Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA KASUS BRONKITIS

A. DEFINISI

Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau


bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau
polusi udara (Samer Qarah, 2007).

Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak


tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007).

Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama


setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-
turut.

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan


sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronkitis bisa bersifat serius.

Macam-macam Bronchitis

1. Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh


hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita
bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.

2. Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara


berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok.
Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan disertai
dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

B. ETIOLOGI
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir
berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari
(Rubenstein, et al., 2007).

Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi


rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat
kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka
paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan
infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain
seperti Mycoplasma pneumonia. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah
gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasien emfisema (dan
sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin
ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin
berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.

2. Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif


berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau
tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi
infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak
sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas
saliva ( ludah ) Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan
nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).

3. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen


atau mukopuruen dan kental.

4. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang
disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor
pulmonal yang menetap.

5. Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas.


Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan
destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang
( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi
( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya :

- sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

- sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

- lelah

- pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

- wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

- pipi tampak kemerahan

- sakit kepala

- gangguan penglihatan.
D. ANATOMI FISIOLOGI

1. Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak


mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.

2. Faring

Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke


laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratoriun dan digestif.

3. Laring

Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea.


Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah.

1.Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika dirangsang.

2. Bronkus

Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan
lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya
hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan
kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang
permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang
berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru
menuju laring.

3. Bronkiolus

membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak


mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara
jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

4. Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

E. PATOFISIOLOGI

Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau


dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada
umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada
infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis
kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum
selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam
dua tahun berturut-turut.

Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi


maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan
iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil
dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara
masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.

Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:

a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar


sehingga meningkatkan produksi mukus.

b. Mukus lebih kental

c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme


pembersihan mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang


disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang
dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut,
sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga
lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan
menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga
menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai
dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya
mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar
mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara
kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula
hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
F. POHON MASALAH
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya


diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama
periode remisi.

2. Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat


obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.

3. TLC : Meningkat.Volume residu : Meningkat.

4. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.

5. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.

6. BronchogramMenunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,


pembesaran duktus mukosa.

7. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,


mengidentifikasi patogen.

8. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II,


III, AVF

H. KOMPLIKASI

1. Bronchitis kronik

2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering


mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada
saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase
sputumnya kurang baik.

3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya


pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

4. Efusi pleura atau empisema

5. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab


infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
6. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena
( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis
pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan beah gawat darurat.

7. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran


nafas

8. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-
cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.

9. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada


bronchitis yang berat da luas

10. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai


komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.

I. PENATALAKSANAAN

1. Pengelolaan umum

a) Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

· Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.

· Mencegah / menghentikan rokok

· Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.


b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :

- Melakukan drainase postural

- Mencairkan sputum yang kental

- Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan
mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic
yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.

2. Pengelolaan khusus.

a. Kemotherapi pada bronchitis

- Menentukan dari mana asal secret

- Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

- Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah


obstruksi.

b. Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau
mebahayakan pasien.

- Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji
faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.

2. Pengobatan hipoksia.

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.

3. Pengobatan haemaptoe.

4. Pengobatan demam..
5. Pengobatan pembedahan

6. Scanning dan USG

J. Masalah Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


dispnoe, anoreksia, mual muntah

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan


oksigenasi.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit dan perawatan dirumah.
ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a.Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, suku, agama,pekerjaan alamat

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : Klien mengeluh batuk-batuk disertai dengan adanya


dahak

2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Menurut penuturan klien klien


mengalami batuk-batuk karena adanya peningkatan akumulasi secret
dengan kualitas batuk dikategorikan sedang batuk dirasakan pada pagi hari

3. Riwayat Kesehatan dahulu : Menurut penuturan klien sebelumnya


klien sebelumnya klien tidakpernah mengalami penyakit bronchitis dan
sebelumnya klien tidak pernah mempunyai penyaki yang memerlukan
perawatan khusus,seperti TBC,asma,dll

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Menurut penuturan klien, diantara


semua anggota keluarganya, tidak ada yang pernah mengalami penyakit
seperti yang dialami klien saat ini.
c. pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Penampilan umum : Klien tampak lemah

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-Tanda Vital : T = 110/80 mmHg

P = 87 x /menit

R= 26 x/menit

S= 36,5 0C

b. Integumen

1. Rambut dan kulit kepala

Warna : Hitam

Kerontokan : Tidak terjadi kerontokan.

Penyebaran : Merata

Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran

2. Kulit

Warna : hitam

Tekstur : halus

Oedema : Tidak ada

Kebersihan : di kulit bagian kaki ada bekas darah kering

3. Kuku

Warna dasar : transparan


Bentuk : Cembung

Tekstur : halus

cyanosis : tidak ada

sudut : sudut dasar 160

Kebersihan : tidak tampak ada kotoran

c. Kepala

Bentuk : oval

Keadaan : tidak terdapat benjolan

Keluhan : Tidak ada keluhan

Kelainan : tidak ada benjolan

d. Mata

Kesimetrisan : mata kanan dan kiri tampak simetris

Sklera : putih kemerahan

Konjungtiva : pucat

Pergerakan bola mata : dapat digerakan ke segala arah

Reaksi pupil : terjadi miosis ketika terkena cahaya

Fungsi penglihatan : baik, terbukti klien dapat membaca

Kebersihan : bersih,tidak tampak ada kotoran

e.Telinga

Tekstur : halus

Kebersihan : tidak tampak adanya serumen

Kesimetrisan : telinga kanan dan kiri simetris


Fungsi pendengaran : baik,dapat menjawab

f. Hidung

bentuk : kedua lubang hidung tampak simetris

Tekstur : halus

Kebersihan : bersih, tidak tampak ada kotoran

Fungsi penciuman : baik, klien dapat membedakan wangi parfum


dan kayu putih

g.Mulut

1.Bibir

Warna : merah muda

Kelembaban : lembab

kebersihan : tidak tampak adanya bekas makanan

stomatitis : tidak ada

2. Gigi

Jumlah : 32 buah

Caries : tidak ada

3.Lidah

Warna : merah muda (tidak ada kelainan)

Pergerakan : dapat digerakan ke segala arah

Kebersihan : tidak tampak ada kotoran

Fungsi pengecapan : dapat membedakan rasa manis permen dan pahit


obat
h. Leher

JVP : tidak ada peninggian JVP

KGB : tidak tampak ada pembesaran KGB

Kelenjar thyroid : tidak tampak ada pembesaran

Refleks menelan : klien dapat menelan dengan baik

i. Thorax dan Dada

Kesimetrisan : simetris antara dada kanan dan kiri

Bunyi jantung : reguler

Bunyi paru : ronchi

Kebersihan : bersih, tidak tampak adanya kotoran

j. Abdomen

Bentuk : datar

Warna : sawo matang

Keadaan : normal, tidak tampak adanya lesi dan

benjolan

Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran

Bising Usus : ± 12x /menit

k.Genetalia

l. Ekstremitas

1.Ekstrimitas atas

- tangan kanan : terpasang infus sehingga pergerakan terbatas


- tangan kiri : dapat digerakan ke segala arah

2.Ekstrimitas bawah

- kaki kanan : dapat digerakan dengan leluasa

- kaki kiri : dapat digerakan dengan leluasa

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


produksi sekret.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


dispnoe, anoreksia, mual muntah

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan


oksigenasi.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit dan perawatan dirumah.

3. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN CRITERIA HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan


produksi sekret.

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi


dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

- Dispneu, Penurunan suara nafas

- Orthopneu
- Cyanosis

- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)

- Kesulitan berbicara

- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada

- Mata melebar

- Produksi sputum

- Gelisah

- Perubahan frekuensi dan irama nafas.

NOC :

Respiratory status : Ventilation

Respiratory status : Airway patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak


ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,


irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)

- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat


menghambat jalan nafas
NIC :

Airway suction

- Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

- Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion


nasotrakeal

- Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan

- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter


dikeluarkan dari nasotrakeal

- Monitor status oksigen pasien

- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

- Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan


bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Lakukan suction pada mayo


- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan status O2

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan


dengan dispnoe, anoreksia, mula muntah

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended


Daily Allowance)

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat

- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

- Luka, inflamasi pada rongga mulut

- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan cukup

- Keengganan untuk makan

- Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan


- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

- Diare dan atau steatorrhea

- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi, misinformasi

NOC :

- Nutritional Status : food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :

Nutrition Management

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


nutrisi yang dibutuhkan pasien.

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah


konstipasi

- Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)


- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

Nutrition Monitoring

- BB pasien dalam batas normal

- Monitor adanya penurunan berat badan

- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

- Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

- Monitor lingkungan selama makan

- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor turgor kulit

- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

- Monitor mual dan muntah

- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

- Monitor makanan kesukaan

- Monitor pertumbuhan dan perkembangan

- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

- Monitor kalori dan intake nuntrisi

- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas


oral.

- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

3. Intoleransi aktivitas b/d insufiensi ventilasi dan oksigenasi


Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis
untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas
sehari hari.

Batasan karakteristik :

a. melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

NOC :

- Energy conservation

- Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan


darah, nadi dan RR

- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :

Energy Management

- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

- Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

- Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

- Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat

- Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara


berlebihan
- Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan


perawatan di rumah

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic


spesifik.

Batasan karakteristik :

memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi,


perilaku tidak sesuai..

NOC :

- Kowlwdge : disease process

- Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :

- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,


kondisi, prognosis dan program pengobatan

- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan


secara benar

- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan


perawat/tim kesehatan lainnya.

NIC :

Teaching : disease Process


1.Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik

2.Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan


dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat

4.Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5.Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

6.Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7. Hindari harapan yang kosong

8.Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien


dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Alimul A. Azizi. 2006. Pengantar Kebutuha Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika

Bararah, Taqiyyah dan Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan


Lengkap Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Putra Publisher.

Evania, Nadia. 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Yogyakarta :


D-Medika

Herdman,T.Heather.2002.diagnosis Keperawtan Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014.Jakarta: EGC

Nurarif, amin Huda, Hardhi Kusuma.2013. Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan NANDA Edisi Revisi jilid 2. Yogyakarta : Med
Action publishing

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi


8. Jakarta : EGC

Wilkinson, M Judith., Nancy R Ahern. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Nur janah di 18.53

Berbagi
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

MY IDENTITY

Foto saya

Nur janah

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai