Anda di halaman 1dari 41

PROGRAM KERJA INSTALASI FISIOTERAPI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIDIE JAYA


TAHUN 2018
1. PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai standar yang sudah ditentukan.
Untuk menunjang hal tersebutmaka diperlukan suatu program kerja
Instalasi Fisioterapi Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya yang
mendukung terjaminnya penerimaan pasien, pelayanan dengan baik dan
efisien. Program kerja 2018 ini disusun untk mengoptimalkan kerja
Instalasi Fisioterapi.
2. LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan unuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit adalah melalui pelayanan penunjang. Ruang Instalasi Fisioterapi
merupakan bagian dari rumah sakit yang berperan menyelenggarakan
program kesehatan yang mencakup usaha peningkatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif). Instalasi Fisioterapi
merupakan salah satu fasilitas pelayanan penunjang untuk mendukung
pulihnya fungsi fungsi motorik pasien setelah melakukan tindakan medis
dirumah sakit. Dengan berkembangnya dunia kedokteran, Instalasi
Fisioterapi menjadi unit pelayanan terpadu yang spesialistik. Berdasarkan
hal tersebut diatas, maka diperlukan pedoman teknis yang dapat dijadikan
acuan bagi pengelola rumah sakit.
Menyikapi tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan Fisioterapi
yang optimal dan berkualitas, maka Instalasi Fisioterapi Rumah Sakit
Umum Pidie Jaya berusaha meningkatkan pelayanan Fisioterapi dengan
melengkapi sarana dan fasilitas yang ada.
Bersamaan dengan ini Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya terus
berupaya dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan :
1. Visi
Visi Instalasi Fisioterapi RSU Pidie Jaya adalah : “Terwujudnya Instalasi
Fisioterapi sebagai penyedia solusi kesehatan fisik yang terpercaya bagi
pasen ”.
- Melakukan evaluasi kepada pasien untuk melakukan terapi
selanjutnya
- Mlakukan pelayanan Fisioterapi sesuai dengan kondisi pasien
- Menganjurkan kepada pasien dating kembali untuk melakukan
fisioterapi ulang
- Merawat dan menjaga barang barang infentarus Instalasi Fisioterapi
c. Melakukan pelayanan Fisioterapi sesuai dengan kondisi pasien :
Cara pelaksanaan :
- Melakukan tes untuk enegakkan diagnosa pasien fisioterapi
d. Menganjurkan kepada asien dating kembali untuk melakukan fisioterapi
ulang
Cara pelaksanaan :
- Memberikan saran dan anjuran pada pasien unuk melakukan terapi
selanjutnya.
e. Mendokumentasikan status pasien di buku laporan Fisioterapi maupun
distatus rekam medis pasien.
Cara pelaksanaan :
- Mengisi lembaran pasien Fsioterapi ruang rawat inap
- Mencatat data pasien rawat jalan
f. Kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan disemua
tempat kerja khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan.
Cara pelaksanaan :
- Petugas yang ditunjuk memberikan sosialisasi dan pelatihan tentang
bahaya yang bisa terjadi di Instalasi Fisioterapi serta tentang
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) kepada Fisioterapis.
g. Merawat dan menjaga barang-barang inventaris Instalasi Fsioterapi
Cara pelaksanaan :
- Melaporkan ke bagian pemeliharaan sarana dan prasarana dirumah
sakit
- Jika bagian pemeliharaa rumah sakit tidak bias mengatasi masalah
atau kerusakan alat
- Mencatat setiap kegiatan pemeliharaan alat Instalasi Fisioterapi
h. Merawat dan menjaga kebersihan kenyamanan ruangan Instalasi
Fisioterapi.
3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Fisioterapi dirumah sakit
sesuai dengan visi dan misi rumah sakit.
2. Tujuan khusus
a. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Fisioterapi pada
Rumah Sakit Umum Pidie Jaya
b. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan Instalasi
Fisioterapi Rumah Sakit Umum Pidie Jaya
c. Sebagai pedoman kerja untuk memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pasien di Rumah Sakit Umum Pidie Jaya
d. Sebagai panduan dalam melaksanakan pelayanan terhadap pasien
e. Untuk menjamin keselamatan kerja Fisioterapis sebagai tenaga
kesehatan dan pasien.
4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Program kgiatan Instalasi Fisioterapi di RSUD Pidie Jaya dbuat oleh
kepala instalasi yang telah disahkan dan ditanda tangani oleh Direktur
Rumah Sakit.
Adapun kegiatan Instalasi adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas dibagian Instalasi Fisioterapi sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
b. Memberikan pelayanan kepada pasien di Instalasi Fisioterapi maupun
pasien ruang rawat inap
c. Melakukan pelayanan Fisioterapi sesuai dengan kondisi pasien
d. Menganjurkan kepada pasien datang kembali untuk melakukan
Fisioterapi ulang
e. Mendokumentasikan status pasien di buku laporan Fisioterapi
maupun distatus rekam medis pasien
f. Kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan disemua
tempat kerja khususnyatempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan
g. Merawat dan menjaga barang-barang inventaris Instalasi Fisioterapi
h. Merawat dan menjaga kebersihan kenyamanan ruangan Instalasi
Fisioterapi
5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
a. Kegiatan pelayanan pasien Fisioterapi rawat jalan maupun rawat inap
Cara pelaksanaan : sesuai jam kerja pukul 08.00 s/d 16.30 WIB
b. Memberikan pelayanan kepada pasien di Instalasi Fisioterapi maupun
pasien ruang rawat inap
Cara pelaksanaan :
- Anamnsa
- Pemeriksaan fisik
- Melaksanakan tindakan Fisioterapi sesuai prosedur
6. SASARAN
1. Pasien mendapatkan pelayanan yang tepat sasaran
2. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan fisik pasien
3. Diikut sertakan staf Instalasi Fisioterapi untuk pelatihan minimal 1
orang setiap tahun
4. Terlaksananya pemeliharaan alat Fisioterapi
5. Terwujudnya lingkungan kerja yang bersih
7. SKEDUL ( JADWAL ) ELAKSANAAN KEGIATAN
Bulan
No Kegiatan / Program
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelayanan pasien rawat
jalan
2 Pelayanan pasien rawat
inap
3 Pengamprahan bahan habis
pakai
4 Pelatihan PPI dan K3
5 Pemeliharaan peralatan
Fisioterapi
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat angka
keberhasilan program. Hasil evaluasi program kerja dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk
disampaikan kepada pengambilan keputusan dan dapat digunakan sebagai alternatif kebijakan.
15. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan pelaporan hasil program kerja yaitu :
Pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan yang harus diperhatikan oleh petugas di
unit Instalasi Fisioterapi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik bagi Instalasi
Fisioterapi itu sendiri. Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan setiap kegiatan yang
telah dilakukan. Pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan secara rutin dan dikumpulkan
sebagai bahan evaluasi pada akhir tahun.

