Anda di halaman 1dari 80

 Hidrotherapy merupakan suatu terapi

fisioterapi menggunakan air dengan


menerapkan prinsip hidrodinamik.
 Dalam hidroterapi ini, physio juga berada
dalam air bersama dg pasien untuk dapat
melakukan observasi dan fasilitasi terhadap
pola2 gerakan pasien.
 Program rehabilitasi menggunakan air ini
dapat dimulai pada early stage treatment.
Bahkan pada beberapa atlit olahraga tertentu
yang terkena injury dapat menggunakan
kolam berenang untuk latihan dan juga untuk
memelihara kebugaran mereka.
 Indikasi dan kontraindikasi dari hidroterapi
telah mengalami perubahan dalam beberapa
tahun terakhir.
 Kebanyakan penyakit yang berhubungan
dengan lokomotor system dapat ditangani
dengan hidroterapi.
 Penyakit infeksi dan penyakit kulit yang
menular serta luka terbuka pada tubuh
menjadi kontraindikasi hidroterapi
 Assessment secara detail penting utnk
dilakukan. Kegiatan atlit seperti kemampuan
atlit dalam air dan juga kegiatan atlit
sebelumnya dalam air harus tercatat dengan
baik. Bagitu pula kontra indikasi yang ada.
 Immersion memberikan efek pada sistem
dalam tubuh seperti sistem kardovaskular,
respirasi, metabolisme, dan sistem saraf
sejalan dengan efek pada kulit dan juga
ginjal.
 Hall et al menyatakan bahwa dibutuhkan
penelitian lebih lanjut mengenai efek fisiologi
treatment dalam air. Sebelumnya disebutkan
bahwa terdapa efek terapeutik dalam
perubahan fisilogi yang terjadi dari kombinasi
antara exercise dan immersion di air.
 Keunikan dari air adalah adanya bouyancy
yang dapat mengurangi stress pada sendi-
sendi penumpu berat badan dan juga
memungkinkan untuk melakukan gerakan
dengan pengaruh gravitasi yang minimal.
 Temperatur dari air juga memberikan efek
fisiologis. Dalam hidroterapi, temperatur
harus dijaga sekitar 35 derajat celcius. Dari
beberapa kondisi injury, temperatur yang
digunakan berkisar antara 32-34 derajat
celcius.
 Hidroterapi dapat diberikan pada fase
subakut dan kronik dalam proses rehabilitasi
sport injury.
 Early treatment diberikan saat pasien masih
dalam proses non weight bearing sehingga
kebugaran atlit dapat terjaga dengan baik.
1. Metode konvensional
metode ini memungkinkan atlit melakukan
gerakan aktif, assisted, supported ataupun
resisted oleh bouyansi. Latihan dapat
ditingkatkan dengan mengubah panjang
lever tungkai, menambah alat bantu
pelampung, dan meningkatkan kecepatan
dan repetisi.
2. Pola Bad-Ragaz
pola ini juga menggunakan air dan berfungsi
untuk mendorong terbentuknya fungsi sendi
dan otot uang normal secara anatomi dan
fisiologi.
bouyansi diterapkan dengan pemberian
pelampung pada bagian leher, pelvis,
ataupun ankle. Resisten didapatkan dari
‘bow-wave’ dan turbulensi jika tubuh
digerakkan.
 Physio yang berada dalam air bersama pasien
memberikan fiksasi dalam 3 cara:
1. Physio bertindak sebagai fiksator sementara
pasien berjalan menjauhi atau mengelilingi
physio.
2. Ketika bertindak sebagai stabilizing point,
pasien didorong ke arah gerakan yang
menghasilkan turbulensi
3. Pasien mempertahankan dirinya sementara
physio mendorongnya dalam air.
 Pola Bad-Ragaz ini didesain untuk kerja
isotonik dan isometrik untuk otot-otot
tungkai atas, bawah, maupun trunk.
 Tujuan utamanya adalah peningkatan ROM
dan kekuatan otot.
 Telah tercatat bahwa saat latihan lapangan
dilakukan di air hasilnya a/ nilai terbesar
metabolic dan nilai terbesar tenaga yg dirasakan
(Johnson et al 1877, Kirby et al, /more 1990).
Penggunaan nilai terhadap tenaga yg dirasakan
sebagai pemberi instruksi dari latihan, intensitas
dipengaruhi oleh pengeluaran terbesar metabolic
dari aktifitas di air; denyut nadi rendah sama dgn
kerja metabolic; efek yg mungkin thd suhu air;
dan dan tekanan tahanan tervesar utk gerakan
ekstremitas—viskositas friksi, drag dan
turbulens.
 McWaters menggunakan skala rasio dari
tenaga yg dirasakan dalam meresepkan
intensitas lari air. McWater mencatat bahwa
atlit lari dapt melakukan lari jangka panjang
(45 min) pada RPE 7 sementara jarak antara
latihan berisi lari berat selama 2-5 menit
dapat didukung RPE 8-9. Seluruh usaha
(RPE= 10) biasanya dapat bertahan selama
tdk lebih dari 30 detik. Nilai RPE ini
dibandingkan dgn nilai RPE
 Penggunaaan buoyancy dan gravity
kedalamannya tergantung tujuan dari
exercise atau teknik serta kondisi pasien
 Exercise ini secara khusus berhubungan
untuk merubah bentuk dan dasar dari prinsip
hidrodinamik yakni buoyancy, turbulence dan
metacentre (keseimbangan dalam air)
 Kondisi dan densitas tubuh atau bagian
tubuh mempengaruhi teknik hydroterapi.
Perubahan kondisi untuk tetap seimbang di
dalam air inilah yang akan melahirkan prinsip
metacentric
 4 posisi utama yakni berdiri, duduk, kneeling
dan lying digunakan untuk memodifikasi
perubahan otot dan mengontrol
keseimbangan.
 Kedalaman air saat berdiri, duduk dan
kneeling divariasikan dengan kondisi pasien,
begitupun tekniknya .
 Saat berdiri kedalaman air umumnya 2/3
tinggi pasien tetapi dalam ataupun
dangkalnya air tergantung dari tingkat
keseimbangan dan kordinasi ataupun
peningkatan weigthbearing yang dibutuhkan.
 Saat posisi duduk kedalaman air bisa
berubah-ubah, dari minimal flexi hip dan
knee hingga semua sendi pada extremitas
bawah, kondisi air pun dari yang dalam ke
yang dangkal.
 Begitupun saat posisi kneeling.
 Sport Injury biasanya ditangani dengan treatment lama. Air
memiliki manfaat bouoyancy (daya apung) yang dapat
mengurangi stress/ tekanaan pada weightbearing, terutama
pada sistem muskuloskeletal tungkai bawah (skinner & thomson
1988)
 Dimana terdapat nyeri dan spasme otot, bagian yang
dipengaruhi sebaiknya direndam pada air hangat sehingga efek
heating dan water support dapat memberi efek relaksasi.
 Air hangat dapat membantu sirkulasi dan membantu
menghilangkan hematoma dan oedema. Swelling juga dapat
dikurangi dengan tekanan air pada tungkai. Tekanan hidrostatik
meningkat sesuai dengan kedalaman, praktis bagian yg bengkak
dapat dilatih pada kedalaman tinggi yg memungkinkan.
 Kondisi muskuloskeletal dengan limitasi gerak, kelemahan otot,
kurangnya stabilitas, unkoordinasi dan perubahan pola jalan,
merupakan semua kondisi yg dapat diberikan aktivitas kolam.
 Stress fracture
 Injury to the hip region
 Injuries to the knee
 Ankle problems
 Spinal injury
 The cervical spine
 Ketika pembebanan high impact seperti lari
dihentikan, aktivitas di air dapat membantu atlet
mempertahankan level kebugaran baik aerobic
maupun anaerobic.
 Swimming dan water-running (disokong dengan
alat flotation) sangat berguna untuk mengurangi
penghentian aktivitas atau partisipasi atlet dalam
oleh raga.
 Setelah terjadi proses healing pd fraktur, baru
diperkenalkan pembebanan impact yg
ditingkatkan melalui pengurangan kedalaman
celupan dalam kaitannya dengan petunjuk
Harrison dan Buldstrode (1987) atau mengurangi
halangan untuk bergerak.
 Treatment spesifik termasuk penggunaan
metode pola Bad Ragaz untuk sendi di bawah
dan di atas fraktur.
 Walaupun tahap awal perbaikan telah
diperkenalkan hydrodynamic exc dan
turbulence yg sengaja dibuat oleh Physio dan
ditempatkan disekitar atlet akan menguatkan
dan menstimulasi mekanisme keseimbangan.
 Hydrotherapy diindikasikan pada fase
subakut dan kronik baik injury terjadi pada
tulang maupun otot.
 Injury di area hip fase sub-akut dan kronik
dapat dikuatkan dengan efektif melalui
hydrotherapy.
 Starting position: supine & standing
 Strengthening ditingkatkan dengan
menambahkan flotation pada tungkai.
 Ex: pada adductor strain saat berdiri, mulai
abduksikan dan adduksikan kaki menuju
midline. Aksi eksentrik perlu dikontrol untuk
mengembalikan pada starting position.
 Hidroterapi diindikasikan pada fase sub-akut. Latihan
lembut pada lutut dalam limitasi gerak karena nyeri
dapat diberikan, kemudian latihan yg lebih aktif
diberikan di bagian trunk dan tungkai yg tidak
dipengaruhi injury.
 Yg harus diingat adalah pemanasan dan sokongan air
dapat meningkatkan ROM, dan physio harus
menginstruksikan dengan hati-hati kpd atlet,
terutama dibagian yg terdapat nyeri.
 Pola Bad Ragaz sebaiknya diaplikasikan pada tungkai
terkait secara hati-hati sehingga kebebasan bergerak
yg terjadi dalam air tidak memperparah kondisinya.
 Control dapat dilakukan dengan proximal holds dan
modifikasi pola.
 Pada fase kronik, exercise dan pola dapat
ditingkatkan. Latihan hydrodinamic dapat
diperkenalkan setelah jangkauan fleksi dan
ekstensi knee meningkat. Dan kekuatan otot
hamstring dan quadriceps juga telah
meningkat.
 Contoh hydrodinamic exc: cossack dancing
 Soft tissue injury sangat sering terjadi pada
ankle, inversion sprain membentuk 80% dari
semua injury pd ankle.
 Mengatasi injury ini dalam kolam sangat
bermanfaat. Tekanan hidrostatis dapat
mengurangi swelling dan daya apung yg
didominasi kedalaman air memungkinkan
latihan dalam keadaan berdiri pada kaki yg
dipengaruhi.
 Turbulensi di sekitar atlit membutuhkan
kontrol keseimbangan dan koordinasi.
 Pola Bad Ragaz seperti dorsofleksi dan
plantarfleksi dan pola lainnya termasuk
gerakan ankle, dapat dilakukan.
Latihan relaksasi
1. Supine Lying (posisi berbaring telentang)
dengan pelampung menyanggah leher,
pelvis, dan pergelangan kaki.

Bisa juga dengan bantuan Physio.


Bahu Physio menyanggah kepala klien,
tangan menengadah ke atas di bawah trunk
klien untuk menjaga keseimbangan
extremitas inferior.
2. Gentle passive swaying (ayunan perlahan)
pada tubuh dan extremitas inferior dari sisi
ke sisi.
3. Gentle active movements pada extremitas
inferior.
Latihan relaksasi alternatif
‘Hanging’ from poolside
1. Untuk area thorakal dan lumbal saja (tdk pada
cervikal). Dilakukan pada kolam yang dalam
(deep water) sehingga kaki tidak menyentuh
dasar kolam dan dengan air hangat (untuk
mengurangi nyeri dan relaksasi).
2. Elbow fleksi dan lengan bawah diletakkan di
pinggir kolam.
3. ‘Hanging’ teknik lain dengan menggunakan
pelampung.
1. Latihan konvensional
2. Pola Bad Ragaz pada lengan dan tungkai
3. Gerakan statis
4. Gerakan dinamis

Latihan dikontrol langsung oleh Physio, dilakukan


bertahap, dan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan.
Latihan Relaksasi
1. Berjalan di tepi kolam setinggi C7
2. Mencelupkan seluruh cervikal dengan
pelampung atau dibantu Physio
3. Menggerakkan kepala dalam flat position
Intervensi nyeri dan spasme regio cervikal
1. Supine lying
2. Fiksasi dengan lengan dan kepala Physio.
Cara lain : menggunakan neck collar dengan
Physio berdiri di samping hip atlit
3. Kepala in mid-position
4. Badan rotasi pasif
5. Cervikal fleksi, ekstensi, lateral fleksi dalam
curled up position (knee to chest and hand
around knees)
6. Cervikal rotasi dalam flat position
7. Berenang dengan rocking action of head
Manajemen :
- mengurangi nyeri
- memperbaiki kordinasi dan keseimbangan

 Hanging di tepi kolam atau dengan pelampung


 Lakukan gerakan kecil dan lambat pada kepala,
lengan, dan tungkai ke segala arah pada posisi
tubuh fleksi, ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi
 Mengaplikasikan berbagai posisi (duduk,
berlutut)
 Perhatikan riwayat trauma vertebra
 Lakukan modifikasi
Fase subakut
 Supine Lying dengan pelampung
menyanggah leher, pelvis, dan pergelangan
kaki.
Bisa juga dengan bantuan Physio.
 Gentle passive swaying pada tubuh dan
extremitas inferior dari sisi ke sisi.
 Gentle active movements pada extremitas
inferior.
 Pola Bad Ragaz pada lengan dan tungkai
 Pola isotonik
Fase kronik cedera shoulder
(peningkatan kekuatan dan kontrol)
 Supine Lying
 Gentle active movements pada extremitas
superior dan inferior
 Pola Bad Ragaz pada lengan dan tungkai
 Peningkatan luas dan kecepatan gerakan
bertahap
 Khusus untuk regio ini tergantung baik di kolam
renang atau digantung di ketiak oleh dua cincin
menggembung juga berguna. Untuk mengurangi
rasa sakit, gerakan lambat kecil dari kepala ke
segala arah dapat dilakukan, dengan waktu yang
diberikan bagi tubuh untuk bereaksi sebagai
posisi kepala akan berubah menjadi 'dicatat' oleh
air dan perubahan posisi badan. Posisi tubuh flexi,
ekstensi, fleksi lateral dan rotasi trunk dapat
dikembangkan dengan cara ini. Kemudian,
gerakan anggota tubuh bagian bawah dapat
dilakukan bersama dengan gerakan kepala.
Kesimbangan dan koordinasi juga dapat
diperbaiki dengan menggunakan pusaran air yg
diciptakan sekitar atlet oleh fisioterapis, atlet
memegang berbagai bentuk, misalnya, duduk,
berlutut dan berdiri
 Berenang untuk atlet dengan trauma tulang
belakang harus dipertimbangkan hati-hati
dan dimodifikasi. Awalnya gerakan lengan
bilateral di punggung yang dapat dibuat,
secara bertahap pindah ke pola lengan
sepihak. Gerakan dada sering semakin sulit
untuk cedera tulang belakang karena di
sekitar perluasan cervikal dan trunk
 Hidroterapi akan diperkenalkan pada fase subakut.
Jika atlet enggan untuk memindahkan lengan
menjauh dari tubuh ini dapat dicapai dalam air
dengan menginduksi relaksasi dengan cara spesifik.
Dengan menyangga atlet dalam berbaring terapung,
fisioterapis berdiri di belakang kepala dan memegang
atlet di bawah bagian belakang pinggang, berjalan
mundur perlahan bergoyang lembut tubuh atlet dari
sisi ke sisi. Ketika lengan dalam keadaan rileks ia
akan cenderung untuk menjauh dari sisi tubuh
karena pusaran air yang memudahkan gerakan.
Mengapung membantu gerakan lengan kemudian
diperkenalkan yang kemudian berkembang menjadi
daya apung netral. Seperti penyembuhan terjadi
latihan dapat berkembang dan Bad Ragaz pola
isometrik diperkenalkan, diikuti dengan pola isotonik
awalnya menggunakan proksimal memegang
 Pada fase kronis, kekuatan dan kontrol otot
menjadi penting dan semua teknik yang
diberikan di atas diperluas. Ini berlaku untuk
pola bad ragaz bisa menjadi distal, terutama
jika sakit mengalami penurunan. Lambat
pembalikan, stabilisasi, induksi kontraksi
berturut-turut dan berulang dapat digunakan
 Perlakuan di atas tentu akan berlaku untuk
sindrom rotator cuff dengan penekanan
dalam perlakuan atas koreksi kesalahan
pelatihan dan teknis. Penguatan olahraga
juga bisa berkembang dengan penambahan
dayung atau sarung tangan diperbesar ke
tangan, untuk meningkatkan luas permukaan
anggota badan, dan / atau menambah
kecepatan atau pergerakan dari latihan
 Untuk mengobati cedera olahraga efektif di
kolam renang, fisioterapi harus memahami
dan memanfaatkan media sampai batas yang
paling penuh, penanganan dan membimbing
atlet untuk pemulihan optimal dan
mempercepat kembali ke olahraga
 Bagian penting dari rehabilitasi cedera atlet
adalah pemeliharaan kebugaran
kardiovaskulernya.
 Di masa lalu, berenang dan bersepeda telah
ditentukan bagi atlet sebagai latihan untuk
menghindari aktivitas FWB terkait cedera
sistem lokomotornya.
 Saat ini, WR telah ditentukan untuk
menggantikan aktivitas dasar atlet yg
berhubungan dgn berlari.
 WR adalah istilah umum yg dapat meliputi
aktivitas berlari jarak jauh di dalam air.
 Pada umumnya, WR merupakan aktivitas
berlari dalam air sambil menjaga gaya dan
postur berlari yg normal.
 Hal ini dapat dilakukan dalam air yg dangkal
(kedalaman 0,8-1 m) atau ketika ditunjang
dgn pelampung dalam air dalam (kedalaman
>1,8 m)(Hamer & Morton’90).
 Indikasi WR luas & bervariasi.
 Paling umum hal ini digunakan selama masa
rehabilitasi dari ketegangan cedera pada
ekstremitas bawah.
 Hal ini meliputi ketegangan fraktur, sindrom
ketegangan medialis tibial, & beragai sindrom
kompartemen ekstremitas bawah.
 Aplikasi yg sesuai untuk WR telah diperluas
termasuk manfaatnya sbg aktivitas recovery
setelah latihan keras, contohnya latihan WR
aerobik terkait dgn latihan basket intensif.
 WR juga digunakan sbg latihan pengganti shg
hal ini dipakai sbg latihan reguler mingguan,
contohnya sbg pengganti lari 8 km/hari
setelah usaha lari kencang 20 km.
 WR dapat dilakukan secara bertahap, mulai
dari berjalan sampai berlari dan sprinting
juga dapat ditingkatkan mulai dari aktivitas
NWB(menggunakan pelampung) ke aktivitas
PWB di kolam yg dangkal.
 Hal ini penting tidak hanya sbg latihan WB
sewaktu cedera (contohnya fraktur, sprain
ligamen), tetapi juga untuk masalah lainnya.
 Misalnya, masalah obesitas dan arthritis.
 Hal ini cocok untuk dilakukan karena dapat
meningkatkan level aktivitas tanpa
menimbulkan ketegangan pd ekstremitas
bawah.
 Teknik dasar dalam WR yaitu usaha untuk
memperbaiki metabolisme dan
neuromuskular khususnya pd aktivitas
berlari.
 Teknik dasar beraktivitas dalam WR harus
melibatkan kelompok otot yg sama &
menirukan pola gerak yg dibutuhkan, seperti
berlari.
 Sewaktu melakukan deep-WR dibutuhkan
pelampung untuk menghilangkan beban
terhadap ekstremitas bawah di dalam kolam.
 Berbagai jenis pelampung yg digunakan, yaitu
sabuk waterski, rompi sampan, & karet
polystyrene produksi Wet Vest (Bioenergetics
Inc., Birmingham AL), sabuk Hidro-tone (Hidro-
tone International Inc.).
 Pelampung penting terutama dalam memastikan
aktivitas berjalan normal, shg tak mengganggu
proses berlari yg sebenarnya.
 Tanpa pelampung proses berlari terganggu, shg
posisi tubuh ke depan seperti aktivitas
bersepeda.
 Proses yg tepat yaitu posisi tubuh agak tegak
(10-150 condong ke depan), dgn posisi
tangan seperti berlari.
 Tangan harus sedikit dikepalkan, shg tidak
meniru ‘dog paddle’ (gaya mengayun).
 Gerak pada ekstremitas bawah harus
diperhatikan, spt mengangkat paha,
meluruskan lutut ke depan, dan gerakan betis
ke belakang.
 Pada proses ini, terjadi plantarfleksi kaki
selama fase recovery dari proses berlari, shg
dapat memelihara fase drive yg berhubungan
dgn stance phase sewaktu berlari.
 Jika dorsiflexi terjadi, maka akan
menghasilkan gerakan spt bersepeda yg
dibutuhkan pada cedera pembalap sepeda,
untuk menghindari pembebanan pd
ekstremitas bawah.
 Hal ini sama pentingnya, untuk menegangkan
paha saat diangkat dan ekstensi bagian
tungkai bawah, untuk mencegah proses
berlari dgn segera.
 Manfaat teknik WR telah diteliti kecepatannya dalam
cinematografi pada 100 frames/s dan dibandingkan
dgn treadmill (Hammer dkk’84).
 Kinematik ekstremitas bawah pd pelari yg terbiasa
menggunakan treadmill dibandingkan dgn WR yg
diberi rompi pelampung.
 Intensitas latihan ditentukan dalam target HR dalam
160bpm (rumus Karnoven) yg dihasilkan dalam skala
RPE (Borg’82) yaitu Hard (15-16) ketika
menggunakan WR dan agak Hard (13-14) ketika
menggunakan treadmill.
 Pada analisis biomekanik, terjadi kecepatan anguler
pd paha dan tungkai bawah yg hamir sama dgn
proses berlari normal.
 Sudut persendian yg mencapai puncak kecepatan yg
sama spt berlari (Hamer dkk ‘84).
 Ada perbedaan antara WR dgn Treadmill,
utamanya yg berhubungan dgn aktivitas
lutut.
 Selama fase drive, knee joint dapat mencapai
posisi hiperekstensi shg tidak membebani
paha.
 Selama stance phase pd treadmill dan lari
normal terjadi fleksi knee sbg shock-
absorpsi, dan gerakan hamstring.
 Selama deep WR, hamstring bekerja secara
sinergis dgn ekstensor hip melawan tahanan
air.
 Selama fase recovery, terjadi proses yg sama
dgn treadmill dan lari normal, bahkan lebih
cepat dan lebih baik, karena fleksi knee dan
paha telah ditopang.
 Shallow water running banyak digunakan oleh
atlet pada masa peralihan dari deep water
running.
 Transisi ini sangat penting bagi atlet untuk
proses rehabilitasi dan training selama cedera,
dan hal ini dapat mengurangi goncangan yang
kuat seperti tekanan fraktur, medial tibial stress
syndrome, patella tendonitis.
 Flotation tidak dibutuhkan, tapi memakai
footwear sangat berguna untuk mencegah
kerusakan pada kaki.
 Lingkungan kolam renang harus kondusif untuk
aktivitas fisik yang intens.
 Kolam renang dalam ruangan maupun luar
ruangan dan kolam renang menyelam,
dipertahankan pada suhu yang ideal yaitu 22°-
27° C.
 Kolam hidroterapi dengan 36°C memberikan
efek thermoregulasi tubuh selama latihan sedang
(Craig & Dvorak 1966), mengakibatkan
peningkatan denyut jantung secara bertahap.
 Tingkat pemulihan juga dipengaruhi oleh lingkungan
air. Karena pengaruh perendaman pd sst CV lbh
cepat daripada berjalan d lapangan (Hamer & Morton
1990). terjadi peningkatan volume darah
intrathoracic, meningkatkan volume stroke,
mengakibatkan denyut jantung menurun untuk setiap
VO2 submaksimal (McArdle et al 1976).
 Hal ini berlaku umum dan memungkinkan
pengurangan durasi interval istirahat dalam program
latihan interval. Dpt menurunkan W:R dr 1:3 menjadi
1:2
 Penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki
tingkat pemulihan metabolisme sebagai
eksternal diungkapkan dan diukur dengan
VO2 dan laktat (HLA) diperlukan untuk
memastikan bahwa atlet sedang diberikan
pemulihan yang memadai. Manifestasi
eksternal tingkat pemulihan yang dibuktikan
dengan denyut jantung mungkin tidak seperti
pemulihan pada tingkat sel otot.
 Beberapa tingkat pemulihan latihan mungkin
diperlukan untuk mencegah shunting pusat.
shunting pusat volume darah dapat
mencegah resintesis glikogen otot dan laktat.
Yang penting untuk dipertimbangkan lebih
lanjut efek termal air di detak jantung.
Tingkat dan besarnya penurunan denyut
jantung mungkin merupakan respon terhadap
suhu air.
 Untuk memantau denyut pd latihan d dlm air dpt dilakukan dgn
melakukan palpasi pd arteri karotid. Kebanyakan monitor denyut
jantung memanfaatkan aktivitas listrik jantung tidak bekerja
sangat baik dalam air, air bs mengganggu diferensiasi aktivitas
listrik jantung melalui kulit. Hal ini diperparah oleh banyak
monitor tidak tahan air.
 The PE4000 Sportstester, tersedia untuk digunakan dalam
lingkungan air, tetapi tindakan pencegahan untuk mengurangi
pencelupan total unit harus dilakukan. Hal ini mungkin
memerlukan memakai ikat kepala yang monitor terpasang dan
penggunaan aksesori untuk meminimalkan kejenuhan dari alat
tersebut. Jenis lain pemantauan denyut jantung seperti yang
digunakan oleh perenang (Chivers 1988) dapat digunakan.
 Utk memoitor denyut nadi latihan selama
water running, dapat digunakan metode
tradisional yakni palpasi pada denyut nadi
carotid.
 Kebanyakan monitor denyut nadi yg
menggunakan aktivitas elektris pada jantung
tdk bekerja cukup baik di dalam air, karena
konduktivitas air terganggu oleh diferensiasi
aktivitas listrik pada jantung melalui kulit. Hal
ini disebabka karea terganggux/tercampurx
ia oleh banyak monitor yg tdk tahan air.
 Sporttester PE400 dapat digunakan di dalam
air, tetapi harus hati2 dalam pemakaianx utk
mengurangi perendaman total dr unit tsb.
 Hal ini mungkin melibatkan pengguaa
headband dimana monitor dilekatkan dan
penggunaan aksesori yg telah disetujui (atau
plastik pembungkus makanan) utk
meminimalisir saturasi dr transmitter.
 Telah tercatat bahwa saat latihan2 yg
dilakukan di atas tanah kemudian
diaplikasikan di dalam air akan menyebabkan
metabolik yg lbh tinggi dan evalusi yg lbh
besar pd kerja persepsi. (Johnson et al)
 Penggunaan evaluasi kerja persepsi saat
seseorang yg mempersepsikan intensitas
latihan dipengaruhi oleh kebutuhan
metabolik yg lbh besar dr aktivitasx di dalam
air; denyut nadi yg lbh rendah pd metabolik
ekuivalen workrate; efek2 termal yg mungkin
ada pada air; dan gaya resistif yg lbh besar
pd pergerakan ekstremitas-viskositas
 McWaters (1968) menggunaka skala
perbandingan dr perceived exertion pd Borg
(1982) dlm memberikan resep intesitas utk
water running.
 McWater mengatakan bahwa ‘pelari yg
kompetitif dapat melakukan lari dlm waktu yg
lama (45 menit) pada nilai RPE 7 sementara
interval latihan terdiri dr usaha lari yg cukup
keras selama 2-5 menit dapat dipertahankan
pada nilai RPE 8-9.
 Usaha yg all-out (RPE=10); biasanya dpt
dipertahankan utk lari dengan waktu tdk
lebih lama dr 30 detik’. Nilai2 RPE ini
dibandingkan dgn nilai RPE 13, 15-17, dan
 Keuntungan Psikologi
 Keuntungan Fisiologi
 Keuntungan Biomekanik
Salah satu keuntungan psikologis yg diperoleh
adalah:
 Atlit tetap merasa dia aktif latihan walopun
dgn beban latihan lebih kecil.
 Menurunkan dampak beban
 Tahanan terakomodasi dgn komponen
akseleratif melambat
 Atlit tetap terlibat dalam latihan lari secara
aktif
“Perbaikan dan pemeliharaan status aerobic yg
dapat diukur melalui VO2max.”
 Penelitian terkontrol lari pd t4 yg dangkal dan
dalam membuktikan perbaikan VO2max, 13%
peningkatan denyut maksimal Oksigen,
penurunan submaksimal heart rate
 Gaya eksternal yg diberikan oleh lingkungan air
dpt bermanfaat; yg pertama dalam
menginformasikan teknik yg salah, dan yg kedua
dalam meningkatkan input kinestetik ke sistem
neuromuskular.
 Kedua faktor ini memungkinkan atlit bekerja pd
kecepatan sudut yg lbh rendah, sama, jika tdk
lebih besar, usaha persepsi, khususnya jika
tertangkap video, dapat digunakan utk
memberikan feedback kpd atlit.
 Adanya efek samping yg berkaitan dgn air yg
perlu dicatat utk keamanan atlit (ex:
tenggelam, higienis, dan pengawasan).
 Tekanan yg bersifat kompartemen (terpisah)
pd ekstremitas bawah cenderung tdk dpt
diprediksi dalam reaksinya trhdp water
running.

Anda mungkin juga menyukai