Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN:

TB PARU

Siti Sarah Anisa

152021002

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2023
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Penyakit tuberculosis merupakan salah satu masalah kesehatan
yang paling besar di seluruh dunia. Penyakit ini juga merupakan penyebab
kematian dan morbiditas yang tertinggi pada negara-negara berkembang,
seperti Indonesia. Tuberkulosis (TB) adalah sebuah penyakit infeksi yang
terjadi di seluruh dunia, menginfeksi 9,4 juta pasien pada tahun 2009 dan
hampir 14 juta orang hidup dengan penyakit TBC(WHO, 2010).
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tubercolosis dimana seseorang dapat tertular melalui percikan ludah,
ketika orang tersebut batuk, bersin, berbicara atau pun meludah. Meskipun
penyakit ini merupakan salah satu yang dapat diobati, namun penyakit ini
merupakan masalah kesehatan global yang masih utama.
Tuberkulosis adalah masalah medis dan masalah sosial, faktor-
faktor seperti sosial ekonomi dan status nutrisi, persepsi tentang penyakit,
perilaku kesehatan dan akses pelayanan kesehatan mempengaruhi
frekuensi dan prognosis penyakit tuberkulosis (Abd, Mohamed, Rabo, &
Elzeftawy, 2015).

2. Klasifikasi
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013
halaman 161 yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas
pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi
satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis Poltekkes Kemenkes Padang 10
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis Terdapat infiltrat dan kavitas yang
melebihi keadaan pada moderately advanced tuberkulosis.
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini
penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk
menentukan strategi terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-TB
(Gerakan Terpadu Nasional Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi
TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan


serial foto yang tidak berubah.

4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih


mendukung).
3. Anatomi Fisiologi

Sistem pernapasan pada manusia di bagi menjadi beberapa bagian salauran


penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-parusendiri meliputidua
bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah (Muhamad
Ardiansyah,2012 : 291).

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway) Saluran umum,


fungsi utama dan saluran pernapasan atas adalah saluran udara (air circulation)
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas, melindungi
(protecting) saluran napas bagian bawah dari benda asing, dan sebgai penghangat,
penyaring, serta pelembab (warning fibriation amd humidifiation) dari udara yang
dihirup hidung. Saluran pernapasan atas ini terdiri dari organ organ berikut:

a. Hidung (cavum nasalis) Rongga hidung di lapisi sejenis selaput lender yang
sangat kaya akan pembuluh darah. Rongga ini bersambung dengan lapisan
faring dan selaput lender sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung.

b. Sinus Paranasalis Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada


tulang kepala. Nama sinus paranasalis sendiri di sesuaikan dengan nama
tulang dimana organ itu berada. Organ ini terdiri dari sinus frotalis, sinus
etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. fungsi dari 10 sinus
adalah untuk memebantu menghangatkan dan melembabkan udara manusia
dengan ruang resonansi.

c. Faring (Tekak) Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenglorak
sampai persambungannya dengan esophagus. Pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Oleh karena itu letak faring di belakang laring (larynx pharyngeal).

d. Laring (Tenggorokan) Laring terletak di depan bagian terendahfaring yang


memisahkan faring dan columna vertebrata . laring merentang sebagai
bagian atas vetebrata servikals dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat/disatukan oleh
ligament dan membrane (Muhammad Ardiansyah, 2012: 291).

2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway) Ditinjau dari fungsinya


secara umuj saluran pernapasan bagian bawah terbagi menjadi dua komponen.
Pertama, saluran udara kondusif atau yang seiring di sebut sebagai percabangan
dari trakeobronkialis. Saluran ini terdiri atas trakea. Bronki, dan bronkioli. Kedua
saluran respiratorius terminal (kadang kala disebut dengan acini) yang merupakan
saluran udara konduktif dengan fungsi utamanya sebagai penyalur (Konduksi) gas
masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal merupakan pertukaran gas
yang sesunggahnya. Alveoli sendiri merupakan bagian dari satuan respiratorius
terminal.

a. Trakea atau batang tenggoroakan memiliki panjang kira-kira 9 cm. Organ ini
merentang laring sampai kira-kira di bagian atas vetebrata torakalis kelima.
Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakea
tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang rawan
yang disatukan bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran
sebelah belakang trakea . selain itu, trakea juga memuat beberapa jaringan
otot.

