Anda di halaman 1dari 8

EFEK

SAMPING
PENGGUNAAN
SWD
Beberapa pasien mungkin mengalami luka bakar dangkal. Karena terapi melibatka
n panas, maka penggunaannya perlu hatihati untuk menghindari luka bakar, khususnya pada pasien yang
cedera dan
telah terjadi penurunan sensitivitas terhadap panas. Selain itu, diatermidapat
mempengaruhi fungsi alat pacu jantung dan pasien wanita yang menerima
perawatan di punggung bawah atau daerah panggul dapat mengalami peningkatan
aliran menstruasi
Efek fisiologis pemanasan Short Wave Diatherny
: Hemodinamik: Meningkatkan aliran darah. Mengurangi inflamasi kronik.
Meningkatkan inflamasi akut Meningkatkan edema. Meningkatkan perdarahan.
Meningkatkan ekstensibilitas tendon. Meningkatkan aktifitas kolagenase.
Mengurangi kekakuan sendi. Mengurangi nyeri. Relaksasi umum. Neuromuskuler:
Meningkatkan kecepatan hantaran syaraf. Sendi dan jaringan ikat: Lain-lain:
Kontra indikasi Short Wave Diatherny : Trauma akut, inflamasi. Gangguan
sirkulasi. Diatesis hemoragi Edema Gangguan sensibiliras. Keganasan. Gangguan
kognitif/sulit melaporkan nyeri
4.
a.
1)

Efek
Perubahan
Reaksi

Fisiologis
Temperatur
Lokal

Jaringan

a) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal 13 % tiap kenaikan temperatur 1C.


b) Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik lokal dan
akhirnya
terjadi
vasodilatasi
lokal.
2)
Reaksi
General
Mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi perlu dipertimbangkan karena
penetrasinya
dangkal

3
cm
dan
aplikasinya
lokal.
3)
Consensual
efek
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama. Dengan

penerapan MWD, penetrasi dan perubahan temperatur lebih terkonsentrasi pada


jaringan otot, sebab jaringan otot lebih banyak mengandung cairan dan darah.
b.
Jaringan
Ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat seperti jaringan collagen kulit, otot, tendon,
ligamen dan kapsul sendi akibat menurunnya viscositas matriks jaringan tanpa
menambah panjang serabut collagen, tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak
kedalamannya

3
cm.
c.
Jaringan
Otot
Meningkatkan elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus melalui normalisasi
nocicencorik
dan
penurunan
iritasi
sisa
metabolisme
otot.
d.
Jaringan
saraf
Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktivitas
serta
ambang
rangsang
saraf.
5.

Efek

Terapeutik

a.
Nyeri,
hipertonus
dan
gangguan
vascularisasi
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedatif, serta perbaikan
metabolisme.
b.
Penyembuhan
luka
pada
jaringan
lunak
Meningkatkan proses perbaikan atau reparasi jaringan secara fisiologis.
c.
Kontraktur
jaringan
Dengan peningkatan elastisitas jaringan lunak, maka dapat mengurangi proses
kontraktur jaringan. Ini dimaksudkan sebagai persiapan sebelum pemberian
latihan.
d. Gangguan konduktivitas dan ambang rangsang jaringan saraf
Apabila elastisitas dan ambang rangsang jaringan saraf semakin membaik, maka
konduktivitas jaringan saraf akan membaik pula.

Resiko Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dilingkungan Kerja Fisioterapis.Rumah


sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sangat
pesatkeberadaannya, baik dari sisi jumlah dan penggunaan teknologi alat
kedokteran yang beranekaragam serta bidang pelayanan. Fisioterapi sebagai salah
satu unit bidang pelayanan di rumahsakit yang memiliki fungsi serta peranan
penting terhadap perkembangan rehabilitasi pasien.Bentuk pelayanan fisioterapis
menurut Kepmenkes (2013) adalah pelayanan kesehatan yangditujukan kepada
individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara danmemulihkan
gerak
dan
fungsi
tubuh
sepanjang
rentang
kehidupan
dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis
dan
mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi. Banyaknya bentuk pelayanan yang dilakuk
an oleh fisioterapismaka faktor resiko kerja yang dihadapi oleh pelaksana
fisioterapis juga banyak.Faktor resiko yang terjadi seperti yang dijelaskan oleh
Khoiriah (2013) pada pendahuluandiatas, fisioterapi akan beresiko di faktor
biologis, ergonomi, fisik dan psikosial saja, untukfaktor resiko kimia sangat kecil
kemungkinannya, karena bidang kerja fisioterapi tidakmenyentuh di ranah
tersebut.
Faktor Resiko Biologis pada Fisioterapis.Fisioterapis dalam hal ini beresiko tekena
penularan penyakit yang berada dilingkunganrumah sakit, seperti misalnyaInfeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial merupakaninfeksi yangdiakibatkan adanya
interaksi antara pasien dengan petugas medis, pasien satu dengan pasienlainnya,
atau pasien dengan orang yang menjenguk. Infeksi nosokomial bisa menyebar
melaluiudara saat berbicara, batuk, atau bersin dan kontak langsung. Penularan
akan dengan cepatterjadi jika terjadi interaksi dalam jarak antara 60 cm sampai 1
meter. Fisioterapi yangmemberikan pelayanan secara kontak langsung dengan tiap
pasien,
memiliki
resiko
terkena penularan penyakit lebih besar,
apalagi penanganan pasien yang berada di ruang Intensive CareUnit (ICU) dan
ruang isolasi.
Pencegahan adalah suatu upaya agar yang petugas fisioterapis tidak tertular
infeksinosokomial. Upaya pencegahan agar tidak tertular dari penyakit tersebut
yakni :1)

Cuci tangana)
Cuci Tangan Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi. b)
Cuci Tangan Segera setelah melepas sarung tangan.Gambar.2.
Chest
Physiotherapy
di Ruang ICU (Anonim. 2014)Gambar.3. Mobilisasi Bertahap (berjalan) di Ruang
ICU (TTSH.2012) Bagian Kiri. Mobilisasi Bertahap (Postural Control)
duduk.Bagian Kanan (Lisa. 2011).

c)
Cuci Tangan Di antara sentuhan dengan pasien.2)
Menggunakan Sarung Tangana)
Menggunakan Sarung Tangan Bila kontak dengan darah, cairan tubuh,sekresi, dan
bahan yang terkontaminasi. b)
Menggunakan Sarung Tangan Bila kontak dengan selaput lendir dan kulitterluka3)
Menggunakan Masker, Kaca Mata atau Masker Muka.a)
Menggunakan Masker, Kaca Mata atau Masker Muka. Mengantisipasi bilaterkena,
melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontakdengan darah dan
cairan tubuh.4)
Menggunakan Baju Pelindung.a)
Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh b)

Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontaklangsung


dengan darah atau cairan tubuh
Faktor Resiko Ergonomi pada Fisioterapis.Permasalahan yang berkaitan dengan
faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanyaketidaksesuaian antara pekerja
dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peran tenagakesahatan dibidang
pelayanan, salah satunya adalah fisioterapis. Ergonomi, secara definisimerupakan
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka.Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengankondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi. Menjadi fisioterapisselain penyesuian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh tiap individu petugas, seorangfisioterapis harus mengerti dan memiliki
kemampuan menganalisa, membentuk sertamenjalankan konsepnya. Maksudnya
fisioterapis dalam pekerjaannya mampu menganalisa apayang harus ia lakukan
dengan kondisi pasien butuhkan, kondisi lingkungan untuk membantu proses
tindakan fisioterapis, serta kondisi fisioterapis itu sendiri. Selain itu fisioterapis
juga harusmampu membentuk suatu rancangan atau konsep tindakan ke pasien
berdasarkan analisasebelumnya, misalnya pasien dengan kondisi post stroke,
pasien tersebut sudah mampumengontrol badannya untuk berdiri tegak maka
fisioterapis ingin mengembangkan tindakanterapinya untuk pasien agar dapat
berdiri dan berjalan sendiri. Hal tersebut tidaklah mungkin
langsung dilakukan oleh fisioterapis atas tanpa dasar, pastinya harus memiliki
teknik-teknik
yang baik bagi fisioterapis dan pasien, karena dengan teknikteknik yang sudah di analisa dan dikonsepkan maka timbul pencegahan resiko
cidera
kerja
pada
fisioterapis
dan
resiko
jatuh
pada pasien. Maka harus saling menguntungkan. Resiko cidera kerja pada fisiotera
pis akibat faktorergonomi adalah karena kurangnya penanganan secara safety,
sehingga menimbulkan cidera berupa,
low back pain
, cidera otot, dan resiko terbesar yakni pasien jatuh dan menimpahfisioterapisnya.
Cidera tersebut adalah karena ketidak mampuan atau keteledoran dari
fisioterapisuntuk menentukan sikap tubuh yang baik, Sehingga merugikan dirinya
sendiri. Misalnya untukmengangkat pasien, memindahkan pasien dari kursi

roda/kursi ke bed (gambar.4) makafisioterapis harus mengetahui teknik yang tepat


yang
disesuaikan
dengan
kondisi
tubuhnya, pasien serta lingkungan sekitar, sehingga fisioterapis terhindar dari keru
gian kerja (cidera) pasienpun menjadi lebih aman.
Pencegahan atau solusi agar tidak mengalami kecelakaan kerja berupa cidera
akibatfaktor ergonomi terhadap fisioterapis sebagai tenaga kesehatan yakni :1)
Pengetahuan tentang teknik manual handling ergonomic, maksudnya
fisioterapismampu mengetahui cara menjaga tubuhnya dalam kondisi yang aman
dan nyamansaat melakukan tindakan terhadap pasien.2)
Saat akan melakukan tindakan terapi pada pasien, jelaskan terlebih dahulurencana
yang akan fisioterapis lakukan. Hal tersebut berguna agar adanyafeedback dari
pasien untuk berkerjasama sehingga mengurangi resiko yang tidakdiinginkan.3)
Gunakan alat bantu, maksudnya penggunaan alat bantu disini bisa berupa alat
dan patner, alat yang dapat membantu misalnya belt (gambar.5) untuk pasien agar
pegangan terapis menjadi lebih nyaman. Lumbar corset (gambar.5) untukmembant
u postur terapis dalam kondisi yang aman sehingga tidak berakibatterkena LBP
(low back pain)
. Selanjutnya adalah patner, hal ini dilakukan apabilakemungkinan kondisi anda
tidak mampu menangani pasien tersebut secarasendiri, maka ajaklah patner atau
rekan fisioterapis anda.
Faktor Resiko Fisik pada FisioterapisFaktor resiko atau bahaya potensial fisik pada
petugas fisioterapis disini adalah radiasidan panas. pada fisioterapi resiko radiasi
yang didapatkan karena alat-alat yang digunakanmenggunakan gelombang
elegtromagnetik (gambar.6), secara definisi radiasi gelombangelegtromagnetik
adalah merambat lewat ruang dan membawa energidari satu tempat ke tempat
yang lain
Faktor Resiko Fisik pada FisioterapisFaktor resiko atau bahaya potensial fisik pada
petugas fisioterapis disini adalah radiasidan panas. pada fisioterapi resiko radiasi
yang didapatkan karena alat-alat yang digunakanmenggunakan gelombang
elegtromagnetik (gambar.6), secara definisi radiasi gelombangelegtromagnetik

adalah
(kiri)
lumbar

kombinasi medan listrikdan medan magnetyang berosilasidanGambar.5.

corset
support
dan (kanan)
handling
belt
for
patient
.

merambat lewat ruang dan membawa energidari satu tempat ke tempat yang lain
Faktor Resiko Psikososial pada FisioterapisFaktor Resiko Psikososial pada pekerja
dibidang pelayanan terutama fisioterapis,sepertinya hampir sama dengan tenaga
kesehatan lainnya, karena pressure kerja yang tinggi,tuntutan pelayanan dari
pasien,
kerja
sift,
rutinitas
yang
hampir
sama
tiap
harinya,
serta bayangan resiko tertular penyakit dari pasien. Hal tersebut yang menjadi keba
nyakan resikogangguan psikososial pada fisioterapis. Solusi untuk mengurangi
dampak psikososial tersebutmaka diperlukan keterlibatan perusahaan untuk
memberikan suatu kebijakan misalnya :memberikan Gaji yang sesuai dengan
pekerjaan, Reward terhadap pekerja yang berprestasi,
mengikutkan pekerja dalam acara atau kegiatan seperti seminar, dan workshop,
alat perlindungandiri saat bekerja, ansuransi serta menjamin layanan kesehatan
bagi pekerja tersebut, dan lain-lain.Hal demikian bila diterapkan pada perusahaan
maka dampak psikososial pada pekerja akan berkurang bahkan terhindar

Anda mungkin juga menyukai