Anda di halaman 1dari 32

REFARA

T
TUBERKULOSIS TOXIC

AHMAD ILFAN AFFANY


(2208320025)

Dokter Pembimbing:
dr. Edwin Anto Pakpahan, Sp.P (K)
Lata Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah
pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Tuberkulosis
(TB) adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, tetapi
paling sering menyerang paru-paru.
ANATOM PARU
I pada rongga dada, bentuk dari
Paru-paru manusia terletak
paru- paru adalah berbentuk kerucut yang ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada
pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian
yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paru- paru terbagi lagi
menjadi beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh
unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh
sebuah ruang yang disebut mediastinum
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis
yang bernama pleura. Pleura terbagi menjadi
pleura viseralis dan pleura pariental.
Pleura viseralis yaitu selaput tipis yang
langsung membungkus paru, sedangkan pleura
parietal yaitu selaput yang menempel pada
rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat
rongga yang disebut cavum pleura.
Hilum mengandung sebagian besar
bronkus dan pembuluh darah
bersama dengan
paru, saraf frenikus, limfatik,
nodus, dan pembuluh bronkial. Baik hilus
kiri dan kanan mengandung arteri
pulmonalis, vena pulmonalis (superior dan
inferior), dan arteri bronkial. Juga pada
hilus kiri terdapat satu bronkus yaitu
bronkus utama, dan pada hilus kanan
terdapat dua bronkus yaitu bronkus
eparterial dan bronkus hiperterial. Dari
anterior ke posterior, urutan pada hilus
adalah vena, arteri, dan bronkus.
FISIOLOGI PARU

Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki struktur
yang elastis.
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida.
Pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme
dasar, yaitu:
Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan
keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer.
Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli
dan darah.
Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida
dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel.
Pengaturan ventilasic pada sistem pernapasan
HISTOLOG PARU
I
Sistem pernapasan terdiri atas paru dan saluran napas, dibagi menjadi bagian konduksi dan
bagian respirasi. Bagian konduksi terdiri dari rongga hidung, nasofaring, laring, trakea,
bronki, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Bagian respirasi terdiri dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.

.
A.Bronkus intrapulmonal

Pada bronkus intrapulmonal, cincin tulang


rawan berbentuk C diganti dengan lempeng-
lempeng tulang rawan yang mengelilingi
bronki. Otot polos menyebar dan mengelilingi
lumen bronki. Epitel bronkus intrapulmonal
adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia
dengan sel goblet. Sisa dindingnya terdiri dari
lamina propria tipis, selapis tipis otot polos,
submukosa dengan kelenjar bronkia, lempeng
tulang rawan hialin, dan adventitia.
B.
Bronkiolus
Bronkiolus mempunyai epitel lebih rendah, yaitu
epitel bertingkat semu silindris bersilia kadang-
kadang dengan sel goblet. Mukosanya berlipat
dan otot polos yang mengelilingi lumennya
relatif banyak. Tidak ada tulang rawan dan
kelenjar lagi serta dikelilingi adventitia.
Bronkiolus terminalis Menampakkan mukosa
yang berombak dengan epitel silindris bersilia,
tidak ada sel goblet. Lamina propria tipis, selapis
otot polos dan masih ada adventitia
Bronkiolus terminalis. Pulasan hematoksilin-
eosin.
Pembesaran lemah.
C. Bronkiolus respiratorius

Bronkiolus respiratorius langsung


berhubungan dengan duktus alveolarisdan
alveoli. Epitelnya adalah selapis silindris
rendah atau kuboid dan dapat bersilia di
bagian proximal saluran ini. Sedikit jaringan
ikat yang menunjang lapisan otot polos,
serat elastin lamina propria dan pembuluh
darah yang menyertainya. Setiap alveolus
terdapat pada dinding bronkiolus
respiratorius, berupa kantong kecil. Jumlah
alveolus semakin ke distal semakin banyak.
D. Alveolus

Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus


dengan luas permukaan seluas lapangan tenis.
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolus: pneumosit tipe
I, merupakan lapisan tipis yang menyebar dan
menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan
pneumosit tipe II yang bertanggungjawab terhadap
sekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat
lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan
permukaan dan mengurangi resistensi terhadap
pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah
kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Alveolus dilapisi epitel selapis
gepeng. Alveolus yang berdekatan
memiliki septum inter alveoler
bersama. Di dalam septum ini
terdapat pleksus kapiler yang
ditunjang serat jaringan ikat halus,
fibroblas dan sel lain.
Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB
BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Pasien
TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Infeksi akan terjadi apabila orang lain
menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang
infeksius tersebut.
Epidemiologi Tuberkulosis
Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab morbiditas dan
mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan Setiap tahun diperkirakan 9 juta kasus TB
baru dan 2 juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta kasus baru TB di seluruh dunia, 1
juta adalah anak usia <15 tahun. Dari seluruh kasus anak dengan TB, 75%
didapatkan di duapuluh dua negara dengan beban TB tinggi (high burden countries).
Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000
kematian karena TB.
Klasifikasi Tuberkulosis

Berdasarkan Organ Tubuh yang Trerkena:


• Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
• Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis :
● Tuberkulosis BTA Positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

● Tuberkulosis BTA negatif


Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
Berdasarkan tingkat keparahan
penyakit:
● TB Paru BTA negatif foto toraks positif
● TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya
- TB ekstra paru ringan
- TB ekstra paru berat
Etiologi Tuberkulosis
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan berukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman
terdiri atas asam lemak (lipid).
Faktor RisikoTuberkulosis
Ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi risiko
terjadinya penyakit tuberkulosis, diantaranya yaitu faktor
kependudukan (umur, jenis kelamin, status gizi, peran keluarga,
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan), faktor lingkungan rumah
(luas ventilasi, kepadatan hunian, intensitas pencahayaan, jenis
lantai, kelembaban rumah, suhu dan jenis dinding), perilaku
(kebiasaan membuka jendela setiap pagi dan kebiasaan merokok)
dan riwayat kontak.
Manifestasi Klinis Tuberkulosis

Gejala klinik tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,


gejala respiratorik dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
Batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada.
b. Gejala sistemik
Demam, tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot
Patogenesis Tuberkulosis
Diagnosa Tuberkulosis
Tatalaksana Tuberkulosis
Tahap pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu :
Tahap Awal :
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan
Tahap Lanjutan :
Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan.
Diagnosa Banding Pneumonia

Asma
Penyakit Paru Akibat Kerja
Pneumonia
Radang paru-paru
Bronkiektasis
Fibrotoraks
Komplikasi Pneumonia
Pada pasien TB dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan, sedang
dalam masa pengobatan maupun sesudah selesai pengobatan. Pada komplikasi di bawah
ini, pasien harus dirujuk ke fasilitas yang memadai. Beberapa komplikasi yang mungkin
bisa timbul antara lain:
1) Batuk darah
2) Pneumotoraks
3) Gagal napas
4) Gagal jantung
Prognosis Pneumonia
Angka kematian penderita infeksi tuberkulosis aktif yang tidak mendapatkan
pengobatan yang memadai adalah sekitar 50%. Mereka yang berisiko lebih
tinggi untuk hasil yang lebih buruk dan kemungkinan kematian meliputi:
• Anak kecil (terutama bayi) dan pasien lanjut usia
• Mereka yang mengalami keterlambatan atau tidak mendapat penanganan
yang layak
• Pasien yang menampilkan penyebaran penyakit yang luas pada pencitraan
radiologis
• Pasien yang memiliki kompromi pernafasan yang parah
• Mereka yang sedang mengonsumsi obat-obatan atau menderita penyakit
yang menyebabkan imunosupresi
Dubia: tergantung derajat berat, kepatuhan pasien, sensitivitas bakteri,
Pencegahan dan Edukasi Tuberkulosis

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan


pentingnya pengawasan dari salah seorang keluarga untuk ketaatan
konsumsi obat pasien sebagai berikut:
• Berobat teratur hingga selesai
• Risiko terjadi resistensi obat bila berobat tidak adekuat/tuntas/berhenti
sebelum selesai
• Risiko terjadi efek samping OAT
• Pencegahan penularan termasuk etika batuk
• Kemungkinan komplikasi sehingga perlu dirujuk
• Penunjukan Pengawas Menelan Obat (PMO)
• Konsultasikan ke petugas kesehatan jika terjadi efek samping.
• Jangan sampai menghentikan pengobatan secara sepihak

Pasien dirujuk bila :


- Efek samping berat
- Curiga resistensi obat
- Terjadi komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti TB pada orang
dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik, perlu dirujuk ke layanan sekunder.
Pelaporan kasus TB sesuai pedoman
- Mengisi form TB01
- Menjadi bagian dari jejaring DOTS di wilayahnya
Daftar Pustaka
1. MacPherson P, Lebina L, Motsomi K, Bosch Z, Milovanovic M, Ratsela A, Lala S,
Variava E, Golub JE, Webb EL, Martinson NA. Prevalensi dan faktor risiko infeksi
tuberkulosis laten di antara kontak serumah dari kasus indeks di dua provinsi Afrika
Selatan: Analisis data dasar dari uji coba klaster acak. PLoS Satu. 2020; 15
(3):e0230376
2. Schaller MA, Wicke F, Foerch C, Weidauer S. Tuberkulosis Sistem Saraf Pusat :
Etiologi, Manifestasi Klinis dan Fitur Neuroradiologis. Klinik Neuroradiol. 2019
Maret; 29 (1):3-18
3. Depkes. (2011). Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI, 2011.
4. Anatomy, Thorax, Lungs - StatPearls - NCBI Bookshelf.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470197/
5. Fadlilah, N. (2016). Hubungan Karakteristik Pengawas Menelan Obat Terhadap
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Pragaan Tahun 2016.
Berkala Epidemiologi, 5 (October 2017), 5(3)56–59. 338–350.
http://doi.org/10.20473/jbe.v5i3.2017
6. Evelyn, C.P. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
7. Migliori GB, Sotgiu G, Rosales-Klintz S, van der Werf MJ. European Union
standard for tuberculosis care on treatment of multidrug-resistant tuberculosis
following new World Health Organization recommendations. Eur Respir J. 2018
Nov;52(5
8. Kemenkes RI. (2015). TB INDONESIA. Retrieved November Senin, 2015, from
http://www.tbindonesia.or.id/epidemiologi-tb-indonesia
9. Kemenkes RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Depkes RI
10. Скорняков С, Умпелева Т, Вязовая А, Кравченко М, Еремеева Н, Нарвская О.
Mycobacterium Tuberculosis. Фундаментальные Исследования. 2014;11(9):8-2
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai