1. Ultra Sound
a. Pengertian
Terapi dengan menggunakan gelombang suara tinggi dgn frek 1 atau 3
MHz (>20.000Hz).
b. Tujuan pemberian US
Mengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri, memacu proses
penyembuhan collagen jaringan (dipilih untuk jaringan kedalaman < dari
5 cm) Penentrasi terdalam dlm setiap media:
Tulang: penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 Mhz
Kulit: penentrasi 36 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 12 mm
tendon: penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
Otot: penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
Lemak: penentrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 55
mm 3 MHz penentrasi : 1/3 dari frek 1 Mhz
Intensitas terapi: kontinu. intensitas rendah <0,3 W/cm², intensitas
sedang 0,3-1,2 W/cm², intensitas kuat 1,2-3W/cm². untuk efek
terapeutik 0,7-3 MHZ.
Frekuensi: untuk kasus pada kondisi subakut waktu 3 menit,
pengulangan 1x1 hari, sehari 10x. Untuk kasus pada kondisi
kronik waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari,
sehari 12-18x. Metode US A. Kontak langsung: paling banyak
digunakan; perlu adanya media coupling (Gel, water oil, pasta
analgetik, water). Syarat media coupling harus steril, tidak terlalu
cair, tidak terlalu mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan
flek/pekat. B. Kontak tidak langsung : subaqual (dalam air) di
dalam air, hal ini dilakukan bila regio yang akan diterapi areanya
kecil dan tidak rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid
Arthtritis jari-jari. water pillow kantong plastik/karet mengandung
air, kontak dipermukaan tubuh tidak rata; medium antara sisi
kantong – kulit, sisi kantong – tranduser. Teknik Aplikasi US
Sebelum terapi : lakukan assesment, tes sensibilitas, lokalisasi
daerah terapi, tentukan metode (langsung/tidak langsung), beri
penjelasan kepada pasien: “ bapak/ibu saya akan memberikan
terapi Ultrasound nanti rasanya seperti dipijat dan sedikit hangat
gunanya untuk memperbaiki jaringan yg rusak sehingga akan
mengurangi nyeri”
Persiapan alat
Persiapan pasien
c. Penatalaksanaan US
Berikan gel pada daerah yang akan diterapi
Ratakan gel dgn tranduser, nyalakan alat
Timer ditentukan dari = luas area dibagi dengan luas ERA
Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi :
Aktivitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm²) • aktivitas sedang :
dosis sedang (1,5-2 W/cm²) • aktivitas rendah : dosis tinggi (2-3
W/cm²)
Intensitas/durasi : pada kondisi akut à intermiten ; pada kondisi
kronik continous
Ultrasound dengan air (untuk kasus sendi kecil dan permukaan
tidak rata), penerapannya : Tidak langsung bersentuhan dengan air,
jaraknya 1,5-2,5 cm
Untuk tranduser 1 MHz: penentrasi lebih dalam, tapi area
konvergen 3x lebih kecil. Untuk tranduser 3 MHz: penentrasi lebih
kecil tapi area konvergen 3x lebih besar. Efek US > Mekanis :
menimbulkan efek micromassage -> dilatasi -> inflamasi
Thermal: menimbulkan efek panas tranduser lebih kecil
dimana panas ringan sampai 5 cm (deep) dan lebih
dominan pada continue.
Piezoelectric : perubahan muatan membran sehingga terjadi
proses kimiawi di jaringan di sekitarnya
Biologis: menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah à
meningkatkan sirkulasi darah -> meningkatkan
permeabilitas dan regenerasi jaringan à menimbulkan
rileksasi otot sehingga akan mengurangi nyeri.
d. Indikasi US
Kondisi peradangan dan traumatik sub akut dan kronik, adanya
jaringan parut (scar tissue) pada kulit, kondisi ketegangan, pemendekan
dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, ligament). Kondisi
inflamasi kronik; oedema, gangguan sirkulasi darah, contoh kasus yg
termasuk indikasi Ultrasound: Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis
Genu, Hernia Nucleus Pulposus, Low Back Pain, spasme cervical, tennis
elbow, frozen shoulder.
e. Kontra indikasi US
jaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak), jaringan yang baru
sembuh, jaringan/granulasi baru, kehamilan, pada daerah yang sirkulasi
darahnya tidak adekuat, tanda-tanda keganasan, infeksi bakteri spesifik.
Frekuensi Pulsa
Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 – 200 pulsa detik.
Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik
menimbulkan respon kontraksi tetanik dan
sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah
Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat
iritatif terhadap jaringan kulit sehingga dirasakan
nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik frekuensi
menengah bersifat lebih konduktif untuk stimulasi
elektris karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau
tidak bersifat iritatif dan mempunyai penetrasi yang
lebih dalam.
