PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,
Indonesia menduduki peringkat ke-2 di dunia dalam jumlah kasus TB, baik
dalam jumlah keseluruhan kasus maupun kasus baru. Berdasarkan laporan WHO, di
tahun 2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus TB di Indonesia, namun baru terlapor
Tiongkok di urutan ketiga yang memiliki sekitar 1,4 milyar penduduk. Hanya satu
negara yang lebih buruk jumlah kasus TB-nya dari Indonesia, yakni India yang
memiliki jumlah penduduk 1,3 milyar.Pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan
laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di
negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada
fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei
ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5%
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar mulai dari bulan Januari 2019 sampai
tanggal 31 Desember 2019 terdapat 524 pasien yang dirujuk ke poli fisioterapi BBKPM.
(BBKPM, 2019).
1
Tuberkulosis paru ini juga meninggalkan gejala sisa yang dinamakan Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) yang cukup meresahkan. Gejala sisa yang paling
sering ditemukan yaitu gangguan faal paru dengan kelainan obstruktif yang memiliki
nonspesifik yang luas. Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan proses
proteolisis dan beban oksidasi sangat meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi
matriks alveoli terjadi cukup luas dan akhirnya mengakibatkan gangguan faal paru.
tubuh, berat badan menurun dan gerak lapang paru menjadi tidak maksimal bila tidak
TENS, Postural Drainage, Pursed Lip Breating, dan Diafragma Breathing pada kondisi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
saluran napas yang ditemukan pada penderita pasca tuberkulosis dengan lesi
paru yang minimal yang masih sering ditemukan pada pasien pasca
pasca pengobatan. Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan
faal paru dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran klinis mirip
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Shetty, 2010). Hilangnya fungsi paru
paling tinggi terjadi pada 6 bulan saat diagnosis tuberkulosis dan 12 bulan
Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari banyak bagian dan fungsinya
yaitu :
3
Gambar 1.1 Traktus respiratorius
a) Hidung
Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan
kanan oleh septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap
hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa
Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel mulkus
4
terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi kekuning-kuningan
b) Faring
seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah
serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra. Kantong ini mulai
kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
(a) Nasofaring
(b) Orofaring
5
c) Laring
Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan tujuh tulang
pita atau lipatan suara. Selama pernafasan biasa pita suara terletak
dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara respirasi melintas
Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada saat
yang sama ambil bagian dalam deglutisi, selama waktu mana laring
6
Refleks penutupan ini tergantung pada koordinasi neurimuskuler
d) Trakhea
a. Bronkus
7
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Bronkus
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan
saraf.
bronkus kanan.
(b) Setiap bronkus primer bercabang sembilan sampai dua belas kali
8
(d) Bronkiolus terminalis adalah bronkiolus membentuk percabangan
b. Alveoli
jantung.
c. Paru-paru
9
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior. Paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
Gambar 1. 4 Paru-paru
(2) Lobus medius terdiri dari 2 segment yaitu segmen lateral dan
medial.
posterior basal.
10
(b) Paru kiri dibagi dua lobus yaitu
anterior.
11
(a) Volume Paru-paru
(2) Volume Tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan
untuk wanita.
ml pada perempuan.
jeda pernapasan.
12
merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik
(4) Kapasitas Total Paru (KTP) adalah jumlah total udara yang
a) Otot-otot Respirasi
1) Inspirasi
(a) Diaphragma
inspirasi rileks. Otot ini disarafi oleh nervus Phernic dari akar
saraf C3-C5.
13
a. Sternocleidomastoideus (SCM)
b. Upper Trapezius
c. Scaleni
di fiksasi.
2) Ekspirasi
ekspirasi.
a. Otot Abdominalis
b) Mekanisme Pernapasan
14
1) Mekanisme Pernapasan Dada
ke paru-paru.
masuk.
15
paru-paru mengempis tekanan udara di paru-paru paru lebih besar
dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga proses . Proses yang
luar paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi
darah dalam sirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik
1) Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru
lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka udara akan masuk menuju ke
tekanan atmosfir maka udara akan bergerak keluar dari paru ke atmosfir
disebut ekspirasi.
16
sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli.
bahanbahan nutrisi.
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol,
sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia
juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob
(Widoyono,2015).
oleh bekas dari luka akibat infeksi TB paru atau fibrosis yang dipengaruhi oleh
17
semakin luas jaringan paru yang rusak akibat infeksi kuman TB, semakin
(droplet) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung
bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas dan mengkolonisasi
bawah, maka pejamu akan melakukan respon imun dan peradangan yang kuat di
alveoli (parenkim) paru dan bronkus. Proses radang dan reaksi sel menghasilkan
nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer. Di bagian tengah nodul terdapat
cair ini dapat dibatukkan keluar, meninggalkan kerusakan fibrosis tanpa atau
dengan perkijuan dan perkapuran yang tampak pada foto toraks (Tambayong,
2001).
berlangsung lama ini menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat
18
meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi matriks alveoli terjadi cukup
Adapun gambaran klinis yang timbul pada pengidap TBC dan SOPT
yaitu:
a. Demam
pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan
ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada
19
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.
1. Auskultasi
Untuk mendengar suara khususnya suara nafas. Bunyi nafas normal dan
abnormal terjadi akibat gerakan udara di airway selama inspirasi dan expirasi.
b. Teknik pelaksanaan :
dada lalu posisi lateral dinding dada setinggi T2, T6, T10.
20
3) Minta pasien untuk deep inspirasi melalui hidung dan ekspirasi
Kanan Kiri
Regio
Ves Ronchi Whes Ves Ronchi Whes
Apical
Middle
Lower
Posterior
2. Muscle Test
a. M. Pectoralis Mayor
b. M. Pectoralis Minor
apabila salah satu atau kedua bahu tidak dapat menyentuh bed.
c. M. Upper Trapezius
21
1) Posisi pasien : Supine lying, dengan kepala pasien berada
d. M. Sternocleidomastoideus
ada nyeri.
3 Sedang
5 Sesak berat
6 Sesak berat
22
8 Sesak nafas sangat berat
10 Maksimal
sangkar thoraks atau dengan meteran untuk melihat selisih antara inpirasi dan
ini bertujuan agar pemeriksa dapat menilai secara obyektif dalam mengukur
pengembangan thoraks dan dapat pula dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam
a. Axilla
2) Teknik pelaksanaan :
awal.
c) Lihat dan catat angka pada meteran pada saat pasien inspirasi dan
ekspirasi.
b. Papilla Mammae
23
1) Persiapan pasien : Posisi pasien dalam keadaan duduk rileks di atas
2) Teknik pelaksanaan :
c) Lihat dan catat angka pada meteran pada saat pasien inspirasi dan
ekspirasi.
c. Processus Xhypoideus
2) Teknik pelaksanaan :
c) Lihat dan catat angka pada meteran pada saat pasien inspirasi dan
ekspirasi.
pasien rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak
24
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1–3 Nyeri ringan
4–6 Nyeri sedang
7–9 Nyeri berat terkontrol
10 Nyeri berat tidak terkontrol
6. Pemeriksaan Spirometri
paru. Hal yang dapat mempengaruhi volume paru dan kecepatan aliran adalah
usia, jenis kelamin, ras serta tinggi badan. Berat badan tidak mempengaruhi
a. Tahap persiapan :
tanggal lahir, ID, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, ras dan
riwayat merokok.
25
5) Hubungkan pasien dengan alat dengan cara memberikan instruksi
menutup hidung.
spirometri.
tombol print).
telah disediakan.
Six Minute Walking Test adalah suatu cara untuk mengukur kemampuan
daya tahan pasien dalam melakukan suatu aktivitas fisik tertentu. Tes ini
a. Prosedur Test
akurat.
2) Persiapan Alat :
26
Pastikan stopwatch, stethoscope, sphygmomanometer, dan pulse
putaran.
3) Persiapan Pasien
kooperatif.
Posisikan pasien pada garis start. Pada saat pasien mulai berjalan,
nyalakan stopwatch.
jumlah putaran.
27
Berikan semangat kepada pasien setiap 1 menit, dan menurut
bawah ini :
setengah jalan.”
menit lagi.
menit lagi.”
Parameter :
28
4-6 Aktivitas sedang (rasanya seperti anda melakukan
mengucapkan kalimat).
yang menilai semua aspek dampak dari suatu penyakit dimana pertanyaannya
aktivitas, tidur, dan tingkat energy). Jadi ada 8 pertanyaan pada skala 1 sampai
5 poin
hidup.
29
Kemudian menyuruh pasien untuk silang score sesuai yang
pasien berbicara.
30
C. Tinjauan tentang Intervensi Fisioterapi
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dada pasien adalah dengan pemberian modalitas berupa MWD. Hasil terapi
MWD adalah salah satu terapi heating yang menggunakan stressor fisis
berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi
isolator, konduktor, dan jaringan elektrolit. Pada jaringan yang bersifat isolator
electron yang kuat, sedangkan pada jaringan yang bersifat konduktor panas
31
terjadi akibat rotasi dipole karena ion-ion bersifat lebih mobile. Karena sifat
maka hal ini dapat membantu sebelum melakukan latihan atau treatment.
3. TENS
sistem saraf melalui permukaan kulit (Parjoto, 2006). Jenis arus TENS untuk
menghasilkan kontraksi otot dibutuhkan fase durasi dan frekuensi yang tepat.
Tanggap rangsang jaringan tubuh lebih ditentukan oleh durasi dan amplitude
stimulasi listrik dan nama arus listrik yang digunakan. Faktor lain yang juga
ikut mempengaruhi respon jaringan ialah frekuensi, dimana pada stimulus yang
kontraksi otot yaitu single brisk, parsial tetanik ataupun tetanik penuh.
otot-otot polos dan rileksasi yang berdampak pada aliran arteri maupun vena,
32
4. Postural Drainage
(PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada
untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1
sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang
5. Tapotemen
33
suara “wheezing” (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/nafas)
selalu disertai dengan tapotemen atau tepukan dengan tujuan untuk melepaskan
mukus dari dinding saluran nafas dan untuk merangsang timbulnya reflek
batuk, sehingga dengan reflek batuk mukus akan lebih mudah dikeluarkan. Jika
saluran nafas bersih maka pernafasan akan menjadi normal dan ventilasi
menjadi lebih baik (Putri dan Soemarno, 2013). Saluran nafas yang bersih dan
pernafasan menjadi normal maka otomatis nyeri yang dirasakan pada ulu hati
dada dengan tangan dimana tangan membentuk seperti mangkuk. Tujuan dari
clapping ini adalah jalan nafas bersih, secara mekanik dapat melepaskan sekret
6. Breathing Exercise
Webber, 1998).
mengurangi sesak napas dan mengurangi kerja dari suatu pernapasan, yang
dibarengi dengan pernapasan diafragma dan latihan ini dapat dilakukan dengan
meniup lilin, meniup bola pingpong, dan membuat gelembung di dalam air
pengontrolan inspirasi dan ekspirasi juga dengan pola ekspirasi yang panjang
34
dengan cara bibir mencucu. Selain itu, breathing control merupakan latihan
2010).
7. Postural Drainage
gaya gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi
Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan
sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang
dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dari jalan napas dan area
35
dimulai dari ekspirasi. Adapun tujuan dilakukannya tindakan coughing
Batuk yang benar cara pertama yang dilakukan adalah duduk agak
condong kedepan kemudian tarik nafas dalam dua kali lewat hidung keluarkan
lewat mulut kemudian nafas yang ketiga ditahan 3 detik dan batukkan 2 sampai
3 kali dan sebelum batuk efektif dianjurkan minum air hangat dan minum air
sebanyak 2 liter 1 hari sebelumnya dengan tujuan dahak menjadi encer dan
batuk biasa tidak menggunakan teknik yang benar karena tidak ada perlakuan-
pada trunk dan extremitas yang dilakukan dengan deep breathing yang
(Subroto, 2010).
Latihan-latihan ini dengan gerakan pada trunk dan anggota gerak atas
segmental dan regional serta dapat disertai peregangan manual dan teknik-
36
Mobiliasi sangkar toraks dapat dilakukan dengan bantuan pergerakan
dari bahu dan tulang belakang. Mobilisasi sangkar toraks melibatkan gerakan
kompleks dari anggota gerak atas selain itu antara sternum, torakal vertebra,
Wirawan Salatiga pada tahun 2015, dimana ACBT dapat mengurangi sesak
udara kecil di bagian bawah paru paru menuju ke saluran udara yang lebih
dibatukkan (Pryor, 2008). ACBT terdiri dari tiga tahapan yaitu Breathing
a. Breathing Control
pernapasan dan meringankan sesak napas yang dirasakan oleh pasien . Hal
1) Letakkan satu tangan diatas perut dan biarkan bahu dalam posisi
rileks.
37
Lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan kontrol
napasnya. Tiga atau 4 kali bernapas dirasa cukup pada keadaan sesak
napas yang ringan dan lebih dari itu jika disertai adanya infeksi.
b. Deep Breathing
dilakukan yaitu:
4) Ulangi 3 hingga 4 kali. Jika merasa ringan, ulangi kembali dari kontrol
pernapasan awal.
jika pasien sedang dalam kondisi yang kurang sehat, atau dahaknya
c. Huffing
kecil ke saluran napas yang lebih besar, yang nantinya akan dikeluarkan
melalui batuk. Batuk saja tidak dapat menghilangkan sputum dari saluran
napas kecil.
38
11. Stretching Exercise
Wong-Baker FACES pain rating scale dengan nilai nyeri pada terapi pertama
adalah 6 dan pada terapi keempat nilai nyeri 4. Stretching merupakan metode
lahan sampai otot terasa sakit namun bukan rasa sakit yang maksimal dan
ditahan untuk beberapa detik. Dosis yang diberikan selama 30 detik pada posisi
39
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Umur : 70 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Maros
(GG).
40
Hasil Laboratorium : Pada tanggal 9 Maret 2019 = BTA (-)
41
Hasil Radiologi : Pada tanggal 3 April 2012 dengan hasil =
C. Segi Fisioterapi
1. Pemeriksaan Subyektif
dan batuk
42
b. Riwayat keluarga dan status sosial
2. Pemeriksaan Obyektif
Pernafasan : 26x/menit
Temperature : 36,5oC
SaO2 : 98%
Berat Badan : 55 kg
b. Inspeksi
(tachypnea).
merasa sesak.
43
c. Palpasi
d. Auskultasi
Apical
Mild Zone
Lower Zone
Posterior
e. Muscle Test
3. Pemeriksaan Spesifik
44
0,5 Sesak sangat ringan
1 Sesak nafas sangat ringan
2 Sesak nafas ringan
3 Sedang
4 Sesak nafas cukup berat
5 Sesak berat
6 Sesak berat
7 Sesak nafas sangat berat
8 Sesak nafas sangat berat
9 Sangat-sangat berat (hampir maksimal)
10 Maksimal
Interpretasi : Sesak Nafas Sedang
Selisih
Titik Ukur Inspirasi Awal Ekspirasi
Inspirasi Ekspirasi
Axilla 72 cm 70 cm 69 cm 2 cm 1 cm
Papilla Mamae 76 cm 74 cm 73 cm 2 cm 1 cm
Xyphoid 73 cm 71 cm 70 cm 2 cm 1 cm
Interpretasi : Penurunan mobilitas thoraks.
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1–3 Nyeri ringan
4–6 Nyeri sedang
7–9 Nyeri berat terkontrol
45
10 Nyeri berat tidak terkontrol
Interpretasi : 2 (Nyeri Ringan)
Post Test :
2) SaO2 = 95%
4) Pernafasan = 24x/menit
46
f. CAT (Copd assessment test)
a. Diagnosa Fisioterapi :
b. Problematika Fisioterapi
1) Impairment
Sesak nafas.
Batuk produktif.
Retensi Sputum.
47
Penurunan volume paru.
2) Fungsional Limitation
3) Participation Restriction
5. Rencana Fisioterapi
a. Jenis Terapi
MWD
1) Persiapan alat :
a) Tes alat
2) Persiapan pasien :
perhiasan.
d) Tes sensibilitas.
48
3) Teknik pelaksanaan :
b) Jarak 10 cm.
d) Waktu 10 menit
TENS
1) Persiapan alat:
a) Tes alat
2) Persiapan pasien :
perhiasan.
d) Tes sensibilitas.
3) Teknik pelaksanaan :
49
c) Waktu 10 menit
d) Intesitas 9,7 mA
reflex batuk.
Postural Drainase
1) Teknik Pelaksanaan :
produktif.
d) Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x, jika pasien
50
2) Tujuan : Untuk mengalirkan mukus dari berbagai
M. Upper Trapezius
51
caudal dan tangan kiri fisioterapis juga mendorong kepala pasien
1) Teknik Pelaksaan :
tinggi.
52
b. Frekuensi Terapi
6. Program Fisioterapi
dan keluarga.
53
7. Evaluasi Fisioterapi
a) Evaluasi Sesaat
Hari/
No Problematik Intervensi Evaluasi
Tanggal
1. Rabu, 18 1. Sesak nafas. 1. MWD. 1. Sesak nafas
September 2. Batuk produktif. 2. TENS. menggunakan
3. Penurunan sangkar
2019 3. Breathing skala Borg :
thorax.
