Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PENYAKIT BRONKOPNEUMONIA


DIRUANG CATELIA RSUD. UNDATA PALU

ANANDA PUTRI
PO7120320048

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

_______________________ _________________________

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023
A. Definisi
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran

berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di


dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan
terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung dari
saluran pernapasan atau hematogen sampai ke bronkus )Sujono
dan Sukarmin 2009 dalam Rufaedah 2010).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda asing (Wijayaningsih, 2013).

B. Etiologi
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia
lanjut. seperti : Steptococcus pneumonia, streptococcus
pyogenesis, klebsiella pneumonia.
2. Virus
Disebabkan oleh virus Haemophilus influenza yang
menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia

virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung
spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Benda asing
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus dan jamur. Penyebab paling sering adalah stafilokokus,
streptococcus, H. influenza (Putri, 2011).
C. Anatomi dan Fisiologi
1.Hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan


yang langsung berhubungan dengan dunia luar yang
berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara
melalui proses pernapasan. Selain itu hidung juga
berfungsi untuk mempertahankan dan
menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter
dalam membersihkan benda asing yang masuk dan
berperan untuk resonansi suara, sebagai tempat
reseptor alfaktorius.

2. Faring
faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring

Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak


antara orofaring dan trakea, fungsi dari laring adalah
sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan
masuknya makanan ke esofagus dan sebagai
produksi suara.

Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :


- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi
ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

4. Trachea

Trakea merupakan organ tabung antara laring


sampai dengan puncak paru, panjangnya sekitar 10-
12 cm, setinggi servikal 6-torakal 5 Disebut juga
batang tenggorokan Ujung trakea bercabang
menjadi dua bronkus yang disebut karina
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang
bercabang dua keparu-paru kanan dan paru-paru
kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
diameternya.Bronkus kiri lebih horizontal, lebih
panjang dan lebih sempit.
a. Bronkus
- Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)

- Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10


bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental

- Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi


lagi menjadi subsegmental yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri,
limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
- Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

- Bronkiolus mengadung kelenjar


submukosa yang memproduksi yang
membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian dalam jalan napas
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran
transisional antara jalan napas konduksi dan jalan
udara pertukaran gas
5. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian


besar berada pada rongga dada bagian atas, di
bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di
bagian bawah di batasi oleh diafragma yang berotot
kuat.
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar Setiap
paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih
besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi
2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.
Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan
bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang
menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu

sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat


sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu
lembar akan seluas 70 m2.

D. Fisiologi

Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi,

perfusi dan difusi (Potter & Perry, 2006).


1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan
keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan
atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke
alveoli.
2. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah
darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler
dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga
dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
volume atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi
yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipegaruhi oleh ketebalan membrane (Potter & Perry,
2006).
E. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia ditandai dengan beberapa gejala yaitu :

1. Biasanya di dahului infeksi traktus respiratori bagian atas


2. Demam , kadang-kadang disertai kejang karena demam yang terlalu tinggi
3. Batuk berdahak
4. Sesak nafas
5. Nyeri dada
6. Pernafasan cepat dan dangkal
7. Meriang
8. Kelelahan
9. Nafsu makan menurun

F. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah


mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme
masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat
masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi
imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan,
dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri
maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan
ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul
dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru
dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Dalam keadaan
sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme. keadaan ini disebabkan adanya mekanisme


pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam paru
menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh,
sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan
timbulnya infeksi penyakit. masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang
ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari
tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen ( Nurarif dan
Kusuma, 2013)
G. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia ditandai dengan beberapa gejala yaitu :

1. Biasanya di dahului infeksi traktus respiratori bagian atas


2. Demam , kadang-kadang disertai kejang karena demam yang terlalu tinggi
3. Batuk berdahak
4. Sesak nafas
5. Nyeri dada
6. Pernafasan cepat dan dangkal

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau beberapa
lobus yang bebercak-bercak.

b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.


c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang berhubungan
dengan oksigen.
2. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab dan obat yang cocok diberikan Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali
dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple
seringkali dijumpai pada infeksi

stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).


b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah
jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M,
Nettina, 2001).

I. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien
bronkopneumonia yaitu secara asuhan keperawatan dan medis
1) Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada
pasien yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam

d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan


e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
f. Monitor tanda-tanda vital

g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2) Medis

1. Farmakologi
Komplikasi
Komplikasi dari bronpeunomia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian Fokus

a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.


b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot
bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP,
bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.

d. Riwayat penyakit dahulu


Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat
memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok

B. Pola Pengkajian
Pernafasan gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun)
selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2
tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi
kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room
katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari
atau terus-menerus. Tanda lebih memilih posisi tiga titik
( tripot) untuk bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan
(misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung).
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (
bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

Sirkulasi gejala :
Pemekakan ekstremi bawah Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia,
distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak
berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup

(yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).


Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/
sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

Makanan / cairan Gejala :


Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema). Ketidakmampuan
untuk makan karena distress pernafasan. Tanda :
Turgor kulit buruk. Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

Aktivitas/istirahat gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit
bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau
istirahat. Tanda : Keletihan gelisah/ insomnia
Kelemahan umum/kehilangan masa otot

Integritas ego gejala: peningkatan faktor resiko


Tanda: Perubahan pola hidup. Ansietas, ketakutan, peka
rangsang.

Hygiene Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan

Keamanan Gejala : Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat /


faktor lingkungan. Adanya infeksi berulang

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi


yang tertahan dibuktikan dengan sputum yang berlebih dan
RR meningkat (SDKI : D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi- perfusi

dibuktikan dengan klien mengeluh sesak, pola napas abnormal,


tampak ada bantuan otot napas , frekuensi nafas 30x/ menit
(D.0003)

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan


dengan badan terasa panas, akral hangat, leukosit 11,9
ribu/uL, suhu tubuh 3 8 ⸽c (D. 0130).
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTRVENSI


KEPERAWATAN
1. Bersihan Tujuan : Manajeme jalan nafas
Setelah (I.01011)
Jalan Nafas
OBSERVASI
Tidak Efektif dilakukan 1. Monitor pola nafas
berhubungan tindakan asuhan (Frekuensi, kedalaman, usaha
dengan sekresi keperawatan nafas)
yang tertahan 3x24 jam 2. Monitor bunyi nafas
dibuktikan diharapkan tambahan ( mis : gurgling,
dengan bersihan jalan mengi, wheezing, ronchi)
sputum yang nafas kembali 3. Monitor sputum
TERAPEUTIK
berlebih dan meningkat
1. Posisikan klien semi fowler
RR meningkat Kriteria Hasil: Bersihan Jalan atau fowler
Nafas ( L.01001) 2. Berikan minum hangat
(SDKI :
1. Batuk efektif meningkat (5) 3. Lakukan fisioterapi dada,
D.0001) jika perlu
2. Produksi sputum menurun (5) 4. Berikan oksigen, jika perlu
3. Suara Ronchi menurun (5) 5. Berikan terapi nebulizer
EDUKASI
4. Gelisah menurun (5) 1. Anjurkan asupan cairan
5. Frekuensi nafas membaik ( 2000ml/hari
20-30 x/mnt) (5) 2. Ajarkan teknik batuk efektif
6. Pola nafas membaik (5) KOLABORASI
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2. Gangguan pertukaran gas Tujuan : setelah Pemantauan respirasi (01014)


berhubungan dengan dilakukan OBSERVASI
ketidakseimbangan ventilasi- 1. Monitor frekuensi, irama,
perfusi dibuktikan dengan tindakan
kedalaman, dan upaya napas
klien mengeluh sesak, pola keperawatan
napas abnormal, tampak ada 2. Monitor pola napas
bantuan otot napas , frekuensi selama 3x24 jam, 3. Monitor kemampuan batuk
nafas 30x/ menit (D.0003) efektif
maka pertukaran
4. Monitor adanya produksi
gas meningkat sputum
Kriteria hasil : Pertukaran Gas 5. Palpasi kesimetrisan
(L.01003) ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi napas
1. Tingkat kesadaran (5) 7. Monitor saturasi oksigen
2. Dyspnea (5) 8. Monitor nilai AGD
3. Bunyi nafas tambahan (5) 9. Monitor X-ray toraks
4. Takikardi (5) TERAPEUTIK
6. Pusing (5) 1. Atur interval pemantauan
7. Penglihatan kabur (5) respirasi sesuai kondisi pasien
8. Diaphoresis(5) 2. Dokumentasikan hasil
9. Gelisah (5) pemantauan
10. Nafas cuping hidung (5)
11. PCO3 (5) EDUKASI
12. pH arteri (5) 1. Jelaskan tujuan dan
13. Sianosis (5) prosedur pemantauan
14. Pola nafas (5) 2. Informasikan hasil
15. Warna kulit (5) pemantauan, jika perlu

Tujuan : Setelah Manajemen Hipertermia


3. Hipertermia
dilakukan (155056)
berhubungan OBSERVASI
tindakan 1. Identifikasi penyebab
dengan proses
keperawatan hipertermia
penyakit
selam3x24jam, 2. Monitor suhu tubuh
dibuktikan
3. Monitor komplikasi akibat
maka hipertermia
dengan badan hipertermia
membaik
terasa panas,
Kriteria hasil : Termoregulasi TERAPEUTIK
akral hangat, 1. Sediakan lingkungan yang
(L.14134)
leukosit 11,9 dingin
1. Menggigil (5) 2. Longgarkan atau lepaskan
ribu/uL, suhu pakaian
2. Kulit merah (5)
tubuh 38 3. Berikan cairan oral
3. Kejang (5)
4. Lakukan pendinginan
derajat celcius 4. Pucat (5)
eksternal (kompres dingin)
(D. 0130). 5. Takikardi (5)
6. Takipnea (5) EDUKASI
7. Bradikardi (5)
8. Suhu tubuh (5) 1. Anjurkan tirah baring
9. Suhu kulit (5) KOLABORASI
10. Tekanan darah (5)
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

Berikan antipireutik jika perlu

Anda mungkin juga menyukai