Anda di halaman 1dari 24

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.

html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau yang lebih dikenal dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai adanya sumbatan aliran udara ekspirasi serta terjadi
kekambuhan.Pada penyakit obstruksi menahun, jaringan paru tidak kembali normal saat
terjadikekambuhan dan kerusakan jaringan paru terjadi secara progresif lambat yang terkadang
diikuti hiperaktif jalan napas.Penyakit tergolong dalam penyakit paru obstruksi menahun
diantaranya bronchitis kronis, emfisema paru dan asma bronkiale.
Insiden PPOK telah meningkat dalam tahun ke tahun. Statistic terbaru menunjukan bahwa
terdapat 17 juta orang amerika yang menderita emfisema, asma, dan bronchitis kronis. Baik
angka prevalensi ataupun kematian PPOK telah berperan dalam tercapainnya proporsi epidemic
menurut American Lung Association. Pada tahun1984 PPOK merupan penyebab kematian
keenam setelah penyakit jantung, neoplasma, stroke, kecelakan dan pneumonia influenza.
Sehingga dibutuhkan asuhan keperawatan karena menyangkut kelangsungan hidup pasien dan
memerlukan aspek pemeliharaan, rehabilitative dan preventive perawatan kesehatannya. Dalam
asuhan keperawatan ini dibutuhkan proses keperawatan yang terdiri dari 5 langkah yaitu
pengkajian, identifikasi masalah, perancanaan, implementasi dan evaluasi.
B. Tujuan Penulisan
1.

Memahami konsep dasar seperti anatomi fisiologi, pengertian, penyeabab, patofisiologi,


manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis pada pasien penyakit COPD.

2. Mengetahui dan memahani konsep asuhan dasar keperawatan seperti pengkajian data, diagnostic
keperawatan, perencanaan, dan evaluasi pada pasien COPD.
3. Mengetahui contoh askep pada kasus COPD
C. Sistematika Penulisan

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami tulisan ini, maka dilakukan pembagian bab
berdasarkan isinya. Tulisan ini akan disusun dalam lima bab,

BAB I PENDAHULUAN,
Menguraikan latar belakang prmilihan topik, perumusan masalah, tujuan, dan sistematika
penulisan keseluruhan makalah Keperawata Medikal Bedah.

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT COPD,


Menguraikan isi dari makalah ini yang meliputi pembahasan topik seperti anatomi fisiologi,
pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan
medic dari penyakit COPD ini.

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COPD,


Menguraikan tentang penjelasan lima proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian data,
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

BAB IV ASKEP PADA KASUS COPD


Memberikan sebuah contoh kasus COPD lalu dijabarkan melalui asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian data sampai dengan evaluasi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari seluruh isi makalah yang telah dibuat dan saran penulis makalah
ini kepada pembaca agar makalah ini berguna untuk pembaca.

BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
A. Anatomi fisiologi system pernapasan

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Respirasi (pernapasan) adalah proses yang menyebabkan pergerakan pasif O 2 dari atmosfer
ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta pergerakan pasif CO 2 selanjutnya yang
merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer.Sistem pernapasan pada manusia
adalah sistem menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air.
Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama.
System pernapasan pada manusia dimulai dari :
1. Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang kaya akan pembuluh darah. Udara setelah melewati
hidung ini akan melewati pintu belakang hidung yang dinamakan choana, dimana udara
selanjutnya akan melewati faring. Meliliki fungsi dari organ hidung yaitu menyaring udara luar
yang masuk kedalam, dengan menangkap kotoran dan bakteri dari dunia luar dengan
menggunakan silia hidung, di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan
udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap, alat
untuk menghirup udara, sebagai indra penciuman.
2. Faring
Faring berbentuk pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esophagus. Faring terbagi atas 3 bagian besar yaitu naso faring, oro faring dan
laringofaring. Memiliki fungsi jalannya udara dan makanan.
3. Laring
Merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentukan suara terletak dibagian depan
faring. Pada bagian pangkal dari laring terdapat organ yang berfungsi untuk menutup laring pada
saat kita makan yang bernama epiglottis. Memiliki fungsi Jalan udara antara faring dan trakea,
dan melindungi saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada
stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran napas.
4. Trakea
Trakea panjangnya 9cm dan berjalan dari laring sampai membentuk percabangan bronkus.
Memiliki fungsi menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru, sel epitel silindris bersilia
memproduksi lendir yang fungsimenahan debu/kotoran dalam udara agar tidak masuk ke paruparu dan membasahi udara.
5. Bronkus/ Cabang Tenggorokan
Bronkus jumlahnya sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paruparu kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur
dinding bronkus hampir sama dengan trakea. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus.
Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi
dua bronkiolus. Memiliki fungsi sebagai saluran lewatnya udara, mencegah infeksi dengan
bantuan silia.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi saluran yang
semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan
tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Memiliki fungsi Memastikan
bahwa udara yang masuk dipasok ke setiap alveolus.
7. Alveoli
Alveoli bentuknya poligonal atau heksagonal, masing-masing alveolus dilapisi oleh epitel
gepeng yang sangat tipis.Pada alveolus terdapat makrofag alveolar(sel debu) yang terdapat dalam
septum interalveolaris, sel ini makan dan memusnahkan mikroorganisme dan partikel lain.
Memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran udara, menyimpan udara untuk sementara waktu
untuk memungkinkan penyerapan oksigen kedalam darah.
8. Paru- paru
Paru-paru terdiri dari gelembung gelembung atau alveoli yang terdiri dari sel epitel dan endotel.
Paru-paru terbagi menjadi 2 bagian yaitu paru-paru kanan dan kiri kedua paru tersebut terdapat
bagian(lobus) disetiap paru. Memiliki fungsi utama paru-paru adalah mengeluarkan
karbondioksida saat manusia bernafas.

BAB III
KONSEP DASAR PADA PASIEN COPD
A. Pengertian COPD
Penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau yang lebih dikenal dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai adanya sumbatan aliran udara ekspirasi serta terjadi kekambuhan.
Pada penyakit obstruksi menahun, jaringan paru tidak kembali normal saat terjadi kekambuhan
dan kerusakan jaringan paru terjadi secara progresif lambat yang terkadang diikuti hiperaktif
jalan napas.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Induvidu dengan PPOK mengalami kesulitan bernapas, batuk produktif, dan intoerence aktivitas.
Kelainan utama yang tampak pada induvidu dengan PPOK adalah bronchitis, emfisema, dan
asma. Kriteria diagnosis penyakit paru obstruksi menahun adanya riwayat merokok, batuk kronis
dan produktif (terutama pada bronkitis kronik) serta dispenia (pada emfisema), ronki, penurunan
itensitas suara napas, dan ekspirasi diperpanjang pada latihan.
B. Bronkhitis Kronis
Bronkitis kronis merupakan suatu inflamasi (peradangan) bronkus yang terus- menurus dengan
ditandai batuk kronis yang disertai pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus.
a.

Etiologi
Biasanya bronchitis kronis terjadi karena merokok, polusi udara maupun infeksi. Induvidu yang
merokok akan mempunyai kemungkinan lebih besar terkena bronchitis kronis dari pada yang
tidak merokok. Partikel- partikel yang terkandung dalam rokok yang dihisap akan menyebabkan
iritasi sehingga timbul peradangan pada bronkus dan melakukan aktifitas silia. Aktifitas silia
yang menurun menyebabkan mucus tidak bisa dikeluarkan dan menumpuk, menimbulkan
kerentanan pada pasien untuk mengalami infeksi skunder.
Polusi bahan- bahan di udara yang sering menimbulkan bronchitis adalah sulfir dioksida,
nitrogen dioksida dan ozon. Polusi udara yang terus menerus akan memperlambat aktifitas silia
dan fagositosis, sehingga timbunan mucus meningkat sedangkan mekanisme pertahananya
sendiri melemah. Data epidemiologi menunjakan peningkatan angka kesakitan untuk penyakit
paru- paru di wilayah dengan polusi udara yang tinggi. Selain itu factor resiko akibat tepapar
polusi udara pada lingkungan pekerjaan seperti pabrik kapas, jerami, debu jerami, atau bahanbahan kimia (ammonia, asam kuat, chlorine, hydrogen sulfide, sulfur dioksida, bromine).
Bronchitis akibat terpapar lingkungan kerja ini biasanya akan menghilang apabila indvidu
tersebut sudah tidak terpapar lagi.
Bronchitis kronis juga bisa berawal dari infeksi bronchitis akut yang berulang, seperti pada masa
anak- anak sering terserang infeksi saluran napas, maka ada kecenderungan akan berkembang
menjadi bronkitiskronis di kemudian hari. Beberapa organisme yang ditemukan pada sputum
pasien penderita bronkitisbronkitis kronis antara lain : Haemophilus Influenze dan Streptococcus
pneumonia.

b. Gejala / tanda

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Gejala klinis yang bisa muncul pada bronchitis kronis adalah sianosis, batuk disertai produksi
sputum berlebihan, hiperinflasi ringan, hiperkapnia dan hipoksemia berat. dahak makin banyak
dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai
batuk darah, sesak napas, yang bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas. Adakalanya
terdengar suara mengi (ngik- ngik) dan pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi)
terdengar suara krok- krok trutama pada saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan ada
dahak di saluran napas.
c. Patofisiologi
Secara patofisiologis pada bronckitis kronis terjadi penebalan dan kekakuan kelenjar mukosa
bronkus akibat dari vasodilatsi, bendungan dan edema mukosa bronkus. Terjadi peningkatan
jumlah dan ukuran sel- sel goblet, dengan infiltrasi sel- sel radang (leukosit, makrofag dan
leukosit polimorfonuklear). Pembentukan mucus yang berlebihan menimbulkan gajala yang khas
yaitu batuk yang produktif. Keadaan kronis dari gejala batuk produktif ini akan merusak
bronkioli dan akan terjadi pelebaran pada dindingnya. Penderita bronchitis kronis rentan
terhadap infeksi karena ketidakmampuan mereka untuk membersihkan mucus yang berlebihan
pada percabangan bronkus. Bakteri berpoliferasi dalam secret mucus dalam llumen bronki.
Organisme infeksius yang paling ditemukan adalah Strepkokus Pneumonia dan Haemophilus
Influene.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Ronsen dada : peningkatan bronkhovaskuler
TLC : meningkatkan pada BK tahap lanjut
Volume residu : meningkat
FVE /FVC : rasio volume ekspiratori kuat terhadap kapasitas vital menurun
AGD : memperkirakan progresi proses penyakit kronis. PaO 2 menurun dan PaCO2 normal atau
meningkat
Bronkhogram : tampak duktus mukosa membesar
EKG : disritma atrium , gelombang P tinggi,memuncak pada lead II, III, AVF.
e.

Penatalaksanaan Medis
Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik , radiograf dada, uji funsi pulmonary dan analisis
gas darah. Pemeriksaan ini mencerminkan sifat progresif dari penyakit. Pengobatan terbaik untuk
BK adalah pencegahan, karena perubahan patologis yang terjadi pada penyakit ini bersifat tidak
dapat pulih (irrevesible). Ketika induvidu mencari bantuan medis untuk mengatasi gejala,

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

kerusakan jalan napas sudah terjadi semakin besar. Jika induvidu berhenti merokok, progresi
penyakit dapat di tahan .jika merokok dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko BK sangat
menurun dan pada akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok.
Bronchodilator , ekspektoran , dan terapi fisik dada diterapkan sesuai yang dibutuhkan.
Penyuluhan kesehatan untuk induvidu tersebut konseling nutrisi, hygiene, respiratori, pengenalan
tanda-tanda dini infeksi, dan teknik yang meredakan dispenia, seperti bernapas dengan bibir yang
di monyongkan, beberapa induvidu mendapat terapi antibiotic profilaktik, terutama selama
musim dingin.
C. Asma Bronkiale
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu
penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubahubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
a.

Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma

bronkhial.
1) Faktor predisposisi
a) Genetik
Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
2)
a)
(1)
(2)
(3)
b)

diturunkan.
Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan.
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
ex: perhiasan, logam dan jam tangan.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
d) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
b. Gejala / Tanda
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada
saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai
bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal . Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari.
c.

Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig
E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas
yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2) Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.

e.

Terapi Medis
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

1)

Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan, Menghindari faktor pencetus,

Pemberian cairan, Fisiotherapy, Beri O2 bila perlu.


2) Pengobatan farmakologik :
o Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
o Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
o Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
D. Emfisema
Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus
atau perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar.
a.

Etiologi
Penyebab emfisema tidak diketahui, namun demikian bukti menunjukkan bahwa adanya
keterlibatan dari protease yang dilepaskan oleh leukosit polimorfonukleus atau makrofag
alveolar terhadap pengrusakan jaringan ikat paru-paru. Selain itu bronkhitis kronis yang
berkaitan dengan merokok mengisap asap rokok/debu dan pengaruh usia

b. Gejala / tanda
1)
2)
3)
4)
5)

Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis


Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk
Bibir tampak kebiruan
Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun

6) Batuk menahun.
c.

Patofisiologi
Penyempitan saluran nafas terjadi pada emfisema paru. Yaitu penyempitan saluran nafas ini
disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Penyebab dari elastisitas yang berkurang yaitu
defiensi Alfa 1-anti tripsin. Dimana AAT merupakan suatu protein yang menetralkan enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan paru. Dengan
demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan pada enzim proteolitik. Didalam
paru terdapat keseimbangan paru antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak
terjadi kerusakan1.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Perubahan keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru. Arsitektur paru akan
berubah dan timbul emfisema.Sumber anti elastase yang penting adalah pankreas. Asap rokok,
polusi, dan infeksi ini menyebabkan elastase bertambah banyak. Sedang aktifitas system anti
elastase menurun yaitu system alfa- 1 protease inhibator terutama enzim alfa -1 anti tripsin (alfa
-1 globulin). Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan anti elastase dan akan
terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan menimbulkan emfisema. Sedangkan pada paru-paru
normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru keluar yaitu yang
disebabkan tekanan intra pleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik
jaringan paru kedalam yaitu elastisitas paru1.
Pada pasien emfisema saluran nafas tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup.
Cepatnya saluran nafas menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi
dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung pada kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan
ventilasi kurang/tidak ada akan tetapi perfusi baik sehingga penyebaran udara pernafasan
maupun aliran darah ke alveoli tidak sama dan merata. Sehingga timbul hipoksia dan sesak
nafas.
d. Pemeriksaan diagnostic
1) Rosen dada : menunjukkan hiperinflasi paru, pendataran diafragma, peningkatan ruang udara
2)

retrosternal; menurunan making vaskular/bullae.


Uji fungsi paru : lihat pada asma; TCL menurun, kapasitas inspiratori menurun, dan volume

residual meningkat.
3) AGD : menurun, normal atau meningkat, pH normal atau asidosis, respiratori alkalosis ringan
sekunder akibat hiperventilasi.
4) Bronkhogram : menunjukkan dilatasi silindris bronkhi pada saat inspirasi, kolaps bronkhial pada
saat ekspirasi kuat.
5) HSD dan hitung banding : Hb meningkat pada emfisema lanjut.
6) Kimia darah : pemeriksaan antitripsin dilakukan untuk memastikan defisiensi dan diagnosis
emfisema primer.
7) EKG : lihat BK, aksis QRS vertikal.
8) EKG saat latihan fisik, tes stres : membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi pulmonal,
mengevaluasi keefektifan terapi bronkhodilator, merencanakan atau mengevaluasi program
latihan.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

BAB 1V
KONSEP DASAR PADA PASIEN ISPA
A. Pengertian
ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli saluran bawah, termasuk jaringan adreksya seperti
sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002).
Pengertian lain dari ISPA adalah sebagai berikut menurut Nelson,1999. ISPA adalah infeksi yang
terutama mengenai struktur saluran diatas Laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulant berurutan.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah Infeksi Saluran Pernafasan yang berlangsung
dalam jangka waktu sampai dengan 14 hari. Yang dimaksud saluran pernapasan adalah organ
dari hidung sampai alveoli beserta organ-organ adreksanya, misalnya sinus, ruang telinga tengah,
pleura.
B. Tanda / gejala
Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit ISPA dibagi berdasarkan jenis
dan derajat keparahanya yang digolongkan dalam 2 kelompok umur yaitu : bayi umur kurang
a.

dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan umur 5 tahun.


Bayi umur kurang 2 bulan

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Untuk bayi umur kurang dari 2 bulan, tanda dan gejala penyakit ISPA digolongkan menjadi dua
klasifikasi penyakit: Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas
sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe care indrowing), dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet. Klasifikasi yang kedua yaitu bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak
ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat umur 2 bulan sampai
umur <12 bulan, kurang 50 kali permenit > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali
permenit, kadang disertai demam.
b. Anak umur 2 bulan sampai umur 5 tahun
Tanda dan gejala ISPA untuk anak yang berumur 2 bulan sampai 5 tahun digolongkan menjadi 3

klasifikasi penyakit yaitu :


Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas sesak/penarikan dinding
dada sebelah bawah kedalam (severe care indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti

karet.
Pneumonia : berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas,
bersama dengan peningkatan frekwensi nafas) perkusi pekak, fremitur melemah, suara nafas
melemah dan ronki.

Bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak
ada nafas cepat umur 2 bulan sampai <12 bulan kurang 50 kali permenit, > umur 1 tahun sampai
5 tahun kurang 40 kali, kadang disertai demam.

C. Penyebab
Beberapa faktor yang dapat mepengaruhi terjadinya ISPA terutama pada keluarga yaitu meliputi
kuman penyebab, keadaan lingkungan, kondisi keadaan sosial ekonomi, gizi (nutrisi), imunisasi
dan perilaku keluarga.
a.

Kuman Penyebab
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
adalah antara lain : dari genus sterptokokus stalikokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korenobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan mikrovirus, adenovirus,

koronarius, pikornavirus, mikoplasma herpes virus dan lain-lain.


b. Keadaan lingkungan
Pemukiman dapat menjadi reservoir penyakit bagi keseluruhan lingkungan, pemeliharaan
rumahpun dapat mempengaruhi penghuninya. Segala fasilitas yang disediakan, apabila tidak
dipelihara dengan baik akan menyebabkan terjadinya penyakit. Contoh : lantai yang sering kali
tidak dibersihkan, banyak mengandung debu dan tanah yang berasal dari berbagai tempat yang

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

mengandung bakteri atau pun zat-zat yang menimbulkan alergi. Selain itu dari segi kesehatan
kepadatan penghuni juga sangat bermakna pengaruhnya, karena sebetulnya kepadatan sangat
menentukan insidensi penyakit maupun kematian dimana penyakit menular masih banyak sekali
terdapat penyakit pernafasan dan semua penyakit yang menyebar lewat udara menjadi mudah
sekali menular. Kemudian asap dari dapur maupun dari udara kotor diluar rumah juga
menentukan terjadinya penyakit saluran pernafasan.
Berkaitan dengan bagian-bagian rumah, ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
oksigen yang diperlukan penghuni rumah tersebut terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah, yang berarti kadar karbondioksida yang
bersifat rawan bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi
akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik. Kelembaban ini akan menjadi baik
bagi patogen-patogen (bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari pada ventilasi udara adalah
masuknya cahaya matahari pada ruangan dan bakteri-bakteri terutama bakteri patogen mati
karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara
akan selalu mengalir. Rumah yang sehat juga memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya udara yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya
matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteribakteri pathogen di dalam rumah. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup, untuk
penghuni di dalamnya artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan penghuninya akan
menyebabkan penjubelan (over croweded ). Hal ini tidak sehat sebab di samping menyebabkan
kurangnya oksigen juga bila salah satu keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
c.

kepada anggota keluarga.


Kondisi keadaan sosial ekonomi
Dengan adanya alasan keadaan ekonomi yang kurang akan menyebabkan menurunya
kemampuan menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat, serta kurangnya untuk memenuhi
hidup sehat mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap berbagai serangan
penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA

pada balita (Depkes RI, 2002).


d. Gizi (nutrisi)

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit
infeksi, tetapi sebaliknya berkurangnya gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit
penyakit infeksi
(Notoatmojo, 1997).
e. Imunisasi
Upaya pencegahan merupakan komponen strategi dalam pemberantasan pneumonia pada anak
terdiri atas pencegahan melalui upaya imunisasi dan pencegahan non imunisasi. Progam
pengembangan imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah
dilaksanakan pemerintah selama dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia.
Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertussis difteria bisa juga menyebabkan pneumonia,
f.

merupakan penyakit penyerta terjadi pneumonia balita (Ngastiyah, 1998).


Perilaku keluarga
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama dalam pencegahan penyakit ISPA.
Perilaku yang sehat dan bersih sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan pendidikan
keluarga. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan pada keluarga akan berpengaruh
positif terhadap meningkatnya pemahaman masyarakat dan keluarga dalam menjaga kesehatan
bayi dan balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat
dan lingkungan sehat.

D. Patofisiologis
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
a) Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
b) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi
bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
c) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya
dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan
tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia,
makrofag alveoli, dan antibodi.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa
dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 %ataulebih). Makrofag banyak
terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat
menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alcohol akan menurunkan
mobilitas.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di
mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti
yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini
seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap
jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik
virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
F. Penatalaksanaan Medis
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan
turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit
ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk
pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA
meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
a.

Pencegahan dapat dilakukan dengan :


Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.


b. Pengobatan antara lain :
Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin

dll.
Antibiotik.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COPD
A. PENGKAJIAN DATA
a.

Pengumpulan Data

1. Biodata

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

a)

Indentitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
bangsa, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor medrek, diagnosa medis dan
alamat.

b) Identitas penanggung jawab,meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik
adalah klien mengatakan kesulitan bernapas.
b) Riwayat keluhan utama, mengggambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan pertama kali
dirasakan hingga saat dilakukan pengkajian dan menggunakan analisa simptom metode PQRST.
Paliative : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik yang memperberat keluhan yaitu pada
saat melakukan aktifitas dan berbaring seperti bangun dari tidur dan yang meringankan keluhan
yaitu baring dengan posisi semi Fowler.
Qualitatif / Quantitove : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik biasanya keluhan
dirasakan hilang timbul. Kualitas sesak yang dirasakan pada umumnya sedang atau tergantung
berat penyakit serta seberapa parah infeksi yang terjadi.
Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya. Pada penderita penyakit paru obstruksi
kronik keluhan dirasakan pada daerah dada.
Skala : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik sangat menggangu aktifitas kesehariannya
dimana pernapasannya lebih dari 24 kali per menit.
Timing : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada saat melakukan
aktifitas.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu, untuk mendapatkan informas mengenai masalah pasiennya, adanya
riwayat hipertensi, diabetes mellitus, atau penyakit jantung akibat kebiasaan merokok, minum
alkohol, riwayat penggunaan obat.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga, pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter,
yaitu adanya keluarga yang mempunyai riwayat asma, hipertensi, penyakit jantung, dan biasanya
di gambarkan dengan genogram 3 generasi.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

b. Klasifikasi Data
1. Data Subyektif :
- Klien mengatakan sesak napas
- Klien mengatakan batuknya berdahak
- Klien mengatakan berat badannya menurun
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
2. Data Obyektif :
- Suara paru ronkhi disebelah dada kanan
- Klien nampak batuk berdahak
- Frekuensi napas cepat
- Klien nampak batuk
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Badan tampak kurus
-

Berat badan menurun

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. BERSIHKAN JALAN NAPAS TAK EFEKTIF
Dapat dihubungkan dengan :

Kemungkinan di buktikan dengan :

Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi


pasien akan :

Bronkopasme.
Peningkatan produksi secret, sekresi
tertahan, tebal dan sekresi kental.
Penurunan energy/ kelemahan.
Pernyataan kesulitan bernapas
Perubahan kedalaman/ kecepatan
pernapasan
Baunyi napas tak normal mis. Mengi, ronki
Batuk menetap, dengan/ tanpa sputum.
Mempertahankan jalan napas paten dengan
bunyi napas bersih /jelas
Menunjukan perilaku untuk memperbaiki
bersih jalan napas, mis. batuk effektif dan
mengeluarkan sekret.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

Tindakan / Iintervensi :

1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi


napas, mis., mengi, ronki, krekels.
2. Kaji / pantau frekuensi pernapasan. Catat
rasio inspirasi/ ekspirasi.
3. Catat adanya derajat dispenia, mis., keluhan
lapar udara, gelisah, distress pernapasan,.
4. Kaji pasien untuk posisi nyaman
mis.,peninggian kepala tempat tidur.
5. Pertahankan untuk polusi lingkungan
minimum, mis., debu, asap.
6. Dorong/ bantu latihan napas abdomen atau
bibir.
7. Observasi karakteristik batuk, mis.,
menetap, batuk pendek, basah. Bantu
tindakan untuk memperbaikikeefektifan
upaa batuk.
8. Tingkatkan masuka cairan sampai
3000ml/hari sesuai tolerasi jantung.

2. PERTUKARAN GAS, KERUSAKAN


Dapat dihubungkan dengan :
Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
napasoleh sekresi, spasme bronkus,
jebakan udara).
Kerusakan alveoli.
Kemungkinan di buktikan dengan :
Dispenia
Bingung, gelisah
Ketidakmampuaan membuang secret.
Nilai GDA tak normal (hipoksia, dan
hipekapnia)
Perubahan tanda vital
Penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi
Menunjukan perbaikan ventilasi dan
pasien akan :
oksigenisasi jaringan adekuat dengan
GDA dalamrentang normal dan bebas
dari gejalan distress penapasan.
Berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam tingkat kemampan/
situasi.
Tindakan / Iintervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.
Catat penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara.
2. Tinggikan kepala tempat tidu, bantu

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

pasien untukmemilih posisiyang mudah


untuk bernapas.
Kaji/awasi kulit dan warna membrane
mukosa.
Dorong mengeluarkan sputum,
penghisapan bila diperlukan.
Auskultasi bunyi napas, catat area
penurunan aliran udara.
Palpasi fremitus.
Awasi tingkat kesadaran / status
mental.seliiki adanya perubahan.
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Berikan ligkungan yang tenang dan
kalem.
Awasi tanda vital dan irama jantung.

3. NUTRISI, PERUBAHAN, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH


Dapat dihubungkan dengan :
Dispenia
Kelemahan
Efek samping obat
Produksi sputum
Anoreksia, muntah/mual
Kemungkinan di buktikan dengan :
Penurunan berat badan
Kehilangan masa otot, tonus otot buruk.
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecapan
Keengganan untuk makan, kurang tertarik
untuk makan.
Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi
Menunjukan peningkatan berat badan
pasien akan :
menuju tujuan yang tepat.
Menunjukan perilaku/perubahan pola
hidup untuk meningkatkan berat yang
tepat.
Tindakan / Iintervensi :
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan
saat ini catat derajat kesulitan makan.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Berikan perawatan oral sering, buang
secret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tisu.
4. Dorong periode istirahat selama 1 jam
sebelum dan sesudah makan. Beri makan
porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makan penghasilgas dan minum
berkarbonat.

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

6. Hindari makan yang sangat panas dan


sangat dingin
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
4. INFEKSI RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor resiko meliputi :
Tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja sillia, menetapnya
sekresi)
Tidak adekuatnya imunnitas (kerusakan
jariingan, peningkatan pemajanan pada
lingkungan)
Proses penyakit kronis
Malnutrisi.
Kemungkinan di buktikan dengan :
(tidak dapat di trapkan adnya tanda- tanda
dan gejala- gejala membuat diagnose
actual).
Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi
Menyatakan pemahaman penyebab factor
pasien akan :
resiko induvidu
Mengedentifikasi intervensi untuk
mencegah menurunkan resiko infeksi
Menunjukan teknik perubahan pola hidup
untuk meningkatkan lingkungan yang
aman.
Tindakan / Iintervensi :
1. Awasi suhu
2. Kaji pentngnya latihan napas, batuk
effektif, prubahan posisi sering dan
masukan cairn adekuat.
3. Observasi warna, krakter, bau sputum
4. Tunjukan dan bantu pasien tentang
pembuangan tisu dan sputum. Tekankan
cuci tangan yang benar (perawat dan
pasien) dan pengenaan sarung tangan bila
memegang/ membuang tisu wadah
sputum.
5. Awasi pengunjung berikan masker sesuai
indikasi.
6. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat
7. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi
adekuat.

5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KONDISI

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

ATAU TINDAKAN
Dapat dihubungkan dengan :
Kurang informasi/ tidak mengenal sumber
informasi
Salah mengerti tentang informasi
Kurang mengingat/ keterbatasan kognitif.
Kemungkinan di buktikan dengan :
Pertanyaan tentang informasi
Pernyataan masalah/ kesalahan konsep.
Tidak akurat mengikuti instruksi.
Terjadinya komplikasi dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan kriteria evaluasi
Menyatakan pemahaman kondisi/proses
pasien akan :
penyakit dn tindakan
Mengedintifikasi hubungan tanda/ gejala
yanga ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan factor penyebab.
Melakukan perubahan pola hidup dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Tindakan / Iintervensi :
1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses
penyakit induvidu. Dorong pasien/orang
terdekat untuk menanyakan pertanyaan.
2. Intruksikan / kuatkan rasionaluntuk
latihan napas, batuk efektif, dan latihan
kondisi napas dalam.
3. Diskusikan obat pernapasan, efek
samping,dan reaksi yang tidak diinginkan.
4. Tunjukan teknik penggunaan inhaler.
5. Diskusikan pentingnya menghindari orang
yang sednga infeksi pernapasan aktif.
6. Kaji efektif bahaya ,merokok dan
merokok nasehatkan menhentikan rokok
pada pasien dan orang yang terdekat.
C. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien.
D. EVALUASI
Keberhasilan penatalaksanaan keperawatan tercermn pada hasil yang diharapkan dan tujuan
klien. Bandingkan perilaku klien dengan hasil yang diharapkan dan tujuan klien yang telah di
tetapkan sebelumnya. Ketidakberhasilan dalam pencapaian hasil dan tujuan klien mengindikasi
diperlukannya modifikasi pendekatan yang digunakan dengan melakukan pengkajian kembali

http://blogahsana.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html

kondisi klien, merivisi diagnosa keperawatan, dan menyesuaikan tindakan keperawatan yang
dipilih.

Anda mungkin juga menyukai