Penempatan Elektroda
Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan
paling sering digunakan, sebab metode ini dapat
langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa
memperhatikan karakter dan letak yang paling
optimal dalam hubungannya dengan jaringan
penyebab nyeri
Dermatome :Penempatan pada area dermatome yang
terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik dalam area
dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di
anterior dan di posterior dari suatu area dermatome
tertentu
Area trigger point dan motor point
Prosedur TENS
Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz,
durasi pulsa <200 (60-100) mikrodetik • Tingkat
analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi
pulsa >150 mikrodetik
Persipan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari
lemak, lotsion, krim dll), periksa sensasi kulit,
lepaskan semua metal di area terapi, jangan
menstimulasi pada area dekat/langsung di atas fraktur
yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit
baru.
c. Indikasi TENS
Kondisi LMNL(Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih
disertai keluhan nyeri, kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang
konduktifitasnya belum membaik, kondisi LMNL kronik yg sudah terjadi
partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon
transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari
suatu latihan, kondisi peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid
Arthritis dan Tennis elbow), kondisi pembengkakan setempat yang belum
10 hari
d. Kontra Indikasi TENS
Sehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu, adanya ruptur
tendon/otot sebelum terjadi penyambungan, kondisi peradangan
akut/penderita dlm keadaan panas, Keganasan, Penyakit vaskuler,
Perdarahan, Pasien ketergantungan pada alat pacu jantung, Luka terbuka
yang besar, Infeksi, Gangguan sensoris
e. Indikasi SWD
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pada
musculoskeletal), adanya keluhan nyeri pada sistem musculoskeletal
(kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak),
persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah
darah)
f. Kontraindikasi SWD
Keganasan, kehamilan, kecenderungan terjadinya pendarahan,
gangguan sensibilitas, adanya logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang
penyakit pembuluh darah arteri.
Gelombang Pendek
Pengaruh fisiologis sinar infra merah jika diabsorpsi oleh kulit akan
meningkatkan temperatur suhu tubuh dan pengaruh lainnya antara lain :
Seperti yang telah dikemukakan oleh hokum Vant’t Hoff bahwa suatu
reaksi kimia akan dapat dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan
temperatur akibat pemanasan. Proses metabolism terjadi pada lapisan
superfiscial kulit akan meningkat sehingga pemberian oksigen da nutrisi
kepada jaringan lebih diperbaiki,begitu juga pengeluaran sisa – sisa
pembakaran.
3. Pigmentasi
Antara lain :
Sebagai berikut :
2) Gangguan sensibilitas
6. Cold Therapy
7. Arus Interferensial
Kemampuan penetrasi lebih dalam karena tidak adanya tahanan pada
kulit, karena untuk menurunkan resisten jaringan frekuensi harus
ditingkatkan. Aplikasi dengan intensitas tinggi tidak menyebabkan iritasi kulit
di bawah elektrode sehingga lebih nyaman dirasakan pasien. Efek fisiologis
stimulasi afferent nerve fibers bermyelin tebal yang menyebabkan
pengurangan nyeri dan normalisasi keseimbangan neuro-vegetative berupa
rileksasi dan peningkatan sirkulasi. Stimulasi afferent nerve fibers bermyelin
tebal akan menghambat atau memberikan efek blocking aktifitas afferent
nerve fibers bermyelin tipis sehingga persepsi nyeri berkurang atau
dihilangkan.
a. Aplikasi Interferential Current
1. Pemilihan AMF atau frekuensi treatmen AMF tinggi ( Hz) lebih tepat pada
kondisi akut, nyeri hebat atau keadaan hipersensitif. Dapat juga digunakan
sebagai treatmen awal. AMF rendah ( 50 Hz) akan menyebabkan kontraksi
tetanik. Lebih tepat pada kondisi kronik atau sub akut. 2. Pemilihan frekuensi-
sweep program Berkaitan dengan program frekuensi modulasi (sweep) 3.
Model spektrum Program spectrum 1/1 kondisi kronik atau sub akut
Program spectrum 6/6 untuk kondisi akut 1/30/1/30s untuk kondisi akut
b. Dosis
a. Intensitas Didasarkan pada sensasi pasien yang terdiri dari mitis, normal
dan fortis
b. Waktu Umumnya 10 menit dan menurut Prof Liliana Nikolova Troeva
dapat sampai 30 menit.
c. Pemilihan frekuensi Frekuensi 2000 Hz lebih efektif untuk stimulasi otot.
Frekuensi 4000 Hz lebih efektif untuk mengurangi nyeri.
c. Indikasi
1. Nyeri (otot, tendon, kapsul atau saraf)
2. Hipertonia
3. Kelemahan otot
4. Penyakit-penyakit dengan gejala berupa gangguan keseimbangan
neurovegetative yang mengarah kepada gangguan sirkulasi dan fungsi organ.
5. Post traumatic (kontusio, sprain, luksasi, ruptur dan kontraktur)
6. Arhrosis, spondylosis.
7. Periarthritis, bursitis, tendinitis.
8. Myalgia.
9. Atrophy
d. Kontraindikasi
1. Demam
2. Tumor
3. Tb
e. Relatif kontraindikasi
1. Inflamasi lokal.
2. Thrombosis.
3. Kehamilan.
4. Pacemaker.
5. Implant metal
DAFTAR PUSTAKA