TB PARU
152021002
2. Klasifikasi
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013
halaman 161 yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas
pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi
satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis Poltekkes Kemenkes Padang 10
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis Terdapat infiltrat dan kavitas yang
melebihi keadaan pada moderately advanced tuberkulosis.
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini
penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk
menentukan strategi terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-TB
(Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi
TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
a. Hidung (cavum nasalis) Rongga hidung di lapisi sejenis selaput lender yang
sangat kaya akan pembuluh darah. Rongga ini bersambung dengan lapisan
faring dan selaput lender sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung.
c. Faring (Tekak) Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenglorak
sampai persambungannya dengan esophagus. Pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Oleh karena itu letak faring di belakang laring (larynx pharyngeal).
a. Trakea atau batang tenggoroakan memiliki panjang kira-kira 9 cm. Organ ini
merentang laring sampai kira-kira di bagian atas vetebrata torakalis kelima.
Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakea
tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang rawan
yang disatukan bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran
sebelah belakang trakea . selain itu, trakea juga memuat beberapa jaringan
otot.
b.Bronkus dan Bronkeoli Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
tingkatan vetebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
membentang kebawah dan kesamping, kea rah tampuk paru. Bronkus kanan
lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebihtinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkansebuah cabang utamaleawat dibawah arteri,
yang disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan serta merentang di bawah arteri pulmonalis sebelum
akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabanglagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian menjadi lobus sementalis. Percabangan ini merentang terus
menjadi bronkus yang ukuranya semakin kecil, sampai akhirnya 12 menjadi
bronkhiolis terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih 1 mm. Bronkeolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di
kelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran
udara kebawah sampai tingkat bronkhiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
c. Alveolus Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari bronkiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil dan alveoli
pada dindingnya. Alveolus adalah kantung berdinding tipis yang mengandung
udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap paru
mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil didalam dinding
alveolar memungkinkan udara melewati satu alveolus yang lain. Alveolus
yang melapisi rongga toraks dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-
pori kohn.
d. Paru-Paru Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat rongga toraks. ParuParu
yang juga dilapisi pleura. Didalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan
yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas tiga lobus, yaitu lobus
superior, lobus medius, dan lobus inferior. Tiap lobus dibungkus oleh
jaringan elastic yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,
bronchial venula, ductus alveolar, sakkus 13 alveolar, dan alveoli.
Diperkirakan, setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli sehingga organ
ini mempunyai permukaan yang cukup luas sebagai tempat
permukaan/pertukaran gas.
2. Stadium kedua Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi attau
respirasi internal merupakan stadium akhir darirespirasi, dimana oksigen
dioksida untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah
dari proses metabolisme sel dan keluarkan oleh paru-paru.
e. Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antar alveolus dan kapiler
paru-paru yang membutuhkan distibusi merata dari udara dalam paru-
paru yang membutuhkan distribusi merata darinudara dalam paru-paru
dan petfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan kata lain, ventilasi dan
perfusi dari unit pulmonary yang sudah sesuai dengan orang normal pada
posisi tegak dan keadaan istirahat, maka ventilasi dan perfusi hamper
seimbang, kecuali pada apeks paru-paru.
4. Etiologi
5. Patofisiologi
Ketika seorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara
tak sengaja keluarlah droplet nuklei yang jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik (Naga Sholeh,
2014). 10 Gejala klinik tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik :
1) Batuk Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produkproduk radang keluar. Sifat batuk mulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
a) Batuk darah
b) Muntah darah
c) Epistaksis
3) Sesak nafas Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gelaja ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2) Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise (Gejala malaise sering ditemukan
berupa: tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot , dll).
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
8. Penatalaksanaan Medik
a. Farmakologi
b. Nonfarmakologi
2) Latihan batuk efektif Latihan batuk efektif adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk mendorong pasien agar mudah membuang sekresi
dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan napas
yang paten. Latihan batuk efektif dilakukan dengan puncak rendah,
dalam dan terkontrol. Posisi yang dianjurkan untuk melakukan latihan
batuk efektif adalah posisi duduk di tepi tempat tidur atau semi fowler,
dengan posisi tungkai diletakkan di atas kursi (Smeltzer & Bare, 2013).
9. Komplikasi
Komplikasi Tuberkulosis Penderita TB sering terjadi komplikasi dan
resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.