERCISE THERAPY
(MEKANOTERAPI)

I. PASSIVE EXERCISE
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/1
036/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan gerak pasif sendi


Tujuan Pemeliharaan ROM sendi
Mobilisasi sendi
Peregangan otot-tendon, kapsule-ligament
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

73
Prosedur Dosis :
Untuk indikasi nomor 1 s/d 7
1. Diberikan pasif sesuai dengan fungsinya, dengan ulangan 5 – 8 kali
gerakan
2. Waktu 15 – 40 menit
3. Pengulangan 1 x 1 hari ; kronik 1 x 2 hari
4. Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1 s/d 7
1. Posisi : tiduran atau duduk yang rilek
2. Pergerakan pasif sesuai fungsi otot atau kelompok otot, pada bidang
gerak sendinya mencapai range of motion (R.O.M) yang penuh
3. Pasif / bantuan pernafasan, dengan shaking dan vibrasi untuk membantu
expirasi penderita terutama yang dalam keadaan lemah atau coma
4. Khusus nomor 7, penguluran pada kelompok otot yang memendek

Indikasi :
1. Kondisi coma / post coma
2. Kondisi lama bed rest
3. Kondisi post operative
4. Kondisi post fracture / dislocation
a. Nilai ototnya antara 0 – 2
b. Lama tidak berfungsi
c. Post immobilitation
5. Kondisi kekakuan sendi
6. Kondidi kelemahan otot
7. Kondisi pemendekan otot

Kontraindikasi :
1. Penderita panas tinggi dan adanya proses peradangan akut
2. Force passive movement khusus stiff elbow
3. Hipertensi dan hiperadduksi pada :
- Post fracture collum femoris dengan Moore Prothese / pen
- Post fracture shaft of femur dengan pen

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

74
II. ASISTED ACTIVE EXERCISES

No. Dokumen No. Revisi Halaman

037/08/50 1/1

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah latihan gerak aktif dengan bantuan kekuatan dari luar (manual atau
dengan alat) sebesar yang diperlukan
Tujuan Penguatan otot nilai dibawah 3
Mobilisasi sendi aktif
Mengajarkan gerak tertentu
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

75
Prosedur Dosis :
Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 3
Waktu : tiap satu macam gerak dari suatu sendi diberikan 10 – 3 – gerakan,
dengan waktu sesuai dengan toleransi penderita
1. Pengulangan 1 x 1 hari
2. Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 3
1. Posisi penderita yang enak, rilek dan stabil ; dengan ruang gerak yang
mencukupi
2. Anggota yang dilatih diberikan penyangga (support) dan penahan (fixasi)
pada bagian proximalnya
3. Diusahakan dicapai perlemasan (relaxasi) pada otot antagonis dari pada
gerakan dimaksud
4. Diberikan contoh arah gerakan (patern of movement) pada gerakan sendi
yang penuh
5. Diberikan komando yang jelas, gerakan sendi yang penuh dan diulang-
ulang dengan irama yang sesuai
6. Perlu dijalin kerjasama antara terapis dan penderita
7. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan

Indikasi :
1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 1 dan 2
2. Kondisi kesulitan pengontrolan gerak
3. Kondisi terhambatnya jarak pergerakan sendi
Kontraindikasi :
Untuk II, III dan IV
1. Penderita panas tinggi
2. Penderita dalam keadaan bed rest total
3. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus
4. Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi
paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan
5. Penderita yang tidak kooperatif

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

76
III. FREE ACTIVE EXERCISE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

038/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah gerak sendi aktif tanpa tahanan ataupun bantuan dari luar
Tujuan Mobilisasi sendi aktif
Mengajarkan gerak fungsional
Memperkuat otot

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3 dan 4
1. Waktu : tiap bentuk gerak dari suatu sendi diberikan 10-30 gerakan, 2-3
menit
2. Pengulangan : 1 x 1 hari
3. Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3 dan 4
1. Posisi penderita comfortable, rilek dan stabil, dengan ruangan gerak yang
mencukupi
2. Bentuk dan arah gerakan diberikan contoh, ditunjukkan dengan gerakan
yang penuh
3. Komando yang jelas, kecepatan dan irama gerakan yang sesuai
4. Perlu dijalin kerjasama antar terapis dan penderita
5. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan. Bila banyak
keluar keringat dipersilahkan segera minum
6. Bisa dikerjakan dengan bantuan alat-alat atau berupa permainan
7. Latihan isometric perlu ditandai dengan palpasi pada otot atas tendonnya

Indikasi :
1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 3 ke atas
2. Kondisi kesulitan pengontrolan gerak anggota
3. Kondisi terhambatnya jarak gerakan sendi
4. Kondisi ketegangan otot dan jaringan lunak
Kontraindikasi :
6. Penderita panas tinggi
7. Penderita dalam keadaan bed rest total
8. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus
9. Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi
paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan
Penderita yang tidak kooperatif
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

IV. RESISTED ACTIVE EXERCISE

77
WALKING TRAINING
A. Analisa berjalan normal

No. Dokumen No. Revisi Halaman

040/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah analisis berjalan


Tujuan Untuk mengetahui penyimpangan berjalan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

78
Prosedur Tahap I : Tumit memukul
Kita misalkan tungkai kanan yang melangkah. Pandangan samping :
1. Kepala dan badan tegak, lengan kanan di belakang garis tengah tubuh
dengan siku lurus, lengan kiri ke depan dengan siku sedikit menekuk
2. Panggul sedikit memutar ke depan
3. Lutut kanan lurus
4. Kaki kiri sedikit terputar keluar, sebesar  15 derajat bidang sagital
Pandangan depan :
1. Kepala dan badan tegak, kedua lengan terayun dengan sedikit
mereganggang dari pada tubuh
2. Psnggul sedikit miring ke bawah pada sebelah kanannya
3. Tungkai sedikit terputar keluar pada sendi pahanya
Tahap II : Posisi tengahan
Pandangan samping :
1. Kepala dan badan tegak, kedua lengan sedikit merenggang dari pada
tubuh
2. Panggul sedikit miring ke bawah pada sebelah kanannya
3. Tungkai sedikit terputar pada sendi pahanya
Tahap III : Dorong angkat
Pandang samping
1. Lengan kanan di depan garis tengah tubuh dengan siku sedikit
menekuk, lengan kiri ke belakang dengan siku melurus
2. Panggul terputar ke depan
3. Lutut kanan sedikit menekuk
4. Pergelangan kaki plantar flexi
5. Jari-jari hiper extensi pada sendi metatarsophalangeal
Pandangan ke belakang :
1. Kedua tangan terayun dengan sedikit meregangang pada tubuh, siku
kanan sedikit menekuk dan kiri melurus
2. Tungkai sedikit terputa keluar pada sendi pahanya
3. Telapan bagian tumit dan tengah tampak dan telapak bagian depan
menempel pada lantai
Tahap IV : Pertengahan mengayun
Pandangan depan
1. Kepala dan badan tegak dan panggul sedikit miring turun
2. Tungkai pada garis vertikal gaya berat tubuh
3. Tungkai sedikit terputar ke dalam pada sendi pahanya
4. Kaki membentuk sudut terhadap tungkai dengan sedikit eversi
Pandangan samping :
1. Panggul sedikit berputar ke depan, kedua lengan mendekat pada garis
tengah tubuh
2. Lutut dan paha menekuk
3. Kaki sedikit terputar keluar terhadap tungkai

Analisis 4 tahap siklus berjalan


Analisis keseimbangan berjalan
Analisis waktu/ritme berjalan
Analisis jarak tiap langkah
Analisis pembebanan berat badan tiap siklus
Analisis gerak persegment
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

79
B. Latihan Berjalan
(gait training)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/1
041/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah latihan berjalan tanpa ataupun dengan alat bantu jalan
Tujuan Memperbaiki pola berjalan
Melatih teknik berjalan untuk mengatasi masalah tertentu
Melatih pemakaian pembantu jalan tertentu

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

80
Prosedur C. Dosis
1. Waktu : Toleransi penderita s/d 30 menit
2. Pengulangan : 1 – 2 kali 1 hari
3. Seri : 3 – 10 kali

D. Teknik
1. Persiapan berjalan
2. Berdasarkan titik tumpu :
a. Four point gait
b. Three point gait
c. Two point gait
d. Tripod alternate gait
e. Tripot simultaneous gait
f. Swing to gait
g. Seeing through gait
3. Berdasarkan tumpuan berat badan :
a. Non weight bearing
b. Partial weight bearing
c. Full weight bearing

E. Indikasi Umum Latihan Berjalan

Kondisi kesulitan dan kelainan dalam berjalan akibat faktor-faktor antara


lain :
1. Nyeri atau tidak enak pada saat menumpukkan berat badan atau
melakukan gerakan
2. Kelemahan otot
3. Limitasi gerak sendi, sering dengan pemendekan otot
4. Gangguan koordinasi gerak
5. Perubahan-perubahan pada tulang dan jaringan lunak, termasuk amputasi

F. Kontra Indikasi
1. Kondisi panas tinggi
2. Kondisi perlu bed rest
3. Kondisi gangguan pada kedua tungkai dan vertebrae tidak boleh
menumpu berat badan, sebelum dipakai alat penguat
4. Kondisi sehabis trauma / operasi vertebrae, capitis, organ lain pada tahap
akut

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

Uraian Teknik
1. Persiapan Berjalan :
Mempersiapkan mental dan fisik penderita sehingga berani dan mampu mengerjakan latihan berjalan.
Persiapan ini dikerjakan bertahap, diterapkan teknik-teknik yang sesuai dengan kondisi masing-
masing penderita. Berikut ini dituliskan aneka ragam teknik persiapan dan latihan berjalan untuk
dipilih dalam pengetrapannya.
a. Persiapan Mental :
Dorongan mental dengan memberikan pengertian antara lain dalam pokok-pokok hal sebagai
berikut :
1) Bahwa sudah saatnya berlatih berjalan
2) Perlunya latihan berjalan
3) Kerugian-kerugian bila tidak latihan berjalan
4) Jaminan pengamanan dirinya dalam latihan
b. Persiapan Fisik :

81
Usaha penguatan penegak dan penggerak tubuh serta peningkatan daya keseimbangan, berupa
latihan-latihan fisik dengan teknik antara lain sebagai berikut :
1) Latihan leher dan kepala
Posisi : Penderita tidur terlentang di bed
Gerakan : a) Neck rotation
Memutar kepala ke kanan dan kiri, 5 – 10 kali
b) Neck flexion
Mengangkat kepala seperti akan bangun ke duduk dengan dagu mendekat ke
dada. Bila penderita kuat diberikan tahanan tangan pada dahi, 5 – 10 kali.

2) Latihan tungkai :
Posisi : Penderita tidur terlentang di bed, dengan guling dibawah
lutut
Gerakan : a. Quadriceps exercise
Menekankan lutut ke bawah sehingga tumit terangkat dari bed, bergantian
kanan kiri, 10 – 20 kali.
b. Ankle & toes exercise
Pergelangan dan jari-jari, dorsal flexi dan extensi, plantar flexi dan flexi, serta
eversi dan inversi, rotasi keluar dan kedalam pergelangan.
c. Leg raising
mengangkat satu tungkai setinggi-tingginya mendekati posisi tegak, bergantian
kanan kiri, 10 – 20 kali
3) Melengkungkan, memutar dan menggeser badan
Posisi : Tidur terlentang, dua tungkai dengan telapak kaki rata
menempel di bed
Gerakan : a) Back & hip extension (Bridging)
Mengangkat panggul setinggi-tingginya dengan menekankan pada kedua tumit,
kepala dan dua lengan bawah, 10 kali
b) Trunk rotation
Merebahkan kedua lutut bersamaan dan merapat ke kanan kiri, 10 kali
c) Menggeser tubuh
Upaya menggeser tubuh kekanan-kiri, keatas dan kebawah
4) Berguling
Posisi : Tidur terlentang dengan satu tungkai ditekuk telapak kai
rata menempel di bed
Gerakan : a) Rolling right
Tungkai kiri ditekuk, mendorong, serta dengan gerak ayunan kedua lengan ke
arah kanan, penderita berguling ke kanan 5 – 10 kali.
b) Rolling left
Tungkai kanan ditekuk, mendorong, serta dengan gerak ayunan kedua lengan
ke arah kiri, penderita berguling ke kiri, 5 – 10 kali
5) Latihan tungkai 2
Posisi : Tidur miring kanan atau kiri
Gerakan : a) Abduction left hip
Tidur miring ke kanan, mengangkat tungkai kiri lurus setinggi-tingginya, 10
kali
b) Abduction right hip
Tidur miring ke kiri, mengangkat tungkai kanan lurus setinggi-tingginya, 10
kali
6) Latihan duduk di tepi bed
Posisi : Tidur miring di tepi bed
Gerakan : a) Kedua tungkai bergeser ke depan sehingga tungkai
bawah terjuntai di tepi bed. Dengan mendorongkan kedua tangannya penderita
berusaha bangun duduk. (High sitting)

82
b) Balancing
dalam posisi high sitting menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri, depan
dan belakang, dengan tangan menyangga pada bed dan tanpa menyangga.
c) Quarriceps dan ankle exercises
dorsal flexi ankle, mengangkat kaki sampai lutut lurus, kemudian mengangkat
tungkai lurus setinggi-tinggiya.
7) Latihan berdiri 1
Posisi : Duduk ditepi bed kedua tungkai terjuntai, kedua tangan
menyangga pada bed
Gerakan : a) Standing
Satu kaki turun ke lantai diikuti kaki yang lain sehingga berdiri bersandar pada
tepi bed.
b) Balancing
Dengan kedua tangan menyangga/tanpa menyangga pada tepi bed, paralel bar
atau dll., badan didorong ke samping kanan-kiri, depan-belakang, baik pasif
maupun aktif. Selanjutnya siap untuk latihan jalan.
8) Latihan berdiri 2
Posisi : Penderita tidur tengkurap di matras, kelanjutan dari
latihan berguling nomor 4
Gerakan : a) Crawling
Dengan mendorongkan 2 tangannya sampai badan terangkat, menggeser tangan
satu persatu ke belakang dengan menekuk kedua pada dan lutut, sehingga
mencapai posisi merangkak. Bergerak merangkak maju-mundur, ke kanan-ke
kiri
b) Heel sitting
Mendorongkan badan ke belakang sehingga pantat menempel di tumit, badan
ditegakkan sehingga duduk bersimpuh
c) Kneeling
Mengangkat panggulnya dengan meluruskan sendi dan paha sehingga badan
tegak berlutut
d) Balancing
Posisi berlutut mendorong badan ke depan-ke belakang, ke kanan dan ke kiri,
baik pasif maupun aktif
e) Half kneeling
Satu kaki diangkat ke depan sehingga menapak, balancing sama dengan di atas
f) Standing
Dengan berpegangan pada tangan terapism atau alat-alat penyangga yang lain,
penderita diberdirikan. Balancing posisi berdiri sama dengan nomor 7,
selanjutnya siap untuk berlatih berjalan.

2. Four Point Gait


Indikasi khusus : Ketidakmampuan sedang pada kedua tungkai.
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa paralel bar, 2 kruk, 2 kruk
siku, 2 stick.
Point 1 : Satu tangan / satu tingkat mau
Point 2 : Diikuti tungkai yang bersebrangan
Point 3 : Tangan / tongkat yang lainnya maju
Point 4 : Diikuti tungkai yang bersebrangan

3. Two Point Gait


Indikasi khusus : Ketidakmampuan ringan pada kedua tungkai, sebagai peningkatan dari Four
point gait
Uraian : Point 1 : Satu tangan / dengan tongkat bergerak maju bersamaan dengan tungkai yang
bersebrangan
Point 2 : Satu tangan yang lain / dengan tongkat bergerak maju bersamaan dengan tungkai
yang bersebrangan

83
4. Three Point Gait
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan satu tungkai.
Uraian : Penderita dengan 2 alat penyangga pada kedua tangannya, berupa : Paralel bar, kruk ketiak,
kruk siku.
Point 1 dan 2: Dua tangan / dengan tongkat bergerak maju, bersamaan dengan tungkai yang
lemah atau sakit.
Point 3 : Tungkai yang kuat maju.
5. Tripod Alternate Gait
Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan berat pada dua tungkai
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa : Paralel bar, 2 kruk
Gerakan 1 dan 2 : Dua tangan / beserta tongkat maju satu persatu
Gerakan 3 : Menyeret kedua tungkai maju mendekati garis transversal yang
menghubungkan dua tangan/ujung tongkat
6. Tripot Stimulataneous Gait
Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan berat 2 tungkai, merupakan peningkata dari pada
tripod alternate gait.
Uraian : Gerakan 1 : Kedua tangan / dengan tongkat maju bersamaan
Gerakan 2 : Menyeret maju kedua tungkai
7. Swing through Gait
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan berat kedua tungkai, sebagai peningkatan dari
pada tripod simultaneous gait
Uraian : Gerakan 1 : Kedua tangan / dengan alat penyangga maju
Gerakan 2 : Kedua tungkai diangkat dan diayun maju sampai pada garis yang
menghubungkan 2 tangan / ujung tongkat
8. Swing trouhg gait
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan berat kedua tungkai, sebagai peningkatan
dari pada swing to gait.
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa :
Gerakan 1 : Kedua tangan / beserta tongkat maju
Gerakan 2 : Kedua tungkai diangkat diayun maju melewati garis yang menghubungkan 2
tangan / ujung tongkat
9. Non Weight Bearing
Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan satu tungkai untuk menumpukkan berat
badan
Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa : paralel bar, walker, atau 2
kruk.
Gerakan 1 : Dua tangan / dua tongkat serta satu tungkai yang sakit maju serentak, dengan
posisi tungkai yang lemah diangkat bergantung ke arah depan
Gerakan 2 : Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada dua
tangan / tongkat
Tambahan : Penderita dengan ketidakmampuan kedua tungkai untuk menumpu, missal post
fraktur 2 cruris, maka diterapkan teknik berjalan Four Point gait dengan alat
penyangga Brace Patella Tendon Bearing (P.T.B)
10. Partial Weight Bearing
Indikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan ringan satu tungkai, mampu sebagian
berat tubuh. Sebagai peningkatan dari pada Non weight bearing.

84
Uraian : Penderita dengan alat penyangga kedua tangannya berupa : paralel bar, 2 kruk atau walker
Gerakan 1 : Dua tangan / dan tongkat beserta satu tungkai yang lemah bergerak maju
serentak.
Gerakan 2 : Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan / tongkat serta sebagian bertumpu pada kaki yang lemah.

11. Full Weight Bearing


Indikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan ringan pada satu atau dua tungkai dan bisa
menumpu seluruh berat badan tubuh, sebagai peningkatan dari pada partial weight bearing.
Teknik : Berjalan normal, penggunaan alat-alat penyangga dikurangi lambat laun akhirnya
dihilangkan.

85
STEAM INHALATION
(NEBULIZER)
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/1
042/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Adalah terapi dengan menggunakan hisapan uap air yang dihasilkan dari ultra
Pengertian spound nebulizer.
Tujuan Untuk memelihara hygiene saluran pernafasan
Untuk mencairkan dahak pada saluran pernafasan
Untuk meningkatkan ventilasi pernafasan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur 1. Dilakukan proses sterilisasi alat tiap hari terhadap semua lalat yang
berhubungan dengan tabung aquadest dan cairan obat inhalasinya hingga
mouth piece. Dianjurkan menggunakan disposible mouth piece.
2. Cek dan isi aquadest dengan obat yang diperlukan pada tabung inhalator.
3. Pasien diberikan tiduran posisi nyaman atau semi fowler, mouth piece
difikasasi atau dipegang hingga pasien dapat menghisap dengan nyaman.
4. Hidupkan mesin, atur waktu 10 menit, naikkan intensitas hingga uap
keluar dari mouth piece.
5. Pasien diberitahu cara menghirup uap dengan benar, agar memberitahu
hal-hal penting seperti sesak, pusing/vertigo, sakit kepala, mual, dll agar
memberitahu.
6. Kontrol frekuensi dan irama pernafasan, denyut nadi dan tanda kesadaran
serta peringanatan yang diberikan pasien atau keluarganya.
7. Selesai inhalasi mesin dimatikan dan alat dilepas, kemudian dilakukan
latihan pernafasan dan postural drainage.

Indikasi:
1 Allergic hypersensitive bronchitis
2 Asthma bronchial, Chronic Obstructive Pulmonary Disease,
3 Akumulasi sputum dan/atau kental
Kontra indikasi
1 Asthma cardiale
2 Hypertensi ekstrem.
Kelemahan otot pernafasan/batuk
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

86
BREATHING EXERCISE
No. Dokumen No. Revisi Halaman

043/08/50 1/1

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Adalah latihan pernafasan


Pengertian
Tujuan Meningkatkan mobilisasi dada
Meningkatkan ventilasi paru
Meningkatkan kapasitas vital paru
Menyelaraskan irama dan frekuensi pernafasan
Meningkatkan kekuatan meniup
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

87
Prosedur Dosis :
Waktu : 10-15 menit; pengulangan 1 kali 1 hari
Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :
Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, 4 dan 5
1. Posisi penderita
Tiduran, duduk atau berdiri.
Respirasi yang baik ialah dengan inspirasi melalui hidung dan expirasi
melalui mulut.
2. Macam-macam bentuk pernafasan
a. Diafragmatic breathing exercise
b. Lateral basal expansion exercise
c. Upper lateral expansion exercise
d. Posterior basal expansion exercise
e. Appical expansion exercise
3. Variasi dalam pelaksanaan
a. Bersama dengan gerak anggota atas, terutama sendi bahu
b. Bersama dengan gerakan pada thorak/dada
c. Pada kondisi asthma Bronchiale, Bronchiectasis dan Emphisema
ditekankan saat expirasi
d. Pada Bronchopneumonia ditekankan pada saat inspirasinya

Indikasi :
Penyakit / gangguan pada sistem pernafasan, misal bronchitis kronik,
bronchopneumonia, bronchiale, emphysema dan lain-lain.
1. Kondisi sebelum dan sesudah operasi
2. Kondisi sebelum dan sesudah melahirkan
3. Sebagai selingan dari pada latihan
4. Pertolongan pada penderita pingsan / hampir pingsan
5. Penderita gangguan jantung dengan teknik khusus
Kontraindikasi :
1. Haemoptoe pada penderita Tuberculosis aktif
Penderita wooping cough / Kinghouse
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

88
POSTURAL DRAINAGE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

044/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah upaya pengeluaran sekresi paru dengan memberikan posisi dan
bantuan tertentu
Tujuan Untuk membersihkan saluran pernafasan
Untuk meningkatkan ventilasi dan kapasitas vital paru
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

89
Prosedur Dosis :
Waktu : 15-30 menit : pengulangan 1-2 kali 1 hari
Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi
1. Posisi : Tidur – duduk
Daerah yang diduga terdapat timbunan sekresi mucosa diletakkan pada
posisi yang lebih tinggi.
Perlu diketahui daerah timbunan mucosa dengan membaca / melihat hasil
rontgen atau dengan auscultasi.
2. Massage
- Jenis percuccion : hacking, clooping, pounding. Kecuali penderita
dengan haemorrhagic secretion hemaptysis
- Jenis vibration dan shaking. Kecuali penderita dengan keluhan nyeri
pada daerah torak, misal adanya fracture costae, atau peradangan
daerah costae.
3. Deep breathing
Pernafasan yang dalam dengan teknik pernafasan dada atau perut,
ditekankan pada expirasinya, dengan memberikan tekanan dengan dua
telapak tangan, vibrasi dan shaking pada saat expirasi.
4. Coughing
Penderita disuruh batuk yang kuat sesudah inspirasi yang dalam.
Bagi penderita sehabis operasi daerah dada dan perut, perlu memberikan
tekanan dengan tangan atau dengan benda berat pada daerah jahitan (luka)
5. Latihan / Senam
Bila diperlukan diberikan gerakan pasif atau aktif pada badan anggota atas
dan bawah, misal pada penderita yang lama tiduran (tidak bergerak)
6. Tidak lupa disediakan tempat (cangkir tertutup) untuk menampung
lender / dahak yang keluar
7. Dikerjakan sebelum makan atau 1 jam sesudah makan.

Indikasi :
1. Adanya sekresi mucosa pada saluran pernafasan bagian bawah yang sulit
keluar, terutama pada bronchus
Contoh kondisi : Bronchoiectasis, emphysema, bronchopneumonia,
asthma bronchiale, bronchitis
2. Penderita sebelum dan sesudah operasi

Kontraindikasi :
Tekanan tinggi intracranial
Adanya penyakit jantung, perlu dengan teknik khusus

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

90
PRA & POST OPERATIVE EXERCISE
SEBELUM OPERASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

045/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah latihan yang diberikan sebelum dan untuk mempersiapkan operasi
Tujuan Memelihara mobilisasi dada
Memelihara ventilasi paru
Memelihara kapasitas vital paru
Menyelaraskan irama dan frekuensi pernafasan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur A. Pelaksanaan Terapi
1. Memberikan dorongan mental dan penerangan seperti pada tujuan
nomor 1 dan 2.
2. Latihan pernafasan.
3. Latihan batuk.
4. Latihan kontraksi static otot-otot perut, panggul, dan paha depan.
5. Latihan gerak badan (Trunc) dan lengan.
B. Tujuan :
1. Memberikan penerangan pengaruh obat bius terhadap penderita.
2. Menerangkan perlunya diberi latihan sebelum operasi dan harus
dikerjakan setelah operasi.
3. Membantu mengeluarkan sekresi dalam saluran pernafasan.
4. Mempertahankan pengembangan paru-paru yang penuh.
5. Mempertahankan sirkulasi darah pada extremitas inferior.

C. Indikasi dan Kontra Indikasi


1. Indikasi : Untuk semua kondisi operasi.
2. Kontra Indikasi : Penderita yang tidak kooperatif.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

91
PRAE & POST OPERATIVE EXERCISE
SESUDAH OPERASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

046/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah latihan yang diberikan sesuah tindakan operasi


Tujuan 1. Membantu megeluarkan sekresi pada saluran pernafasan akibat
pengaruh narcose.
2. Mencegah komplikasi-komplikasi : bronchitis, kolap baru,
bronchiectasis, emboli, thrombo phlebitis.
3. Mempercepat kembalinya fungsi saluran pencernaan.
4. Meningkatkan mobilisasi dada,ventilasi paru, kapasitas vital paru.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur A. Pelaksanaan Terapi :
1. Latihan pernafasan.
2. Latihan batuk.
3. Postural drainage.
4. Kontraksi static otot-otot perut, panggul, dan paha depan.
5. Latihan gerak aktif atau pasif tungkai dan lengan, kecuali bila operasi
pada local daerah tersebut.
6. Latihan ambulatori.
7. Postural correction.

B. Indikasi : Semua kondisi sehabis operasi.


Kontra Indikasi : Tidak ada.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

92
EXERCISE THERAPY FOR HEART CONDITION
MEKANOTERAPI KHUSUS PENDERITA DENGAN
GANGGUAN/KELAINAN JANTUNG
No. Dokumen No. Revisi Halaman

047/08/50
1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah terapi latihan tertentu yang diberikan pada kasus sakit jantung
Tujuan
Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
Kebijakan No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Pelaksanaan Mekano Terapi dan Dosis

A. Tahap Awal (penderita belum boleh turun / berjalan)


1. Untuk meringankan kerja jantung.
a) Latihan pasif semua anggota, masing-masing 5 kali gerakan.
b) Latihan pernafasan, hanya saja gerakan pernafasan dengan
paksaan / tekanan perlu dihindarkan. Khusus penderita dengan
mitral disease, pernafasan tidak boleh terlalu dalam, masing-
masing 5 kali gerakan.
2. Menaikkan ventilasi (penderita telah diperbolehkan duduk).
a) Mobilisasi thorax bersamaan dengan latihan pernafasan.
b) Koreksi posisi sikap dari pada thorax.
3. Untuk membuat Hypertrophy myocardium.
a) Dengan latihan gerak aktif meningkat bertahap, dimulai dari
sendi-sendi kecil-kecil dahulu kemudian pada persendian
yang lebih besar.
b) Peningkatan latihan selanjutnya bisa mengikuti metode dr.
Hunt, pada tahap berikutnya.

93
B. Tahap Kemudian : (Penderita diperbolehkan turun berjalan).
Latihan berdiri berjalan, naik turun trap, atau dengan objek misal
sepeda, treadmill dll. Dosis latihan di sini harus cukup untuk
membuat hypertrophy myocardium, tapi sebaliknya tidak membuat
capai otot tersebut. Untuk mengetahui ukuran cukup ini bisa dipakai
metode Dr. Hunt, ukuran yang dipakai ada 3 macam :
1. Menghitung frekwensi pernafasan. Latihan dianggap cukup
apabila telah terjadi kenaikan pernafasan baik frekwensi maupun
dalam / panjangnya, dan akan kembali normal sesudah 2 menit
istirahat.
2. Menghitung Poles.
a) Pada latihan pertama poles maksimal naik 6 kali / denyutan
permenit.
b) Sesudah latihan hari ke sepuluh, poles boleh naik 8-14
denyutan permenit.
c) Sesudah minggu ke 3 poles boleh naik 12-16 denyutan.
d) Setelah penderita diperbolehkan aktif bebas, poles boleh naik
antara 16-20 denyut permenit.
Dengan catatan a, b, c dan d tersebut, poles akan kembali normal /
seperti semula, setalah latihan 2 menit.
Atau : dengan perhitungan yang disebut – pulse ratio – , sebagai
berikut: Ialah suatu angka yang menunjukkan perbandingan dari
jumlah poles (permenit) 1 dan 2 menit latihan, dibanding jumlah
poles sebelum latihan.
Contoh perhitungan :
Jumlah poles sebelum latihan (saat tenang) …… 80.
Jumlah poles sesudah latihan :
- Sesudah menit pertama …………… 100
- Sesudah menit kedua ………….. ….. 85
185
Maka ratio : (185 : 80) = 2 : 3.
Jadi ratio = 2, 3 ialah bahwa jumlah poles tidak akan naik lebih
dari 20 denyutan, dan akan mendekati jumlah poles sebelum
latihan sesudah istirahat selama 2 menit.

Pengetrapan Pulse Ratio :


1. Penderita dengan Valvular Disease tahap permulaan
maximal : 2,2
2. Penderita dengan Valvular Disease tahap kemudian maximal :
2,3
3. Penderita dengan Mascular Disease maximal : 2,1

Indikasi / Jenis Kelainan dan Gangguan


Jenis kelainan dan gangguan
A. Kondisi tanpa operasi
Kegagalan fungsi jantung dan kelainan sistem klep, terdiri dari :
1. Overstrain kronik dari pada jantung, akibat kelainan pada sistem
klep dan arteriosclerosis perifer, kelainan pada sistem klep
termasuk : mitral disease, pulmonary stenosis, tricuspid
insufficiency dan aortic disease.
2. Trombosis coroner.
3. Kelainan / gangguan pada myocardium sebab-sebab proses
peradangan, rheumatic fever, toxinasi, fatty degeneration.

B. Kondisi perlu operasi


1. Tetraloki Fallot.
2. Trasposition of The Great Vessela (Transposisi dari pada arteria

94
Pelaksanaan Mekanoterapi pada Kondisi Operasi
A. Preoperative routine 4 hari sebelum operasi :
1. Latihan pernafasan.
2. Mobilisasi thorak.
3. Latihan aktif bebas sesuai dengan metode Dr. Hunt, jenis valvular
Disease tahap kemudian (pulse ratio : 1,3)
4. Dorongan mental.

B. Postoperasi routine : pada hari 1 s/d hari ke 5-7.


1. Latihan pernafasan.
2. Bila diperlukan Postural Drainage dengan gentle-percussion dan
vibration.
3. Latihan pasif anggauta / sendi.
4. Sesudah hari ke 3-7, boleh mulai didudukkan, boleh mulai latihan
aktif bertahap meningkat.
5. Pada hari ke 8 penderita boleh mulai diturunkan duduk di kursi,
dicoba selama 30 menit. Bila penderita kuat (tidak ada yang
memberatkan), diteruskan dengan latihan berdiri dan berjalan, dengan
mengikuti metode Dr. Hunt.
6. Apabila keadaan baik sesudah 2 minggu diperkenankan pulang. Bila
diperlukan mekanoterapi bisa berobat jalan.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

95
PRA & POST PARTUM EXERCISE
SENAM IBU NIFAS (POST NATAL EXERCISE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman

048/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah latihan yang diberikan pada ibu setelah menglahirkan


Tujuan - Mengembalikan fungsi otot dasar panggung
- Memulihkan fungsi miksi-defaekasi
- Melatih kemampuan organg pelvis
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
Periode I : Latihan terpimpin 1 x 1 hari.
Penderita mengerjakan sendiri 3 x 1 hari.
Waktu 20 menit.
Periode II : Latihan terpimpin 1 x 1 minggu, penderita mengerjakan
sendiri 3 x 1 hari.
Tiap gerakan diulang 8 kali.
Waktu : 15 menit.
Teknik Aplikasi :
Periode I
a. Posisi tidur terlentang
1. Latihan pernafasan.
2. Latihan pergerakan kaki ke semua arah.
3. Statik kontraksi otot perut, dasar panggul, quadriceps dan gkuteus.
4. Latihan otot-otot dada yang berhubungan dengan lactasi.
5. Post natal breast-care.
b. Pada hari kedua duduk.
c. Pada hari ketiga berdiri.
d. Pada hari keempat latihan berjalan.
Periode II
a. Peningkatan kekuatan otot perut.
b. Peningkatan kekuatan otot dasar panggul.
c. Latihan sikap dan aktifitas sehari-hari.

Indikasi :
Ibu masa nifas sehat dibagi 2 periode :
Periode I : Enam jam sampai dengan 1 minggu setelah kelahiran.
Periode II : Minggu ke-2 sampai dengan 40 hari sesudah kelahiran.

Kontra Indikasi :
1. Ibu nifas yang anemia.
Ibu nifas yang panas.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

96
TEST & EVALUATION

I. MANUAL MUSCLE TEST


No. Dokumen No. Revisi Halaman

049/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah pemeriksaan fisioterapi menetapkan problema kekuatan otot


Tujuan Untuk mengetahui kuantitas kekuatan otot rangka

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

97
LEFT RIGHT
Examiner’s Initial’s
Date
Prosedur Dosis / Aturan Pelaksanaan
Abductor-Serratus anterior
Waktu : Indikasi nomor 1, 2, 3.
Adductor-middle trapezius
SCAPULA Tiap kelompok otot sedikitnya 3 x kontraksi sehingga testing ini
SCAPULA
Adductors-Rhomoids
memerlukan waktu 15-60 menit.
Depressor
1. Indikasi no.Flexors
1
Pelaksanaan : 1 x sebelum terapi dan sesudah seri terapi.
Extensor
2. Indikasi no. 2
Abductors
Pelaksanaan : Abductors
1 x sebelum operasi, dan sesudah operasiSHOULDER menurut
Horizontal
SHOULDER instruksi dokter atau menurut kebutuhan.
Horizontal Adductors
3. Indikasi no. 3
External rotators
Pelaksanaan : 1 x sebelum pembuatan alat-alat, dan pengontrolan 3
Internal rotators
bulan 1 x.
Tingkat Kekuatan Flexors
Otot : 6 Golongan.
ELBOW ELBOW
Extensors
a. Normal (N = 100% = Nilai 5).
Otot mampu Supinators
berkontraksi menggerakkan sendinya pada R.O.M yang
FOREARM FOREARM
Pronators
penuh dengan melawan gravitasi ditambah tahanan tangan yang
Flexors-radial deviation
penuh.
b. BaikFlexors-ulnar
(Good = G =deviation
75% = Nilai 4).
WRIST WRIST
Otot mampuradial
Extensor berkontraksi
deviationmenggerakkan sendinya pada R.O.M yang
penuh dengan
Extersor melawan
ulnar gravitasi ditambah tangan secukupnya / tidak
deviation
penuh.
Flexors-metacarpophalangeal
c. Extensor-metacarpophalangeal
Cukup (Fair = F = 50% = Nilai 3).
Otot mampu berkontrakso dan menggerakkan sendi serta dapat
Flexor-proximalinterphalangeal
FINGERS melawan gravitasi.
Flexor-distal interphalangeal FINGERS
d. Kurang (Poor =
AbductorsP = 25% = Nilai 2).
Otot mampu berkontraksi dan menggerakkan sendi dengan bantuan.
Adductors
e. TradeOpponens-5
= T = 10%th=fingers
Nilai 1
Otot mampu berkontraksi tetapi tidak mampu menggerakkan sendi.
OPPONENS
f. Otot kosong (0% = Zero = Nilai 0).
Flexor-metacarpophalangeal
Otot tidak mampu berkontraksi.
Extensor-metacarpophalangeal
THUMB IndikasiFlexor-interphalangeal
: THUMB
Extensor-interphalangeal
1. Kondisi kelemahan otot sesudah dan sebelum mendapatkan seri
fisioterapi.Abductors
Adductorsoperasi pemindahan tendon (tendon transfer).
2. Sebelum dilakukan
3. SebelumMEASUREMENTS
dilakukan pembuatan alat-alat penopang, brace splint,
prothese. Inspiration
CHEST CHEST
Kontra Indikasi Expiration
:
ABDOMEN 1. Kondisi
Umbilicusakut.
to Ant. Sup. Spine ABDOMEN
2. Penderita non kooperatif.
Circumference-mid. Calf
LOWER LOWER
Circumference-mid. Thigh
EXTREMIT EXTREMIT
Ant. Sup. Spine to in malleous
Y Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Y
Umbilicus to internal malleolus
Fisioterapi Walks with
Cannot walk Date Date
crutches
Stands Date Walks with canes Date
Walks with
Date Walks anaided Date
braces
Walks with corset Date Climbs stairs Date
Other Apparatus
Scoliosis and other
deformiottes
Pengertian :
S = Spasm = Tegang
SS = Severe Spasm = Sangat Tegang.

98
C = Contracture = Mengkerut
CC = severe Contracture = Sangat mengkerut

POSISI LOKASI / SENDI KELOMPOK / SENDI MACAM NILAI


1. Leher Extensor Semua nilai
2. Trunk (badan) Extensor Semua nilai
3. Scapula a. Adduktor & Dawn
(belikat) ward Rotator Nilai 5, 4 & 3
b. Adduktor Nilai 5, 4 & 3
c. Elevator Nilai 2, 1 & 0
II. Tiduran
d. Depsesor Semua nilai
Tengkurap
4. Shoulder a. Extensor Semua nilai kecuali 2
(bahu) b. Horizontal ABD Nilai 5, 4, & 3
c. Lateral Rotator Semua nilai
d. Medial Rotator Semua nilai
5. Hip (Panggul) Extensor Semua nilai kecuali 2
6. Knee (Lutut) Flexor Semua nilai kecuali 2
1. Shoulder a. Flexor s/d 90O Nilai 2
(bahu) b. Extensor Nilai 2
2. Panggul (Hip) a. Flexor Nilai 2
b. Extensor Nilai 2
c. Abduktor Nilai 5, 4, 3
III. Tiduran
d. Adduktor Nilai 5, 4, 3
Miring
3. Knee (Lutut) a. Flexor Nilai 2
b. Extensor Nilai 2
4. Pergelangan a. Plantar Flexor Nilai 2, 1 & 0
kaki b. Inventor Nilai 5, 4, 3
c. Evertor Nilai 5, 4, 3

POSISI LOKASI / SENDI KELOM,POK / SENDI MACAM NILAI


IV. Duduk di Bed 1. Trunk (Badan) Rotator Nilai 2
kedua
tungkai 2. Scapula a. Adduktor & Dawn
berjuntai (Belikat) ward rotator Nilai 2, 1, & 0
b. Adduktor Nilai 2, 1, & 0
c. Adduktor Nilai 2, 1, & 0
d. Elevator Nilai 5, 4, & 3
3. Shoulder a. Flexor s/d 90O Nilai 5, 4, & 3
(Bahu) b. Abduktor s/d 90O Nilai 5, 4, & 3
c. Horizontal Abduktor Nilai 2, 1, & 0
d. Horizontal Adduktor Nilai 2, 1, & 0

99
4. Elbow (Siku) a. Flexor Nilai 5, 4, & 3
b. Pronator & Supinator Semua nilai
5. Wrist a. Flexor Semua nilai
(pergelangan b. Extensor Semua nilai
tangan) c. Ulnar Diviator Semua nilai
d. Radial Diviator Semua nilai
6. Jari-jari tangan a. Flexor Semua nilai
b. Extensor Semua nilai
c. Abduktor Semua nilai
d. Adduktor Semua nilai
7. Ibu jari tangan a. Flexor Semua nilai
b. Extensor Semua nilai
c. Abduktor Semua nilai
d. Adduktor Semua nilai
8. Hip (panggul) a. Flexor Nilai 5, 4, & 3
b. Lateral Ratator Nilai 5, 4, & 3
c. Medial Ratator Nilai 5, 4, & 3
9. Knee (Lutut) Extensor Nilai 5, 4, & 3
10. Ankle (perge- a. Dorsal Flexor Nilai 5, 4, & 3
langan tangan) b. Invertor Nilai 5, 4, & 3
Trunk (badan) Elevator Plevis Nilai 5, 4, & 3
V. Berdiri Ankle (perge- Plantar felxor Nilai 5, 4, & 3
langan tangan)

PEMERIKSAAN DENGAN STRENGTH DURATION CURVE


No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/1
050/08/50

100
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Adalah pemeriksaan elektris dengan arus frekuensi rendah bentuk rectangular


Pengertian (square) dan triangular (thriangle) untuk menentukan tingkat innervasi
motorik otot
Tujuan Untuk menentukan diagnosis/tingkat patologi motorik otot
Untuk menentukan jenis arus dan dosis strimulasi listrik pada otot tertentu
Untuk menentukan prognosis patologi otot
Kebijakan Indikasi
1 Kelumpuhan otot akibat trauma atau penyakit seperti Bell’s Palsy,
Brachial palsy, Peripheral Nerve Lesion, Monoparesis post poliomyelitis
dll.
2 Myopathy, Neuropathy, Radiculopathy, dll

Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi
Prosedur 1 Daerah yang akan diperiksa dengan SDC harus bebas dari pakaian,
diposisikan semifleksi untuk memudahkan terjadinya kontraksi otot.
2 Pilih metoda pemeriksaan dengan motor poin atau origo insersio.
3 Elektrode dibasahi dengan air secukupnya hingga lembab.
4 Elektrode difiksasi anode pada origo dan katoda pada insersio otot, atau
katode aktif diletakkan pada motor point otot.
5 Mesin dihidupkan, mulai dengan rectangular, durasi dari 1000ms dan
intensitas perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal
yang terlihat dan teraba.
6 Diteruskan dengan durasi lebih rendah secara bertahap
7 Dilanjutkan dengan arus triangular, durasi 0,01ms dan intensitas
perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal yang
terlihat dan teraba.
8 Diteruskan dengan durasi lebih tinggi secara bertahap
9 Catat semua hasil rekam, tentrukan nilai chronaxion, optimal duration,
accomodation quotient.
10 Tetapkan diagnosis, jenis arus dan dosis terapi yang direkomendasikan.

Unit terkait

101
RANGE OF JOINT MOTION
(JARAK GERAKAN SENDI)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

051/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah pemeriksaan untuk menetapkan problema lingkup gerak sendi


Tujuan Untuk mengetahui kuantitatif lingkup gerak sendi
Untuk mengetahui secara kualitatif pembatasan lingkup gerak sendi
Untuk mengetahui mobilitas sendi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur 1. PENGGUNAAN GONIOMETER
1) Goniometer hendaknya terbukti cocok untuk pengukuran gerakan
sendi.
2) Saat ini banyak goniometer standart terbuat dalam posisi lurus /
posisi anggota extensi, dengan garis 0O terhimpit dengan 180O,
serta dilengkapi dengan sepasang garus lurus sebagai dua lengan
petunjuk.
3) Bila tanda penunjuk untuk pengukuran pada anggota bisa
dipastikan, maka penggunaan goniometer disa dianggap akurat.
Tetapi bila petunjuk penonjolan tulang tak bisa ditentukan sebab
terbungkus jaringan lunak yang berlebihan atau sebab-sebab lain,
maka penggunaan goniometer bisa tidak akurat lagi.
4) Sebab itu penggunaan goniometer hendaknya disesuaikan dengan
keadaan anggota yang diukur.

102
2. PERKIRAAN DERAJAT GERAKAN SENDI

Perkiraan derajat gerakan sendi tidak bisa ditentukan secara pasti,


sebab luasnya variasiindividu-individu yang berbeda-beda
pertumbuhan fisik dan usianya. Perkiraan berikut adalah sekadar
sebagai petunjuk dan bukan sebagai standar.
Anggota penderita yang berlawanan / normal barangkali bisa
dianggap sebagai standar normal yang terbaik. Dalam keadaan
anggota yang berlawanan cedera atau bahkan tidak ada, petunjuk ini
diharapkan berguna. Empat sumber diambil sebagai bahan
pertimbangan, perkiraan rata-rata yang dituliskan.

Sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut :


1) Kolom (1)
The commite on Medical Rating of Physical Impairment, Journal
American Association, Feb 15, 1958.
2) Kolom (2)
The commite of the California Medical Association and Industrial
Accident Commision of the State of California 1960.
3) Kolom (3)
A System of Joint Measurementes, Williams A, Clarke, Mayo
Clinic, Dec, 1920.

A. INDIKASI
Adanya kekakuan sendi atau keterbatasan jarak gerak sendi sebagai akibat
dari :
1. Trauma
2. Paska operasi
3. Paska peradangan pada sendi, otot, tulang, atau kelenjar.

B. METODA PENGUKURAN

1. PRINSIP-PRINSIP
1) Metoda pengukuran dan pencatatan yang dituliskan di sini
berdasarkan pada prinsip “Neutral Zero Method” seperti
dikemukakan oleh Cave dan Roberts dalam tahun 1936.
2) Dalam metoda ini semua gerakan sendi diukur dari “Zero Starting
Position”, (seterusnya disingkat Z.S.P). Derajat gerakan sendi
diukur dari posisi tadi dalam arah gerakannya.
3) Sikap lurus anggota pada posisi anatomis diterima sebagai 0O dan
bukan 180O.
4) Metoda ini diharapkan akan mengatasi kesimpangsiuran di masa
lalu dimana pengukuran dimulai dari berbagai posisi awal.
5) Gerakan daripada anggota yang diukur hendaknya dibandingkan
dengan anggota yang berlawanan. Perbedaan akan terlihat dalam
derajat gerakan, atau prosentase kehilangan gerakan bila dibanding
dengan anggota yang berlawanan yang sehat.
6) Bila anggota yang berlawanan tidak ada, pergerakan bisa
dibandingkan dengan perkiraan gerak pada orang lain yang
sepadan dalam umur dan pertumbuhan fisik. Sedang gerakan
daripada tulang belakang mungkin dibandingkan dengan orang
lain yang sepadan dalam umur dan fisik.
7) Pergerakan perlu dengan penjelasan bahwa pasif atau aktif.
8) Keterangan mengenai istilai extensi dan hiperextensi, extensi
digunakan pada gerakan lawan dari flexi, dimulai dari Z.S.P.
adalah gerakan natural / normal. Gerakan ini terdapat misal pada

103
9) Perbatasan gerakan sendi tersebut & akan dijelaskan pada halaman
berikutnya.
10) Bila gerakan sendi menimbulkan nyeri maka usaha pengukuran
dikerjakan dengan perlahan dan lembut. Pengukuran akan lebih
akurat apabila anggota yang diperiksa diatur dalam posisi seenak
mungkin bagi penderita.
11) Adanya ankilosis dianggap kehilangan gerakan secara komplit.
12) Penggunaan goneometer boleh memilih sesuai dengan
kebijaksanaan pemakaiannya.
13) Pencatatan tentang oergerakan sendi hendaknya setepat-tepatnya
dan ditulis dalam tabel secara jelas.
14) Tabel perkiraan gerakan sendi normal perlu dibuat sebagai bahan
pertimbangan, dan tidak mengambil salah satu saja sebagai
standar.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

104
TABEL RATA-RATA JARAK GERAK SENDI

SUMBER
SENDI (1) (2) (3) (4) RATA-RATA
ELBOW
Flexion 150 135 150 150 146
Hyperextension 0 0 0 0 0
FOREARM
Pronation 80 75 50 80 71
Supination 80 85 90 80 84
WRIST
Extension 60 65 90 70 71
Flexion 70 70 80 75
Ulnar Dev. 30 40 30 30 33
Radial Dev. 20 20 15 20 19
THUMB
Abduction 55 50 70 58
Flexion : - I-P Jt 80 75 90 80 81
- N-P 60 50 50 50 53
- N-C 14 15
FINGERS
Flexion :
Distal Jt. 70 70 90 90 80
100 100 100 100
90 90 90 90
Middle Jt.
Proximal Jt.
0 0
Extension :
0 0
Distal
45 45 45
Middle Jt.
Proximal Jt.
SHOULDER
Forward Flexion 150 170 130 180 158
Horiozontal Flexion 135 135
Backward Extension 40 30 80 60 53
Abduction 150 170 180 180 170
Adduction 30 45 75 50
SUMBER
SENDI (1) (2) (3) (4) RATA-RATA
Rotation Arm at side :
Int. Rot. 40 60 90 80 68
Est. Rot. 90 80 40 60 68
Rotation Arm in Abd (90O) :
Int. Rot. 45 45
Ext. Rot. 45 45
Rot. In Extension :
Int. Rot. 40 35 20 45 35
Ext. Rot. 50 50 45 30 31
Abduction :
In 90O of Flexion 45 to 60
(Depending on age)
KNEE
Flexion 120 135 145 135 134
Hyperextension 10 10 10
ANKLE
Flexion (Plantar Fl.) 40 50 50 50 46
Extension (Dorsi Fl.) 20 15 15 20 18

105
HIND FOOT (Subtalar)
Inversion 5 5
Eversion 5 5
FORE FOOT
Inversion 30 35 35 33
Eversion 20 20 15 18
TOES
Great Toe
I.P. Jt. – Flexion 30 90 60
– Extension 0 0 0
Proximal Jt.
– Flexion 30 35 45 37
– extension 50 70 70 63
2nd to 5th Toes
flexion
- Distal Jt 50 60 55
Middle Jt. 40 35 38
Proximal Jt. 30 40 35
Extension 40 40 40 40

106
Rotasi

Biasanya pengukuran rotasi sendi bahu bisa dikerjakan dalam 2 posisi.


Pertama dengan lengan di samping badan, kedua dengan lengan abduksi 90 O. rotasi bisa juga diukur
dalam berbagai posisi pada bidang vertical dan horizontal atau persilangan koordinat.

a. Rotasi dengan lengan di samping badan.


Rotasi ke dalam dan keluar dicatat dalam derajat dimulai dari posisi netral.
Rotasi ke dalam : 0 – (40 – 90).
Rotasi ke luar : 0 – (40 – 90).
b. Rotasi dengan lengan abduksi 90O.
Rotasi di sini lebih kecil daripada bila lengan di samping badan. Diukur dalam derajat dimuai dari
Z.S.P. :
Rotasi ke dalam : 0 – 70.
Rotasi ke luar : 0 – 90.
c. Suatu metode klinis dengan perkiraan fungsi ialah dengan mengitung jarak dari pada ujung ibu jari
ke arah mencapai scapula yang berseberangan atau basis tengkuk, atau menghitung tingginya ruas
vertebra yang bisa dicapai oleh ujung ibu jari.

Gerakan glenohumeral

Perlu dibedakan gerakan glenohumeral murni dengan yang diikuti gerakan scapulothoracal. Gerakan
lengan ke atas ke bawah pada bahu dari 0 – 180 O dikombinir secara halus antara gerakan jurni
glenohumeral plus rotasi daripada scapula ke atas dan ke depan pada dinding dada, disebut gerakan
scapulothoracal.

a. N.S.P. (Z.S.P.) dengan lengan lurus di samping badan.


b. Gerakan glenohumeral murni bisa ditujukan dengan satu tangan memfixasi scapula tangan lain
mengangkat lengan ke atas secara pasif.
c. Gerakan kombinasi dengan scapulothoracal. Rotasi daripada scapula ke atas dan ke depan pada
dinding dada memungkinkan lengan mencapai lebih jauh ke atas normalnya ialah 180O.

Gerakan pada Shoulder Girdle.

1. SENDI BAHU
a. Flexi dan extensi
Pada saat gerakan flexi depan dan extensi belakang, di situ mulailah timbul gerakan scapula
dan clavicula.
b. Elevasi
Gerakan shoulder girdle ke atas disebut elevasi dan sebaliknya disebut depresi, bisa diukur
dalam derajat. Gerakan melingkar pada shoulder girdle memang ada tetapi tidak bisa diukur
secara pasti. Hal ini bisa diperkirakan dengan membandingkan kepada individu lain yang
mempunyai kesamaan dalam umur dan fisik.

2. SENDI SIKU

Z.S.P : Extensi siku dengan lengan bawah lurus


Gerakan : Flexi 0 – (135 – 150), (kecuali ada hiperextensi siku).
Extensi (150 – 135) – 0.

3. LENGAN BAWAH

Z.S.P : Lengan bawah posisi vertical dan siku flexi 90O


Gerakan : Pronasi 0- (80 – 90)

4. SENDI PERGELANGAN TANGAN

107
Z.S.P : Pergelangan extensi lurus segaris dengan lengan bawah
Gerakan : Flexi : 0O-80O
Extensi : 0O-70O
Radial deviasi : 0O-20O
Ulnar deviasi : 0O-30O
Rotasi sirkumdaksi tak dapat diukur secara tepat.

5. SENDI IBU JARI TANGAN


a. Abduksi dan sirkumdaksi
Z.S.P : ialah posisi anatomis, siku supinasi, ibu jari merapat lurus pada jari telunjuk.
Gerakan : Abduksi dan sirkumdaksi diukur pada saat yang tepat dibentuk oleh tulang
metacarpal ibu jari dengan jari telunjuk.
Gerakan ini bisa terjadi pada 2 bidang ialah :
- Gerakan abduksi pada bidang yang membentuk sudut dengan bidang telapak tangan
sehingga ibu jari menunjuk ke atas.
- Gerakan abduksi sejajar dengan bidang telapak tangan disebut juga abduksi-extensi.
Jarak gerakan ini berkisar : 0 – (50 – 70)
b. Oposisi
Z.S.P : Extensi ibu jari
Gerakan : Merupakan kombinasi dari 3 gerak dasar ialah abduksi, rotasi dan flexi.
Gerakan ini dianggap penuh / normal apabila ujung ibu jari menyentuh ujung jari ke V, atau
ujung ibu jari menyentuh basis metacarpal jari V. gerakan ini bisa diukur dalam
centimeter.
c. Flexi
Z.S.P : Extensi ibu jari / lurus
- Flexi sendi interphalang berkisar  (0-80)
- Flexi sendi metacarpophalangeal berkisar  (0-50)
- Flexi sendi carpometacarpal berkisar  (0-15)

6. GERAKAN JARI-JARI TANGAN

Z.S.P : Extensi jari-jari sejajar satu dengan yang lain segaris dengan bidang punggung
tangan dan pergelangan tangan.
a. Flexi distal interphalang : 0 – (70 – 90)
b. Flexi middle interphalang : 0 – 100
c. Flexi proximal interphalang : 0 – 90
Gerakan distal dan middle interphalang ini dapat diukur dengan menggunakan penggaris,
menghitung jarak ujung kuku dan telapak tangan.
d. Extensi dan hiperextensi
Gerakan extensi normal terjadi pada sendi metacarpophalangeal sedang tidak normal terhadi
pada sendi proximal dan distal interphalang. Extensi sendi proximal / metacarpophalangeal
berkisar 0 – 45.
e. Abduksi dan Adduksi
Z.S.P. : Extensi jari-jari tangan saling sejajar dan merapat satu dengan lainnya.
Gerakan abduksi dan adduksi pada bidang telapak tangan ialah menjauh dan mendekat pada
garis tengah, diukur dengan sentimeter dari ujung jari telunjuk s/d jari V, masing-masing
direnggangkan diukur dari ujung ke ujung masing-masing jari.

7. GERAKAN CERVICAL SPINE

Z.S.P. : Berdiri atau duduk dalam posisi anatomi


a. Flexi dan Extensi

108
Gerakan ini biasanya dihitung dalam derajat, atau dalam sentimeter yaitu : jarak antara dagu
dan dada. Luas gerakan sebagai berikut :
Flexi : 0 – (30 – 45)
Extensi : 0 – (30 – 45)
b. Flexi lateral : 0 – (40 – 45)
Gerakan ini juga dihitung dalam derajat atau juga dalam sentimeter yaitu : Jarak antara daun
telinga dan sendi bahu.
c. Rotasi : 0 – (30 – 60)
Gerakan ini dihitung dalam derajat dari posisi netral, atau dalam prosentase gerakan sebagai
perbandingan antara individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam umur dan
pertumbuhan fisik.

8. THORAX DAN LUMBAL

a. FLEXI : 0 – (80 – 90)


Sulit untuk mengukur dengan tepat gerakan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena : Jaringan
lunak yang menyelimuti vertebra, bentuk normal dari kelengkungan vertebra, variasi gerakan
yang berbeda pada setiap bagian dan keikutsertaan gerakan sendi panggul.
Z.S.P. : Berdiri posisi anatomi

Ada 4 macam cara untuk mengukur :


1. Menghitung derajat inclinasi ke depan terhadap sumbu longitudinal badan. Pemeriksa
memfixasi sendi panggul. Hilangnya lordosis juga akan tampak.
2. Menghitung jarak level ujung kiri dengan tungkai, yaitu jarak ujung jari dengan patella
atau jarak ujung jari dengan pertengahan tulang kering.
3. Menghitung jarak ujung jari dengan lantai.
4. Dengan metoda pengukuran memakai pita logam atau plastic / midlin.

Metode pengukuran midlin / pita meteran


Cara ini mungkin lebih tepat untuk pengukuran flexi pada tulang punggung. Midlin dapat
mengikuti kelengkapan tulang vertebra dengan baik. Pada waktu berdiri diukur dari processus
spinosus C7 sampai S1. Pada .posisi membungkuk kecengkungan lumbal akan berubah
menjadi cembung dan processus spinocus akan merenggang. Hal ini dapat dilihat dengan
bertambah panjangnya pita pengukur / midlin.
Pada gerakan flexi orang dewasa normal rata-rata bertambah 4 inchi / 10 cm. Bila
penderita membungkuk dengan punggung tetap lurus, seperti spondylitis rheumatica, midlin
tidak mencatat perubahan. Gerakan thorax dapat dihitung dari processus spinosus C7 sampai
Thl2 sampai S1. Biasanya bila flexi bertambah 4 inchi / 10 cm, maka 1 inchi / 2,5 cm terjadi
pada thorax dan 3 inchi / 7,5 cm pada lumbal.

b. FLEXI LATERAL : 0 – (20 – 30)

Penggaris / pita pengukur ditahan vertical kuat dan lurus, akan membantu pengukuran. Dengan
ini dapat ditentukan :
1) Derajat lateral inclinasi dari tubuh, atau
2) Dengan menentukan posisi processus Spinosus C7 terhadap pelvis.
3) Menentukan level lumbal sebagai basis gerakan ke lateral. Level ini dapat di lumbosacral
atau lebih tinggi dan bisa bervariasi dari kanan ke kiri pada penderita yang sama.
4) Dengan sendi lutut sebagai titik ukur, dihitung jarang ujung jari dengan sendi lutut, pada
lateral flexi.
5) Posisi berdiri.
Menghitung jarak ujung jari dengan lantai.

c. EXTENSI
Extensi dapat diukur dengan penderita berdiri maupun tidur tengkurap pada alas yang keras.

109
1) Pada waktu berdiri, extensi : 0 – 30O
2) Pada tidur tengkurap, extensi dapat diukur melalui processus spinosus C7 : 0 – 20O.
3) Posisi berdiri
Selain dalam derajat juga dapat dalam sentimeter yaitu jarak antara processus spinosus C7
dengan spina illiaca posterior superior (SIPS).

d. ROTASI : 0 – (30 – 45)


Pada gerakan rotasi, pelvic harus difixasi dengan kedua tangan pemeriksa dan penderita.
Diinstruksikan untuk memutar ke kanan dan kiri. Gerakan ini dapat diukur dalam derajat, atau
prosentase dari gerakan dibandingkan dengan individu lain yang sepadan dalam umur dan
pertumbuhan fisik. Bisa juga dengan menggunakan midlin, yaitu dengan posisi duduk kedua
panggul dan lutut flexi 90O kedua tangan menyilang dada di atas bahu. Diukur jarak antara
prominensia posterior clavicula kiri ke trochantor mayor kanan untuk gerakan rotasi kanan,
atau sebaliknya untuk rotasi kiri.

9. SENDI PANGGUL

Sendi panggul merupakan sendi peluru, disebabkan mangkuk sendinya lebih dalam bentuknya
dibandingkan sendi bahu, maka jarak gerak sendi ini lebih kecil. Pengukuran sendi dengan
dilakukan posisi tengkurap atau terlentang dibandingkan dengan sendi bahu, pengukurab gerak
hanya dilakukan pada satu sisi saja karena apabila gerkan sendi panggul kanan-kiri bersama-sama
akan diikuti gerakan rotasi pelvic.

a. FLEXI
Z.S.P. : Untuk panggul kanan : terlentang di atas meja datar dan keras, panggul yang
berlawanan (kiri) posisi flexi penuh.
Gerakan flexi dihitung dari 0 – (100 – 120). Dengan fixasi pada crista iliaca untuk mengetahui
saat kapan dimulai gerakan rotasi pelvic. Keterbatasan gerak flexi dituliskan seperti halnya
pada sendi siku dan lutut sebagai berikut :
- Flexi panggul dari derajat ke 30 menuju 90 dituliskan (30 – 90).
- Di sini panggul mempunyai kecacatan dalam flexi 30 dengan mampu bergerak flexi lebih
jauh ke 90 derajat.

b. EXTENSI
Z.S.P. : Tengkurap di atas tempat tidur yang datar dan keras.
Gerakan : Gerakan ke atas dari pada panggul diukur dalam derajat dimulai dari Z.S.P.
Ada dua cara pengukuran yang biasa digunakan ialah :
1) Posisi tengkurap, bantal kecil ditaruh di bawah perut. Gerakan extensi panggul dengan
lutut lurus atau menekuk.
2) Posisi tengkurap tungkai yang diukur posisi netral (0O, Z.S.P.) dan lurus pada lutut, tungkai
yang berlawanan flexi panggul di luar bed menapak di lantai. Dari posisi ini dilakukan
gerak extensi panggul. Cara pengukuran ini merupakan yang lebih tepat.
Jarak gerak sendi ini berkisar 0 – (20 – 30).

c. ROTASI
Diukur pada posisi flexi dan extensi.
1) Rotasi dalam flexi
Z.S.P. : Tidur terlentang, lutut dan panggul 90O, pada posisi tegak lurus dengan garis
transversal yang ditarik melewati SIAS kanan-kiri pelvic.
Inward rotasi (internal rotasi) – 0 – 45O
Diukur dengan memutar tungkai bawah menjauhi line sagitalis, sedangkan
paha sebagai axis gerakan rotasi.
Outward rotasi (external rotasi) = 0 – 45O
Diukur dengan memutar tungkai bawah mendekati line sagitalis, sedangkan
paha sebagai axis gerakan rotasi.

110
2) Rotasi dalam extensi
Z.S.P. : Tidur tengkurap lutut 90O dengan garis transversal yang ditarik melewati
SIAS kanan-kiri pelvic.
Inward rotasi = 0 – (20 – 45O)
Memutar tungkai bawah ke arah luar.
Outward rotasi = 0 – (45 – 50)O
Pengukuran dilakukan dengan memutar tungkai bawah ke arah dalam.
Rotasi dalam extensi ini dapat juga dikerjakan pada posisi terlentang.

d. ABDUKSI DAN ADDUKSI


Z.S.P. : Tidur terlentang tungkai extensi.
Abduksi : Gerakan extremitas ke arah luar dimulai dari Z.S.P : 0 – (40 – 55)O.
Adduksi : tungkai yang berlawanan dengan yang diukur dievaluasikan beberapa derajat
untuk memberi gerak adduksi.
Berkisar : 0 – (20 – 45)O
Abduksi posisi flexi :
Dapat diukur pada setiap derajat posisi flexi hip, tapi biasanya pada flexi 90O.

10. SENDI LUTUT

Sendi lutut merupakan sendi peluru / sanguardi, dimana gerakan primernya adalah gerak flexi.
Sedangkan geraan kebalikan dari flexi menuju ke Z.S.P. adalah gerak extensi.
Gerakan yang melebihi Z.S.P. adalah gerak yang tidak alamiah yang disebut hiperextensi.
Sedangkan gerakan alamiah rotasi tibis terhadap condylus femoralis dalam posisi flexi maupun
extensi dapat terjadi dalam derajat yang kecil dan tidak dapat diukur secara akurat.

a. Flexi
Z.S.P. : Posisi extensi lutut, penderita tidur terlentang atau tengkurap.
Flexi : diukur dari Z.S.P. : 0 – (120 – 145)O
b. Pengukuran keterbatasan gerak sendi lutut sama halnya dengan sendi siku dan panggul.
- Flexi lutut dari 30O sampai 90O, dituliskan sebagai (30 – 90)O
- Di sini lutut mempunyai kecacatan dalam flexi 30 O dengan mampu bergerak flexi lebih
jauh ke 90O.

11. SENDI PERGELANGAN KAKI

Merupakan sendi pelana dengan komponen gerak primernya flexi dan extensi pada sendi
tibiotalar. Terdapat pula beberapa derajat gerakan sendi ke arah lateral dengan posisi pergelangan
kaki dalam plantar flexi. Gerakan sendi kaki diukur dalam posisi lutut flexi dalam tujuan
merelaxasi tendi achiles.
Z.S.P. : Tungkai bawah posisi relax menekuk pada lutut, telapak kaki membentuk sudut
90O terhadap cruris.
Extensi (Dorsi flexi) dan flexi (plastal flexi) :
Diukur dalam derajat dari Z.S.P. atau diukur dalam prosentase
gerakandibandingkan dengan pergelangan kaki yang berlawanan.
Extensi berkisar : 0 – (15 – 20)O
Flexi berkisar : 0 – (40 – 50)O

12. GERAKAN KAKI

Gerakan pada kaki merupakan gerakan gabungan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian depan kaki : Sendi subtalar.
2. Bagian belakang kaki : Sendi midtarsal.

Ad.1. Sendi Subtalar


Di sini didapatkan gerakan pasif

111
Z.S.P. : Tumit berada pada satu garis lurus dengan garis tengah tibia.
- Inversi : 0 – 50
Tumit digenggam kuat-kuat dan digerakkan secara pasif ke arah dalam /
medial, gerakan ini diukur dalam derajat atau prosentase gerak.
- Eversi : 0 – 50
Dengan teknik sama dilakukan gerakan pasif ke arah luar / lateral.

Ad.2. Sendi Midtarsal


Z.S.P. : Axis dari kaki yaitu pada jari II, segaris dengan axis panjang ditarik
sepanjang tulang tibia dari ankle ke lutut.
- Gerakan Aktif Inversi : 0 – (30 – 35)O
Gerakan aktif ke arah medial. Gerakan ini terdiri dari pronasi, abduksi dan dorsal flexi.

- Gerakan Pasif Inversi


Gerakan dikerjakan ke arah lateral secara pasif sesuai dengan gerak aktif. Gerak ini
gabungan dari pronasi, abduksi dan sedikit dorsal flexi.

- Gerakan Pasif Abduksi dan Adduksi : (0 – 10)O dan (0 – 20)O.


Gerakan ini dikerjakan dengan menggunakan tumit dan menggerakkan bagian depan ke
arah medial dan lateral, gerakan diusahakan dalam satu bidang datar telapak kaki.

13. GERAKAN IBU JARI KAKI

- Flexi dan Extensi


Z.S.P. : Extensi jari I segaris dengan garis khayal yang ditarik melewati tulang
metatarsal I.
- Gerak flexi extensi terdapat pada sendi metatarsophalang, sedang pada sendi interphalang
hanya didapatkan flexi saja.
- Metatarsophalangeal : Flexi 0 – (30 – 45)O
Extensi : 0 – (50 – 70)O
- Interphalangeal : Flexi 0 – (30 – 90)O
- Hallux Valgus.
Derajat deformitas jari I yang mengalami salah bentuk, diukur dalam derajat pada sudut yang
dibentuk oleh garis abduksi metatarsal I dengan garis adduksi dari phalang proximal dan distal
jari I.

14. GERAKAN JARI-JARI KAKI

- Jari II s/d V

Gerakan flexi terdapat pada sendi-sendi distal, tengah dan proximal. Sedang gerak extensi
terdapat pada sendi metatarsophalangeal. Gerakan ini diukur dalam derajat.
Flexi sendi distal : 0 – (50 – 60)O
Flexi sendi middle : 0 – (35 – 40)O
Flexi sendi m.p : 0 – 40O

- Abduksi dan adduksi


Z.S.P. : Jari-jari lurus dengan jari II sebagai axis = 0O
Abduksi : Gerakan menjauhi jari II sebagai axis, sedang adduksi ialah gerakan merapat
pada jari II.

112
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ)
DISC DYSFUNCTION SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman

052/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Temporomandibular Disc


Dysfunction Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ hingga migrain
- Nyeri dan clicking saat mastikasi
- Mengunci bila depressi penuh
Tes cepat
- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”C” atau ”S”
Tes gerak pasif
- Gerak depresi nyeri dan bunyi ‘klik’
- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan bunyi ‘klik’
Tes gerak isometric
- Kadang nyeri
Tes khusus
- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri
- Compression test nyeri
- Traction test kecaudal keluhan berkurang
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray tidak tampak kelainan

Diagnosis
Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ disc dysfunction

113
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- MWD diatas temporomandibular
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Caudal traction mandibulae
o Traksi static dan osilasi 5-10 menit
- Roll slide mobilization TMJ.
- Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat
- Koreksi gigi

Evaluasi
Nyeri, dan penguncian

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Temporomandibular
Disc Dysfunction Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Temporomandibular Disc Dysfunction
Syndrome

Kontraindikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Tristmus
Acute joint pain
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

114
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ)
INTERNAL DERANGEMENT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

053/08/50
1/2

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Temporomandibular Internal


Derangement
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ disertai kaku hingga migrain
- Nyeri dan terbatas saat buka mulut
Tes cepat
- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”L”
Tes gerak pasif
- Gerak depresi nyeri dan terbatas unilateral
- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan terbatas
Tes gerak isometric
- Kadang nyeri
Tes khusus
- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri
- Compression test nyeri
- Traction test kecaudal keluhan berkurang
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray tidak tampak kelainan

Diagnosis
Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ internal derangement

115
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- MWD diatas temporomandibular
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Caudal traction mandibulae
o Traksi static dan osilasi 5-10 menit
- Latihan mobilisasi dan peningkatan ROM depressi
- Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat

Evaluasi
Nyeri, sensasi, ROM lumbale

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc
bulging/HNP
- Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP

Kontra indikasi :
- Acute joint pain
- Tristmus

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

116
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL DISC DYSFUNCTION

No. Dokumen No. Revisi Halaman

054/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah asuhan fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Disc Dysfunction
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

117
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga lengan
- Paresthesia hingga ke tangan pada area dermatome
- Posisi menetap dan gerak fleksi cervical meningkatkan nyeri dan
paresthesia
- Ekstensi terasa lebih nyaman
Tes cepat:
- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif:
- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
- Gerak lain kadang positif
Tes gerak pasif:
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi cervical.
- Gerak ekstensi cervical terasa nyaman
- Gerak lain kadang positif.
Tes gerak isometric
- Negatif.
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
- Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu
- PACVP nyeri segmental

Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cervical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc
bulging/ HNP cervical segment.

118
Rencana fisioterapi:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi:
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Cervical traction
o Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Cervical collar untuk actualitas tinggi
- Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM cervical.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc
dysfunction
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Lysthesis
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Whiplash injury
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS.

Lampiran Juknis MWD


Juknis cervical traction
Juknis Mc Kenzie exercise

119
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEAD ACHE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

055/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Head Ache
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

120
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri kepala satu sisi dan disertai kaku cervical
- Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical
tertentu dan berkurang bila disandarkan.
- Nyeri meningkat bila stress atau otot leher tegang.
Tes cepat
- Gerak fleksi-ekstensi cervical nyeri meningkat
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kepala dan leher
Tes gerak aktif
- Gerak fleksi atau ekstensi cervical nyeri kepala sampai leher
- Gerak lateral fleksi dan rotasi kadang menimbulkan nyeri kepala
sampai leher
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical.
tertentu
- Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman
Tes gerak isometric
- Nyeri tetapi setelah kontraksi isometric terasa nyaman.
Tes khusus
- Palpasi dijumpai hypertone otot cervical
- Palapsi kadang dijumpai muscle taut band dan twisting
- Traction test posisi netral keluhan berkurang
- PACVP nyeri segmental
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
Nyeri kepala dan cercical disertai paresthesia lengan disebabkan (arthrosis
cervical C1-2 atau C2-3; atau oleh cervical instability; atau oleh myofascial
syndrome)

121
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Massage otot cervical dengan strocking dan effleurage
- Transverse friction pada trigger point
- Transverse dan/atau longitudinal muscle stretching
- Cervical traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 20-30% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Contract relax stretching
- Proper neck mechanic anjuran posisi leher relax

Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM cervical.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical head ache
- Intervensi fisioterapi pada Cervical head ache

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Lysthesis
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Whiplash injury
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

122
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LOCAL CERVICAL FACET PAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

056/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan padaLocal Cervical Facet Pain
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

123
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpulae dan/atau
lengan
- Nyeri leher sering disertai kaku
- Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensi
Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
cervical
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular
atau lengan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.
Tes gerak pasif
- Gerak ekstensi nyeri dan ROM terbatas dengan hard end feel,
- Gerak lain normal atau nyeri ringan.
Tes gerak isometric
- Gerak isometric kadang nyeri
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri menyebar
- Joint play movement lateral gapping test terbatas ringan elastic end
feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray normal atau dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets

Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan
disebabkan karena cervical facet iritation

124
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau cervical
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Contract relax stretching ekstensor cervical
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical facet pain
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Asesmen cervical spine


Contract relax stretching

125
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY

No. Dokumen No. Revisi Halaman

057/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Instability


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

126
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga kepala dan/atau lengan
- Paresthesia hingga ke kepala dan/atau tangan
- Clicking pada gerak cervical tertentu
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak tertentu cervical
Tes cepat
- Gerak fleksi atau cervical terjadi clicking sering disertai nyeri dan
paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada satu atau lebih gerak aktif cervical disertau bunyi
klik.
- Kadang disertai nyeri yang menyebar ke kepala dan/atau tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM lebih besar dari normal dengan empty end feel, sering
.satu atau lebih gerak pasif cervical terbatas dengan springy end feel
- Keterbatasan gerak non capsular pattern.
Tes gerak isometric
- Nyeri pada gerak isometric
- Nyeri berkurang pasca gerak isometrik
Tes khusus
- Joint play movement satu atau lebih terjadi ROM lebih besar dari
normal dengan springy end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- MRI dijumpai lysthesis atau kadang tidak khas.

Diagnosis
- Nyeri radikuler cercical ke kepala dan/atau lengan disertai paresthesia
lengan disebabkan karena cervical instability

127
Rencana fisioterapi
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Cervical collar untuk jenis rigid atau semi rigid
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

Evaluasi
- Nyeri, sensasi, stabilisasi aktif cervical.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc
dysfunction
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada RS

Lampiran MWD
Active stabilization exc

128
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SPONDYLOSIS DEF /
SPONDYLOARTHROSIS CERVICALIS (S.A.C)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

058/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Spondylosis Def /
S.A.C
Tujuan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.C
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis
cervicalis
- Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis cervicalis

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acute radicular pain

129
Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscapulae dan/atau
lengan
- Nyeri leher disertai kaku leher
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak cervical ekstensi
Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
cervical menyebar hingga intersccapular atau lengan
- Gerak ekstensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher
hingga interscapular atau lengan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi
- Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.
Tes gerak isometric
- Gerak isometric kadang nyeri
- Nyeri berkurang pasca gerak isometrik
Tes khusus
- Compression test posisi ekstensi nyeri menyebar
- Joint play movement lateral gapping test atau 3 dimentional flexion
terbatas firm end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets
- MRI dijumpai osteofif.

Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan
disebabkan karena cervical spondylo arthrosis (disertai capsular patern).

130
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau .... cervical
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Cervical traction posisi fleksi beban 20-33% BB 15-20 menit
- Cervical collar soft atau semi rigid untuk actualitas tinggi
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak
- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Cervical traction


US / SWD / MWD

131
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR DISC BULGING/HNP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

059/08/50
1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar disc bulging/HNP
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

132
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbar spine menyebar samapi ke kaki
- Paresthesia hingga kekaki pada area dermatome L5-S1
- Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbale meningkatkan nyeri
dan paresthesia
Tes cepat:
- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia pada tungkai-kaki
Tes gerak aktif:
- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia hingga tungkai belakang-
kaki
- Gerak lain kadang positif
Tes gerak pasif:
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi lumbale.
- Gerak ekstensi lumbale terasa nyaman
- Gerak lain kadang nyeri
Tes gerak isometric
- Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah.
Tes khusus
- Palpasi teraba otot para vertebrale spasm
- Lasegue sign positif, bragard test positif
- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki
- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
- Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat back
- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cercical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc
bulging/ HNP cervical segment

133
Rencana fisioterapi:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi:
- SWD/MWD lumbale
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Lumbale traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 40-60% berat badan, periode
traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Lumbar corset untuk actualitas tinggi
- Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting
technique

Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM lumbale.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc
bulging/HNP
- Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Lysthesis
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Lumbar traction


Terapi latihan Mc Kenzie
Proper body mechanic, lifting technique

134
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOARTHROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
060/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Spondyloarthrosis Lumbalis


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

135
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada lumbale kadang hingga kelakang paha
- Nyeri lelumbale disertai kaku
- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak ekstensi lumbarl
Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
lumbale
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif lumbale terutama ekstensi.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi
- Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.
Tes gerak isometric
- Gerak isometric negative atau kadang nyeri
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri
- Gapping test terbatas firm end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental.
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets
- MRI dijumpai osteofit.

Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler lumbale ke hamstrings karenal spondylo arthrosis
lumbalis

136
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau cervical
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Lumbar traction posisi fleksi beban 40-60% BB 15-20 menit
- Lumbar corset untuk actualitas tinggi
- Williams flexion exercise
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbaletegak
- Proper neck mechanic pada posisi flat back

Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis
lumbalis
- Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis lumbalis

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Lumbar traction


Terapi latihan Williams flexion exercise
Proper body mechanic, lifting technique

137
ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOLYSTHESIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

061/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar Spondylolysthesis


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

138
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pingang sampai kedua hamstrings
- Disertai paresthesia kedua hamstrings
- Gerak lumbale sering ‘clicking’
Inspekssi:
- Lordosis/asimetri
Tes cepat
- Fleksi terjadi clicking dan nyeri
- Gerak hip lebih besar dari lumbale
Tes gerak aktif
- Nyeri pada gerak tertentu (missal fleksi)
- Terdengar bunyi klicking
Tes gerak pasif
- Nyeri pada gerak tertentu
- ROM lebih besar dari normal
Tes gerak isometric
- Tidak tampak kelainan
Tes khusus
- Palpasi: step on atau step off.
- Stabilization test positif kadang diikuti paresthesia

Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai Lysthesis

Diagnosis:
- Nyeri pinggang hingga kedua hamstrings akibat spondylolysthesis
lumbalis.

Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

139
Intervensi
- SWD atau MWD
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Lumbar corset
- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbale tegak otot para
lumbale, abdominal dan otot-otot pelvic hip complex
- Proper neck mechanic pada posisi lordosis

Evaluasi
- Nyeri, dan stabilitas.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondylolysthesis
lumbalis
- Intervensi fisioterapi pada Spondylolysthesis lumbalis

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Lumbar corset


Terapi latihan stabilization exercise
Proper body mechanic, lifting technique

140
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS IDIOPATIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

062/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Scoliosis


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

141
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi
- Diketahui secara tidak sengaja oleh orang tuanya
- Tidak diketahui sebabnya
Tes cepat
- Fleksi punggung tampak rib hump
Tes gerak aktif
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung kekiri
atau hanya tegak
- Gerak lateral fleksi kekiri lebih besar
Tes gerak pasif
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end
feel
- Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal
dengan end feel elastik
Tes gerak isometric
- Negatif
Tes khusus
- Fleksi dijumpai ribs hump kanan
- Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang ditempatkan
pada kolumna vertebrali
- Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy
- LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel
- Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feel
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
- Pengukuran ‘cobb angle’

Diagnosis:
- Gangguan posture tubuh bidang frontal akibat scoliosis idiopathic
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

142
Intervensi:
- MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Latihan mobilisasi dengan metode crawl exercise
- Latihan stabilisasi dengan bugnet exercise
- TLSO atau Boston brace

Evaluasi
- Nyeri, Cobb angle

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc
dysfunction
- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS Sari Mutiara
Lampiran Juknis clawl exercise, bugnet exercise
Juknis mobilsasi segmental thoracal

143
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC HYPOMOBILITY
SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman

063/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic Hypomobility


Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

144
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi:
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu
sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam.
Inspeksi:
- Kifosis thoracalis atau round back
Tes cepat:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada
Tes gerak aktif:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada
- Gerak lain kadang nyeri
Tes gerak pasif:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel
- Gerak lain kadang nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel
Tes gerak isometric:
- Negatif.
Tes khusus:
- PACVP nyeri punggung hingga ke dada
- LPAVP nyeri punggung hingga ke dada
- Segmental gapping test thoracal nyeri, terbatas dan firm end feel

Pemriksaan lain:
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu

Diagnosis:
- Nyeri punggung atas hingga dada dengan hypeomobility thoracal
(missal T8-9) disebabkan (missal kifosis atau round back)

Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus thoracic hypomobility
syndrome
- Intervensi fisioterapi pada thoracic hypomobility syndrome

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang

145
Intervensi:
- US
- MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Joint mobilzation teknik PACVP LPAVP
- Gapping manipulation 3 dimensi ekstensi
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
- Proper back mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

Evaluasi:
- Nyeri, JPM, dan ROM thoracall.

Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis asesmen


- Juknis MWD
- Juknis asesmen
- Juknis PACVP dan LPAVP
- Juknis gapping manipulation
- Juknis Mc. Kenzie exc.

146
ASUHAN FISIOTERAPI PADA MYOFASCIAL PAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

064/08/50
1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada myofascial pain


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

147
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis pegal menyebar dalam pola segmental/vegetatif
- Nyeri meningkat regangan pada otot yang bersangkutan
- Nyeri meningkat kontraksi pada otot yang bersangkutan
-
Tes cepat
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak aktif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak pasif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak isometric
- Tergantung regio yang terkena
Tes khusus
- Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar.
- Stretch test.
Pemeriksaan lain
-.-
Diagnosis:
Nyeri muscular menyebar ke …… disebabkan oleh myo fascial trigger point.

Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

148
Intervensi
- US:
o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
o Dosis 2 – 2.5 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
- Stretching otot yang bersangkuta

Evaluasi
- Nyeri.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus myofascial pain
- Intervensi fisioterapi pada myofascial pain

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Myositis osccsificans

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis assesmen


Juknis US
Juknis Transverse friction
Juknis stretching

149
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/3
065/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

150
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada leer-pundak depan hingga lengan
- Nyeri meningkat pada posisi lengan kebawah disertai depresi
- Nyeri berkurang bila lengan abduksi
Tes cepat
- Tidak spesifik
- Abduksi elevasi kadang nyeri
Tes gerak aktif
- Negatif
Tes gerak pasif
- Negatif
Tes gerak isometric
- Negatif
Tes khusus
- Adson’s test positif
- Palpasi scalenus nyeri semutan hingga ke Joint play movement lateral
gapping tangan
Pemriksaan lain
- ‘X’ ray normal

Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh
entrapmen pleksus bracialis akibat scalenus contractur
-
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Thoracic (Compression)
Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome :
Scalenus Syndrome

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

151
Intervensi
- MWD pada m.scalenus
o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-
12 menit.
- Contract relax stretching m. scalenus anterior/posterior
- Postural correction (retraksi leher)
- Home program : stretching.

Evaluasi
- Nyeri, dan ROM
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

152
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : HYPER ABDUCTION SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman

066/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada thoracic (compression) outlet
syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

153
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain

Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh
entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur

Rencana tindakan
- Intervensi : MWD pada m pecroralis minor.

o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-


12 menit.
- Contract relax stretching m. pectoralis minor
- Home program : stretching.

Evaluasi nyeri dan ROM


Dokumentasi Rekam medik Rumah Sakit
Indikasi : Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus thoracic
(compression) outlet syndrome
Intervensi Fisioterapi pada thoracic (compression) outlet syndrome

- Kontraindikasi : Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

154
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENDOPATHY M. SUPRASPINATUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
067/08/50

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tendopathy M. Supraspinatus


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada lengan atas bag lateral
- Nyeri meningkat ketika angkat lengan
- Tidak jelas sebab-sebabnya
Tes cepat
- Abduksi elevasi: ’Painful arc’
Tes gerak aktif
- Gerak abduksi nyeri, gerak lain negatif
Tes gerak pasif
- Tak ada kelainan
Tes gerak isometric
- Abduksi isometric melawan tahanan
- Gerak lain +/-
Tes khusus
- Palpasi posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi.

Pemriksaan lain
-
Dagnosis
Nyeri bahu lateral sampai lengan atas leteral disebabkan oleh tendonitis m.
supraspinatus

155
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- US:
o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi
- Stretching m. supraspinatus
- Codmann pendular exercise

Evaluasi
- Nyeri dan scapula humeral rhythm.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Tendopathy M.
Supraspinatus
- Intervensi fisioterapi pada Tendopathy M. Supraspinatus

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis assesmen


Juknis US
Juknis Transverse friction
Juknis stretching
Juknis Codmann pendular exercise

156
ASUHAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER HAND SYNDROME
(SCALENUS SYNDROME)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

068/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Shoulder Hand Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

157
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu
sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam
Inspeksi:
- Nyeri dan kaku sendi bahu dengan nyeri-kaku dan bengkak tangan.
Tes cepat:
- Abduksi elevasi bahu dijumpai reverse scapulohumeral rhythm
- Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbats
Tes gerak aktif:
- Semua gerak glenohumeral nyeri dan ROM aktif trbatas
- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas
Tes gerak pasif:
- Gerak rotasi eksternal, gerak abduksi, dan rotasi internal sendi
glenohumeralis terbatas dengan firm end feel
- Keterbatasan ROM glenohumeral dalam capsular pattern
- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas dengan firm
end feel
Tes gerak isometric:
- Tidak ada perubahan yang khas
Tes khusus:
- Palpasi kulit dijumpai kulit dingin dan lembab.
- Joint play movement sendi glenohumeral nyeri, terbatas dan firm end
feel.
- Joint play movement sendi radio carpal dan interplalangea nyeri,
terbatas dan firm end feel
- Sensoric test: hyperaealgesia bahu/tangan,
Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray bahu tidak jelas ada kelainan tetapi kadang dijumpai
atrophy/osteoporosis tulang glenohumeral

Diagnosis
- Nyeri, kaku dan bengkak bahu dan tangan akibat shoulde hand syndrome

158
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi
- SWD segmental application thoracal – anterior shoulder: Continous
subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas
rendah, waktu 10-12 menit.
- TENS jenis arus monophase burst dengan segmental application
cervical – thoracal, internsitas maksimal dapat ditoleransi, waktu 20-
30 menit.
- Joint mobilization glenohumeral joint pada MLPP dan semua
pembatasan ROM.
- Joint mobilization wrist and fingers pada MLPP dan semua
pembatasan ROM
- Active mobilization exc.dan pumping exc tangan-jari.
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, oedeme dan ROM glenohumeral joint, ROM wrist and
fingers
Dokumentasi

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Shoulder Hand
Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Shoulder Hand Syndrome

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis SWD.


- Juknis TENS
- Juknis Joint mobilization
- Juknis active exercise

159
ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION)
OUTLET SYNDROME : HYPER ABDUCTION SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman

069/08/50 1/2
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada thoracic (compression) outlet
syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram


No.1635/XII.1/KK/1/2015

160
rosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain

Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh
entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur

Rencana tindakan
- Intervensi : MWD pada m pecroralis minor.

o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-


12 menit.
- Contract relax stretching m. pectoralis minor
- Home program : stretching.

Evaluasi nyeri dan ROM


Dokumentasi Rekam medik Rumah Sakit

Indikasi : Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus thoracic


(compression) outlet syndrome
Intervensi Fisioterapi pada thoracic (compression) outlet syndrome

- Kontraindikasi : Fraktur
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Ankylosing spondylitis
- TBC tulang
- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

161
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ACUTE LOCKING OF CERVICAL
SPINE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

070/08/50 1/1
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Acute Locking Of Cervical
Spine
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
Tes cepat
Tes gerak aktif
Tes
Tes cepat
Tes gerak aktif
Tes gerak pasif
Tes gerak isometrik
Tes khusus
Pemriksaan lain
Diagnosis
Rencana tindakan
Intervensi
Evaluasi
Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

162
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHRITIS DISTAL RADIOULNAR
JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

071/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthritis Distal Radioulnar
Joint
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

163
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis hebat pada masa acute, atau ngilu/pegal pada pergelangan
tangan kadang tangan pada masa kronik
- Nyeri setelah riwayat trauma
- Gerak pronasi-supinasi nyeri dan terbatas
Inspeksi:
- Posisi sendi radioulnaris MLPP
- ADL: tampak kaku
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawah
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawah
Tes gerak pasif
- Pronasi dan supinasi nyeri dan terbatas dalam capsular patern dengan
firm end feel
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawah
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan keluhan khas
Tes khusus
- JPM test timbul nyeri, terbatas denngan firm end feel
Pemriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.

Diagnosis:
- Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthritis distal
radioulnar joint

Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

164
Intervensi
- Pada kondisi acute aktualitas tinggi diberikan RICE
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthritis Distal
Radioulnar
- Intervensi fisioterapi pada Arthritis Distal Radioulnar

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
- TBC tulang

Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.

Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran - Juknis Asesmen fisioterapi


- Juknis RICE
- Juknis US
- JuknisJoint mobilization
- Juknis splinting

165
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

072/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Carpalia


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, parupurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

166
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan dan tangan
- Morning sickness dan start pain
- Gerak terbatas dan crepitasi
Inspeksi:
- Posisi tangan MLPP
- Gerak hand dexterity kaku.
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion
pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar
flexion dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatas denngan firm
end feel
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis
- Capsular pattern wrist joint secondary to arthrosis carpalia
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

167
Intervensi
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronasi-supinasi
- Kemungkinan splinting

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis carpalia
- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis carpalia
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis

Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.

Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis Asesmen fisioterapi


- Juknis US
- Joint mobilization
- JuknisJoint mobilization
- Juknis splinting

168
ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS DISTAL RADIOULNAR
JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

073/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Distal Radioulnar
Joint
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

169
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan kadang tangan
- Morning sickness dan start pain
- Gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Inspeksi:
- Posisi sendi radioulnaris MLPP
- ADL: tampak kaku
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Tes gerak pasif
Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak gerak pronasi dan supinasi
lenngan bawah dimana pronasi dan supinasi sama terbatas dengan end
feel firm
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test translasi pronasi dan supinasi timbul nyeri, terbatas denngan
firm end feel
Pemriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.

Diagnosis:
- Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthrosis carpalia

Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis Distal
Radioulnar
- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis Distal Radioulnar
Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis

170
Intervensi
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise
o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting

Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis Asesmen fisioterapi


- Juknis US
- JuknisJoint mobilization
- Juknis splinting

171
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME.
( Entrapment neuropathy n. medianus – C5-Th1)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

074/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Carpal Tunnel Syndrome.
(Entrapment Neuropathy N. Medianus – C5-Th1)
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

172
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada pergelangan tangan dan semutan jari tangan I,
II, dan III permukaan palmar
- Keluhan lebih berat pada pagi hari
- Kadang disertai gerak terbatas
Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan Madang terbatas gerak palmar-dorsal flexion pergelangan
tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dimana
dorsal flexion lebih terbatas dari palmar flexion dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Ttidak khas, kecuali bila atrofi thenar.
Tes khusus
- Phalens test positif
- Stretch test lig. Carpi transversum
- JPM intercarpal terbatas firm
Pemriksaan lain
- EMG positif entrapment

Diagnosis
- Nyeri dan semutan telapak tangan akibat entrapment n. Medianus
setinggi carpal tunnel

Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Carpal túnnel síndrome
- Intervensi fisioterapi pada Carpal túnnel síndrome

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis

173
Intervensi
- US:
o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-
2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
- Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP
o Stretching lig. Carpi transversum
o Passive mobilization exercise

Evaluasi
- Nyeri, paresthesia

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada


Lampiran Asesmen fisioterapi
Joint mobililization
US
Stretching

174
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CHONDROMALACIA PATELLAE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

075/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Chondromalacia patellae

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.

175
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri berjalan
- Deformitas kearah genu valgus
Inspeksi:
- tidak tampak kelainan local. Perhatikan Q angle/genu valgus
Tes cepat
- gerakan flexi dan ekstensi terjadi painfull arc
Tes gerak aktif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak pasif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak isometric
-
Tes khusus
- Palpasi : nyeri tekan pada condylus lateral dan medial
- Joint play movement MLPP kompresi diatas patella posisi lutut
ekstensi dan semi fleksi.
- Pengukuran Q angle dan genu valgus.
- Tes kekuatan m. Vastus medialis.
Pemeriksaan lain
- ’X’ ray intuk melihat OA sendi patellofemoralis
Diagnosis:
- Nyeri pada patella disebabkan oleh chondromalacia
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

176
Intervensi
- US pada tepi patella dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah
- MWD/SWD
o SWD intermiten selama 10 – 12 menit
- Transverse friction dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial
- Strengthening exercise m. Vastus medialis pada posisi lutut gerak
akhir ekstensi
Medial arc support (corect shoes)
Evaluasi
- Nyeri, JPM dan ROM .

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Chondromalacia patellae
- Intervensi fisioterapi pada Chondromalacia patellae

Kontra indikasi :
- Osteoporosis
- TB Tulang akut
- Fraktur

Infeksi sendi akut

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS.
Lampiran Juknis USSWD

177
ASUHAN FISIOTERAPI PADA CUBITAL TUNNEL SYNDROME
( Entr. n. ulnaris C8-Th1)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/3
076/08/50
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cubital Tunnel Syndrome
( entr. n. ulnaris c8-th1)
Tujuan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

178
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Radicular pain bahu sampai jari ke V
- Parasthesi
- Kadang kelemahan otot-otot hypothenar
Inspeksi:
- Tidak tampak kelainan
- Kadang dijumpai atrophy m. hypothenar
Tes cepat
- Nyeri meningkat pada Abduksi-elevasi bahu penuh
Tes gerak aktif
- Fleksi-ekstensi siku tidak tampak kelainan atau kadang nyeri siku saat
fleksi penuh
- Pronasi-supinasi normal

Tes gerak pasif


- Fleksi siku penuh terasa paresthesia jari ke IV dan V
- Gerak lain normal
Tes gerak isometric
- Dalam baas normal
Tes khusus
- Tinnel test pada cubital tunnel paresthesia hebat.
- Adson test kadang positif

Pemriksaan lain
- EMG terdapat entrapment n. ulnaris setinggi siku.

Diagnosis
` Paresthesia dan atrphy hypothenar akibat entrapment n.ulnaris setinggi siku
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

179
Intervensi
- MWD
o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-
12 menit.
- Mobilisasi n. ulnaris.
- Strengthening exc m. hypothenar

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cubital Tunnel
Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Cubital Tunnel Syndrome

Kontra indikasi :
- fraktur cervical
- post op laminatomi

Evaluasi :
- Nyeri, paresthesia
-
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis asesmen fisioterapi


Juknis MWD
Juknis mobilisasi n. Ulnaris

180
ASUHAN FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

077/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Flat foot

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

181
Prosedur Dosis :
- Penggunaan medial arc support dalam waktu 3bulan atau lebih
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Tidak ada arcus plantar
- inbalance
Inspeksi:
- Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
Tes cepat
- Gait análisis tampak kaki menyudut kelateral
- Plantar fleksi lebih lemah
Tes gerak aktif
- Dalam batas normal
Tes gerak pasif
- Gerak pronasi kaki ROM lebih besar dari normal, gerak pronasi
terbatas elastic end feel
- Gerak lain normal
Tes gerak isometric
- Fleksi jari-jari kaki kekuatan kurang dibanding dengan otot lain.

Tes khusus
- Palpasi: arcus longitudinal plantaris rata
- Pengukuran adakah genu valgus
Pemeriksaan lain
-.Podografi: dijumpai flet foot.

Diagnosis:
- gangguan kesimbangan dan berjalan akibat flat foot

Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

182
Intervensi
- Strengthening exercice pada fleksor jari kaki
- Ballance exc
- Walking exc dengan menggunakan ujung kaki
- Penggunaan medial arc support

Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Flat foot
- Intervensi fisioterapi pada Flat foot

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Poliomielitis

Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle dan lutut

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis strengthening exc


Juknis walking exc dan balance exc
Medial arc support

183
ASUHAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR COLLUM FEMORIS
NON OPERATIVE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

078/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah terjadi perpatahan pada collum femoris akibat trauma


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

184
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Riwayat trauma jatuh
- Tidak bisa jalan
- Nyeri pada sendi hip pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi
Inspeksi
- Bengkak hip joint
- Trochantor mayor sisi fraktur lebih tinggi
Tes cepat
- Rotasi internal kedua hip joint
- Crook lying ketinggian lutut berbeda
Tes gerak aktif
- Nyeri pada akhir gerak terutama gerak rotasi internal sendi panggul
atau tidak mampu melakukan.
- Fleksi, ekstensi maupun abduksi terbatas atau tidak mampu
melakukan.
- Crepitasi pada gerak tertentu.
Tes gerak pasif
- Nyeri pada akhir gerak fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi
Tes gerak isometric
- Tidak mampu melakukan gerak isometrik atau lemah
- Rasa nyeri ketika gerak isometrik pada hip
Tes khusus
- Palpasi ketinggian trochantor mayor beda tinggi
Pemriksaan lain
- X ray tampak fraktur collum femoris

Diagnosis
- Nyeri gerak dan keterbatasan gerak kesemua gerakan pada sendi HIP .

Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

185
Intervensi:
- Superficial heating
- US: diberikan pada fase kronik
o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Active strengthening exc
- Gait training mulai dalam walker, crutch hingga cane

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus fraktur collum femoris
- Intervensi fisioterapi pada kasus fraktur collum femoris

Kontra indikasi :
- Neoplasma
- Osteoporosis

Evaluasi :
- Nyeri, ROM dan gait analysis

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada rs
Lampiran Asesmen fisioterapi
Joint Mobilization
U.S
Gait Training

186
ASUHAN FISIOTERAPI PADA MENISCUS LESION

No. Dokumen No. Revisi Halaman

079/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah :Cedera pada meniscus lesi lutut


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

187
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
Inspeksi:
- Tidak tampak kelainan
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi
tibiofemoralis.
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri
Tes gerak pasif
- Nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.dengan
end feel elastis
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri dengan end feel
elastis
- Sering semua gerak negatif bila aktualitas rendah
Tes gerak isometric
- Tidak khas,.
Tes khusus
- Appley test dan murray test
- JPM lutut.
Pemeriksaan lain
- Atroplasti

Diagnosis
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat meniscus
lesi.

Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus meniscus lesi
- Intervensi fisioterapi pada meniscus lesi

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis
- Gonitis TB

188
Intervensi:
- SWD atau MWD
o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
- Manipulasi meniscus.
- Latihan Strengthening
- Knee Dakker
- Latihan Stabilisasi.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran SWD/MWD
Manipulasi meniscus
Strengthening exc
Knee Dakker

189
ASUHAN FISIOTERAPI PADA KNEE INSTABILITASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

080/08/50 1/3

Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :


PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah :Ketidakstabilan knee


Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

190
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
Inspelsi:
- Kadang tampak genu valgus/varus
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Terjadi nyeri pada saat hiper extensi knee joint atau fleksi penuh.
- Internal rotasi dan external rotasi tidak terjadi nyeri
Tes gerak pasif
- Nyeri pada saat gerakan varus dan valgus, flexi – extensi sendi lutut
dengan end feel soft.
Tes gerak isometric
- Adanya nyeri pada sendi lutut
Tes khusus
- Valgus test: untuk tes lig.collaterale mediale
- Varus test: untuk tes lig.collaterale laterale
- Anterior shearing test untuk tes lig.cruciatum anterior
- Posterior shearing test untuk tes lig.cruciatum posterior
Pemeriksaan lain
- Atroskopi

Diagnosis
- Nyeri sendi lutut pada gerakan akibat lesi lig.collaterale mediale, (atau
lig.collaterale laterale; atau lig.cruciatum anterior atau lig.cruciatum
posterior)

Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi
fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap

191
- Intervensi MWD cervical
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Knee support dengan penguat pada fungsi ligament yang lesi.
- Latihan stabilisasi aktif. Pada posisi MLPP.
- Latihan Strengthening otot pes anserinus (atau iliotibial, atau
hamstrings, atau quadriceps)

Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus knee instability
- Intervensi fisioterapi pada knee instability

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Osteoporosis

Evaluasi
- Nyeri, stabilisasi aktif knee.

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran MWD
Strengthening
Stabilisasi aktif
Knee support

192
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENDOVAGINITIS STENOSANS
(TRIGGER FINGER)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

081/08/50 1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tendovaginitis Stenosans


(Trigger Finger)
Tujuan Adalah proses Fisioterapi yang di terapkan pada kasus Tendovaginitis
Stenosans (Trigger Finger)
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

193
Prosedur Dosis :
- Waktu intervensi US 5-7 menit, kronis 1x1 hari atau 1x2 hari
(selama12 sampai 18 hari)
- Dosis streching 8 detik, di ulang 8-10 kali.
- Friction 30 kali

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Rasa nyeri pada jari ketiga atau ke empat saat ditekuk mengunci dan
kembali lurus dan berbunyi,
- Nyeri pada setinggi caput metacarpal
Inspeksi:
- Tidak khas
Tes cepat
- tes fleksi jari2 dan ekstensikan (jari ketinggalan)
Tes gerak aktif:
- Pada gerak fleksi jari III/IV nyeri pada akhir ROM dan bila di
ekstensikan bunyi klik dan nyeri
- Gerak sendi lain normal
Tes gerak pasif:
- Terdapat nyeri saat fleksi jari yang bersangkutan penuh.
- Saat ekstensi jari bunyi klik dan nyeri.
Tes gerak isometric
- Gerak fleksi jari yang bersangkutan terdapat nyeri
- Gerak lain negatif
Tes khusus
- Palpasi pada caput metacarpal III atau IV teraba benjolan nyeri.
- Bila dalam palpasi bersamaan digerakkan fleksi penuh dan ekstensi
teraba benjolan yang bergerak.
Pemriksaan lain
- --

Diagnosis
- Nyeri gerak pada jari ke tiga (atau keempat) karena Tendovaginitis
Stenosis flexor digitorum profundus.

Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
- Perencanaan intervensi.

194
Intervensi
- US :
o Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.
o Parafin bath 5 menit
- Streching pada jari ke tiga (keempat) ke arah ekstensi penuh dengan
pergelangan tangan ekstensi
- Transfer Friction jari ke tiga (di selubung tendon)

Indikasi :
- Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus Tendovaginitis
Stenosans (Trigger Finger)
- Intervensi fisioterapi pada Tendovaginitis Stenosans (Trigger Finger)

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Lesi saraf perifer
- Rheumatoid arthritis

Evaluasi
- Nyeri dan ROM

Dokumentasi:
Rekam Fisioterapi dan rekam medis RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran Asesmen, US, parafin, stretching.

195
ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOSYNOVITIS M. ABD. POL.
LONGUS DAN EXT. POL. BREVIS (de Quervain syndrome)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

082/08/50
1/3
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :
PELAYANAN Direktur Klinik Kamboja
FISIOTERAPI

dr.Lalu Ahmadi Jaya, Sp.PD...

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol.
Longus dan ext. Pol. Brevis
Tujuan Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus
dan ext. Pol. Brevis
Kebijakan Surat Keputusan Direktur Klinik Kamboja Mataram
No.1635/XII.1/KK/1/2015

196
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas
rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit
- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali -
2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Adanya nyeri pada sisi lateral pergelangan tangan saat fleksiadduksi
ibu jari tangan atau ulnar deviasi.
Inspeksi:
- Bengkak pada sisi lateral pergelangan tangan
Tes cepat:
- Fleksi ekstensi tangan dan jari tangan nyeri sast fleksi
Tes gerak aktif
- Adduksi ibu jari tangan nyeri
- Ulnar deviasi nyeri
Tes gerak pasif
- Test streach fleksor ibu jari sakit
Tes gerak isometric:
- Tes gerak isometric melawan tahanan ibu jari tangan kea rah abduksi
nyeri
- Gerak ibu jari lain negatif
Tes khusus:
- Finkels stain test nyeri, oposisi reposisi jari
- Palpasi teraba oedeme pada sisi lateral pergelangan tangan

Pemreriksaan lain:
- --
Diagnosis
Nyeri gerak pada tendon otot m abd pol longus dan ext poli brevis akibat
tenovaginitis m abd pol longus dan ext poli brevis

Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana
intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien
- Perencanaan intervensi bertahap

197
Intervensi
- US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.
- Parafin bath 5 menit
- Massage ke arah proksimal.
- Splinting atau elastic bandaging: piosisi ibu jari tangan abduksi dan
pergelangan tangan radial devia

Indikasi :
- Asesmen Fisioterapi pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan
ext. Pol. Brevis
- Intervensi Fisioterapi pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan
ext. Pol. Brevis

Kontra indikasi :
- Fraktur
- Dislocation
- Neoplasma
- Lesi saraf perifer

Evaluasi:
- ROM, nyeri

Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal
Lampiran US,
Parafin bath,
massage.
splint,

198

Anda mungkin juga menyukai