Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

BRONCHOPNEUMONIA

DISUSUN OLEH:

ESTERINA BANU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2012
A. Pendahuluan
Penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan kematian adalah penyakit
infeksi saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut
atau kronis. Infeksi saluran nafas akut (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi disertai
tempat disepanjang saluran nafas dan adneki selnya (telinga tengah, cavum pleura, dan
paraanalisis). World Health Organitation (WHO) tahun 2005 menyatakan Propotional
Mortality Ratio (PMR) balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau
berkisar 1,6 -2,2 juta dan sekitar 70% terjadi di negara- negara berkembang terutama di
Afrika dan Asia Tenggara. Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di
dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran
napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF
Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 %
diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya
kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 %
diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data
sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 – 35 %. Pneumonia
komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per
tahun.
Pada laporan ini akan di bahas tentang salah satu tipe pneumonia yaitu asuhan
keperawatan pada pasien bronkopneumonia.

B. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli
terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.
Brokopneumonia merupakan infeksi pada parenki paru yang terbatas pada alveoli
kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada pemeriksaan
histologist terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan
oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Berbagai
spesies bakteri, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit dapat menjadi penyebab
(Levison, M. 2000).
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001). Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).

C. Anatomi Fisiologi
Anatomi Saluran pernafasan
Saluran pernafasan bagian atas:
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-
sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring
dibagi menjadi tiga region yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Saluran pernafasan bagian bawah:
1. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat
menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
2. Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan
lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang
lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang menjadi bronkus lobaris
kemudian bronkus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang
permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
3. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi
dan jalan udara pertukaran gas.
4. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II
sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe
III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
5. Paru
Paru-paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga
torak atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum sentral yang
mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar. Setiap paru-paru mempunyai
apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronbialis, bronkus, syaraf dan
pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula
interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
6. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada lobus inferior. Paru-paru kana mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen tini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru-paru dirongga dada
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu Pleura
Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru-paru; danPleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
1. Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran
karbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
2. Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :
- Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
- Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
- Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh.

D. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Nettina, 2001) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Manifestasi klinis:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
- Nyeri pleuritik
- Nafas dangkal dan mendengkur
- Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
- Mengecil, kemudian menjadi hilang
- Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan suhu tubuh 38,8 0C sampai 41,10C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis
- Area sirkumoral
- Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. Patofisiologi
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya kuman melalui inhalasi,aspirasi, hematogen
dari fokus infeksi atau penyebaran langsung. Inflamasi bronkus ditandai dengan adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan menyebabkan penyempitan jalan
napas, sesak napas dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan
rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, asidosis respiratori, terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang
mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Pathway Bronkopneumonia Bakteri, jamur, virus

Saluran pernafasan atas

Kuman berlebihan Infeksi saluran pernafasan Kuman terbawa ke


di bronkus bawah saluran pencernaan

inflamsi Infeksi saluran


Dilatasi pembuluh Edema antara pencernaan
darah kapiler dan alveoli
Akumulasi secret
Peningkatan flora
di bronkus Eksudat plasma
Edema dinding normal dalam usus
masuk ke alveoli
Mukus di bronkus paru
malabsorbsi
meningkat Gangguan difusi
Pengerasan
dalam plasma
dinding paru diare
Bersihan Bau mulut
jalan napas tidak sedap Penurunan fungsi
Gangguan
tidak efektif paru Gangguan
pertukaran gas
anoreksia keseimbangan
Suplai O2 menurun cairan dan
Intake makanan elektronik
kurang
hipoksia hiperventilasi
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipoksia Hiperventilasi

Metabolisme Dispneu
anaerob
Retraksi dada/ nafas
Peningkatan asam
cuping hidung
laktat

Nyeri Gangguan pola


napas
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan pemeriksaan dengan
cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
- Pemeriksaan sputum
- Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius.
- Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
- Kultur darah didapatkan kuman penyebabnya bakteri streptococcus pneumoniae.
- Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
- Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus.
- Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat.

G. Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien Broncopneumonia meliputi:
Penatalaksanaan medis: pemberian oksigen, cairan intravena sesuai dengan
kebutuhan, nebulizer, istirahat yang cukup dan mobilisasi dibatasi, pemberian antibiotic
sesuai dengan etiologi. Pemeriksaan foto thorax dan pemeriksaan darah.
Penatalaksanaan keperawatan: pertahankan posisi semi fowler, posisi kepala
ditinggikan, pemberian oksigen untuk mengurangi kesulitan bernafas, berikan minum
atau cairan namun disesuaikan panas atau dingin dengan suhu ruangan karena terlalu
dingin bisa terangsang batuk.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum klien
b. Riwayat kesehatan
- Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam,
- Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
- Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
- Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
- Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal
c. Pemeriksaan fisik
- Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
- Respirasi
Meningkatnya frekuensi pernafasan, retraksi dada, nyeri dada, pernafasan cuping
hidung, batuk, auskultasi paru ronchi basah, Rontgent dada abnormal (bercak,
konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)
- Kardiovaskuler
Inspeksi : Distensi vena jugularis
Mengkaji Capillary Refill Time, peningkatan denyut jantung, wajah pucat atau
tidak
Perkusi : Pekak pada area jantung.
Demam, takikardia, sianosis, pemeriksaan laboratorium leukositosis.
- Neurologis
Nyeri kepala, kesulitan tidur, Kesadaran menurun (delirium), wajah simetris, kaku
kuduk, bentuk mata simetris, pupil (isokor), reflek pupil dan reflek kornea
normal, mengkaji persepsi sensori
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
- Gastrointestinal
Penurunan nafsu makan, nyeri lambung, Adanya distensi abdominal
menyebabkan klien mual dan menyebabkan klien tidak nafsu makan, abdomen
simetris bilateral, datar dan warna sama dengan kulit sekitarnya, nyeri tekan atau
tidak ada, suara perkusi timpani.

2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Subjektif: Kuman berlebihan di bronkus Bersihan jalan napas
- Klien mengatakan sulit bernafas tidak efektif
Inflamasi
karena banyak lender
Akumulasi sekret di bronkus
- Klien mengatakan bahwa sering
batuk dan keluar banyak Mukus meningkat di
bronkus
lender/sputum
Objektif: Bersihan jalan napas
tidak efektif
- Auskultasi paru: ronkhi
Terdapat secret di lobus medial
dextra dan sinistra.
- klien tampak pucat dan lemah.
- TTV: N 90 x/menit, RR
35x/menit,
- S : 38,5 0 C.

Subjektif: Infeksi saluran pernapasan Gangguan pertukaran


bawah
- Klien mengatakan susah bernafas gas
Objektif: Dilatasi pembuluh darah
- Auskultasi paru: ronkhi
Eksudat plasma masuk ke alveoli
Terdapat secret di lobus medial
Gangguan difusi dalam
dextra dan sinistra. plasma
- klien tampak pucat dan lemah.
Gangguan pertukaran gas
- TTV: N 90 x/menit, RR
35x/menit,
- S : 38,5 0 C.

Subjektif: Infeksi saluran pernafasan Gangguan pola nafas


bawah
- Klien mengatakan kadang-
kadang susah bernafas Edema antara kapiler dan alveoli
Objektif:
Penurunan fungsi paru
- Pernafasan cuping hidung
Hiperventilasi
- Auskultasi paru: ronkhi
Terdapat secret di lobus medial Dispneu
dextra dan sinistra. Retraksi dada/ nafas cuping
- klien tampak pucat dan lemah. hidung

- TTV: N 90 x/menit, RR Gangguan pola nafas


35x/menit,
- S : 38,5 0 C.