STANDAR PELAYANAN INSTALASI FISIOTERAPI


NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan, Perlu menetapkan peraturan Menteri Kesehatan
Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
3. Permenkes RI No.46 Tahun 2014 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
4. Permenkes RI No.80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan praktik Fisioterapis
5. Qanun Aceh No.4 Tahun 2008 Tentng Kesehatan

1. Pasien Terdaftar Di Loket Pendaftaran


2 Persyaratan Pelayanan 2. Rujukan Dokter Umum atau Dokter Spesialis

3 Sistem, Mekanisme dan 1. Rawat Jalan


Poliklinik/praktik
Prosedur Pasien/Klien dokter/dokter spesialis/
drg/drg spesialis/DPJP

Loket pendaftaran
umum
Asesmen fisioterapis

Tidak
Indikasi
fisioterapi

Ya

Proses fisioterapi
Administrasi
selanjutnya sesuai
/penjadwalan
indikasi

Selesai / pulang

Gambar 1.Diagram Alur Pasien Rawat Jalan

Dokter Penanggung Pasien/Klien


Jawab Pasien (DPJP)

Bagian Fisioterapi/
Fisioterapis
Asesmen Fisioterapis

Tidak Indikasi
Fisioterapi

Ya

Proses fisioterapi Administrasi


selanjutnya sesuai indikasi dan penjadwalan

Selesai

Gambar 2. Diagram Alur Pasien Rawat Inap


4 Jangka waktu penyelesaian 1. 10 – 30 menit
2. Sesuai kasus dan tindakan yang diberikan
5 Biaya/Tarif 1. Tidak dipungut Biaya (BPJS)
2. Sesuai dengan jenis tindakan yang diberikan
6 Produk Pelayanan 1. Pelayanan pada problem gerak dan fungsi ditingkat sistem
musculoskeletal
2. Pelayanan pada problem gerak dan fungsi ditingkat sistem
kardiopulmonal
3. Pelayan dan problem gerak dan fungsi pada tumbuh kembang
anak
4. Memelihara gerak dan fungsi pada masa pertumbuhan dan
perkembangan anak pada fungsi motorik
5. Pelayanan pada problem gerak dan fungsi pada alat kognitif
6. Pemulihan/penyesuaian problem gerak dan fungsi untuk
aktifitas sehari-hari
7 Sarana, Prasarana dan 1. Ruangan tunggu
Fasilitas 2. Ruang pendaftaran/ruang administrasi dan penyimpanan
rekam medik
3. Ruang pemeriksaan
4. Ruang tindakan individu
5. Ruang gimnasium
6. Ruang alat-alat elektronik
7. Ruang pertemuan sataf
8. Ruang ganti pakaian staf, ruang istirahat staf
9. Toilet
10. Dapur
8 Kompetensi Pelaksana Sumber daya manusia berkompetensi dibidang medis (Dokter
Umum dan Dokter Spesialis dan Fisioterapis)
9 Pengawasan Internal 1. Atasan langsung
2. Komite medik
3. Dokter penanggung jawab
4. Kepala ruangan
10 Penanganan Pengaduan, 1. Pengaduan, masukan dan saran dapat disampaikan melalui
sarana dan prasarana surat tertulis dan dimasukkan kedalam kotak saran
2. Menyampaikan pengaduan, saran dan dimasukkan langsuk
melalui ia telepon/fax. 0653-80003067, emal rsud_pidie
jaya@ yahoo.com
11 Jumlah Pelaksana 1. Fisioterapis
12 Jaminan Pelayanan Terwujudnya pelayanan yang prima,efektif, professional, dan
peraturan yang berlaku
13 Jaminan keamanan dan Pelayanan sesuai dengan profesionalisme, prosedur, dan peraturan
keselamatan pelayanan yang berlaku
14 Evaluasi kinerja pelaksana Dilakukan secara berkala melalui lokmin bulanan, tribulanan
dan tahunan secara intern demi menjaga kualitas dan
meningkatkan kinerja playanan

Meureudu, 2018
Direktur,
Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya

dr. ERNIDA
Pembina / NIP.19750405 200604 2 011
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

UNIT /DEPT TIM kp.RS DIREKTUR KPPRS


INST

Atasan langsung unit

INSIDEN Laporan kejadian diisi


(KTD/KNC) ditempat kejadan
(2x24 jam)

Tangan Atasan langsung


segera (Ka.Ruangan)

Tim Kp-Rs

Grading

Biru/ Merah/
hijau kuning

Investigasi
sederhana

Laporan kejadian
Rekomendasi hasil invesrtasi
SPO PENGGUNAAN ALAT FISIOTERAPI
TERAPI INFRA MERAH
No dokumentasi No revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Tanggal terbit : Di Tetapkan Di : Meureudu

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Infra merah yaitu pancaran gelombang elektro magnetic


dengan panjang gelombang 7.700 - juta A° menurut
gelombangnya. Daya penetrasi gelombang panjang
hanya sampai superficial epidermis (0,005 mm), sedang
PENGERTIAN daya penetrasi pendek sampai jaringan subcutan yang
dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
embuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung ujung
syaraf, dan jaringan lain bawah kulit.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberika


TUJUAN pelayanan fisioterapi dengan modalitas infra merah

SK Direktur RSUD Pidie Jaya No. tahun 2017


tentang Pelayanan Fisioterapi Rumah Sakit Daerah Pidie
KEBIJAKAN
Jaya.

a. Persiapan Alat :
- Persiapan alat infra merah dan cek kabel
- Persiapan adaptor
- Siapkan handuk kering atau tissue
b. Persiapan Pasien
- Baca Basmalah
- Mencuci tangan
- Bersihkan area yang akan diterapi
- Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan (comfortable)
- Berikan penjelasan pada pasien tentang efek pemberian US

c. Pelaksanaan Terapi
PROSEDUR - Nyalakan adaptor
- Tekan/putar tombol ON/OFF
- Arahkan lampu infra merah pada area yang akan
diterapi dengan jarak ± 30 – 40 cm
- Lama terapi 10 sampai 15 menit
- Setelah selesai matikan alat
- Kemudian matikan alat
- Rapikan alat
- Mencuci tangan
- Membaca hamdallah

SPO FISIOTERAPI
( LATIHAN JALAN / MOBILISASI )
No.dokumentasi No revisi Halaman :
RSUD

RSUD
PIDIE JAYA

Di tetapkan di : Meureudu
Tanggal terbit :

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Terapi latihan adalah modalitas fisioterapi berupa


teknik latihan yang bertujuan untuk
mengembangkan, meningkatkan, memperbaiki dan
PENGERTIAN memelihara : kekuatan, daya tahan, mobilitas, dan
fleksibilitas, stabilitas, relaksasi, koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberika


TUJUAN pelayanan fisioterapi dengan modalitas terapi latihan.

SK Direktur RSUD Pidie Jaya No. tahun 2017


tentang Pelayanan Fisioterapi Rumah Sakit Daerah
KEBIJAKAN
Pidie Jaya.

a. Persiapan Alat :
- Persiapan alat infra merah dan cek kabel
- Persiapan adaptor
- Siapkan handuk kering atau tissue
PROSEDUR
b. Persiapan Pasien
- Baca Basmalah
- Mencuci tangan
- Bersihkan area yang akan diterapi
- Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
(comfortable)
- Berikan penjelasan pada pasien tentang efek
pemberian US

c. Pelaksanaan Terapi
- Nyalakan adaptor
- Tekan/putar tombol ON/OFF
- Arahkan lampu infra merah pada area yang
akan diterapi dengan jarak ± 30 – 40 cm
- Lama terapi 10 sampai 15 menit
- Setelah selesai matikan alat
- Kemudian matikan alat
- Rapikan alat
- Mencuci tangan
- Membaca hamdallah

Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT

PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


RSUD No dokumentasi No revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Ditetapkan di : Meureudu
Tanggal terbit :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pemberian materi-materi edukai kepada pasien dan


PENGERTIAN atau keluarga berkaitan dengan kondisi kesehatannya.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas


untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang
TUJUAN harus diperhatikan pasien dan atau keluarga
berhubungan dengan kondisi kesehatan pasien.

Berdasarkan keputusan direktur RSUD Pidie Jaya


nomor 242 tahun 2016 tentang kebijakan pemberian
KEBIJAKAN Informasi dan Edukasi pada Rumah Sakit Daerah Pidie
Jaya.

1. Petugas mengucapkan salam


PROSEDUR
2. Petugas memastikan identitas pasien
3. Petugas menciptakan suasana yang nyaman dan
menghindari tampak lelah
4. Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan
tugas dan perannya
5. Petugas menjelaskan materi edukasi kepada pasien
dan keluarga
6. Petugas melakukan verifikasi kepada pasien dan
keluarga terhadap materi edukasi yang diberikan
7. Petugas mengisi formulir edukasi satu kali selama
pasien dirawat, pada saat pasien pertama masuk
8. Petugas memberikan formulir edukasi untuk
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga
9. Petugas menawarkan bantuan kembali “apakah
masih ada yang dapat saya bantu ?”
10. Petugas mengucapkan terima kasih dan semoga
lekas sembuh
11. Petugas setelah mninggalkan lingkungan pasien
melakukan enam langkah cuci tangan

SPO
REHABILITASI CEREBRAL PALSY
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Di Tetapkan Di : Meureudu
Tanggal terbit :

PROTAP
FISIOTERAPI

Pengertian Rehabilitasi pada kelumpuhan otak yang disebabkan


karena adanya lesi non progresif pada otak yang belum
matur, sehingga mengaibatkan gangguan konrol nero
muskuler berupa gangguan tonus, reflek tendon, reflek
primitif dan reaksi postural dan menghasilkan pola gerak
yang abnormal.

Tujuan Mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional


yang ada, sehingga penyandang cerebral palsy mampu
beradaptasi dan mencapai kemandirian serta kualitas hidup
yang lebih baik.

Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medic yang dilakukan berdasarkan


:
1. Gangguan kontrol motorik
2. Gangguan sensorik (penglihatan, pendengaran, integrasi
sensorik)
3. Gangguan komunikasi
4. Gangguan oromotor (disfagia)
5. Gangguan perilaku
6. Gangguan perkembangan
7. Diagnosis rehabilitasi

Prosedur 1. Assessment :
- Anamnesa : prenatal, natal, postnatal
- Pemeriksaan fisik umum dan khusus (system
neurologis )
- Pemeriksaan khusus neurology
- Pemeriksaan musculoskeletal
- Pemeriksaan fungsional milestone
- Pemeriksaan radiologi
- Gait analisis
- BERA/OAE (otto acustic emission)
- Kemampuan fungsional aktifitas sehari-hari
 Fungsi kognitif (kesadaran, orientasi (waktu,
tempat, dan orang), atensi, memori,kalkulsi)
 Fungsi komunikasi atau bahasa
2. Intervensi rehabilitasi
- Terapi latihan dengan berbagai metode fasilitas,
manajemen spastisitas, aktivitas fungsional sesuai
perkembangan anak
- Terapi sensorik bergantung pada jenis kelainan
(penglihatan, pendengaran, integrasi sensorik)
- Terapi oromotor
- Terapi komunikasi/terapi wicara
- Latihan AKS
- Pemakaian ortose (Splint/brace)
 Ekstremitas atas
 Ekstremitas bawah
- Alat bantu aktivitas/alat bantu jalan
- Kursi roda khusus
- Terapi psikososial
Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap
SPO
REHABILITASI RHEUMATOID ARTHRITIS
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Di Tetapkan di : Meureudu

PROTAP Tanggal terbit :


FISIOTERAPI

Pengertian Rehabilitasi pada kondisi arthritis kronis, progresif


lambat, yang diklasifikasikan sebagai suatu penyakit
jaringan ikat yang difusi dan multisistem, serta
menyebabkan gangguan fungsi ambulasi, dan aktifitas
kehidupan sehari-hari.

Tujuan Mengurangi nyeri, mencegah deformitas, mencegah


komplikasi tirah baring lama. Mengembalikan
kemampuan fungsional dan ambulasi semaksimal
mungkin sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
dan kemandirian seseorang

Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medik yang dilakukan


berdasarkan :
 Perjalanan penyakit, nyeri pada fase
akut/subakut/kronik
 Masalah medis dan fungsional yang dialami penderita
rheumatoid arthritis :
- Nyeri
- Keterbatasan lingkup gerak sendi
- Deformitas sendi
- Kelemahan otot sekitar sendi
- Gangguan abulasi dan AKS
- Gangguan psikologis
- Gangguan vokasional

Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum : tanda vital
- Pemeriksaan khusus/fungsional :
 Ukuran tingkat nyeri (VAS)
 Deformitas, krepitasi, nyeri tekan pada sendi dan
jaringan sekitarnya, tanda-tanda efusi sendi dan
stabilitas sendi
 Lingkup gerak sendi, kekuatan otot, deformitas
 Kekuatan otot sekitar sendi
 Fungsi fungsional ambulasi : berjalan dengan
atau tanpa lat bantu
- Radiologis : rontgen (x-ray sendi)
- Laboratorium : darah lengkap, (CRP, RF)
2. Intervensi rehabilitasi
- Pengurangan nyeri dan inflamasi :
 Akut : imobilisasi, istirahatkan sendi, bila perlu
dengan pembidaian (tapping dan strapping),
kompres dingn
 Subakut/kronik : modalitas terapi fisik (infra red,
paraffin bath, diathermy, electrotherapy)
- Terapi latihan : ROM exercise, latihan penguatan
otot, latihan ketahanan otot dan kardiorespirasi
- Proteksi sendi : brace, splint (dynamic splint), alat
bantu adaptasi atau ambulasi
- Edukasi : penurunan berat badan, proper body
mechanic, teknik mengurangi beban pada sendi
- Latihan prevokasional
- Penyesuaian lingkungan
- Konseling psikososial dan vokasional
Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap
SPO
REHABILITASI PARKINSON
No.Dokumen No.Revisi Halaman

RSUD
PIDIE JAYA
Di Tetapkan Di : Meureudu
Tanggal terbit :
PROTAP
FISIOTERAPI
Pengertian Rehabilitasi pada sindrom yang ditandai oleh adanya
tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya
reflex postural akibat penurnan kadar dopamine karena
berbagai macam sebab, sehingga berakibat gangguan
fungsional berupa ketergantungan dalam kehidupan
sehari-hari (disabilitas) dan handicaps pada penderitanya.

Tujuan - Mempertahankan kemampuan fungsional selama


mungkin
- Mencegah komplikasi dan mengatasi bila ada
- Meingkatkan kualits hidup

Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medik yang dilakukan


berdasarkan :
Parkinson atau parkinsonism (vaskuler, drug induced,
metabolic, infeksi, trauma neurodegenerative, herediter)
dengan :
- Gangguan afektif/emosi
- Gangguan stabilitas jalan
- Gangguan transfer dan ambulasi
- Gangguan aktifitas sehari-hari
- Gangguan fungsi kortikal/luhur
- Gangguan berkemih dan defekasi
- Gangguan fungsi menelan ( Disfagia )
- Gangguan fungsi seksual

Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan khusus : system neurologis
- Pemeriksaan lain : system otonomik, kardiorespirasi,
gastrointestinal , genitourinaria
- Pemeriksaan fungsional : disabilitas fungsional dan
kemampuan yang ada dengan UPDRS (Unidentified
Parkinson Disease Rating Scale)
- Pemeriksaan penunjang :
 Laboratorium untuk mengetahui penyakit yang
mendasar
 Radiologi : rontgen, MRI otak, fluroskopi
 Pemeriksaan urodinamik
2. Intervensi rehabilitasi
- Latihan refleksi
- Latihan control pernafasan dan pernafasan dalam
- Memperbaiki postur dan pola jalan dengan berbagai
metode terapi latihan
- Latihan fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi
- Pemberian ortose dan alat bantu adaptif bila
diperlukan
- Adaptasi kondisi rumah dan lingkungan
- Penanganan masalah gangguan bicara dan menelan
- Penanganan masalah miksi dan defekasi
- Penanganan masalah gangguan kognitif
- Penanganan masalah kardiovaskular (hipertensi
ortostatik)
Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap
SPO
REHABILITASI OSTEOPOROSIS
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Di Tetapkan Di : Meureudu
Tanggal terbit :
PROTAP
FISIOTERAPI

Pengertian Rehabilitasi pada osteoporosis/kerapuhan tulang yang


merupakan penyakit metabolic tulang yang ditandai
dengan menurunnya massa tulang secara progresif dan
perubahan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga
mengakibatkan kerapuhan tulang dan kecenderungan
untuk mengalami patah tulang.
Klasifikasi osteoporosis :
- Primer : penyebabnya tidak diketahui
- Sekunder : penyebabnya diketahui

Tujuan - Mencegah dan mengurangi gangguan fungsional yang


disebabkan oleh rasa nyeri dan fraktur akibat
osteoporosis
- Menghindari atau mengurangi kecatatan atau
deformitas menjadi seminimal mungkin dan
mengembalikan kemampuan fungsi semaksimal
mungkin sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medic yang dilakukan berdasarkan:


 Masalah medis dan fungsional dengan atau tanpa
fraktur
- Nyeri
- Deformitas
- Kelemahan otot
- Gangguan ambulasi dan AKS
- Gangguan psikologis
- Gangguan vokasional

Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan khusus/fungsional :
 Ukuran tingkat nyeri (VAS)
 Musculoskeletal : lingkup gerak sendi, kekuatan
dan ketahanan otot, postur, deformitas
 Fungsi ambulasi : analisa pola jalan,
keseimbangan, kordinasi
 Kemampuan melakukan AKS
- Radiologis : rotgen (x-ray)
- Pemeriksaan densitometry tulang
- Laboratorium : darah : estrogen, kalsium tulang
2. Intervensi rehabilitasi
- Pencegahan
 Senam osteoporosis
 Mempertahankan postur tubuh yang baik
- Pengurangan nyeri : penggunaan modalitas
- Terapi latihan : pembebanan ringan, ritmis dan
dinamis
- Ortosis bila dilakukan
- Latihan ambulasi dan aktivitas kehidupan sehari-
hari
- Edukasi : untuk pola hidup yang aman, (aktivitas
dan lingkungan)
- Konseling psikososial dan vokasional
Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap
SPO
REHABILITASI PASCA STROKE
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Di Tetapkan Di : Meureudu
PROTAP Tanggal terbit :
FISIOTERAPI

Pengertian Pengelolaan medis dan rehabilitasi yang komprehensif


terhadap disabilitas yang diakibatkan oleh pendekatan
neurorestorasi dan neurorehabilitasi

Tujuan Mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional


yang ada, sehingga penyandang stroke mampu dan
mencapai kemandirian serta kualitas hidup yang lebih
baik

Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medic yang dilakukan berdasarkan:


1. Fase stroke : fase akut (rawat inap)/fase pemulhan atu
fase lanjut (rawat jala)
2. Diagnose rehabilitasi
- Stroke rehabilitasi
- Gangguan fungsional : gangguan fungsi motorik,
gangguan komuniksi, gangguan
mobilisasi/ambulasi, gangguan fungsi menelan,
gangguan fungsi kognitif, gangguan perilaku,
gangguan berkemih dan defekasi, gangguan dalam
aktifitas sehari-hari.
Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum dan khusus ( system
neurologis )
- Pemeriksaan fungsional
 Kemampuan fungsional aktifitas sehari-hari
(indeks barthel)
 Fungsi kognitif (kesadaran, orientasi { waktu,
tempat dan orang }, atensi, memori dan kalkulasi)
 Fungsi komunikasi atau bahasa
2 Intervensi rehabilitasi
- Fase akut (rawat inap) :
 Mempertahankan integritas kulit
 Mencegah pola postur dan spastisitas yang
mengganggu pemulihan fungsional
 Mempertahankan dan meningkatkan fungsi
kardio-respirasi
 Mengatasi gangguan fungsi menelan
 Mengatasi gangguan fungsi berkemih dan
defekasi
 Mengatasi gangguan komunikasi
 Stimulasi multisensoris
- Fase pemulihan (rawat jalan)
 Melanjutkan terapi fase akut
 Terapi latihan dengan berbagai metode
pendekatan, seperti :
 Muscle reeducation approach
 Neuro-facilitation approach (bobath)
 Strength training dan physical conditioning
 Latihan mobilisasi/ambulasi
 Terapi latihan dengan bantuan modalitas:
Electrical stimulation
 Ortotik
 Alat bantu mobilitas dan AKS
 Konseling psikologis dan vokasional
- Fase lanjut :
 Melanjutkan berbagai pendekatan terapi fase
pemulihan
SPO
REHABILITASI PASCA STROKE
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
 Terapi latihan untuk mengatasi masalah
keterbatasan (disabilitas/handicap)
 Konseling dan edukasional untuk resosialisasi
 Home program

Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap


SPO
REHABILITASI CEREBRAL PALSY ATHETOID
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Di Tetapkan Di : Meureudu
Tanggal terbit :
PROTAP
FISIOTERAPI

Pengertian Cerebral palsy adalah lesi otak non progresif yang terjadi
sebelum, selama atau segera setelah lahir yang
menyebabkan kelainan fungsi neuromuskuler berupa
abnormalitas tonus otot, gangguan koordinasi gerak otot
disertai ketidakmampuan dalam mengontrol postur dan
keseimbangan tubuh.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur A. Anamnesis
Pasien anak usia 5 tahun sampai saat ini belum bias
rolling, merangkak dan duduk, tapi hanya bisa posisi
duduk jika didudukkan dan harus disangga karena
sering jatuh.
B. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
1. Cek kognitif
- Motifasi = cukup
- Atensi = kurang
- Emosi = cukup
- Komunikasi = kurang
2. Inspeksi
- Poor neck control
- Saat bergerak terlihat lambat
- Adanya gerakan tidak terkendali dan menggeliat
- Sulit untuk memegang benda
3. Palpasi
Tonus otot cenderung hipotone
C. Penegakan diagnosis
1. Aktif limitation
Adanya gangguan berguling, mrangkak, duduk
dan bermain
2. Body structure dan body function
- Poor neck control
- Involunter movement
3. Participation restriction
Tidak dapat bermain dengan teman-temannya
4. Menegakkan diagnose berdasarkan ICF
Adanya gangguan berguling, merangkak, duduk dan
bermain akibat poor neck control dan involuntary
movement sehingga tidak dapat bermain bersama
teman-temannya.
D. Rencana penatalaksanaan
1. Tujuan
Meningkatkan kemampuan fungsional sesuai
dengan usia pertumbuhan
2. Prinsip therapy
- Menambah pengalaman sensorik dan provioseptik
- Meningkatkan kemampuan koordinasi otot
penggerak
3. Edukasi
Mengjarkan anak untuk latihan koordinasi dengan
menggunakan main seperti cone.
4. Kriteria rujukan
Dokter spesialis saraf
SPO
REHABILITASI LOW BACK PAIN
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Tanggal terbit : Di Tetapkan Di : Meureudu
PROTAP
FISIOTERAPI

Pengertian Low back pain ( LBP ) adalah suatu sindroma yang


ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan
tidak enak didaerah tulang punggung bawah dan
sekitarnya yang membuat orang tidak dapat bekerja
atau melakukan kegiatan dengan baik.
Berdasarkan penyebabnya, LBP dapat dibagi menjadi :
1. LBP traumatic akibat trauma unsure miofasial atau
trauma pada komponen keras (fraktur,
spondylolistesis )
2. LBP akibat proses degenerative, spondylosis, HNP,
stenosis spinalis, OA
3. LBP akibat inflamasi : rematoid arthritis, ankYlosing
spondylitis
4. LBP akibat proses infeksi spondylitis tuberculosis
5. LBP akibat gangguan metabolic osteoporosis
6. LBP akibat neoplasma
7. LBP akibat kelainan congenital
8. LBP sebagai “ referred pain ” dari proses patologik
organ-organ visera di pelvic atau abdomen
9. LBP akibat gangguan sirkulatorik
10. LBP psikoneurotik
Berdasarkan waktu LBP dibagi menjadi :
1. LBP akut ( ≤ 2 minggu )
2. LBP subakut ( 2 minggu – 3 bulan
3. LBP kronik ( > 3 bulan )

Tujuan - Mengatasi nyeri dan spasme otot-otot punggung


- Mencegah dan mengatasi disabilitas dan gangguan
fungsional, seperti keterbatasan lingkup gerak atau
mobilitas lumbal/punggung bawah, gangguan
sensorik ,gangguan motorik (kelemahan otot-otot
punggung dan parese ekstremitas bawah/tungkai)
gangguan miksi dan defekasi serta gangguan
psikososial
.
Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medik yang dilakukan
berdasarkan :
- Waktu : akut/subakut/kronik
- Berdasarkan penyebab
Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum dan khusus (system
neurologis)
- Pemeriksaan fungsional
 Ukuran tingkat nyeri ( VAS )
 Lingkup gerak atau mobilitasi
lumbal/punggung bawah
 Fungsi sensorik dan motorik
 Fungsi ambulasi (berjalan)
 Fungsi niksi dan defekasi
- Radiologis : rotgen (x-ray lumbo-sacral :
AP/lateral/oblique/fleksi ektensi maksimal,
mielografi/kaudografi ) CT-Scan, MRI
- Elektrofisiologi : EMG
2. Intervensi rehabilitasi
SPO
REHABILITASI LOW BACK PAIN
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
- Fase akut :
 mengatasi nyeri dan spasme otot dengan
modalitas terapi fisik, seperti diatermi ( SWD,
MWD, US ), electrotherapy ( TENS,
Interferensial) traksi lumbal
 ortotik : spinal corset atau korset lumbal
 edukasi : proper body mechanics
3. Fase subakut dan kronis :
- Mengatasi nyeri dan spasme otot dengan
modalitas terapi fisik, seperti diatermi (SWD,
MWD, US), electrotherapy (TENS Interferensial),
traksi lumbal
- Back exercises, untuk latihan penguatan otot-otot
punggung atau abdominal, meningkatkan
mobilitas lumbal
- Strengthening exercise atau stimulasi listrik bila
terjadi parase extreminitas bawah
- Bladder atau bowel training dan pelvic floor
exercise (PFF) jika terjadi gangguan miksi atau
defekasi
- Konseling masalah psikososial dan vokasional

Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap


SPO
REHABILITASI RHEUMATOID ARTHRITIS
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA

PROTAP Tanggal terbit : Di Tetapkan Di : Meureudu


FISIOTERAPI

Pengertian Rehabilitasi pada kondisi arthritis kronis, progresif


lambat, yang diklasifikasikan sebagai suatu penyakit
jaringan ikat yang difusi dan multisistem, serta
menyebabkan gangguan fungsi ambulasi, dan aktifitas
kehidupan sehari-hari.

Tujuan Mengurangi nyeri, mencegah deformitas, mencegah


komplikasi tirah baring lama. Mengembalikan
kemampuan fungsional dan ambulasi semaksimal
mungkin sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
dan kemandirian seseorang

Kebijakan Pendekatan rehabilitasi medik yang dilakukan


berdasarkan :
 Perjalanan penyakit, nyeri pada fase
akut/subakut/kronik
 Masalah medis dan fungsional yang dialami penderita
rheumatoid arthritis :
- Nyeri
- Keterbatasan lingkup gerak sendi
- Deformitas sendi
- Kelemahan otot sekitar sendi
- Gangguan abulasi dan AKS
- Gangguan psikologis
- Gangguan vokasional

Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum : tanda vital
- Pemeriksaan khusus/fungsional :
 Ukuran tingkat nyeri (VAS)
 Deformitas, krepitasi, nyeri tekan pada sendi
dan jaringan sekitarnya, tanda-tanda efusi sendi
dan stabilitas sendi
 Lingkup gerak sendi, kekuatan otot, deformitas
 Kekuatan otot sekitar sendi
 Fungsi fungsional ambulasi : berjalan dengan
atau tanpa lat bantu
- Radiologis : rontgen (x-ray sendi)
- Laboratorium : darah lengkap, (CRP, RF)
2 Intervensi rehabilitasi
- Pengurangan nyeri dan inflamasi :
 Akut : imobilisasi, istirahatkan sendi, bila perlu
dengan pembidaian (tapping dan strapping),
kompres dingn
 Subakut/kronik : modalitas terapi fisik (infra
red, paraffin bath, diathermy, electrotherapy)
- Terapi latihan : ROM exercise, latihan penguatan
otot, latihan ketahanan otot dan kardiorespirasi
- Proteksi sendi : brace, splint (dynamic splint), alat
bantu adaptasi atau ambulasi
- Edukasi : penurunan berat badan, proper body
mechanic, teknik mengurangi beban pada sendi
- Home program
Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap
SPO
REHABILITASI HEMIPARESIS PASKA STROKE
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
Tanggal terbit : Di Tetapkan Di : Meureudu
PROTAP
FISIOTERAPI

Pengertian Jika satu tangan atau Satu kaki atau satu sisi wajah
menjadi lemah, namun tak sepenuhnya lumpuh yang
diakibatkan oleh stroke yang menyebabkan terganggunya
aktifitas sehari-hari.

Tujuan Mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional


yang ada, sehingga penyandang hemiparesis mampu
beradaptasi dan mencapai kemandirian serta kualitas
hidup yang lebih baik.

Kebijakan 1. Fase perawatan


Fase akut dan fase pemulihan (rawat inap) dan fase
lanjutan (rawat jalan)
2. Diagnose rehabilitasi
Gangguan fungsional yang meliputi gangguan fungsi
motorik, gangguan komunikasi, gangguan mobilisasi,
gangguan fungsi kognitif dan gangguan sensasi.

Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum dan khusus
- Pemeriksaan fungsional
 Kemampuan fungsional aktifitas sehari-hari
 Kemampuan sensibilitas kulit
 Kemampuan fungsi komunikasi
2. Intervensi rehabilitasi
- Fase akut
 Mempertahankan integritas kulit
 Mencegah pola postur dan spastisitas yang
mengganggu pemulihan fungsional
 Mempertahankan dan meningkatkan fungsi
kardiorespirasi
 Mengatasi multi sensori
 Terapi dengan bantuan modalitas Infra Red (IR)
- Fase pemulihan (rawat Jalan)
 Melanjutkan terapi fase akut
 Terapi latihan dengan berbagai metode
pendekatan
 Muscle reeducation approach
 Neuro facilitation approach (Bobath)
 Latihan penguatan otot (streng training)
 Latihan Mobilisasi/Ambulasi
 Terapi dengan bantuan modalitas IR (Infra Red)
 Home Program
Unit Terkait Rawat jalan, rawat inap

SPO
REHABILITASI FROZEN SHOULDER
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA

PROTAP Tanggal terbit : Di Tetapkan Di : Meureudu


FISIOTERAPI

Pengertian Frozen shoulder atau capsulitis adhesive adalah suatu


kondisi yang menyebabkan keterbatasan gerak pada
sendi bahu disertai dengan nyeri dan kekakuan yang
sering terjadi tanpa dikenali penyebabnya.

Tujuan

Kebijakan

Prosedur A. Anamnesis
Pasien dengan nyeri bahu-lengan atas dan kaku bahu,
keluhan tangan tidak bisa kebelakang atau menyisir
atau kegiatan tangan lainnya karena nyeri dan kaku
gerak kesegala arah. Serta nyeri meningkat bila gerak
bahu mencapai lingkup gerak tertentu dan berkurang
bila diposisikan pada posisi istirahat.

B. Pemeriksaan fisik dan pemerksaan penunjang


- Pemeriksaan fisik
 Inspeksi : posisi sendi glenohumeral pada MCPP,
bahu tampak tinggi sebelah kanan /asimetris
 Tes cepat :
- Abduksi elevasi bahu terjadi gerak reverse
hunero scapular rhythm
- en feel “FIRM”
 Tes gerak pasif :
- Gerak glenohumeralis rotasi eksternal abduksi
maupun internal rotasi “FIRM end feel”
- Pada Rom penh nyeri sampai latral lengan atas
 Tes gerak isometrik : tidak bermakna kecuali
bila ada strain atau tendinitis
 Tes khusus
- Joint play movement : traksi pada akhir rom
nyeri terbatas firm end feel
- Palpasi : spasme otot bahu ( pada bahu yang
nyeri )
- Contract relax stretched test terbatas dan nyeri
sedikit berkurang pasca kontraksi
Pemeriksaan penunjang : X’ Ray
C. Penegakan diagnosis
- Activity limitation :
- Menyisir
- Memakai baju
- Mandi
- Mengemudi
- Menjemur pakaian
- Body function and structure impairment :
- Muscle imbalance
- Nyeri
- Hipomobility

SPO
REHABILITASI FROZEN SHOULDER
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA
- Participation restriction :
- Keterbatasan dalam pekerjaan
- Keterbatasan dalam olahraga (bulu tangkis)
- Keterbatasan dalam rekseasi (bersepeda)
- Diagnosis fisioterapi : nyeri bahu hingga lengan
atas dan hypomobiliti non capsilar pattern akibat
idiopathic frozen shoulder
D. Rencana penatalaksanaan
- Tujuan : menghilangkan nyeri dan mengembalikan
gerak fungsional
- Prinsip terapi : menambah dan memperbaiki ROM,
mengurangi spasme otot
- Edukasi : disarankan untuk melakukan latihan
cotman pendular
- Rujukan : Dokter Orthopedi, Fisioterapi
E. Prognosis
Pasien dapat sembuh jika ditangani dengan cepat,
akan tetapi dalam kurun waktu 2 tahun frozen
shoulder dapat sembuh dengan sendiri. Tapi
dikhawatirkan akan terjadinya perubahan struktur di
region bahu
F. Intervensi fisioterapi
- Infra Red Rays
- TENS
Terapi Mobilisasi pada sendi bahu

SPO
REHABILITASI BELL PALSY
No.dokumen No.revisi Halaman :

RSUD
PIDIE JAYA

PROTAP Tanggal terbit : Di Tetapkan Di : Meureudu


FISIOTERAPI

Pengertian Suatu kelainan pada nervus fascialis yang menyebabkan


kelemahan atau kelumpuhan pada otot disuatu wajah.
Suatu keadaan ketidaksimetrisan wajah dikarenakan
penurunan fungsi nervus facialis yang mengakibatkan
ketidak seimbangan kekuatan pada kedua sisi wajah.

Tujuan - Memperbaiki fungsi nervus fascialis


- Mengembalikan wajah kembali simetris
- Mengembalikan fungsi otot-otot wajah

Kebijakan Pendekatan rehabilitas medic yang dilakukan


berdasarkan :
- Masaalah medis dan fungsiona
- Nyeri atau tidak terasa
- Kelemahan otot wajah
- Gangguan sensorik dan motorik
- Adanya penurunan kekuatan otot-otot wajah disatu sisi
- Potensial terjadi spasme otot pada sisi wajah yang
sehat oleh karena kontraksi terus menerus pada sisi
yang sehat

Prosedur 1. Assessment :
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan khusus/fungsional
 Fungsi dan kekuatan otot wajah
 Ganguan pada mata
 Kemampuan indera perasa
 Otot wajah berkeduk
2. Intervensi
- IR
 Prosedur
- Pasien diminta untuk tidur terlentang dengan
senyaman ungkin kepala beralaskan bantal
dengan wajah miring kearah sisi wajah yang
sehat
- Pasien diberi tahu tentang manfaat terapi dan
mengenai panas yang dirasakan yaitu rasa
hangat
- Kemudian pasien dirasakan untuk menutup
mata dari serat lampu, kemudian lampu
diposisikan tegak lurus dengan wajah yang
lemah dengan jarak 40/60 cm dengan waktu
15 menit

 Massege
Teknik-teknik massage pada wajah
a. Stroking
Manipulasi gesekan yang ringan dan halus
dengan menggunakan seluruh permukaan
tangan yang bertujuan untuk meratakan
pelican keseluruh wajah pasien
b. Eflurage
Gerakan ringan berirama eperti melakukan
gerakan atau gerakan yang dilakukan dengan
3 jari tangan sesuai letak serabut otot-otot
wajah menuju telinga

c. Finger kneading
Pijatan jari-jari tangan yang dilakukan degan
cara melingkar
disertai dengan tekanan pada kulit dan
jaringan lunak supkutan
d. Tapotement
Manipulasikan dengan memberikan tepukan
yang berirama
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA MENGGUNAKAN INFRA RED

ABSTRAK

Osteoarthritis adalah gangguan degenerative dengan terjadinya penipisan


dan pecahnya tulang rawan yang bersifat progresif yang dapat
menyebabkan seluruh fungsi sendi hilang. Gangguan yang terjadi pada
kondisi Osteoarthritis adalah nyeri pada lutut, keterbatasan lingkup gerak
sendi (LGS), penurunan kekuatan otot dan gangguan aktifitas fungsional.
Tetapi yang diberikan berupa Infra red dengan tujuan mengurangi nyeri dan
meningkatkan aktifitas fungsional,

Anda mungkin juga menyukai