b.Bronkus dan Bronkeoli Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
tingkatan vetebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
membentang kebawah dan kesamping, kea rah tampuk paru. Bronkus kanan
lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebihtinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkansebuah cabang utamaleawat dibawah arteri,
yang disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan serta merentang di bawah arteri pulmonalis sebelum
akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabanglagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian menjadi lobus sementalis. Percabangan ini merentang terus
menjadi bronkus yang ukuranya semakin kecil, sampai akhirnya 12 menjadi
bronkhiolis terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih 1 mm. Bronkeolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di
kelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran
udara kebawah sampai tingkat bronkhiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

c. Alveolus Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari bronkiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil dan alveoli
pada dindingnya. Alveolus adalah kantung berdinding tipis yang mengandung
udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap paru
mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil didalam dinding
alveolar memungkinkan udara melewati satu alveolus yang lain. Alveolus
yang melapisi rongga toraks dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-
pori kohn.

d. Paru-Paru Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat rongga toraks. ParuParu
yang juga dilapisi pleura. Didalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan
yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas tiga lobus, yaitu lobus
superior, lobus medius, dan lobus inferior. Tiap lobus dibungkus oleh
jaringan elastic yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,
bronchial venula, ductus alveolar, sakkus 13 alveolar, dan alveoli.
Diperkirakan, setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli sehingga organ
ini mempunyai permukaan yang cukup luas sebagai tempat
permukaan/pertukaran gas.

e. Toraks, Diagfragma, dan Pleura Rongga toraks berfungsi melindungi paru-


paru, jantung dan pembuluh darah besar. Bagian rongga toraks terdiri atas 12
iga costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher, terdapat dua otot tambahan
untuk proses inspirasi, yakni skaleneus dan stenokleidomastoideus. Otot
parasternal, trapezius, dan pektoralisjuga merupakan otot untuk inspirasi
tambahan yang berguna untuk meningkatkan kerja napas. Diantara tulang iga
terdapat ototinterkostal.
3. Fisiologi pernapasan Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan
dari udara kedalam jaringan-jaringan dan CO2 di keluarkan ke udara
(ekspirasi), yaitu stadium pertama dan stadium kedua.

1. Stadium Pertama Stadium pertama di tandai dengan fase ventilasi, yaitu


masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Mekanisme ini
di mungkinkan karena ada selisih tekanan antara atmosfer dan alveolus
akibat kerja mekanik dari otot-otot.

2. Stadium kedua Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Disfusi gas antara alveolus dan kapiler pzru-pzru (respirasi eksternal)


serta antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.

b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaianya dengan


distribusi udara dalam alveolus.

c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi attau
respirasi internal merupakan stadium akhir darirespirasi, dimana oksigen
dioksida untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah
dari proses metabolisme sel dan keluarkan oleh paru-paru.

d. Transportasi adalah tahap kedua dari proses pernapasan yang mencakup


proses pernapasan yang mencakup proses difusi gasgas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 mm).
kekuatan mendorong untuk pemindahan ini di peroleh dari selisih
tekanan persial antara darah dan fase gas.

e. Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antar alveolus dan kapiler
paru-paru yang membutuhkan distibusi merata dari udara dalam paru-
paru yang membutuhkan distribusi merata darinudara dalam paru-paru
dan petfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan kata lain, ventilasi dan
perfusi dari unit pulmonary yang sudah sesuai dengan orang normal pada
posisi tegak dan keadaan istirahat, maka ventilasi dan perfusi hamper
seimbang, kecuali pada apeks paru-paru.

4. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang


berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen
M. tuberculosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga kuman mampu tahan
terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. 9
Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif
untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2008).

Tuberkulosis disebabkan oleh basili tuberkel yang berasal dari genus


Mycobacterium. Terdapat tiga jenis parasit obligat yang dapat menyebabkan
penyakit tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis, M. bovis dan M.
africanum. Walaupun demikian, 98% penyakit TB disebabkan oleh M.
tuberculosis ( Syamsudin et al., 2013).

5. Patofisiologi

Ketika seorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara
tak sengaja keluarlah droplet nuklei yang jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan

membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke


udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkulosis (Muttaqien, 2016)

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respons imunitas


diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag dan limfosit. Awalnya, infeksi
kuman dalam bentuk droplet nuklei terhirup masuk saluran nafas & menuju
paruparu. Di paru-paru, mereka dapat bertemu makrofag yang merupakan APC
(Antigen Precenting Cell) & neutrofil yang juga sebagai garis pertahanan awal. 10
Sebagian dari mereka mati akibat difagosit netrofil, menabrak sekret makrofag &
sekret saluran nafas. Apabila kuman difagosit oleh makrofag, kuman tersebut
dapat konsisten hidup dikarenakan kuman TB bersifat intraseluler. M.
tuberkulosis adalah basil tahan asam (BTA) dikarenakan mempunyai tidak sedikit
lipid yg membuatnya tahan kepada asam, kesukaran kimia & fisik. Kandungan
lipid yg tidak sedikit dalam makrofag, difungsikan kuman untuk memperkuatnya
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

6. Tanda dan Gejala

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik (Naga Sholeh,
2014). 10 Gejala klinik tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik :

a. Gejala respiratorik, meliputi :

1) Batuk Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produkproduk radang keluar. Sifat batuk mulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

2) Batuk Darah Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin


tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Gejala klinis Haemoptoe : Kita harus
memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan
ciri-ciri sebagai berikut :

a) Batuk darah

(1) Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan .

(2) Darah berbuih bercampur udara.


(3) Darah segar berwarna merah muda.

(4) Darah bersifat alkalis.

(5) Anemia kadang-kadang terjadi 11

(6) Benzidin test negatif.

b) Muntah darah

(1) Darah dimuntahkan dengan rasa mual.

(2) Darah bercampur sisa makanan.

(3) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung.

(4) Darah bersifat asam.

(5) Anemia sering terjadi.

(6) Benzidin test positif.

c) Epistaksis

(1) Darah menetes dari hidung

(2) Batuk pelan kadang keluar

(3) Darah berwarna merah segar

(4) Darah bersifat alkalis

(5) Anemia jarang terjadi

3) Sesak nafas Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gelaja ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi :

1) Demam 12 Biasanya subfebris menyerupai demam influenza. Tapi kadang-


kadang panas bahkan dapat mencapai 40-410C. Keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai
biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedangkan masa bebas
serangan makin pendek.

2) Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise (Gejala malaise sering ditemukan
berupa: tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot , dll).
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada pasien Tb paru yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Kultur Pemeriksaan kultur bertujuan untuk mengidentifikasikan suatu


mikroorganisme yang menyebabkan infeksi klinis pada sistem
pernapasan. Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kultur yaitu
sputum dan apus tenggorok. Bahan pemeriksaan sputum dapat
mengidentifikasi berbagai penyakit seperti Tb paru, pneumonia,
bronkitis kronis dan bronkiektasis (Manurung, 2008).

2) Pemeriksaan sputum Sputum adalah suatu bahan yang diekskresikan


dari traktus trakeobronkial dan dapat dikeluarkan dengan cara
membatukkan (Sutedjo, 2008). Pemeriksaan sputum digunakan untuk
mengidentifikasi suatu organisme patogenik dan menentukan adanya
sel-sel maligna di dalam sputum. Jenis-jenis pemeriksaan sputum
yang dilakukan yaitu kultur sputum, sensitivitas dan Basil Tahan
Asam (BTA). Pemeriksaan sputum BTA adalah pemeriksaan yang
khusus dilakukan untuk mengetahui adanya Mycobacterium
tuberculosis. Diagnosa Tb paru secara pasti dapat ditegakkan apabila
di dalam biakan terdapat Mycobacterium tuberculosis (Manurung,
2008). Pemeriksaan sputum mudah dan murah untuk dilakukan, tetapi
kadangkadang susah untuk memperoleh sputum khususnya pada
pasien yang tidak mampu batuk atau batuk yang nonproduktif.
Sebelum dilakukan pemeriksaan sputum, pasien sangat dianjurkan
untuk minum air putih sebanyak 2 liter dan dianjurkan untuk latihan
batuk efektif. Untuk memudahkan proses pengeluarkan sputum dapat
dilakukan dengan memberikan obat-obat mukolitik ekspektoran atau
inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Apabila masih
sulit, sputum dapat diperoleh dengan bronkoskopi diambil dengan
broncho alveolar lavage (BAL) (Sudoyo, 2010). Pemeriksaan sputum
BTA dilakukan selama tiga kali berturut-turut dan biakan atau kultur
BTA dilakukan selama 4-8 minggu. Kriteria dari sputum BTA positif
yaitu sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA yang
terdapat dalam satu sedian (Manurung, 2008). Waktu terbaik untuk
mendapatkan sputum yaitu pada pagi hari setelah bangun tidur,
sesudah kumur dan setelah gosok gigi. Hal ini dilakukan agar sputum
tidak bercampur dengan ludah (Sutedjo, 2008).

b. Pemeriksaan radiologi dada Pemeriksaan radiologis atau rontgen dada


bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit paru seperti tuberkulosis,
pneumonia, abses paru, atelektasis, pneumotoraks, dll. Dengan pemeriksaan
rontgen dada dapat dengan mudah menentukan terapi yang diperlukan oleh
pasien dan dapat mengevaluasi dari efektifitas pengobatan. Pemeriksaan
radiologis dada atau rotgen dada pada pasien Tb paru bertujuan untuk
memberikan gambaran karakteristik untuk Tb paru yaitu adanya lesi
terutama di bagian atas paru, bayangan yang berwarna atau terdapat bercak,
adanya kavitas tungga atau multipel, terdapat klasifikasi, adanya lesi
bilateral khususnya di bagian atas paru, adanya bayangan abnormal yang
menetap pada foto toraks. Lesi yang terdapat pada orang 13 dewasa yaitu di
segmen apikal dan posterior lobus atas serta segemen apikal lobus bawah
(Manurung, 2008).

8. Penatalaksanaan Medik

a. Farmakologi

1) Terapi nebuliser-mini Terapi nebuliser-mini merupakan suatu alat


genggam yang dapat menyemburkan obat seperti agens bronkodilator
atau mukolitik menjadi suatu partikel yang sangat kecil, selanjutnya akan
dikirimkan ke dalam paru-paru saat pasien menghirup napas (Smeltzer &
Bare, 2013). Agens bronkodilator dan mukolitik berfungsi untuk
mengencerkan sekresi pulmonal sehingga dapat dengan mudah
dikeluarkan (Somantri, 2012). Nebuliser mini umumnya sering
digunakan di rumah dalam jangka waktu yang panjang (Smeltzer & Bare,
2013).

2) Intubasi endotrakeal Suatu metode memasukkan selang endotrakeal


melalui mulut atau hidung sampai ke dalam trakea. Intubasi endotrakeal
adalah suatu cara pemberiaan jalan napas yang paten bagi pasien yang
tidak dapat mempertahankan sendiri fungsi jalan napas agar tetap adekuat
seperti pada pasien koma dan pasien yang mengalami obstruksi jalan
nafas (Smeltzer & Bare, 2013).

3) Trakeostomi Suatu prosedur pembuatan lubang ke dalam trakea yang


dapat bersifat menetap atau permanen. Tindakan trakeostomi dilakukan
untuk membuat pintasan suatu obstruksi jalan napas bagian atas,
sehingga dapat membuang 14 sekresi trakeobronkial. Trakeostomi
dilakukan untuk mencegah terjadinya aspirasi sekresi oral atau lambung
pada pasien koma (Smeltzer & Bare, 2013).

4) Terapi inhalasi dengan nebulizer Terapi inhalasi adalah suatu terapi


pemberian obat dengan cara menghirup uap dengan menggunakan alat
nebulizer. Tujuan dari pemberian terapi inhalasi untuk meminimalkan
proses peradangan dan pembengkakan selaput lendir, membantu
mengencerkan dan memudahkan dalam pengeluaran sputum, menjaga
selaput lendir agar tetap lembab dan melegakan dalam proses respirasi
(Lusianah et al., 2012).

b. Nonfarmakologi

1) Fisioterapi dada Fisioterapi dada terdiri dari drainase postural, perkusi,


dan vibrasi dada. Tujuan dari fisioterapi dada yaitu untuk memudahkan
dalam pembuangan sekresi bronkhial, memperbaiki fungsi ventilasi dan
meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem pernapasan agar dapat
berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare, 2013). Drainase postural
adalah suatu posisi yang spesifik dengan menggunakan gaya gravitasi
untuk memudahkan proses pengeluaran sekresi bronkhial. Tujuan
dilakukan drainase postural adalah untuk mencegah atau menghilangkan
obstruksi bronkhial, yang disebabkan oleh adanya akumulasi sekresi.
Tindakan drainase postural dilakukan secara bertahap pada pasien, dimulai
dari pasien dibaringkan secara bergantian dalam posisi yang berbeda.
Prosedur drainase postural dapat diarahkan ke semua segmen paru-paru,
dengan membaringkan pasien dalam lima posisi yang berbeda yaitu satu
posisi 15 untuk mendrainase setiap lobus paru-paru, kepala lebih rendah,
pronasi, lateral kanan dan kiri, serta duduk dalam posisi tegak. Dari
perubahan posisi yang dilakukan dapat mengalirkan sekresi dari jalan
napas bronkhial yang lebih kecil ke bronki yang lebih besar dan trakea.
Sekresi akan dibuang dengan cara membatukkan (Smeltzer & Bare, 2013).
Perkusi adalah suatu prosedur membentuk mangkuk pada telapak tangan
dengan menepuk secara ringan pada area dinding dada dalam. Gerakan
menepuk dilakukan secara berirama di atas segmen paru yang akan
dialirkan (Smeltzer & Bare, 2013). Vibrasi dada adalah suatu tindakan
meletakkan tangan secara berdampingan dengan jari-jari tangan dalam
posisi ekstensi di atas area dada. Vibrasi dada dilakukan untuk
meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara saat ekshalasi untuk
menghilangkan sekret (Somantri, 2012). Perkusi dan vibrasi dada
merupakan suatu tindakan menepuk sekaligus memvibrasi dada untuk
membantu melepaskan mukus yang kental dan melekat pada daerah
bronkiolus dan bronki (Smeltzer & Bare, 2013).

2) Latihan batuk efektif Latihan batuk efektif adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk mendorong pasien agar mudah membuang sekresi
dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan napas
yang paten. Latihan batuk efektif dilakukan dengan puncak rendah,
dalam dan terkontrol. Posisi yang dianjurkan untuk melakukan latihan
batuk efektif adalah posisi duduk di tepi tempat tidur atau semi fowler,
dengan posisi tungkai diletakkan di atas kursi (Smeltzer & Bare, 2013).

3) Penghisapan lendir Penghisapan lendir atau section adalah suatu tindakan


yang dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan
napas. Penghisapan lendir bertujuan untuk mempertahankan jalan napas
tetap paten (Hidayat, 2009).

9. Komplikasi
Komplikasi Tuberkulosis Penderita TB sering terjadi komplikasi dan
resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan


kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan


ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan


karena kerusakan jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.

6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

7. Gagal ginjal : Pasien TB dengan gagal ginjal sebaiknya tidak menggunakan


streptomisin dan etambutol dalam pengobatannya. Hal ini karena kedua obat
tersebut diekskresi melalui ginjal. Jika tetap diberikan memungkinkan obat
tersebut tidak dapat dieksresikan dari dalam tubuh karena ketidakmampuan
ginjal. Akibatnya akan menimbulkan efek toksik dalam tubuh. Oleh karena itu
dapat diberikan pengobatan dengan INH, rifampisin, dan pirazinamid untuk
pasien TB dengan gagal ginjal. Ketiga obat tersebut diekskresi melalui empedu
dan dapat diubah menjadi 21 senyawa-senyawa yang tidak toksik. Paduan
OAT yang paling aman untuk pasien TB dengan gagal ginjal adalah
2HRZ/4HR. Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di
rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah
sembuh (BTA Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini
seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini,
pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan
simtomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.
B. Konsep Dasar Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai