Anda di halaman 1dari 48

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI

PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA


pafkri.pusat@gmail.com

1. ANAMNESA

PENGERTIAN Suatu kegiatan proses wawancara auto atau allo anamnesa oleh fisioterapis dalam
pengingatan pasien/keluarga pasien atau tenaga kesehatan terkait masalah pasien
(Eric Voegelin.2012)
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Memperoleh keterangan tentang demografi
2. Memperoleh keterangan tentang keluhan
3. Memperoleh keterangan tentang problem yang diderita pasien, sekarang atau
waktu lampau.
INDIKASI 1. Adanya masalah gangguan gerak dan fungsi
2. Berpotensi gangguan gerak dan fungsi
KONTRAINDIKASI 1. Gangguan kesadaran
2. Gangguan pendengaran
3. Gangguan verbal dan non verbal
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruangan bersih, nyaman, standar dan fasilitas yang memadai.
PERSIAPAN ALAT 2. Persiapkan recorder, audiovisual, alat tulis
3.
PERSIAPAN PASIEN 4. Posisikan pasien senyaman mungkin (duduk atau berbaring)
PELAKSANAAN 5. Etika, salam, senyum, sapa dan sambung rasa.
6. Menjelaskan tujuan dan inform consent.
7. Menanyakan demografi (Nama, Usia, alamat, pekerjaan, agama dst)
8. Menanyakan keluhan utama berdasarkan (Provokasi, Quality,
Region/Radiasi, Severity Scale, dan Timing).
9. Menanyakan keadaan waktu lampau yang terkait dengan keluhan
10. Menanyakan riwayat keluarga yang terkait dengan keluhan
11. Menanyakan riwayat personal (perilaku dan kebiasaan) dan sosial (pekerjaan,
ekonomi, lingkungan sosial)
ANALISA 12. Membuat kesimpulan masalah sesuai (PQRST),
PEMERIKSAAN 13. Merencanakan pemeriksaan berikutnya

PROSEDUR TERKAIT Pemeriksaan Vital sign: pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

REFERENSI 1. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.


2. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratoryand Cardiac
Problems; new york; philedelpia.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

2.. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


Pemeriksaan: dilakukan sebagai pengambilan data dasar, pada posisi pasien tenang
Pengukuran: dilakukan untuk mengetahui setiap perubahan fisiologis, saat dibutuhkan
PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan terhadap individu untuk menilai tekanan darah sistol dan
diastol
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui nilai tekanan darah sistol dan diastol
2. Re-evaluasi
INDIKASI Sebagai prosedur standar dalam penerimaan pasien kardiorespirasi
(pemeriksaan pada pasien bayi dan anak membutuhkan alat pemeriksaan dan
prosedur khusus)
KONTRAINDIKASI -
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan:Kebersihan, ketenangan, cahaya , suhu : standar
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 4. Stetoskop, spigmomanometer: terkalibrasi.
5. Pada bayi dan anak membutuhkan spigmomanometer digital
6. Pilih manset sesuai dengan ukuran pasien
PERSIAPAN PASIEN 7. Mengucapkan salam dan mendapatkan persetujuan pasien/klien.
8. Mengidentifikasi identitas pasien
9. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
10. Meminimalkan faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan (obat,
emosional,istirahat minimal 1 jam sebelum pemeriksaan).
11. Mengarahkan pasien untuk tiduran/duduk dengan nyaman yang
memungkinkan fisioterapis mengakses area pemeriksaan
12. Membebaskan hambatan pemeriksaan (pakaian)
13. Memposisikan lengan (& sphygmomanometer air raksa) sejajar jantung.
PELAKSANAAN 14. Memasang cuff 2 cm diatas siku dan pipa udara bebas dari hambatan
(disamping atas lengan).
15. Membuka aliran air raksa atau udara.
16. Memompa manset sampai lebih dari 30 mm Hg tekanan darah.
17. Membuka manset dan mendengarkan suara korotkoff 1 yang mengindikasikan
sistole (tekanan sistole) sampai suara terakhir korotkoff 5 yang
mengindikasikan diastole (tekanan diastol)
18. Diakiri tekanan nol (dapat diulang 2,3 kali).
19. Mencatat waktu pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : waktu /BP: .../....mmHg.
20. Standar nilai:
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

ANALISA PEMERIKSAAN 21. Rendah, normal, tinggi, sangat tinggi: kontra indikasi latihan
PROSEDUR TERKAIT 22. Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI a. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
b. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
c. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratoryand Cardiac Problems;
new york; pheledelpia.
PJ SLAMET
(Yang termasuk Vital Sign pada cardiorespirasi terdiri: HR, RR, BP, Temperatur, Spa02 dan Peak flow;Nursing
Certified Practice; 2014)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

3.. PEMERIKSAAN MANUAL DENYUT JANTUNG


PENGERTIAN Tekhnik pemerikaan denyut jantung (heart rate) secara manual
AQ PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN Mengetahui keadaan denyut jantung
INDIKASI Sebagai prosedur standar pada penerimaan pasien kardiorespirasi
KONTRAINDIKASI -
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan:Kebersihan, ketenangan, cahaya, suhu : standar
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 4. Siapkan pengukur waktu (jam, stopwatch)
PERSIAPAN PASIEN 5. Memberi salam
6. Melakukan identifikasi identitas pasien/klien
7. Menjelaskan tujuan, rencana prosedur dan mendapatkan informed consent
pemeriksaan
8. Mengeliminasi faktor pengganggu
9. Memposisikan area yang diperiksa
PELAKSANAAN 10. Pemeriksa menggunakan 3 jari (telunjuk, tengah dan manis) pada arteri
yang diperiksa dan melakukan penekanan ringan sampai meraba denyut
nadinya
11. Menghitung frekuensi nadi selama60 detik
12. Menilai ritme dan kekuatan denyut nadi
13. Mengakhiri dengan salam
14. Mencatat waktu dan hasil pemeriksaan
ANALISA 15. Menilai frekuensi, ritme dan kekuatan denyut nadi.
PEMERIKSAAN

PROSEDUR TERKAIT Spa02> 95 % (< 90 % non exercise untuk dewasa dan <92% untuk anak)
PEFR > 200 lpm (< 200 lpm non exercise).
Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI a. Nieubaeur, J; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer, 2011
b. APTA; Gudenline Kardiopulmonal; 2014.
c. Pryor JA; Physiotherapy for Respiratoryand Cardiac Problems; new york;
pheledelpia;1998.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

4.. PEMERIKSAAN MANUAL RESPIRATORY RATE


PENGERTIAN 1. Tehnik pemerikaan keadaan pernafasan secara manual/inpseksi.
AQ PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahu keadaan pernafasan
INDIKASI 3.Prediksi gangguan pernafasan
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.a.Ucapkan salam
b. Mendapatkan persetujuan pemeriksaan
c. Menyampaikan tujuan pemeriksaan
d. Mengidentifikasi identitas pasien/klien
e. Menyiapkan tempat
f. Menyiapkan alat
g. Melaksanakan pemeriksaan
h. Mengakiri pemeriksaan dengan salam
i. Mencatat waktu dan hasil pemeriksaan
j. Menganalisa hasil.
PERSIAPAN TEMPAT 6. a.Ruang tindakan :Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
b.Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
c.Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 7. Pengukur waktu ( jam, stopwoth)
PERSIAPAN PASIEN 8. a.Identitas pasien/klien
b. Mengiliminasi faktor pengganggu
c. Memposisikan area yang diperiksa
PELAKSANAAN 9.a. Pemeriksa menggunakan telapak tangan pada dada/ perut yang
di periksa dan melakukan pengamatan inspirasi dan/atau ekspirasi.
b. Menghitung frekuensi nadi selama: 15 detik( out pasien)x4, 30
detikx2 (in
pasien) atau 60 detik (kasus kritis/ICU).
c. Menilai ritme dan kekuatan pernafasan
d. Mengakiri dengan salam
e. Mencatatat : waktu dan hasil pemeriksaan
ANALISA 10. Menilai : frekuensi, ritme dan kekuatan pernafasan.( Biot’s, kussmaul,
PEMERIKSAAN cheyn stoke)

PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.


REFERENSI d. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
e. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

f. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and


Cardiac Problems; new york; pheledelpia.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

5.. PEMERIKSAAN SUHU


PENGERTIAN Menilai suhu tubuh pasien/klien dengan termometer air raksa/digital
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN Mengetahui suhu tubuh pasien/klien
INDIKASI Sebagai prosedur standar pada penerimaan pasien kardiorespirasi
KONTRAINDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan:Kebersihan, ketenangan, cahaya, suhu : standar
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN ALAT 4. Persiapkan termometer air raksa/digital diposisikan dalam posisi nilai nol
5. Persiapkan timer
PERSIAPAN PASIEN 6. Identitas pasien/klien
7. Mengeliminasi faktor pengganggu
8. Memposisikan area yang diperiksa
PELAKSANAAN 9. Pemeriksa mengecek termometer dalam keadaan siap pakai.
10. Meletakkan termometer pada area yang diperiksa (axilla, mulut atau anus).
11. Bila memeriksa melalu anus gunakan vaselin (indikasi bayi)
12. Menunggu selama 5 menit untuk termometer air raksa. 2 menit untuk digital
13. Melepas termometer dan mengamati hasilnya
14. Mencatat : waktu dan hasil pemeriksaan
ANALISA 15. Melakukan analisa hasil (Dougherty and Lister, 2011)
PEMERIKSAAN a. 36.8°C ±0,4°C Oral.
b. 36.5–37.5 °C axila
c. 37°C rectal
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratoryand Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
4. Dougherty L, Lister S (2011) The Royal Marsden Hospital Manual of
Clinical Nursing Procedures. Oxford: Blackwell Publishing.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

6.. PEMERIKSAAN NYERI DIAM/TEKAN/GERAK

PENGERTIAN Mengukur derajat nyeri Diam/Tekan/Gerak.


KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN Mengetahui gangguan rasa nyaman pasien /klien berhubungan dengan nyeri
INDIKASI Gangguan nyeri untuk dewasa
KONTRAINDIKASI 1. Pasien coma
2. Gangguan mental
3. Bayi dan anak
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 7. Ruang tindakan:Kebersih, ketenangan, cahaya , suhu : standar
8. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
9. Melakukan tindakan hand hygiene.
PERSIAPAN ALAT dan 10. CHART/BLANGKO/FORM 0-10
PROTOKOL 11. PROVOKASI NYERI
12. VAS; Borg Scale, ATS,ICF,
PERSIAPAN PASIEN 14. salam dan informed consent
15. Nyeri diam; scala VAS.
b. Mengetahui cara pemeriksaan (0: tidak nyeri dan 10 cm (100 mm): nyeri berat).
c. Nyeri gerak : pasien mengetahui provokasi nyeri yang di minta fisioterapis.
PELAKSANAAN 10.a. Pasien diminta menunjuk daerah nyeri antara: 0 – 10 (0-100).
b. Nyeri gerak: saat bergerak nyeri yang muncul ditunjuk dan fisioterapis
mengukur ROM daerah nyeri.

ANALISA 23. a.Pencatatan: misal menunjuk daerah nyeri 2cm: pencatatan: (2/10 VAS diam)
PEMERIKSAAN 22 mm (22/100 VAS diam).
b. penekanan pada situs .., menimbulkan nyeri ...
b. Nyeri gerak siku aktif: nyeri 2 saat siku 60°, pecatatan: ( 2/10/60° fleksi aktif).
Atau 22/100/ 60° fleksi aktif.
PROSEDUR TERKAIT 12.ROM, muscles test , provokasi nyeri. Area nyeri
REFERENSI 1. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratoryand Cardiac Problems;
new york; pheledelpia.
2. Visual Analogue Scale.Physio pedia,http://www.physio-
pedia.com/Visual_Analogue_Scale(12-2-2017).
3. D. Gould et al.2001; Information Point: Visual Analogue
Scalehttp://www.blackwellpublishing.com/specialarticles/jcn_10_706.pdf.
PJ SLAMET
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
7.. PEMERIKSAAN KAPASITAS AEROBIK
ICD-9 93.09. Prosedur diagnosis fisioterapi lainnya

PENGERTIAN Pemeriksaan kemampuan untuk melakukan latihan dinamis menggunakan


otot dengan intensitas sedang hingga tinggi pada jangka waktu yang cukup
lama serta berhubungan dengan respon jantung, pembuluh darah serta
paru untuk mengangkut oksigen ke otot selama melakukan olahraga
TUJUAN a. mengetahui daya tahan kerja jantung dan pernapasan
b. mengetahui kemampuan maksimal kerja jantung dan paru-paru.
c. Menentukan dosis latihan
KEBIJAKAN PMK no. 65 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. mengetahui kemampuan aerobik seseorang
b. mendukung penegakan diagnosa.
c. Mengetahui daya tahan jantung paru (endurance).
KONTRA INDIKASI a. angina tidak stabil (UAP)
b. infark miokardium akut.
c. denyut jantung (HR) saat istirahat lebih dari 120 kali permenit
d. tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg, dan diastolik lebih dari
100 mmHg.
e. Hipertensi tidak terkontrol
PROSEDUR PROSEDURE KEAMANAN :
PELAKSANAAN 1. Harus tersedia oksigen, nitrat sub lingual, aspirin, dan albuterol
(nebulizer).
2. Petugas pengawas harus telah mendapat sertifikat dalam
penangangan gawat darurat jantung paru setidaknya tingkat Basic
Life Support ataupun ACLS.
3. Melakukan pemeriksaan vital sign sebelum, selama dan sesudah test.
Alasan untuk menghentikan test:
1. Nyeri dada
2. Sesak nafas intolerable
3. Cramp otot kaki
4. Sempoyongan
5. Keringat dingin
6. Pucat
a. Cooper Test (Lari 2,4 KM)
1) naracoba berlari menempuh jarak 2,4 km.
2) Terapis mencatat waktu yang diperlukan naracoba berlari 2,4
km.
3) Waktu diambil sampai dengan persepuluh detik (0,1 detik) atau
perseratus detik (0,01 detik)
4) Mengkonversikan hasil dengan table
Laki-laki
Kelompok Umur dalam Tahun
Katagori
13 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 - 59 >60
Sangat >- >- >- >- >-
> 15,31
kurang 16,01 16,31 17,31 19,01 20,00
Kurang 12,11- 14,01- 14,64- 15,36- 17,01- 19,01-
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
15,30 16,00 16,30 17,30 19,00 20,00
10,49- 12,01- 12,31- 13,01- 14,31- 16,16-
Sedang
12,10 14,00 14,45 15-35 17,00 19,00
09,41- 10,46- 11,01- 11,31- 12,31- 14,15-
Baik
09,48 12,00 12,30 13,00 14,30 16,15
08,37- 09,45- 10,00- 10,30- 11,00- 11,15-
Baik sekali
09,40 10,45 11,00 11,30 12,30 13,59
Baik sekali <- <- <- <- <-
< - 08,37
dan terlatih 09,45 10,00 10,30 11,00 11,15

Perempuan

Kelompok Umur dalam Tahun


Katagori 13 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 ke
atas
Sangat >- >- >- >- >-
> 18,31
kurang 19,01 19,31 20,01 20,31 21,01
16,55- 18,31- 19,01- 19,31- 20,01- 20,31-
Kurang
18,30 19,00 19,30 20,00 20,30 21,00
14,31- 15,55- 16,31- 17,31- 19,01- 19,31-
Sedang
16,54 18,30 19,00 19,30 20,00 20,30
12,30- 13,31- 14,31- 15,56- 16,31- 17,31-
Baik
14,30 15,54 16,30 17,00 19,00 19,30
11,50- 12,30- 13,00- 13,45- 14,30- 16,30-
Baik sekali
12,29 13,30 14,30 15,55 16,30 17,30
Baik sekali <- <- <- <- <-
< -11,50
dan terlatih 12,30 13,00 13,45 14,30 16,30

b. Balke Test (Lari 15 menit)


Prosedur :
1) naracoba siap berdiri di belakang garis start.
2) Terapis memberi aba-aba “mulai”, pencatat waktu dinyalakan
dan naracoba lari secepat mungkin selama 15 menit.
3) Terapis mencatat jarak yang dapat ditempuh selama 15 menit
dan dihitung nilai VO2 max nya dengan rumus :
𝑥 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
VO2 max = ( − 133) 𝑥 0.172 + 33.3
15
(Sumber: Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta, 2003)

Keterangan:
VO2 Max = Kapasitas aerobik (ml/kg berat badan/menit)
X = jarak tempuh dalam meter selama 15 menit
Norma Test Balke
Laki-Laki Norma Perempuan
> 61.00 Baik sekali > 54.30
60.90 s/d 55.10 Baik 54.20 s/d 49.30
55.00 s/d 49.20 Sedang 49.20 s/d 44.20
49.10 s/d 43.30 Kurang 44.10 s/d 39.20
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
< 43.20 Kurang Sekali < 39.10
(Sumber: Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta, 2003)

c. Six Minutes Walking Test (6MWT)


Persiapan :
1) Test dilakukan didalam ruangan (indoor) atau diluar ruang
(outdoor).
2) Lintasan berjalan harus pada permukaan yang panjang, datar
dan keras, lurus, sebaiknya 100 feet ( kurang lebih 30 m ).
3) Panjang dari koridor diberi tanda setiap 5 meter.
Peralatan yang harus disediakan:
1) Stopwatch.
2) Pita perekat untuk memberi tanda setiap 1 lap.
3) Kursi yang mudah dipindah-pindahkan.
4) Formulir catatan uji latih .
5) Oksigen.
6) Tensi meter dan stetoskop.
7) Pulse oksimetri
8) Telepon.
Persiapan pasien:
1) Pasien menggunakan pakaian dan sepatu yang nyaman
2) Pasien makan 1 jam sebelum uji latih.
3) Pasien tidakmelakukan aktivitas atau latihan yang berlebihan
dalam 2 jam sebelum uji latih dilakukan.
Pelaksanaan Uji jalan 6 menit
1) Pasien diperiksa tanda vitalnya (Tekanan darah, Denyut jantung,
Respirasi, Suhu, dan Saturasi oksigen) sebelum test
2) Tidak dianjurkan melakukan pemanasan sebelum test
3) Pasien beristirahat dengan duduk dikursi, dekat dengan garis start,
kurang lebih 5 – 10 menit sebelum uji
4) Terapis mengisi data-data pasien pada formulir uji.
5) Terapis memberikan penjelasan bahwa pasien harus berjalan
sejauh mungkin selama 6 menit, jangan lari ataupun jogging
6) Tentukan derajat sesak penderita sesuai dengan skala Borg
sebelum latihan.
7) Set stop watch untuk 6 menit.
8) Pasien diperintahkan untuk :
- Berjalan di koridor sepanjang 30 m bolak-balik.
- Menempuh jarak sejauh mungkin yg dpt dikerjakan selama 6
mnt.
- Lakukan penilaian skala Borg selama melakukan uji. Pasien
harus dpt mengatur sendiri kecepatan jalannya agar nyaman &
tidak kelelahan/sesak (skala Borg 3-6)
- Jika sesak/lelah (Skala Borg 7-8), pasien dapat menurunkan
langkahnya, istirahat bersandar dinding & dapat meneruskan
kembali jika sesak berkurang.
- Terapis tidak berjalan disebelah pasien
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
- Catat jarak yang dapat ditempuh pasien selama 6 menit (dalam
satuan meter)
Sedangkan untuk menentukan kapasitas erobik menggunakan rumus :
VO2 Max = ( 0,03 x jarak(m)) + 3,98 cc/KgBB/mnt .
1 Mets = 3,5 cc/kgBB/mt .
Nilai prediksi :
- Pria : 6 MWD = (7.57 x TBcm)-(5.02 x umur)-(1.76 x BBkg)- 309
m
- Wanita : 6 MWD = (2.11 x TBcm)-(2.29 x BBkg)-(5.78 x umur) + 667
m

d. Harvard Step Test


Tes dilakukan dengan cara naik turun bangku setinggi 45 cm pada
laki-laki dan 40 cm pada perempuan selama 5 menit
Prosedur :
1) Terapis melakukan pengukuran vital sign
2) Pasien diminta untuk naik turun bangku selama 5 menit dengan
kecepatan 30 step/menit (1 step setiap 2 detik)
3) setelah 5 menit, pasien diminta untuk duduk dan dihitung denyut
nadi dalam menit ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3 masing-
masing 30 detik.
4) Hasil tes kemudian dimasukkan dengan menggunakan dua cara
penilaian yaitu :
a) Long Form (Fitness Indeks I)
100 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑙𝑎𝑡𝑖ℎ𝑎𝑛 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
2 𝑥 (𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒 1 + 𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒 2 + 𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒 3)
Intrepetasi tes:
Sangat baik  90
Baik 80 - 89
Sedang 65 - 79
Kurang 55 - 64
buruk < 55
Math, P.E & Health, Science (2015)

b. Short Form (Fitness Indeks II)


- Pencatatan dihitung dengan denyut nadi selama 30 detik,
setelah menit pertama istirahat (Suntoda, 2007)
- dihitung dengan menggunakan rumus :
100 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑙𝑎𝑡𝑖ℎ𝑎𝑛 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
5.5 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 30 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦
- Hasil :
81 ke atas : baik
50-80 : sedang
49 ke bawah : buruk

PROSEDUR a. Pemeriksaan Vital sign


TERKAIT b. Pemeriksaan sesak nafas
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
c. Status gizi
d. Aktivitas fisik
REFERENSI a. Suntoda, Andi S. Pedoman Dan Instrumen Praktikum Tes Dan
Pengukuran Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga Dan
Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.
b. Crapo RO, Casaburi R, Coates AL et al. ATS Statement: Guidelines
for Six-Minute Walk Test. Am J Respir Crit Care Med 2002; 166:
111-117
c. Biyakto A, Mulyono. 2010. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga.
Surakarta: UNS Press
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
8.. PEMERIKSAAN KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI

ICD-9 93.07 Pengukuran Komposisi Tubuh

PENGERTIAN Pengukuran dimensi tubuh manusia, yang meliputi berbagai ukuran tubuh
manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan
tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya (Wignjosoebroto,
2008).
TUJUAN 1. Menentukan bentuk/tipe tubuh seseorang
2. Mengukur lingkar segmen dan panjang segmen tubuh
3. Mengetahui status gizi
KEBIJAKAN PMK no. 65 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
INDIKASI a. Oedema
b. Asimetri bagian tubuh
KONTRA INDIKASI
PROSEDUR Peralatan yang diperlukan :
PELAKSANAAN a. Pita meteran : alat yang digunakan untuk mengukur segala lingkar
atau lengkung (busur). Pita meteran berskala dengan ketepatan 1
mm.

b. Segmometer : alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan


ketinggian suatu proyeksi tubuh manusia (projected heights) dan
panjang segmental langsung (direct segmental lengths) seperti tinggi
bahu pada saat posisi berdiri dan dalam posisi duduk, tinggi tubuh
manusia panjang lengan dan lainnya.

c. Antropometer : alat yang terdiri dari sebatang pita sepanjang 2000


mm, tersusun dari empat bagian dengan sebuah pegangan yang dapat
digeser ke atas serta ke bawah dan sebuah pegangan stabil.
Antropometer dapat digunakan untuk mengukur panjang seperti
panjang tungkai, tinggi badan, panjang tulang pipa, dan terkadang
bisa juga digunakan sebagai pengukuran lebar badanmenggantikan
kaliper lengkung besar
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
d. Timbangan : alat yang digunakan untuk mengukur massa tubuh
manusia, atau alat yang digunakan untuk pengukuran berat badan
e. Caliper : alat yang digunakan untuk mengukur tebal atau lebar
batang tubuh (torso breadths) seperti acromiale, dada melintang
(transverse chest), biiliocristal dan sebagainya (Chuan, T. K.,
Hartono, M. dan Kumar, N., 2010).
f. Skinfold Caliper adalah alat ukur untuk mengukur lipatan atau
ketebalan kulit

1. Berat Badan
a. Persiapan alat
1) Timbangan diletakkan pada alas yang rata
2) Pastikan timbangan menunjukkan skala angka 0,0.
b. Persiapan Pasien
1) Pasien mengenakan pakaian biasa (tidak terlalu
tebal/pakaian yang minimal) dan tidak menggunakan alas
kaki
2) Lepaskan semua asesoris yang dikenakan pasien (jam
tangan, sabuk, handphone, dll)
c. Prosedur
1) Pasien diminta naik ke alat timbang dengan berat badan
tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di
tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
2) usahakan agar responden tetap tenang dan memandang lurus
kedepan (kepala tidak menunduk).
3) Angka pada alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai
angka tidak berubah (statis).
4) Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala
0.1 terdekat.
5) Responden diminta turun dari alat timbang.
6) Pengukuran dilakukan 2 kali, dan hasilnya adalah rata-rata
kedua pengukuran

2. Tinggi Badan
a. Persiapan alat
Pasang microtoice pada dinding
b. Persiapan pasien
3) Pasien tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), dan topi
(penutup kepala).
4) Pasien berdiri tepat di bawah microtoice.
c. Prosedur
1) Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah microtoice.
2) Posisikan kepala, bagian belakang bahu, lengan, pantat dan
tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.
3) Pandangan pasien lurus ke depan, tangan tergantung bebas
menghadap paha.
4) Pasien diminta menarik nafas panjang dan diusahakan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
badan tetap santai.
5) Gerakan alat geser microtoice sampai menyentuh bagian atas
kepala pasien, tepat di tengah kepala dengan bagian belakang
alat geser tetap menempel pada dinding.
6) Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka
yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di
depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata
petugas.
7) Apabila terapis lebih rendah dari pada pasien, maka terapis
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

3. Indeks Masaa Tubuh


a. Mengukur Tinggi badan pasien
b. Mengukur berat badan pasien
c. Menghitung IMT dengan rumus :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
[Tinggi badan (m)] 2

Tabel 1. Kategori Indeks Massa Tubuh (WHO)


IMT/BMI
Classification
Principal cut-off points
Underweight < 18.50
Severe Thinness < 16.00
Moderate Thinnes 16.00-16.99
Mild Thinnes 17.00-18.49
Normal Range 18.50-24.99
Overweight ≥ 25.00
Pre-0bese 25.00-29.99
Obese ≥ 30.00
Obese Class I 30.00-34.99
Obese Class II 35.00-39.99
Obese Class III ≥ 40.00
Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO 2004

Tabel 2. Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2003)


Kategori IMT (Kg/m2 )
Gender Kegemukan
Kurus Normal
ringan berat
Pria < 18 18– 25 >25 - 27 > 27
Wanita < 17 17 - 23 >23 - 27

