Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Bronkitis merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang sangat
umum. dapat menyertai flu atau kedinginan dan itu terjadi pada orang-orang dari
segala usia. dengan orang-orang lemah dan sistem kekebalan tubuh sangat
berhubungan dengan pengembangan bronchitis kronis dan dalam beberapa kasus
asthmatic bronchitis. merokok dianggap sebagai faktor risiko serius dalam
pengembangan bronkitis dan dapat menyebabkan komplikasi seperti radang paru-paru
(Groshan, 2011).
Di negara barat, kekerapan bronkitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara
populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu
penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi
itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai
antibiotik (Aritonang, 2010).
Di Indonesia jumlah bronchitis menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga adalah
53% laki-laki dan 4% wanita. Diperkirakan didapatkan 30.000 kematian karena
bronchitis setiap tahun (Indrawati, 2010.Berdasarkan data statistik yang penulis
peroleh dari Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara, dapat dilaporkan bahwa jumlah pasien dengan bronchitis akut yang
dirawat terhitung dari Januari 2010 sampai Desember 2010 sebanyak 37 ( 0,37 %)
dari 9.988 pasien yang dirawat. sedangkan di bulan Januari 2011 sampai dengan
Desember 2011 terdapat 47 (0,42%) penderita bronchitis dari 11.089 klien dan pada
tahun 2012 terhitung dari bulan Januari sampai dengan Mei adalah sebanyak 33
(0,58%) dari 5683 klien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi dari bronkitis ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi bronkitis ?
3. Apa saja klasifikasi bronkitis ?
4. Apa etiologi dari bronkitis ?
5. Bagaimana patofisiologi bronkitis ?
6. Bagaimana pathway bronkitis ?
7. Apa manifestasi klinis bronkitis?
8. Bagaimana pemeriksaan bronkitis ?
9. Apa saja penatalaksanaan dari bronkitis?
10. Bagaimana komplikasi bronkitis ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan bronkitis ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2
minggu bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus
influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus rubela, dan paramyxovirus dan
bronkitis karena bakteri corynebacterium (Rahakoe, 2012)
Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
bronchus) karena infeksi virus atau bakteri (Catzel dan Robert, 1998).Bronkitis
adalah inflamasi pada saluran nafas yang luas (trakea dan bronkhi) yang
kebanyakan selalu berhubungan dengan infeksi respiratori atas (Wong, 2003).
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bronkitis
adalah suatu penyakit infeksi akut saluran besar paru yang ditandai oleh inflamasi
bronkus.
1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi sistem pernafasan
1. Saluran Pernafasan Bagian Atas
a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara
terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung
dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi
sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru – paru.
b. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratoriun dan digestif.

3
c. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring
juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah.
a. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki
banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
dirangsang.
b. Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan
lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya
hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan
kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang
permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi
untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju
laring.Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional
antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi
surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang

4
merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
3. Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
a. Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran
carbondioksida (CO2) secara keseluruhan. Pernafasan dalam yaitu
proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
b. Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3
proses yaitu :
a) Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke
alveoli paru.
b) Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam
kapiler paru.
c) Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh.

1.3. KLASIFIKASI
1. Bronkitis akut
Merupakan infeksi saluran pernapasan akut. Ditandai dengan awitan gejala yang
mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis inflamasi
(peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau, bakteri, dan
kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap rokok,
udara kotor, udara, asap kimiawi, dll)
2. Bronkitis kronis
Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selamat
2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap
berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran
udara yang normal di dalam bronkus.

5
1.4. ETIOLOGI
Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, adenovirus, virus rubela, dan paramyxovirus. Menurut laporan
penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti asam
lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah pejanan yang berat,
seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan dalam jumlah besar yang
diakibatkan zat kimia yang mengakibatkan bronkitis kronis
Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia
ulang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada anak berusia
diatas 5tahun atau remaja, bordetella pertussis dan corynebacterium diphtheriae
biasanya terjadi pada anak yang tidak di imunisasi dan dihubungkan dengan
kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium kataral pertusis, gejala-gejala
infeksi respiratory lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut
dalam satu eksresi yang diikuti dengan usaha keras dan mendadak untuk inspirasi
sehingga menimbulkan whoop. Batuk biasanya menghasilkan mukus yang kental
dan lengket (rahajoe, 2002)
1.5. PATOFISIOLOGI
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas oleh
virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus influenza.
Adanya bahan-bahan pencemar udara juga memperburuk keadaan penyakit begitu
juga dengan menghisap rokok. Anak menampilkan batuk-batuk yang sering, kering
tidak produktif dan dimulai berkembang berangsur-angsur mulai hari 3 – 4 setelah
terjadinya rinitis.
Penderita diganggu oleh suara-suara meniup selama bernafas (ronki) rasa sakit
pada dada dan kadang-kadang terdapat nafas pendek. Batuk-batuk proksimal dan
penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang berkaitan dengan terjadinya muntah-
muntah. Dalam beberapa hari, batuk tersebut akan produktif dan dahak akan
dikeluarkan penderita dari jernih dan bernanah. Dalam 5 – 10 hari lendir lebih
encer dan berangsur-angsur menghilang. Temuan-temuan fisik berbeda-beda sesuai
dengan usia penderita serta tingkat penyakit. Pada mulanya anak tidak demam atau
demam dengan suhu rendah serta terdapat tanda-tanda nasofaringtis.
Infeksi konjungtiva dan rinitis. Kemudian auskultasi akan mengungkapkan
adanya suara pernafasan bernada tinggi, menyerupai bunyi-bunyi pernafasan pada

6
penyakit asma. Pada anak-anak dengan malnutrisi atau keadaan kesehatan yang
buruk, maka otitis, sinusitis dan penumonia merupakan temuan yang sering di
jumpai (Ngastiyah, 2003).
1.6. PATHWAY

Saluran napas dalam Invasi virus


respiratorysinsitial, adeno
virus parainfluinsa,
Hipertermi Gangguan pembersihan diri rhinovirus, alergen,
paru-paru emosi/stress, obatobatan,
infeksi, asap rokok
Radang/inflamasi
pada bronkus Radang brongkial

Akumulasi mukus Kontriksi berlebihan


Edema/ pembengkakan pada
mukosa/sekrer berlebih
Timbul reaksi balik Hiperventilasi paru

Ketidakefektifan bersihan
Pengeluaran energi jalan nafas Atelektasis
berlebihan

Kelelahan Intoleransi aktivitas Hipoxemia

Anoreksia ↑ kompensasi frekuensi


Ketidakseimbangan
nafas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan pola
napas

1.7. MANIFESTASI KLINIS


1. Bronkitis akut
a. Batuk
b. Terdengar ronkhi
c. Suara yang berat dan kasar
d. Wheezing
e. Menghilang dalam 10-14 hari
f. Demam
g. Produksi sputum

7
2. Bronkitis kronik
a. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab
b. Sering mengalami infeksi saluran napas (seperti misalnya pilek atau batuk)
yang dibarengi dengan batuk
c. Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu
d. Demam tinggi
e. Sesak napas jika saluran tersumbat
f. Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau
1.8. PENATALAKSANAAN
1. Bronkitis akut
a. Antibiotik untuk mengobati infeksi.
b. Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak.
c. Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
2. Bronkitis kronik
a. Penyuluhan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih lanjut, terutama
asap rokok.
b. Terapi antibiotik profilaktik, terutama pada musim-musim dingin, untuk
mengurangi insidens infeksi saluran napas bawah, karena setiap infeksi akan
semakin meningkatkan pembentukan mukus dan pembengkakan.
c. Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas akibat bronkitis
kronik yang mirip dengan spasme pada asma kronik, maka sering diberikan
bronkodilator.
d. Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.
e. Mungkin diperlukan terapi oksigen
1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien bronkitis kronik adalah meliputi rontgen
thoraks, analisis sputum, tes fungsi paru, pemeriksaan kadar gas darah arteri.
1.10. KOMPLIKASI
2. Hipertensi paru.
3. Dapat timbul kanker paru.
4. Pneumonia
5. Kegagalan pernafasan

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BRONKITIS

3.1. PENGKAJIAN
1. Biodata : Nama, umur: sering terjadi pada usia tertentu dengan range, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, alamat registrasi
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari–hari, ketidakmampuan untuk tidur, dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa
otot.
3. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat, distensi vena leher, edema dependent, bunyi jantung redup,
warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis pucat, dapat
menunjukkan anemi.
4. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
5. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk
makan, penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
6. Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat
badan, palpitasi abdomen.
7. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

9
8. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun
3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, episode batuk
hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat, penggunaan otot bantu pernafasan,
bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas ronchi,
perkusi hyperresonan pada area paru, warna pucat dengan cyanosis
bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
9. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, adanya /
berulangnya infeksi.
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido.
11. Interaksi sosial
Gejala : hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan/terhadap pasangan /
orang dekat, penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan
anggota keluarga lain.
12. Pemeriksaan diagnostic
a. Sinar X dada
Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
b. Tes fungsi paru
Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat
disfungsi.
c. TLC : Meningkat
d. Volume residu : Meningkat.
e. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
f. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
g. Bronchogram
Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus
mukosa.

10
h. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
i. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.
j. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan
karbon dioksida arteri.
k. Polisetemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia
kronik yang disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.
13. Pemeriksaan fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar
ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar
ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga
didapatkan tanda – tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi
terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah,
pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang
disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.
14. Pemeriksaan Radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang
menebal. Corak paru bertambah

11
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus
3. Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia, mual muntah
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis

3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Mempert Menurunk 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa derajat
nafas tidak ahankan an nafas spasme bronkus
efektif jalan kekentalan 2. Kaji/pantau terjadi dengan
berhubungan nafas sekret. frekuensi pernafasan obstruksi jalan nafas
dengan paten 3. Dorong/bantu dan dapat
peningkatan latihan nafas dimanifestasikan
produksi sekret abdomen atau bibir dengan adanya bunyi
4. Observasi nafas
karakteristik batuk 2. Tachipnoe biasanya
5. Tingkatkan masukan ada pada beberapa
cairan sampai 3000 derajat dan dapat
ml/hari ditemukan selama /
adanya proses infeksi
akut
3. Memberikan cara
untuk mengatasi dan
mengontrol dispoe
dan menurunkan
jebakan udara.
4. Batuk dapat menetap

12
tetapi tidak efektif,
khususnya pada
lansia, penyakit akut
atau kelemahan
5. Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret
mempermudah
pengeluaran

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Kerusakan Menunju Klien 1. Kaji frekuensi, 1. Berguna dalam
pertukaran gas kkan dapat kedalaman evaluasi derajat
berhubungan perbaika berpartisip pernafasan distress pernafasan
dengan n asi dalam 2. Tinggikan kepala dan kronisnya proses
obstruksi jalan ventilasi program tempat tidur, dorong penyakit
nafas oleh dan pengobata nafas dalam. 2. Pengiriman oksigen
sekresi, spasme oksigena n dalam 3. Auskultasi bunyi dapat diperbaiki
bronchus si tingkat nafas dengan posisi duduk
jaringan kemampua 4. Awasi tanda vital tinggi dan latihan
yang n / situasi dan irama jantung nafas untuk
adekuat 5. Awasi GDA menurunkan kolaps
dengan 6. Berikan O2 jalan nafas, dispenea
GDA tambahan sesuai dan kerja nafas
dalam dengan indikasi 3. Bunyi nafas makin
rentang hasil GDA redup karena
normal penurunan aliran
dan udara atau area
bebas konsolidasi
gejala 4. Takikardia, disritmia
distress dan perubahan
pernafas tekanan darah dapat
an menunjukkan efek

13
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
5. PaCO2 biasanya
meningkat, dan PaO2
menurun sehingga
hipoksia terjadi
derajat lebih
besar/kecil
6. Dapatmemperbaiki/m
encegah buruknya
hipoksia

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan
3 Pola nafas Perbaika Pola napas 1. Ajarkan pasien 1. Membantu pasien
tidak efektif n dalam dapat di pernafasan memperpanjang
b.d pola kontrol diafragmatik dan waktu ekspirasi.
broncokontriks nafas pernafasan bibir Dengan teknik ini
i, mukus 2. Berikan dorongan pasien akan bernafas
untuk menyelingi lebih efisien dan
aktivitas dan periode efektif
istirahat 2. Memungkinkan
3. Berikan dorongan pasien untuk
penggunaan pelatihan melakukan aktivitas
otot-otot pernafasan tanpa distres
jika diharuskan berlebihan.
3. Menguatkan dan
mengkondisikan otot-
otot pernafasan

14
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
4 Perubahan Menunju Nurtisi 1. Kaji kebiasaan diet 1. Pasien distress
nutrisi kurang kkan dapat 2. Auskultasi bunyi pernafasan akut,
dari kebutuhan peningka diperbaiki usus anoreksia karena
b.d dispnoe, tan berat 3. Berikan perawatan dispnea, produksi
anoreksia, badan oral sputum.
mual muntah. 4. Timbang berat 2. Penurunan bising usus
badan sesuai menunjukkan
indikasi penurunan motilitas
5. Konsul ahli gizi gaster.
3. Rasa tidak enak, bau
adalah pencegahan
utama yang dapat
membuat mual dan
muntah
4. Berguna menentukan
kebutuhan kalori dan
evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
5. Kebutuhan kalori yang
didasarkan pada
kebutuhan individu
memberikan nutrisi
maksimal

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
5 Resiko tinggi mengide Mencegah 1. Observasi suhu 1. Demam dapat terjadi
terhadap ntifikasi infeksi 2. Observasi warna, karena infeksi atau

15
infeksi intervens bau sputum dehidrasi
berhubungan i untuk 3. Tunjukkan dan 2. Sekret berbau, kuning
dengan mencega bantu pasien tentang dan kehijauan
menetapnya h resiko pembuangan sputum menunjukkan adanya
sekret, proses tinggi 4. Diskusikan infeksi
penyakit kronis kebutuhan masukan 3. Mencegah penyebaran
nutrisi adekuat patogen
5. Berikan anti 4. Malnutrisi dapat
mikroba sesuai mempengaruhi
indikasi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan
darah terhadap infeksi
5. Dapat diberikan untuk
organisme khusus yang
teridentifikasi dengan
kultur

BAB IV

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

16
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2
minggu bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV,
virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus rubela, dan
paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri corynebacterium (Rahakoe, 2012)
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas
oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus
influenza. Adanya bahan-bahan pencemar udara juga memperburuk keadaan
penyakit begitu juga dengan menghisap rokok. Anak menampilkan batuk-batuk
yang sering, kering tidak produktif dan dimulai berkembang berangsur-angsur
mulai hari 3 – 4 setelah terjadinya rinitis.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ;
alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.

17
Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor,
Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta.
Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.
PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, EGC,
Jakarta.
Keliat, Budi Anna, Proses KeperawataSatya. 2012. Makalah Penyakit Bronkitis.

18

Anda mungkin juga menyukai