Subjektif: Infeksi saluran pernafasan Nyeri


bawah
- Klien mengatakan saat hendak
menarik nafas dada terasa nyeri Edema antara kapiler dan alveoli
-
Penurunan fungsi paru
Objektif:
Suplai O2 menurun
- Klien tampak meringis
- Auskultasi paru: ronkhi Hipoksia
Terdapat secret di lobus medial Metabolisme anaerob
dextra dan sinistra.
Peningkatan asam laktat
- klien tampak pucat dan lemah.
- TTV: N 90 x/menit, RR nyeri

35x/menit,
- S : 38,5 0 C.
Subjektif: Kuman terbawa ke saluran Gangguan
pencernaan
- Klien mengatakan mengalami keseimbangan cairan
diare Infeksi saluran cerna elektronik
- Klien mengatakan perutnya Malabsorbsi
terasa sakit
Diare

Objektif: Gangguan keseimbangan cairan


elektronik
- Klien tampak lemah dan pucat

Subjektif: Mukus di bronkus berlebihan Nutrisi kurang dari


- Klien merasa mual Bau mulut tidak sedap kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan tidak nafsu
Anoreksia
makan
- Klien mengatakan BB nya Intake makanan kurang

menurun Nutrisi kurang dari kebutuhan


Objektif: tubuh

- Klien tampak lemah dan pucat


- BB menurun
- nyeri tekan, suara perkusi
timpani.

3. Diagnosa Keperawatan
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus
kapiler.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveolus
- Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral
- Gangguan pemenuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Bersihan jalan nafas
napas tidak tindakan keperawatan nafas, catat adanya tidak efektif dapat
efektif selama 2x24 jam: bunyi nafas misalnya dimanifestasikan dengan
berhubungan - Jalan nafas efektif, mengi, krekels dan adanya bunyi nafas
dengan - klein dapat melakukan ronchi mengi, krekels.
peningkatan batuk efektif untuk 2. Kaji/pantau frekuensi 2. Takipneu biasanya ada
produksi sputum mengeluarkan sekret pernafasan, catat rasio pada beberapa derajat
dengan kriteria hasil: inspirasi/ekspirasi dan dapat ditemukan
- mempertahankan 3. Berikan posisi yang pada penerimaan atau
bunyi nafas paten nyaman untuk klien, selam stress/ adanya
dengan bunyi nafas misalnya semi fowler proses infeksi akut.
bersih/jelas 4. Dorong/ bantu klien Pernafasan dapat
- menunjukan perilaku latihan nafas abdomen melambat dan ferkuensi
untuk memperbaiki atau bibir ekspirasi memanjang
bersihan jalan nafas 5. Observasi dibanding inspirasi
dengan melakukan karakteristik batuk, 3. Posisi semi fowler akan
batuk efektif. bantu tindakan untuk mempermudah klien
memperbaiki untuk bernafas
keefektifan upaya 4. Memberikan klien
batuk beberapa cara untuk
6. Berikan air hangat mengatasi dan
sesuai toleransi mengontrol dispneu
jantung 5. Batuk dapat menetap,
tetapi tidak efektif .
batuk palinf efektif pada
posisi duduk .
6. Hidrasi menurunkan
kekentalan secret dan
mempermudah
pengeluaran secret.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Manifestasi distress
pertukaran gas tindakan keperawatan kedalaman dan pernafasan tergantung
berhubungan terjadi perbaikan kemudahan pernafasan pada derajat keterlibatan
dengan perubahan ventilasi dan oksigenasi 2. Observasi warna kulit, paru dan status kesehatan
membrane jaringan, dengan kriteria membrane mukosa umum.
alveolus kapiler. hasil: dan kuku, catat adanya 2. Sianosis menunjukan
- Menunjukkan adanya sianosis vasokonstriksi atau
perbaikan ventilasi 3. Kaji status mental respon tubuh terhadap
dan oksigenasi 4. Awasi frekuensi demam/ menggigil dan
jaringan dengan GDA jantung/irama terjadi hipoksemia
dalam rentang normal 5. Kolaborasi pemberian 3. Gelisah, mudah
dan tidak ada distress oksigen dengan benar terangsang, bingung
- Berpartisipasi dalam sesuai indikasi dapat menunjukkan
tindakan untuk hipoksemia.
memaksimalkan 4. Takikardia biasanya ada
oksigenasi. karena demam atau
dehidrasi.
5. Mempertahankan PaO2
diatas 60 mmHg
Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan biasanya
efektif tindakan keperawatan kedalaman pernafasan, meningkat, dispnea, dan
berhubungan selama 2x24 jam pola dan ekspansi dada terjadi peningkatan kerja
dengan proses nafas efektif dengan 2. Auskultasi bunyi nafas nafas, kedalaman
inflamasi dalam kriteria hasil: dan catat bunyi nafas bervariasi, ekspansi dada
alveolus - Menunjukan adanya 3. Tinggikan kepala dan terbatas
bunyi nafas normal bantu mengubah 2. Bunyi nafas menurun/
- Pola nafas efektif posisi. tidak ada bila jalan nafas
dengan batuk efektif 4. Observasi pola batuk terdapat obstruksi kecil
yang membantu dan karakter secret 3. Duduk tinggi
pengeluaran sekret 5. Bantu pasien untuk memungkinkan ekspansi
nafas dalam dan batuk paru dan memudahkan
efektif pernafasan
6. Kolaborasi pemberian 4. Batuk biasanya
oksigen tambahan mengeluarkan sputum
7. Berikan humidifikasi mengindikasikan masih
tambahan adanya gangguan
8. Bantu fisioterapi dada, 5. Dapat meningkatkan
postural drainage pengeluaran sputum
6. Memaksimalkan
bernafas
7. Memberikan kelembaban
pada membrane mukosa
dan membnatu
pengenceran secret untuk
memudahkan
pembersihan
8. Memudahkan upaya
pernafasan dan
meningkatkan drainage
secret dari segmen paru
ke dalam bronkus.

Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan tanda 1. Untuk menunjukkan


keseimbangan tindakan keparawatan vital adanya kekurangan
cairan elektrolit terjadi keseimbangan 2. Kaji turgor kulit, cairan sistemik
berhubungan cairan dan elektrolit kelembaban 2. Indikasi langsung
dengan dengan kriteri hasil: membrane mukosa keadekuatan masukan
kehilangan cairan - Volume cairan 3. Catat laporan cairan
berlebih, elektrolit kembali mual/muntah 3. Adanya gejala ini
penurunan normal 4. Pantau masukan dan menurunkan masukan
masukan oral haluaran urin oral
5. Kolaborasi pemberian 4. Memberikan informasi
obat sesuai dengan tentang keadekuatan
indikasi volume cairan
5. Memperbaiki status
kesehatan.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor 1. Pilihan intervensi
pemenuhan tindakan keperawatan yang menimbulkan tergantung pada
nutrisi tubuh klien menunjukan mual/muntah penyebab masalah
berhubungan peningkatan nafsu makan 2. Berikan wadah 2. Menghilangkan rasa, bau
dengan anoreksia. dan mempertahankan tertutup untuj sputum dari lingkungan pasien
atau meningkatkan berat dan buang sesering dan dapat menurunkan
badan dengan kriteri mungkin, bantu mual
hasil: kebersihan mulut 3. Menurunkan efek mual
- Intake nutrisi klien 3. Jadwalkan pengobatan yang berhubungan
meningkat pernafasan sedikitnya dengan pengobatan
1 jam sebelum makan 4. Bunyi usus mungkin
4. Auskultasi bunyi usus, menurun bila proses
observasi/palpasi infeksi berat, distensi
distensi abdomen abdomen terjadi sebagai
5. Berikan makan porsi akibat menelan udara
kecil dan sering dan menunjukkan peran
6. Evaluasi status nutrisi toksin bakteri pada
umum, ukur berat saluran gastrointestinal
badan 5. Dapat meningkatkan
masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat
untuk kembali
6. Adanya kondisi kronis
dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi,
atau lambatnya respon
terhadap terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto. Respilogi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3. Jakarta: EGC

Levison, M., 2000. Pneumonia, dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC

Misnadiarly. 2008. Penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak, orang dewasa, usia
lanjut, pneumonia atipik dan pneumonia atypik mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor

Nanda. (2010). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta: Digna Pustaka

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta:
EGC.

Populerhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20330/5/Chapter%20I.pdf

http://www.fkumyecase.net/storage/users/215/215/images/126/radiologi.pdf diakses 19 oktober

Anda mungkin juga menyukai