4. Panjang Tungkai
a. Persiapan alat
1) Siapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
2) Menyiapkan alat pengukuran antropometri (meter line)
3) Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran antropometri
b. Persiapan pasien
1) posisi pasien senyaman mungkin, segmen tubuh yang
diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.
2) Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian,
perhiasan/asesoris, tetapi secara umum pasien masih
berpakaian sesuai dengan kesopanan
c. Prosedur
1) Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran
2) Posisikan pasien berbaring terlentang
3) Gunakan titik tubuh untuk dijadikan patokan
- True Length
ukur tungkai dari SIAS ke Maleolus Medialis dengan
melalui patella.
- Bone Legth
ukur dari Trochanter Mayor ke Tuberositas Tibia
- Apperence Legth
ukur dari umbilicus ke maleolus lateralis melalui patella
5. Panjang Lengan
a. Persiapan alat
1) Siapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan
2) Menyiapkan alat pengukuran antropometri
3) Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran antropometri
b. Persiapan pasien
1) posisi pasien senyaman mungkin, segmen tubuh yang
diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.
2) Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian,
perhiasan/asesoris, tetapi secara umum pasien masih
berpakaian sesuai dengan kesopanan
c. Prosedur
1) Pasien diposisikan berdiri tegak dengan mata memandang
lurus ke depan, kedua lengan bebas di sisi tubuh dan telapak
tangan menghadap paha.
2) Alat ukur di posisikan pada jarak vertikal dari titik bahu
sampai ke pergelangan tangan
3) Pengukuran panjang lengan diukur dari jarak antara bahu
(acromiale) sampai pergelangan tangan (stylion).
4) Terapis menetapkan ketepatan skala ukur dan mencatat
hasilnya

6. lingkar segmen tubuh


a. Lingkar lengan atas
1) Dari acromion 10 cm ke distal
2) Dari acromion 20 cm kedistal
3) Dari acromion 30 cm ke distal
b. Lingkar lengan bawah
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
1) Dari epicondilus lateralis 10 cm ke distal
2) Dari epicondilus lateralis 20 cm ke distal
3) Dari epicondilus lateralis 30 cm ke distal
c. Lingkar tangan (figure of eight)
1) Posisi pasien duduk di kursi berhadapan dengan terapis,
dengan lengan bawah relaks di atas meja pada posisi pronasi
dan dorsi fleksi pergelangan tangan
2) Terapis memberikan instruksi untuk mempertahankan posisi
wrist netral/ekstensi dan ulnar deviasi dan jari-jari adduksi
3) Lingkarkan tape meterline membentuk angka 8 dimulai dari
sebelah distal processus styloideus ulna sebagai titik awal,
kemudian menyilang ke permukaan ventral wrist menuju ke
distal processus styloideus radii. Selanjutnya pita diagonal
menyilang di bagian dorsum tangan ke sendi MCP V.
kemudian pita menuju ke ventral pada sendi MCP II.
Langkah terakhir adalah menempatkan tape diagonal
menyilang di bagian dorsum tangan dan kembali ke titik
awal.
4) Bandingkan kaki kanan dan kiri

d. Lingkar tungkai atas


1) Dari SIAS 10 cm ke distal
2) Dari SIAS 20 cm ke distal
3) Dari SIAS 30 cm ke dista
e. Lingkar tungkai bawah
1) Dari tuberositas tibia 10 cm ke distal
2) Dari tuberositas tibia 20 cm ke distal
3) Dari tuberositas tibia 30 cm ke distal
f. Lingkar kaki (figure of eight)
1) Pasien diminta duduk/berbaring dengan lutut ekstensi dan
ankle dalam posisi netral.
2) Pengukuran dimulai dengan menempatkan pitapada titik
tengah diantara tendon tibialis anterior dan meleolus lateral.
Pita diteruskan ke medial kaki pada tulang naviculare sedikit
melewati malleolus lateralis, tendon calcaneus, dan malleolus
medialis , melingkar distal tungaki bawah sampai pada titik
awal pengukuran
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

3) Bandingkan kaki kanan dan kiri.


g. Lingkar panggul
Ukur dengan melewati kedua SIAS

7. Lingkar Perut
a. Persiapan alat
1) Siapkan alat (meter line)
2) Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran antropometri
b. Persiapan pasien
1) posisi pasien senyaman mungkin, segmen tubuh yang
diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.
3) Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian,
perhiasan/asesoris, tetapi secara umum pasien masih
berpakaian sesuai dengan kesopanan

c. Prosedur
1) Posisikan pasien berdiri relaks
2) Mengukur lingkar perut dengan meletakkan pita pengukur
melingkari perut subyek dengan melewati kedua SIAS dan
umbilicus
3) Mencatat hasil pengukuran hingga millimeter terdekat

8. Lingkar Lengan Atas (LILA)


a. Persiapan alat
1) Menyiapkan alat yang sesuai (meterline)
2) Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran antropometri
b. Prosedur
1) Memposisikan pasien dengan benar, lengan bawah
difleksikan 90 derajat, telapak tangan diletakkan di atas
perut, lengan berada dalam posisi bergantung bebas.
2) Mengukur panjang lengan dari tangan yang lebih jarang
digunakan, dimulai dari puncak prosesus akromialis scapula
sampai prosesus olecranon. Kemudian pertengahannya
ditandai
3) Melingkarkan pita pengukur pada titik tengah lengan kiri atas
kemudian kencangkan pita pengukur tanpa menimbulkan
penekanan pada jaringan lunak
4) Mencatat hasil pengukuran hingga millimeter terdekat
5) Menilai hasil pengukuran lingkar lengan atas berdasarkan
standar dan menyebutkan hasilnya : “normal” atau “tidak
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
normal”
6) Ambang batas LILA WUS (Wanita Usia Subur) di Indonesia
adalah : 23.5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23.5 cm →
beresiko KEK (kekurangan energy kronis)

PROSEDUR e. Vital sign


TERKAIT f. Alat bantu
g. Aktivitas fisik
REFERENSI d. Chuan, T. K., Hartono, M. & Kumar, N. (2010). Anthropometry of the
Singaporean and Indonesian populations. International Journal of
Industrial Ergonomics, 40, 757-766.
e. Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.
Surabaya: Guna Widya.
f. Geraldine L and Pellecchia. 2003. Figure of eight method of
measuring hand size. Reliability and Concurrent Validity. Journal of
Hand Therapy (16): 300-304
g. Filipe Abdala dos Reis, Eduardo Alves Ribeiro,Paulo de Tarso
Camillo de Carvalho, Ana Carulina, Juliano Coelho, an Rodrigo
Antunes. 2004. Analysis of the Figure-of-eight method and volumetry
reliability for ankle edema measurement. Rev Bras Med Esporte
Vol.10(6) : 472-474
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
9.. PEMERIKSAAN LYMPHEDEMA
PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan pada ekstremitas yang mengalamipembengkakan
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui tingkat edema
2. Sebagai rujukan re-evaluasi
INDIKASI Lymphedema
PROSEDUR
PERSIAPAN 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
TEMPAT sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
PASIEN 5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman yang
memungkinkan terapis mengakses area limfedema
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak
setuju, sampaikan risiko yang dapat terjadi. Bila pasien tetap
menolak, terminasi pemeriksaan dan tindakan.
PELAKSANAAN 8. Menanyakan riwayat infeksi, trauma, pembedahan, atau tindakan
radiasi yang pernah dilakukan pasien
9. Menanyakan awal serangan dan durasi limfedema
10. Menanyakan adanya riwayat keterlambatan penyembuhan luka
11. Mengidentifikasi okupasi atau aktivitas sehari-hari untuk mengetahui
adanya periode berdiri atau duduk dalam waktu yang lama
12. Melakukan pemeriksaan integritas kulit.Memperhatikan adanya
perubahan warna kulit. Memperhatikan adanya luka atau jaringan
parut. Mengambil foto sebagai dokumentasi integritas kulit.
13. Mengidentifikasi edema, apakah edema dipengaruhi perubahan
posisi.
14. Mempalpasi edema untuk mengetahui tipe dan beratnya edema.
a. Pitting edema: tekanan pada jaringan yang mengalami edema
dengan ujung jari akan menyebabkan indentasi kulit yang
bertahan beberapa detik setelah tekanan dilepas.
b. Brawny edema: tekanan pada area yang edema terasa keras saat
dipalpasi. Mengindikasikan adanya perubahan fibrotik progresif
pada jaringan subkutan.
c. Weeping edema: merepresentasikan limfedema yang lebih berat
dengan durasi yang lebih lama. Terjadi kebocoran cairan dari
luka atau borok. Umumnya terjadi pada ekstremitas bawah.
15. Sementara palpasi, memperhatikan adanya peningkatan sensitivitas
nyeri pada nodus limfe yang terlibat.
16. Melakukan pemeriksaan lingkar ekstremitas, dan dibandingkan
dengan sisi unilateral. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan
interval atau landmark spesifik sebagai rujukan pemeriksaan
berikutnya.
PROSEDUR TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
REFERENSI 1. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and
Technique, ed 5. FA Davis Company: 2007.
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
10.. PEMERIKSAAN INTEGRITAS PEMBULUH DARAH PERIFER
PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan pada ekstremitas yang mengalami pembengkakan
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui tingkat edema
2. Sebagai rujukan re-evaluasi
INDIKASI Gangguan vaskularisasi
PROSEDUR
PERSIAPAN 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
TEMPAT sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
PASIEN 5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman yang
memungkinkan terapis mengakses area limfedema
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak
setuju, sampaikan risiko yang dapat terjadi. Bila pasien tetap
menolak, terminasi pemeriksaan dan tindakan.
PELAKSANAAN 8. Menanyakan riwayat infeksi, trauma, pembedahan, atau terapi yang
pernah dilakukan pasien
9. Menanyakan awal serangan dan durasi gejala
10. Menanyakan adanya riwayat keterlambatan penyembuhan luka
11. Mengidentifikasi okupasi atau aktivitas sehari-hari untuk mengetahui
adanya periode berdiri atau duduk dalam waktu yang lama
12. Melakukan pemeriksaan integritas kulit. Memperhatikan adanya
perubahan warna kulit. Memperhatikan adanya luka atau jaringan
parut. Mengambil foto sebagai dokumentasi integritas kulit.
13. Mengidentifikasi edema, apakah edema dipengaruhi perubahan
posisi.
14. Mempalpasi edema untuk mengetahui tipe dan beratnya edema.
d. Pitting edema: tekanan pada jaringan yang mengalami edema
dengan ujung jari akan menyebabkan indentasi kulit yang
bertahan beberapa detik setelah tekanan dilepas.
e. Brawny edema: tekanan pada area yang edema terasa keras saat
dipalpasi. Mengindikasikan adanya perubahan fibrotik progresif
pada jaringan subkutan.
f. Weeping edema: merepresentasikan limfedema yang lebih berat
dengan durasi yang lebih lama. Terjadi kebocoran cairan dari
luka atau borok. Umumnya terjadi pada ekstremitas bawah.
15. Melakukan pemeriksaan pengisian kembali kapiler
a. Observasi warna kaki pasien
b. Tekan bagian ujung distal jari kaki dan tahan selama 5 detik
c. Catatan rentang waktu yang diperlukan hingga warna jari kaki
kembali seperti semula
d. Waktu normal kurang dari 3 detik
16. Melakukan pemeriksaan rubor pada posisi menggantung
a. Pasien diposisikan terlentang
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
b. Perhatikan warna bagian plantar kaki pasien
c. Angkat ekstremitas bawah hingga 60 derajat selama 1 menit
d. Perhatikan warna permukaan plantar telapak kaki
e. Normal: tidak ada/hanya sedikit perubahan warna telapak kaki
f. Pada insufisiensi arteri, warna menjadi pucat
g. Kembalikan ekstremitas bawah ke posisi semula
h. Catat waktu pengembalian warna kulit
i. Normal: 15-20 detik
j. Pucat setelah 45-60 detik: insufisiensi ringan
k. Pucat setelah 30-45 detik: insufisiensi sedang
l. Pucat setelah 25 detik: insufisiensi berat
17. Melakukan pemeriksaan waktu pengisian vena
a. Pasien diposisikan terlentang
b. Angkat tungkai 60 derajat selama satu menit
c. Tempatkan tungkai pada posisi menggantung
d. Catat waktu pengisian vena superficial
e. Normal: 5-15 detik
f. Bila > 20 detik, terjadi insufisiensi arteri berat
g. Bila segera terjadi perubahan warna: insufisiensi vena
h. Melakukan pemeriksaan lingkar ekstremitas, dan dibandingkan
dengan sisi unilateral. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan
interval atau landmark spesifik sebagai rujukan pemeriksaan
berikutnya.
PROSEDUR TERKAIT
REFERENSI Hillegass, EZ: Intisari Fisioterapi-Buku Praktik Klinik. EGC Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta, 2016
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
11.. PEMERIKSAAN OBESITAS
PENGERTIAN Rangkaian pemeriksaan pada individu yang mengalami kelebihan berat
badan
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1. Mengetahui tingkat kelebihan berat badan
2. Sebagai rujukan re-evaluasi
INDIKASI 1. Klien dengan kecurigaan kelebihan berat badan
2. Klien penurunan berat badan
KONTRAINDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
TEMPAT sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
PASIEN 5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman yang
memungkinkan terapis mengakses area limfedema
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak
setuju, sampaikan terminasi pemeriksaan dan tindakan
PELAKSANAAN 8. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, motivasi, dan kepercayaan
diri klien akan kemampuannya mengurangi berat badan
a. Apakah anda sadar bahwa anda perlu mengubah gaya hidup
anda?
b. Apakah anda mau mengubah gaya hidup anda?
c. Apakah anda yakin dapat mengubah gaya hidup anda?
d. Apakah anda pernah mengikuti program berorientasi target
penurunan berat badan?
e. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melaksanakan program
penurunan berat badan?
9. Mengukur tinggi badan dalam satuan meter
10. Mengukur berat badan dalam satuan kilogram
11. Mengkalkulasi indeks massa tubuh melalui rumus
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 (𝑐𝑚)2
12. Mengklasifikasikan hasil IMT berdasarkan standar Asia Pasifik
≤ 18,5 : BERAT BADANG KURANG
18,5-22,9 : SEDANG
23-24,9 : KELEBIHAN BERAT BADAN—RISIKO OBESITAS
25-29.9 : OBESITAS 1
> 30 :OBESITAS 2
13. Mengukur lingkar pinggang pasien
a. Buka area pinggang pasien hingga di atas pusar
b. Ambil napas biasa, sehingga perut berada dalam keadaan normal
c. Gunakan meteran untuk mengukur lingkar perut sejajar dengan
pusar, dimulai dari pusar. Lingkarkan meteran menempel secara
linggar pada kulit sekeliling perut
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
d. Baca skala pada meteran
e. Lakukan pengukuran sekali lagi sebagai perbandingan. Ukura
normal pada perempuan < 80 cm, pada laki-laki < 90 cm
PROSEDUR TERKAIT Unit keperawatan
REFERENSI 1. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and
Technique, ed 5. FA Davis Company: 2007.
2. Nieubaeur, J: Cardiac Rehabilitation Manual. Springer, 2011
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
12.. PEMERIKSAAN NYERI GERAK FUNGSIONAL
PENGERTIAN 1.
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2.
INDIKASI 3.
KONTRAINDIKASI 4.
PROSEDUR 5.
PERSIAPAN TEMPAT 6.
PERSIAPAN ALAT 7.
PERSIAPAN PASIEN 8.
PELAKSANAAN 9.

ANALISA 10.
PEMERIKSAAN
PROSEDUR TERKAIT Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.
REFERENSI 1. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
2. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
3. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
Borg’s pain scale
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
13.. PEMERIKSAAN PERNAPASAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
....
ICD
PENGERTIAN Pemeriksaan pernafasan secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu.
KEBIJAKAN
TUJUAN Untuk memepertoleh data yang sistematis dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakann fisioterapi yang tepat bagi klien dengan
gangguan respirasi.

INDIKASI Gangguan respirasi


KONTRAINDIKASI Gangguan respirasi emergensi
PROSEDUR
PERSIAPAN Tempat tidur
TEMPAT Penerangan yang cukup
PERSIAPAN Duduk
PASIEN Semifowler
Tidur telentang
PERSIAPAN ALAT Stetoskop
PELAKSANAAN 1. Inspeksi
- pengamatan pada keadaan statis, terhadap keadaan
umum pasien, kepala (adanya edema di muka),
mata (cunjunctiva, kelopak mata), leher ( Jugular
Venous Presure, deviasi trakea) tangan (clabing
finger, kuku), kaki (edema tungkai) dan kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan toraks seperti
kelainan bentuk dinding toraks, dll.
- Efektivitas dan frekwensi batuk pasien : jumlah,
warna, dan konsistensi.
- Observasi ekspansi dada umum
- Kedalaman pernapasan/frekwensi pernapasan
- Posisi trakea
- Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dada
2. Palpasi
- Menempelkan telapak dan jari jari tangan pada
dinding dada. kemudian pasien disuruh
mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada
yang sedang. Bandingkan getaran yang timbul
antara hemithorax kiri dan kanan secara simetris
dengan cara menyilangkan tangan pemeriksa
secara bergantian.
3. Perkusi
- Pemeriksa menggunakan jari tengah tangan kiri
yang menempel pada permukaan dinding toraks,
tegak lurus dengan iga atau sejajar dengan iga
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
disebut sebagai flexi meter. Sementera jari tengah
tangan kanan digunakan sebagai pemukul
(pengetok) disebut flexor.

4. Auskultasi
- Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu
dengan memakai stetoskop.

PROSEDUR TERKAIT RaStress test, test fungsional/skala ADL dll


REFERENSI
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
14.. PEMERIKSAAN ..PEAK FLOW METER..
ICD
PENGERTIAN Alat ukur kecil, dapat digenggam, digunakan untuk memonitor
kemampuan untuk menggerakkan udara
KEBIJAKAN
TUJUAN Untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR) dan
untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas
INDIKASI Penderita asma sedang sampai berat
KONTRAINDIKASI Kondisi akut
PROSEDUR
PERSIAPAN Ruangan tidak panas dan Penerangan yang cukup
TEMPAT
PERSIAPAN Pasien berdiri atau duduk tegak
PASIEN
PERSIAPAN ALAT 1. Siapkan Kursi
2. Peak flow meter, indikator posisi nol (meteran)
3. Tempatkan corong di mulut, gigit pelan dengan gigi dan
menutup bibir Anda. Pastikan lidah Anda jauh dari corong.
PELAKSANAAN 1. Ambil napas dalam-dalam, mengisi paru-paru sepenuhnya
2. Hembuskan udara keluar sekeras dan secepat mungkin dalam
satu hembusan
3. Lepaskan peak flow meter dari mulut Anda
4. Catat nomor yang muncul pada meteran dan kemudian ulangi
langkah satu sampai empat dua kali.
5. Catatan nilai tertinggi dari ketiga bacaan adalah Puncak Aliran
Ekspirasi (PEF)
PROSEDUR TERKAIT Pt Tes Spirometri
REFERENSI Brukner, P and Khan, K. 2014. Clinical Sports Medicine (Fourth
Edition). The McGraw-Hill Companies.Inc.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
15.. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN (Time Up and Go Test (TUGT)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ICD
PENGERTIAN Mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan
gangguan keseimbangan.
KEBIJAKAN
TUJUAN
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN Ruangan tidak panas dan Penerangan yang cukup
TEMPAT
PERSIAPAN Alas kaki biasanya
PASIEN
PERSIAPAN ALAT 1. Kursi dengan sandaran dan penyangga lengan
2. Stopwatch
3. dinding
PELAKSANAAN 1. Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan
berada pada penyangga lengan kursi.
2. Pada saat fisioterapis memberi aba-aba “mulai” pasien berdiri
dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong
berdiri jika pasien menghendaki.
3. Pasien terus berjalan sesuai dengan kemampuannya
menempuh jarak 3 meter menuju ke dinding, kemudian
berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali
menuju kursi
4. Sesampainya di depan kursi pasien berbalik dan duduk
kembali bersandar.
5. Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga pasien duduk
bersandar kembali
Nilai Normal Time Up and Go Test
(Jacobs & Fox , 2008)
Nilai rata-rata Nilai Normal
Umur Jenis Kelamin
( detik ) ( detik )
60-69 Laki-laki 8 4-12
60-69 Perempuan 8 4-12
70-79 Laki-laki 9 5-13
70-79 Perempuan 9 5-15
80-89 Laki-laki 10 8-12
80-89 Perempuan 11 5-17
Jika skor < 14 detik; 87% tidak ada resiko tinggi untuk jatuh
Jika skor ≥ 14 detik; 87% resiko tinggi untuk jatuh

PROSEDUR TERKAIT Berg Balance Scale, Step test, Tes Pastor / Tes Marsden, Functional
reach test
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
REFERENSI
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
16.. PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
ICD-9

PENGERTIAN Manual Muscle Testing (MMT) merupakan salah satu bentuk pemeriksaan
kekuatan yang mengukur kemampuan seseorang menggerakkan tubuhnya
selama dites melawan gravitasi, serta melakukan rentang pergerakan sendi
yang sesuai untuk melawan tahanan yang diberikan
oleh pemeriksa (Klein, 2007).
TUJUAN a. Mengetahui kemampuan kontraksi otot secara volunteer
b. Mengetahui tingkat kekuatan otot seseorang
c. Mendukung penegakan diagnosa
d. Menentukan intervensi yang akan diberikan
KRITERIA Kriteria penilaian kekuatan otot:
a. Nilai 0 : otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi visual (
tidak ada kontraksi )
b. Nilai 1 : Otot ada kontraksi , baik dilihhat secara visual atau
dengan palpasi , ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot
c. Nilai 2 : Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi.
Posisi ini sering digambarkan sebagai bidang horizontal gerak tidak
Full ROM
d. Nilai 3 : Gerakan melawan grafitasi dan full ROM
e. Nilai 4 : Resistance minimal ( tahanan minimal )
f. Nilai 5 : Resistance Maksimal ( tahanan Maksismal )

INDIKASI a. Stroke
b. Lansia
c. Kelemahan otot
d. Fase rehabilitasi fisik
e. Pasien dengan tirah baring lama
KONTRA INDIKASI a. Fraktur berat
b. Inflamasi pada otot, tulang, atau sendi
c. Nyeri berat
PROSEDUR Persiapan Fisioterapis :
PELAKSANAAN a. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi
pasien dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
b. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan
menjawab seluruh pertanyaan pasien.
c. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi privasi
pasien.
d. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman.
Persiapan Alat :
a. Sarung tangan/handscoen
b. Minyak penghangat misal: minyak telon
Pelaksanaan :
a. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan
adanya kelainan dan deformitas
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
b. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan
persendian ekstremitas
c. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya
tremor, ukuran otot (atropi, hipertrofi) serta ukur lingkar ekstremitas
(perbedaan > 1cm di anggap bermakna).
d. Instruksikan klien untuk:
1. Sternokleidomastoideus : klien menengok ke salah satu sisi
dengan melawan tahanan tangan pemeriksa
2. Trapezius : letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien
menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa
3. Deltoideus : minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan
dorongan tangan pemeriksa kearah bawah
4. Otot panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai
ekstensi, minta klien mengangkat salah satu tungkai, dorong
tungkai kebawah
5. Abduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai
6. ekstensi, letakkan kedua tangan pada permukaan lateral masing-
masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua tungkai,
melawan tahanan pemeriksa
7. Aduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai
ekstensi, letakkan tangan diantara kedua lutut klien, minta klien
merapatkan kedua tungkai melawan tahanan pemeriksa
8. Bisep : minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba
menekuknya, pemeriksa menahan lengan agar tetap ektensi
9. Trisep : minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba
merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat
lengan klien tetap fleksi
10. Otot pergelangan tangan dan jari-jari : minta klien meregangkan
kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan
kelima jari
11. Kekuatan genggaman : minta klien menggenggam jari telunjuk
dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien
12. Hamstring : posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk, minta
klien meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa
13. Quadrisep : posisikan klien telentang, lutut setengah ekstensi,
klien menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut
14. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa
untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha
pemeriksa untuk memfleksikan kakinya
REFERENSI h. Eka Putri, Amelia. 2014. Pengukuran Kekuatan Otot. Jakarta: RSCM
i. http://catatandokmud.blogspot.co.id/2012/06/pemeriksaan-sistim-
motorik.html
j. http://s1-keperawatan.umm.ac.id/prosedur-pemeriksaan-
muskuloskeletal-&-ekstremitas
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
17.. PEMERIKSAAN RANGE OF MOTION

ICD
PENGERTIAN Range of Motion (ROM) adalah segenap gerakan yang dalam keadaan
normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk,
2008). Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal,
lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga
memiliki klasifikasi & jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi
dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM.
TUJUAN 1. Untuk memelihara dan mempertahankan fungsi jantung dan
pernapasan.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan (mobilitas) sendi.
3. Untuk merangsang sirkulasi darah.
4. Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas), kekakuan, dan
kontraktur.
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
JENIS-JENIS ROM 1. Active Assisted ROM (A-AROM)
2. Active ROM (AROM)
3. Passive ROM (PROM)
INDIKASI 1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitasi fisik
4. Pasien dengan tirah baring lama
KONTRA INDIKASI 1. Trombus/emboli & radang pada pembuluh darah.
2. Kelainan sendi atau tulang.
3. Pasien dengan fase mobilisasi karena kasus penyakit seperti jantung.
4. Nyeri berat.
5. Sendi kaku dan tidak dapat bergerak.
PROSEDUR 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi
PELAKSANAAN pasien dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan
menjawab seluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi privasi
pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman.
Persiapan Alat :
1. Handuk kecil
2. Lotion/ baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu (misal: minyak telon)
Cara Bekerja :
1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Periksa alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
5. Posisikan pasien senyaman mungkin
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
A. Fleksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perwat atau terapis di atas siku pasien,
kemudian tangan kanan memegang tangan pasien.
2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh.
3. Gerakan tangan perlahan-lahan, lemah lembut ke arah kepala
sejauh mungkin.
4. Letakkan tangan di bawah kepala dan tahan untuk mencegah
dorongan fleksi, tekuk tangan dan siku.
5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
B. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat atau terapis di atas siku pasien,
tangan kanan memegang tangan pasien.
2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan lengan sejauh
mungkin dari tubuh dalam keadaan lurus.
3. Tekuk dan gerakkan lengan segera perlahan ke atas kepala sejauh
mungkin.
4. Kembalikan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.

C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu


1. Tempatkan lengan pasien atau terapis pada titik jauh dari tubuh,
bengkokkan siku. Pegang lengan atas, tempatkan pada bantal.
2. Angkat lengan dan tangan.
3. Gerakkan lengan ke bawah dan tangan secara perlahanl-lahan ke
belakang sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
D. Penyilangan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat atau terapis di bawah siku dan
tangan lain memegang tangan pasien.
2. Angkat lengan pasien.
3. Posisi lengan setinggi bahu, gerakkan tangan menyilang kepala
sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
E. Supinasi dan Pronasi Lengan
1. Permulaan posisi: pegang tangan pasien dengan kedua tangan,
posisi telunjuk pada telapak tangan, kedua ibu jari di punggung
tangan.
2. Tekuk telapak tangan pasien menghadap wajah pasien.
3. Kemudian tekukkan telapak tangan bagian punggung ke muka
pasien.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
F. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari
1. Pegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan pasien dan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
tangan pasien bergengaman dengan tangan perawat.
2. Tekuk punggung tangan ke belakang sambil mempertahankan
posisi jari lurus.
3. Luruskan tangan.
4. Tekuk tangan ke depan sambil jari-jari menutup membuat
genggaman, kemudian buka tangan.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.

G. Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari


1. Pegang tangan pasien, tekuk ibu jari ke dalam telapak tangan
pasien.
2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan
pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali.
3. Gerakan ibu jari pasien memutar/sirkulasi pada satu lingkaran.
H. Fleksi dan Ekstensi Panggul dan Lutut
1. Tempatkan salah satu tangan perawat atau terapis dibawah lutut
pasien, tangan lain di atas tumit dan menahan kaki pasien.
2. Angkat tungkai kaki dan tekukan pada lutut, gerakan tungkai
kebelakang sejauh mungkin.
3. Luruskan lutut di atas permukaan kaki, kembalikan pada posisi
semula.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
I. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul
1. Tempat satu tangan perawat atau terapis di bawah lutut pasien,
tangan lain di atas tumit kaki pasien.
2. Angkat tungkai dan tekuk membuat sudut yang besar di atas lutut.
3. Pegang lutut dan kaki pasien mendorong ke hadapan perawat.
4. Gerakkan kaki ke posisi semula.
5. Dorong kaki sejauh mungkin dari perawat, gerakkan ke posisi
semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
J. Abduksi dan Adduksi Panggul
1. Tempatkan satu tangan perawat atau terapis di bawah lutut pasien,
letakkan tangan lain di bawah tumit.
2. Pegang tungkai dalam keadaan lurus, kemudian angkat ke atas
setinggi 5 cm dari kasur.
3. Tarik kaki kearah luar, ke hadapan perawat.
4. Dorong tungkai ke belakang dan kembalikan ke posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
K. Dorso dan Plantar Fleksi Pergelangan Kaki
1. Pegang tumit pasien dengan tangan perawat, atau terapis biarkan
istirahat pada tangan perawat.
2. Tekan lengan perawat atau terapis pada telapak kaki, gerakkan
menghadap tungkai.
3. Pindahkan tangan perawat atau terapis pada posisi semula.
4. Pindahkan tangan ke ujung kaki dan bagian bawah kaki, dorong
kaki ke bawah pada titik maksimal secara bersamaan, kemudian
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
dorong kembali ke atas pada tumit.
5. Ulangi latihan berikut lebih kurang 3 kali.
L. Eversi dan Inversi Kaki
1. Putar kaki satu persatu ke arah luar.
2. Kemudian kembali ke arah dalam.
3. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
M. Ekstensi dan Fleksi Jari-jari Kaki
1. Mulai dengan menarik ujung jari kaki ke atas.
2. Ujung-ujung jari kaki di dorong ke bawah.
3. Ulang latihan lebih kurang 3 kali.
7. Rapihkan pasien ke posisi semula
8. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
9. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan sarung
tangan
10. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela
11. Kaji respon pasien (subyektif dan obyektif)
12. Beri reinforcement positif kepada pasien
13. Buat kontak pertemuan selanjutnya
14. Akhiri kegiatan dengan baik
15. Cuci tangan
Hasil :
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang
diperoleh, respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat
pelaksana.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pegang ekstermitas pada sendi-sendi seperti: elbow, wrist, knee.
Gerakkan sendi secara perlahan-lahan, selanjutnya teruskan. Jika
tidak nyaman/agak nyeri pada sendi, misalnya : adanya arthritis
(dukung ekstermitas pada daerah tersebut).
2. Gerakan setiap sendi melalui ROM lebih kurang 3 kali terus menerus
secara teratur dan perlahan-lahan. Hindarkan pergerakan yang
berlebihan dari persendian pada saat latihan ROM. Hindarkan pada
tekanan yang kuat pada saat pergerakan yang kuat.
3. Hentikan pergerakan bila ada nyeri.
4. Catat adanya ketidak nyamanan (nyeri, kelelahan),
kontraktur/kekakuan sendi, kekuatan otot dan adanya atrofi otot.
5. Apabila ada perasaan nyeri akibat kekejangan/spasme otot, gerakkan
sendi secara perlahan-lahan, jangan berlebihan. Gerakkan dengan
lemah lembut secara bertahap sampai terjadi relaksasi.
6. Aktifitas fungsional untuk menguji lengkap gerak sendi dapat
dilakukan pada pasien yang sudah dapat melakukan pergerakan
sendiri tanpa bantuan.
7. Pergerakkan diuji/diperiksa oleh terapis untuk menentukan adanya
pergerakan daerah sendi. Pergerakan sendi pasien sangat dipengaruhi
oleh kondisi fisik, faktor penyakit dan faktor genetik. Latihan
disesuaikan dengan keadaan klinis pasien.
8. Setiap sendi tubuh mempunyai suatu lingkup pergerakan yang
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
normal.
9. Sendi-sendi akan kehilangan lingkup pergerakan sendi ynag normal.
Kekuan akan mengakibatkan suatu keadaan ketidakmampuan yang
menetap. Hal ini sering pada kondisi Neuromuskuler (Hemiplegia).
10. Latihan ROM direncanakan dengan individu, lingkup pergerakan
bervariasi sesuai dengan perbedaan tubuh dan kemampuan serta
golongan umur.
11. Latihan ROM dapat dilakukan kapan saja, dimana keadaan fisik tidak
aktif.

Sumber :

• http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197103282000121-
LUCKY_ANGKAWIDJAJA_RORING/8-Range_of_Motion.pdf
• http://seputarkesehatandankeperawatan.blogspot.co.id/2014/08/range-of-motion-rom.html
• https://www.slideshare.net/DekOka/range-of-motion-rom-by-verar
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

18.. PEMERIKSAAN Postur


ICD
PENGERTIAN Postur adalah alignment dan posisioningan tubuh yang berhubungan
dengan gravitasi, center of mass, atau dasar pendukung
KEBIJAKAN
TUJUAN Untuk menegakkan diagnosis, prognosis, dan rencana pelayanan,
termasuk pemilihan intervensi.
INDIKASI 1. Patologi/patofisiologi (penyakit, gangguan, atau kondisi)
• cardiovaskular (cerebro vaskular accident).
• endocrine/metabolic (penyakit rematik)
• genitourinary (disfungsi dasar panggul, kehamilan)
• sistem multipel (trauma)
• muskuloskeletal (amputasi, gangguan discus
intervertebrl, joint replacement)
• neuromuskular (CP, neurofibromatosis, spina bifida)
• pulmonary (pneumectomy, penyakit restrictif paru)

2. Impairtments yang meliputi kategori :


• Sirkulasi (menurunnya endurans)
• Peralatan ortotik, protektif dan supportif (swollen
malaigned knee)
• Performans otot (kelemahan, ketidakseimbangan)
• Nyeri (menurunnya ROM lumbar spine)
• Postur (ketidakseimbangan panjang tungkai)
• ROM (menurunnya ROM cervical)
• Ventilasi (expansi tidak semetris)
3. Keterbatasan fungsi dalam kemampuan membentuk aksi dan
aktifitas yang meliputi kategori :
• Pemeliharaan diri sendiri (kesulitan menggunakan sepatu
dan kaos kaki terbatasnya spinal ROM)
• Home management (ketidakmampuan laundry karena
pernafasan memendek)
• Pekerjaan (job/school/play) (inability to bake karena
nyeri pada postur extremitas ats, ketidakmampuan
melengkapi tim soccer karena skoliosis)
• Kemasyarakatan/leisure (ketidakmampuan camping dan
hiking karena nyeri hip, ketidakmamouan berjalan karena
nyeri tungkai)
4. Disability - yaitu ketidakmampuan atau terbatas kemampuannya
untuk membentuk aksi, tugas atau aktifitas sesuai denganaturan
konteks sosial budaya individu – yang meliputi kategori :
• pemeliharaan diri sendiri
• home management
• pekerjaan (job/sekolah/play)
• kemasyarakatan/leisure
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
5. Faktor resiko untuk impaired kapasitas erobik
• Kebiasaan postur suboptimal
• Riwayat merokok
6. Kebutuhan kesehatan, wellness dan kebugaran
• kebugaran termasuk penampilan fisik (krtidakmampuan
menserve bola tenis yang memebutuhkan kecepatan,
postur yang buruk)
• Kesehatan dan wellness (kurannya informasi tentang
perlunya stretching postur).

KONTRAINDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT Tempat yang nyaman, suhu ruangan sejuk dan cukup terang
PERSIAPAN ALAT
1. Goniometer
2. Grids
3. Plumb lines
4. Tape measures
5. Sistem analisa bantuan teknologi
6. Kamera video dan videotape

PERSIAPAN PASIEN Posisi pasien berdiri dan pakaian di buka

PELAKSANAAN 1. Fisioterapis berdiri disamping pasien lalu periksa garis gravitasi


dari kepala sampai kaki ;
a. Posterior sutura koronaria
b. Meatus auditorius externus
c. Corpus vertebra servikal
d. Kaput humeri
e. Torak
f. Korpus vertebra lumbal
g. Trokanter mayor femur
h. Anterior dari tengah sendi lutut
i. Anterior dari malleolus lateral
j. Sendi kalkaneokuboideum

2. Fisioterapis berdiri di depan pasien


Periksa garis gravitasi dari kepala sampai kaki
a. Simetri bilateral tulang kepala dan wajah
b. Garis tengah korpus servikalis
c. Sejajar bahu
d. Garis sejajar sternum
e. Garis sejajar putting mamae
f. Garis tengah korpus vertebra
g. Garis tengah umbilicus
h. Garis sejajar SIAS
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
i. Garis tengah simpisis pubis
j. Sejajar bagian tengah patella
k. Sejajar malleoli
l. Garius tengah bidang tumpu
m. 8-10 derajat ABD kaki

3. FT berdiri di belakang pasien


Periksa garis tengah vertebra

PROSEDUR TERKAIT h. ICU


i. Poliklinik Fisioterapi
j. Unit Rehabilitasi
k. Poliklinik Paru
l. Perawatan Paru
REFERENSI 1. Kisner, Carolyn, MS PT : Therapeutic exercise (foundations
and techniques) third editions, Philadelphia, 1996
2. Hillegas, Ellen Z, PT, PhD, Clinica l note ; Rehabilitation
Pocket guideAlih bahasa ; Weeke Budiyanti. SFt
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
19.. PEMERIKSAAN KEMAMPUAN KERJA
PENGERTIAN
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1.
INDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan
sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak setuju,
sampaikan risiko yang dapat terjadi. Bila pasien tetap menolak, terminasi
pemeriksaan dan tindakan.
PELAKSANAAN 8. Melakukan
a. .
9.
PROSEDUR TERKAIT
REFERENSI 2. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and Technique, ed 5.
FA Davis Company: 2007.
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
20.. PEMERIKSAAN POLA HIDUP, SOSIAL DAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 1.
INDIKASI
PROSEDUR
PERSIAPAN TEMPAT 1. Ruang tindakan bersih, tenang, cahaya lampu sedang, suhu ruangan sedang
2. Bed bersih, rapi, tidak berbau tajam
3. Melakukan tindakan hand hygiene
PERSIAPAN PASIEN 4. Mengidentifikasi identitas pasien
5. Mengarahkan pasien untuk duduk dengan nyaman
6. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
7. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak setuju,
sampaikan risiko yang dapat terjadi. Bila pasien tetap menolak, terminasi
pemeriksaan dan tindakan.
PELAKSANAAN 8. Melakukan penelusuran serangan
no deskripsi
1 Selama 4 minggu terakhir, berapa kali anda 0: tidak sama sekali
mengalami sesak napas? 0: sangat jarang
1: beberapa kali
2: seringkali
2: setiap kali
2 Apakah anda pernah mengalami batuk produktif, 0: tidak pernah
seperti mukus atau flek? 0: hanya bila
sedang flu atau
infeksi paru
1: ya, beberapa hari
dalam sebulan
1: ya, beberapa hari
dalam seminggu
2: ya, setiap hari
3 Pilihlah jawaban yang paling baik menjelaskan 0: sangat setuju
kondisi anda dalam 12 bulan terakhir. Saya menjadi 0: tidak setuju
kurang aktif dari biasanya karena mengalami 0: tidak yakin
masalah pernapasan 1: setuju
2: sangat setuju
4 Apakah anda merokok setidaknya 100 batang 0: tidak
rokok seumur hidup? 2: ya
0: tidak
5 Berapa usia anda? 0: 35-49
1: 50-59
2: 60-69
2: 70+
Bila skor ≥ 5, berarti masalah pernapasan disebabkan oleh PPOK
Bila skor 0-4, berarti risiko PPOK rendah
9. Melakukan penelusuran
PROSEDUR TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
REFERENSI 1. Kisner C, colby LA: Therapeutic Exercise—Foundation and Technique, ed 5.
FA Davis Company: 2007.
2. COPD Population Screener(TM) . Quality Metric Incorporated
PJ WEEKE
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

PEMERIKSAAN FUNGSIONAL DENGAN FIM.

PENGERTIAN 1. Sistem identifikasi sensitivitas kemampuan fungsional berdasarkan


International Classification of Functioning, Disability and Health dengan
menggunakan metode fungsional independence measuremen .
KEBIJAKAN PMK NO 65 Thn 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
TUJUAN 2. Mengukur tingkat sensitivitas pasien dan menunjukkan berapa banyak
disabilitas /bantuan yang diperlukan bagi individu untuk melakukan
aktivitas sehari-hari dan perubahan selama episode fisioterapi di rumah
sakit (Lisa Zeltzer, 2011)
INDIKASI 3. a. Disabilitas/kemunduran aktivitas fungsional sehari-hari.
b.Mampu beraktivitas diatas 5%
KONTRAINDIKASI 4. a. Kemampuan dibawah 5%
b. Kemapuan diatas 5% dengan problem APACHE absulut.
PROSEDUR
PERSIAPAN 5. sesuai poin 6.
TEMPAT Waktu untuk uji: 30-60 menit dan untuk administrasi : 30-45 menit.
PERSIAPAN ALAT 6. Peralatan yang disiapkan: tmer, pencatat, dan pelatan test.

1. Makanan : kemampuan makan


2. Berhias : kemampuan berhias
3. Mandi : Kemampuan mandi
4. Dressing, tubuh bagian atas : Kemampuan memakai baju.
5. Dressing, tubuh bagian bawah : kemampuan memakai jelana.
6. ke toilet : Kemampuan ke toilet
7. Manajemen BAK (membersihkaan)
8. Manajemen BAB (membersihkan).
9. Transfer - tempat tidur / kursi / kursi roda
10. Transfer – kemampuan menggunakan toilet
11. Transfer – kamar mandi / shower
12. Berjalan dengan alat bantu: kruk, tripot dan kursi roda
13. Nnaik/turun tangga
Kognisi subskala meliputi:
14. Pemahaman (tempat, hari , waktu).
15. Ekspresi : stres
16. Interaksi sosial: kemampuan komunikasi kebutuan sehari hari.
17. Penyelesaian masalah
18. Ingatan : hitungan mundur: dari seratus.
PERSIAPAN 7. a. Mengidentifikasi identitas pasien
PASIEN b. Menjelaskan kepada pasien untuk dilakukan pemeriksaan fungsional.
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
d. Mendapatkan ijin pelaksanaan pemeriksaan. Apabila pasien tidak
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com
setuju, sampaikan terminasi pemeriksaan.(informed consen)
PELAKSANAAN 8. Melakukan penilaian poin 1-18.
1. Tiap Item mempunyai skor: 1-7 dengan nilai % kemampuan.
Setiap item mencetak pada skala ordinal, mulai dari skor 1 sampai skor 7.
Semakin tinggi skor, semakin independen pasien dalam melaksanakan
tugas yang berhubungan dengan item.
1 - bantuan penuh dengan pembantu=>75 % bantuan berat sekali (
komplit).
2 - bantuan maksimal dengan pembantu=50 >75% bantuan berat
3 - bantuan Moderat dengan pembantu= >25-50% bantuan sedang
4 - Bantuan Minimal dengan pembantu= >6-25 % bantuan ringan
5 - Pengawasan atau setup dengan pembantu= <6 pengawasan
6 - Modified kemerdekaan tanpa pembantu=mandiri dengan modifikasi
7 - kemerdekaan Lengkap tanpa pembantu= mandiri penuh
Skor total untuk subskala bermotor FIM (jumlah dari item bermotor
subskala individu) akan menjadi nilai antara 13 s/d 91.
Skor total untuk kognisi subskala FIM (jumlah dari item kognisi subskala
individu) akan menjadi nilai antara 5 s/d 35.
Skor total untuk instrumen FIM (jumlah dari nilai bermotor dan kognisi
subskala) akan menjadi nilai antara 18 dan 126

ANALISA Nilai total di analisa:


PEMERIKSAAN Sscore tiap eitem= 1-7. Problem Kemampuan Mandiri skor total
1. Total bantuan 100-75% mandiri 0-25% 18-35
2. Bantuan maksimal 51-75% mandiri 25-49% 36-53
3. Bantua sedang 50-26% mandiri 50-75% 54-71
4. bantuan minimal 25 % Mandiri >75 96% 72-89
5. Pengawasan Mandiri > 96 90-107
6. Modifikasi tidak ketergantungan alat bantu 108-120
7. Mandiri mandiri 121-126
Per eitem. 5x18 = 90
1-2 ketergantungan penuh
3-5 ketergantunag sedang
6-7 Tidak tergantung (mandiri)
Total score ; 18 X 7 = 126 ( 18-126)

PROSEDUR Vital sign: Nadi, RR, suhu: pemeriksaan penunjang.


TERKAIT
REFERENSI 4. Nieubaeur, J; 2011; Cardiac Rehabilitation Manual. Springer,
5. APTA; 2014 ; Gudenline Kardiopulmonal.
6. Jennifer A Pryor;1998; Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems; new york; pheledelpia.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI
PERHIMPUNAN FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI INDONESIA
pafkri.pusat@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai