Disusun oleh:
Jamila (7319014)
JOMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke-hadirat allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “Asuhan Keperawatan Asma” dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok keperawatan medikal bedah.
Dengan segala kerendahan hati penulis selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang
serupa di masa yang akan datang.
Demikian, semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat, selebihnya
mohon maaf yang sebenar-benarnya.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori Asma?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada asma?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui tinjauan teori asma.
2. Mampumengetahui asuhan keperawatan pada asma.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................3
B. Tujuan................................................................................................................6
C. Sistematika Penulisan........................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................8
A. Pengertian..........................................................................................................8
B. Anatomi Fisiologi Paru.....................................................................................8
C. Etiologi............................................................................................................12
D. Patofisiologi.....................................................................................................14
E. Patoflowdiagram.............................................................................................16
F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)............................................................16
G. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................17
H. Penatalaksanaan Medis....................................................................................18
I. Komplikasi......................................................................................................18
J. Konsep Asuhan Keperawatan Asma...............................................................18
1. Pengkajian....................................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................21
3. Intervensi.....................................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN KASUS...........................................................................43
BAB V PENUTUP....................................................................................................44
A. Kesimpulan......................................................................................................44
B. Saran................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel
imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel, serta
stimulant. Inflamasi kronik ini akan menyebabkan penyempitan (obstruksi) saluran napas
yang reversible, membaik secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Gejala yang
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat
bersifat menetap dan menggaggu aktivitas bahkan kegiatan harian sehigga menurunkan
kualitas hidup, salah satu faktor pencetus serangan asma adalah kondisi psikologis klien
Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih
sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini merupakan suatu rantai
yang sulit ditentukan mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat.
Menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma baik pada saat serangan ataupun
saat tidak terjadi serangan sangat penting. Sebab seperti yang telah dijelaskan di atas
maka lingkaran mengenai penyebab dan akibat cemas harus diputus. Dengan demikian
berarti memutus salah satu faktor pencetus asma dan memutus keadaan cemas yang
disebabkan oleh asma. Sehingga dapat memperpendek masa serangan dan memperkecil
frekwensi kekambuhan.
Sedangkan menurut GINA (Global Initiative For Asthma) 2006, Asma didefinisikan
sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,
inflamasi kronik ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan
dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, biasanya bersifat reversibel
Di dunia meliputi di Inggris sekitar 2,5 juta penderita asma bronkiale yang perlu
pengobatan dan pengawasan rutin, 10% anak-anak dan 7% dewasa (Crockett A, 1997).
Di Amerika serikat diperkirakan 9,5 juta penduduk menderita asma, di Jerman 9 juta
penduduk, cemas yang berhubungan dengan sulit bernafas dilaporkan sebagai diagnosa
yang sering di tangani (50% - 74%) (Carpenito, 2000 : 128). Ini merupakan angka yang
cukup besar yang perlu mendapat perhatian dari perawat di dalam merawat klien asma
secara komprehensif bio psiko sosial dan spiritual. Di Jawa Timur menurut penelitian
Amin Muhammad (2000) dilaporkan terdapat 13,5% dari 6144 responden menunjukkan
gejala asma.
Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai
180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi
Pada tahun 2009 jumlah jumlah penderita asma pada lansia di Puskesmas
gastritis, hipertensi. Sedangkan pada tahun 2010 di bulan Januari sampai sekarang
komplikasi seperti gagal nafas, hipoksemia, yang dapat menyebabkan kematian, serta
harus melibatkan beberapa elemen seperti individu, keluarga dan perawat. Maka
kepada individu dan keluarga tentang asma agar mampu meningkatkan pengetahuan,
kemampuan serta kemauan dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga. Lima tugas
tersebut yaitu, mengenal masalah asma, memutuskan pengobatan yang baik, merawat
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama pada malam dan atau dini hari
yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. (Depkes RI,
2009)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smeltzer, Suzanne, 2002)
(Sumber : Watson.R. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta,2002.
Hal 303)
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak
di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru memanjang
mulai dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan
puncak di sebelah atas dan alas di sebelah bawah. Diantara paru-paru mediastinum, yang
dengan sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di
dalam mediastinum terdapat jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus,
dustuk torasik dan kelenjar timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru
sebelah kiri mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus
superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru
sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik
dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh
suatu fisura horisontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya
sama lain oleh sebuah dinding jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu
vena. Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobulus (Snell,
R. 2006).
Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu melakukan pertukaran udara
(ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru
Secara anatomi, fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi
(pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pernapasan
dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali
1. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli.
Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih
adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun
dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel-sel.
Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :
dalam paru-paru.
Untuk melakukan tugas pertukaran udara, organ pernapasan disusun oleh beberapa
1. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer
2. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.
4. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ pernapasan
dalam melakukan tugasnya dibantu oleh sistem kardiovaskuler dan sistem saraf
pusat. Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai
sebagai media transportasi O2 dan CO2 sistem saraf pusat berperan sebagai
Dalam mekanika pernapasan terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam
1. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan
(ekuilibrium).
Sebelum inspirasi terlihat otot-otot pernapasan relaks dan besar tekanan intra-
alveolus sama dengan tekanan atmosfer. Pusat irama dasar pernapasan (dorsal respiratory
dari I neuron I-DRG melalui n.phrenicus ke otot- otot inspirasi dan ke neuron E-VRG
(Sherwood,L. 2011).
intrapleura dan atmosfer) menurun → dinding dada menekan jaringan paru → tekanan
inhibisi. Ekspirasi tenang tidak melibatkan otot-otot ekspirasi. Ekspirasi aktif melibatkan
C. Etiologi
Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka,
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini
menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus
alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti
2. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik
atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo
bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
4. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi
untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
5. Perubahan cuaca
D. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme
otot polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul intra minimal,
sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkan pertambahan resistensi jalan
udara yang merendahkan volume ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat
elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi
menyebabkan perbedaan suatu bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas terutama penurunan
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah mengalami
adalah bronkapasme, pembentukan mukus edema dan obstruksi aliran udara (Amin
2013:47)
E. Patoflowdiagram
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan
mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya sebagai
2. Gelisah
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
8. Sionss sekunder
tekanan nadi.
10. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang
secara spontan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
cabang-cabang bronkus.
2. Pemeriksaan darah
Terdapat aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2 maupun
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma
gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan
H. Penatalaksanaan Medis
1. Edukasi penderita
2. Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara obyektif dengan mengukur fungsi
paru.
I. Komplikasi
3. Bronkitis : Lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru yang masih
mengalami bengkak.
J. Konsep Asuhan Keperawatan Asma
1. Pengkajian
(membaik) oksigen
Terapeutik
Berikan posisi semi
fowler 30-45˚
Pasang oksimetri nadi
Lakukan penghisapan
lendir, jika perlu
Berikan oksigen 6-15
L via sungkup untuk
mempertahankan
SpO₂: > 90%
Pasang jalur intravena
untuk pemberian obat
dan hidrasi
Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
hitung darah lengkap
dan AGD
Edukasi
Anjurkan
meminimalkan ansietas
yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen
Anjurkan bernapas
lambat dan dalam
Ajarkan teknik
pursued-lip breathing
Ajarkan
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu
(mis, debu, bulu
hewan, serbuk bunga,
asap rokok, polutan
udara, suhu lingkungan
ekstreem, alergi
makaan)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator sesuai
indikasi (mis,
albuierol,
metaproterenol)
Kolaborasi pemberian
obat tambahan jika
tidak responsif dengan
bronkodilator (mis,
prednisolone,
methypredsole,
aminophyline)
3. Pola napas tidak Pola napas ekspektasi Pemantauan respirasi
efektif membaik tindakan
Dispnea 5 (menurun) Observasi
Penggunaan otot bantu Monitor frekuensi,
napas 5 (menurun) irama, kedalaman, dan
Ortopnea 5 upaya napas
( menurun) Monitor pola napas
Pernapasan cuping (seperti, bradipnea,
hidung 5 ( menurun) takipnea,
hiperventilasi,
Frekuensi napas 5 kussmaul, cheyne-
(membaik) stokes, biot, ataksik)
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor nilai AGD
Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4. Gangguan Integritas kulit/jaringan Perawatan integritas kulit
integritas ekspektasi meningkat Tindakan
kulit/jaringan Kerusakan lapisan Observasi
kulit 5 (menurun) Identifikasi penyebab
Nyeri 5 (menurun) gangguan integritas
Perdarahan 5 kulit
(menurun) Terapeutik
Kemerahan 5 Gunakan produk
(menurun) berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
Hindari produk kulit
berbahan alkohol pada
kulit kering
Edukasi
Anjurkan
menggunakan
pelembab
Anjurkan meminum
air yang cukup
5. Penurunan curah Curah jatung ekspektasi Manajemen syok obstruktif
jantung meningkat Tindakan
Palpitasi 5 (menurun) Observasi
Takikardia 5 Monitor status
(menurun) kardiopulmonal
Dispnea 5 (menurun) Monitor status
Ortopnea 5 (menurun) oksigenasi
(membaik) Terapeutik
Ciptakan lingkungan
yang tenang
Gunakan pakaian
longgar
Edukasi
Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Demonstrasikan dan
latih Teknik relaksasi
5. implementasi
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana intervensi
yang telah di buat untuk mengatasi masalah Kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien.
6. Evaluasi