4. Retensi sputum. Exercise nilai 3 ( sesak
5. Spasme pada M. Upper 4. Postural nafas (sedang)
Trapezius.
Drainage menjadi nilai 0
6. Penurunan volume paru.
5. Latihan Batuk (tidak ada
6. Mobilisasi sesak)
Thoraks 2. Berkurangnya
7. Stretching retensi sputum
Exercise 3. Penurunaan
Spasme pada
M. Upper
Trapezius
54
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
saluran napas yang ditemukan pada penderita pasca tuberkulosis dengan lesi paru
yang minimal yang masih sering ditemukan pada pasien pasca Tuberkulosis dalam
Adapun gejala utama pada penderita SOPT berupa batuk berdahak, sesak
napas, penurunan ekspansi sangkar toraks. Gejala lainnya adalah demam tidak
pasien yang bernama Tn. A, umur 50 tahun dengan diagnosa medis Syndrome
berupa :
1. Sesak nafas menggunakan skala Borg : nilai 3 ( sesak nafas (sedang) menjadi
B. Saran
1. Bagi pasien
hal-hal atau tindakan yang dapat memicu terjadinya penyakit tersebut seperti
55
Latihan Batuk seperti yang telah diajarkan oleh terapis agar keadaan atau
kondisi pasien lebih baik dan stabil. Selain itu pada saat pasien akan tidur
tidur yang tepat guna menjaga bronkus atau menghindari penumpukan mukus
pada saluran pernapasan, yaitu dengan posisi kepala lebih rendah dari pada
berolahraga.
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunaji, Fhaiqotul Vizky Amalia. 2017. Anatomi Sistem Pernafasan Bagian Bawah.
Pernapasan-Bagian-Atas-Ocie
2. Widiarti, Diah. 2013. Anatomi dan Fungsi Sistem Saluran Pernapasan Bagian
Fungsi-Saluran-Pernafasan-Bagian-Bawah
Muhammadiyah Surakarta.
Paru Di Rsp. Ario Wirawan Salatiga. Program Studi Diploma III Fisioterapi
Di Bbkpm Surakarta. program studi diploma iii fisioterapi fakultas ilmu kesehatan
Pasca Tuberkolosis (SOPT) Dir S Paru Dr Ario Wiranto. Program Studi Diploma
57
LEMBAR ALGORHITMA ASSESSMENT
(SOPT)“.
History Taking :
Pasien pertama kali datang ke BBKPM Makassar pada April 2013 dengan diagnose SOPT. Memiliki riwayat OAT
pertama kali tahun 2012, dimana pengobatan hanya 5 bulan dikarenakan pasien mengalami kecelakaan. Kemudian OAT
Inspeksi
Saat statis : Raut wajah pasien nampak cemas, pengembangan thorax menurun, bentuk dada
nampak sternum masuk ke dalam (pectus excavatum), dan napas cepat dangkal (tachypnea).
Saat dinamis :Postur tubuh khyposis dan saat berjalan pasien merasa sesak.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang :
58
Diagnosa ICF :
(SOPT)“.
Makassar, ..........................................
59
LEMBAR BAGAN ICF
Bagan ICF sesuai dengan problematik yang ditemukan berdasarkan hasil assessment
Umur : 70 tahun
Kondisi/Penyakit :
“Gangguan Fungsional Respirasi dengan Batuk berdahak disertai Penurunan Mobilitas
Penurunan volume
paru.
Makassar, ..........................................
60
LEMBAR INTERVENSI FISIOTERAPI
Diagnosa Fisioterapi : “Gangguan Fungsional Respirasi dengan Batuk berdahak disertai Penurunan
Intervensi
61
ekstensibilitas jaringan kolagen, maka
62
sentral ke Thalamus dan korteks
teraktifasi.
duharapkan bertambahnya
63
serta pengaruh perkusi dan vibrasi.
yang adekuat.
64
meningkatkan kekuatan daya tahan
meningkatkan relaksasi
(subroto,2010)
Stretching Untuk mengurangi kekakuan, Pada saat stretching, otot akan terulur
Exercises spasme, dan nyeri tekan. maka spindle otot juga terulur.
65
ini ke susunan saraf pusat. Spindel
(Pamungkas,2011).
66
Makassar, ..........................................
67
LEMBAR INTERVENSI FISIOTERAPI
Berbagai jenis pendekatan intervensi fisioterapi sesuai dengan Evidence Based practice
Intervensi
(nyeri ringan).
mengelurkan spuntum
Makassar, ..........................................