Oleh :
Yosi Dwi Saputro
NIM. 130070300011011
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN COPD
1.
Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Nama lain dari COPD adalah Chronic Obstructive Airway Disease dan
Chronic Obstructive Lung Diseases (COLD).
2.
Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
A. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling
sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
B. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik
paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal
bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus. Sesuai dengan definisi
tersebut, maka jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus)
tanpa disertai adanya destruksi jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak
termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Tipe Emfisema
Terdapat tiga tipe dari emfisema :
1. Emfisema centriolobular. Merupakan tipe yang sering muncul, menghasilkan
kerusakan bronchiolus, biasanya pada region paru atas. Inflamasi berkembang
pada bronchiolus tetapi biasanya kantung alveolar tetap bersisa.
2. Emfisema anlobular (panacinar). Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan
biasanya termasuk pada paru bagian bawah. Bentuk ini bersama disebut
centriacinar emfisema, timbul sangat sering pada seorang perokok.
3. Emfisema paraseptal. Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang
mengakibatkan isolasi dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal emfisema
dipercaya sebagai sebab dari pneumothorax spontan. Panacinar timbul pada
orang tua dan klien dengan defisiensi enzim alpha-antitripsin. Pada keadaan
lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner, seringkali Cor Pulmonal
(CHF bagian kanan) timbul.
3.
Patofisiologi
Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga mempengaruhi
semua sistem tubuh yang artinya sama juga dengan mempengaruhi gaya hidup
manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan pada alveolar
sehingga bisa mengubah fisiologi pernapasan, kemudian mempengaruhi oksigenasi
tubuh secara keseluruhan.
Patofisiologi Bronchitis Kronik
Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel
goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat.
Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk
fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting
dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Klien kemudian menjadi lebih
rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai
akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin
terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan
bronkiektasis.
Patofisiologi Emfisema
Emfisema merupakan kelainan dimana terjadinya kerusakan pada dinding
alveolar, yang mana akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara.
Perjalanan udara terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi
pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) diantara
alveoli, kollaps jalan napas sebagian dan kehilangan elastisitas recoil.
Pada saat alveoli dan septa kollaps, udara akan tertahan diantara ruang
alveolar (disebut blebs) dan diantara parenkim paru (disebut bullae). Proses ini akan
menyebabkan peningkatan ventilatory pada dead space atau area yang tidak
mengalami pertukaran gas atau darah. Kerja napas meningkat dikarenakan
terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan
karbon dioksida.
Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru, lebih lanjut terjadi
penurunan perfusi oksigen dan penurunan ventilasi. Pada beberapa tingkat
emfisema dianggap normal sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada awal
kehidupan (usia muda), biasanya berhubungan dengan bronchitis kronis dan
merokok.
5.
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok,
adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan
sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Batuk kronik adalah
batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang
diberikan. Kadang-kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa
disertai batuk. Selain itu, Sesak napas merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien
terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi
dengan sesak napas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak
dikeluhkan. Untuk menilai kuantitas sesak napas terhadap kualitas hidup digunakan
ukuran sesak napas sesuai skala sesak menurut British Medical Research Council
(MRC) (Tabel 2.1) (GOLD, 2009).
1
2
3
4
Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau
hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan.
Bisa juga disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak napas waktu bekerja dan
bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak napas akan dirasakan pada saat
melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian
dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan,
karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga
penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.
Pada stadium akhir dari penyakit, sesak napas yang berat timbul bahkan pada saat
istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernapasan akut.
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah malfungsi
kronis pada sistem pernapasan yang manifestasi awalnya adalah ditandai dengan
batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari. Napas
pendek sedang yang berkembang menjadi napas pendek akut. Batuk dan produksi
dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang
disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya, klien akan sering
mengalami infeksi pernapasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastis,
sehingga pada akhirnya klien tersebut tidak akan mampu secara maksimal
melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung jawab
pekerjaannya. Klien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, klien PPOK banyak yang mengalami
penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan
karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh,
kehilangan selera makan,penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak
cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Klien PPOK, lebih membutuhkan
banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernapasan.
Derajat Keparahan COPD
Tingkat
0
beresiko
I
ringan
II
sedang
III
berat
IV
sangat berat
6.
Pemeriksaan Fisik
Kondisi fisik yang bisa dijumpai pada klien dengan PPOK, bisa meliputi dyspnea,
warna kulit pucat, pernapasan mulut yang dangkal dan cepat, dan bernapas
menggunakan otot assesori atau tambahan.
PPOK menyebabkan peningkatan diameter anterior-posterior dada sehingga dada
tampak mengembung seperti tong. Karena mengalami kesulitan dalam menghirup
udara, maka klien memiliki fase ekspirasi yang diperpanjang (lebih dari empat detik).
Tes fungsi paru digunakan untuk mendiagnosa PPOK.
Ciri-ciri khusus klien yang menderita PPOK adalah mengalami penurunan aliran
udara ekspirasi. Pemerikasaan Sinar X di dada tidak digunakan untuk mendiagnosa
PPOK tahap awal karena studi radiografik biasanya normal dalam tahap yang masih
awal. Bersamaan dengan makin memburuknya kondisi klien, maka dengan bantuan
sinar X, akan tampak diafragma yang makin mendatar dan gambaran lusens semakin
meningkat.
Pada PPOK yang ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan
fisik, kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop. Suara pernapasan pada stetoskop juga terdengar lebih keras. Biasanya foto
dada juga normal. Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan untuk
Pemeriksaan Penunjang
a.
PPOK Sedang
Gejala Klinis
Spirometri
normal spirometri)
derajat sesak 2
-Dengan atau tanpa batuk
prediksi
PPOK Berat
PPOK Sangat
-VEP1/KVP <70%
Berat
napas kronik
8.
Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah :
Mobilisasi dahak.
Ditujukan untuk mengurangi keluhan, batuk-batuk, ekspektorasi, sesak dengan cara
memberikan
obat-obat
yang
memudahkan
pengeluaran
sputum
dan
yang
cukup
banyak
efek
sampng
dibandingkan
aerosol
yang
sering
Kortikosteroid.
Manfaat kortikosteroid masih dalam perdebatan pada pengobatan terhadap obstruksi
jalan napas pada PPOK namun mengingat banyak penderita bronkitis yang juga
menunjukkan gejala, seperti asma disertai hipertrofi otot polos bronkus. Snider,
menganjurkan percobaan dengan obat steroid oral dapat dilakukan pada setiap
penderita PPOK terutama dengan obstruksi yang berat apabila menunjukkan tandatanda sebagai berikut : Riwayat sesak dan wheezing yang berubah-ubah, baik
spontan maupun setelah pengobatan. Riwayat adanya atopi, sendiri maupun
keluarga, polip hidung, respon terhadap volume ekspirasi paksa satu detik pada
spirometri lebih dari 25% setelah uji bronkodilator. Eosinofil perifer lebih dari 5%.
Eosinofil sputum lebih dari 10%.
Prednison
diberikan
dalam
dosis
30
mg
selama
sampai
minggu.
yang
efektif
terhadap
eksaserbasi
infeksi
ampicillin,
tetracyclin,
karena efek toksis mudah terjadi akibat hipoksemia dan gangguan elektrolit.
kemampuan
fisik
penderita
ketingkat
yang
optimal.
Patofisiologi
Polusi bahan iritan (asap) atau rokok, riwayat kesehatan (ISPA)
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
PPOK
Bronkiolus menyempit dan tersumbat
Napas pendek
Obstruktif alveoli
Penurunan BB drastis
Ketidakseimbangan
Alveoli mengalami
Infeksi
Resiko infeksi
Kolaps
ADL dibantu
Intoleransi aktivitas
sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis kronis)
Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini meskipun
hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar,
lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi sepanjang area paru
pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan
Gejala :
Hubungan ketergantungan
Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress
pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.
Diagnosa keperawatan
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik
antara lain :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan kontriksi bronkus
peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
3. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi
sputum.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi
sputum berlebih.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas tidak
efektif.
b.
Rencana Intervensi
Dari diagnosa di atas dapat di susun perencanaan sebagai berikut :
Diagnosa 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kontriksi
bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi
bronkopulmonal.
Tujuan
Setelah
Kreteria hasil
Frekuensi napas
dilakukan
normal (16-
ASKEP selama
20x/menit)
Intervensi
Mandiri
Auskultasi bunyi
napas. Catat adanya
Rasional
Beberapa derajat
spasme bronkus
1x24
jam
diharapkan
bersihan
nafas
jalan
kembali
Tidak sesak
Tidak ada
sputum
Batuk berkurang
terjadi dengan
efektif
Kaji/pantau frekuensi
pernapasan. Catat
rasio
inspirasi/ekspirasi.
Peninggian kepala
tempat tidur
mempermudah fungsi
mis., peninggian
pernapsan dengan
menggunakan
duduk
graviatsi. Namun
padasandaran
pasien dengan
tempat tidur.
Pertahankan posisi
lingkungan
episode akut.
minimum, mis.,
debu, asap, dan ulu
bantal yang
berhubungan
dengan kondisi
individu.
Memberikan pasien
beberapa cara untuk
Dorong/bantu latihan
mengatasi dan
napas abdomen
mengontrol dispnea
atau bibir
dan menurunkan
jebakan udara.
khususnya bila
Observasi
karakteristik batuk,
akut, atau
kelemahan. Batuk
pendek, basah.
memperbaiki
keefektifan upaya
batuk.
Hidrasi memebantu
menurunkan
Tingkatkan masukan
kekentalan sekret,
cairan sampai
mempermudah
3000ml/hari sesuai
pengeluaran.
toleransi jantung.
Pengguanaan cairan
hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus. Cairan
selama makan dapat
meningkatkan
distensi gaster dan
tekanan pada
diafragma.
Kolaborasi
indikasi.
kongesti lokal,
Bronkodilator,
-agonis:
menurunkan spasme
mis.,
epinefrin
(Adrenalin,
Vaponefrin); albuterol
( Proventil, Ventolin);
terbutalin
(Brethine,
Brethaire);
isoetarin
inhalasi.
Menurunkan edema
(Brokosol,
Bronkometer);
Xantin,
juga menurunkan
mis.aminofilin,
oxtrifilin, teofilin.
meningkatkan
kontraktilitas
diafragma.
Kromolin
(intal),
flunisolida (Aerobid)
Menurunkan inflamasi
jalan napas lokal dan
edema dengan
menghambat efek
histamin dan mediator
lain
digunakan untuk
metilprednisolon
mencegah reaksi
(Medrol);
alergi atau
deksametason
menghambat
(Decadral);
antihistamin
Kortikosteroid
pengeluaran histamin,
mis.
Beklometason,
triamnisolon;
napas, inflasi
pernafasan dan
dispnea
Banyak antimikroba
dan diindikasikan
Antimikrobal;
untuk mengontrol
infeksi
pernapasan/pneumoni
a.
Analgesik,
batuk/antitusif
penekan
mis.,
kodein,
dextrometorfan
DM,
produk
menghemat energi
(Benylin
dan memungkinkan
Comtrex,
Novahistine).
pasien istirahat.
Kelembaban
menurunkan
Berikan humidifikasi
kekentalan sekret
tambahan, mis.,
mempermudah
nebuliser ultranik,
pengeluaran dan
humidifier aerosol
dapat membantu
ruangan
menurunkan/mencega
h pembentukan
mukosa tebal pada
bronkus.
Bantu pengobatan
untuk membuang
pernapasan mis.,
banyaknya
IPPB, fisioterapi
sekresi/kental dan
dada.
memperbaiki ventilasi
pada segmen dasar
paru. Catatan: dapat
meningkatkan spasme
bronkus pada asma.
Awasi/buat grafik
kemajuan/kemunduran
komplikasi.
dilakukan
ASKEP
selama
24jam
diharapkan
tidak
pertukaran
Intervensi
Mandiri
jantung normal
Kaji frekuensi,
Rasional
Berguna dalam
(16-20 x/menit)
Tidak terdapat
kedalaman
evaluasi derajat
pernapasan. Catat
distress pernapasan
disritmia
Melaporkan
penggunaan otot
dan/atau kronisnya
proses penyakit.
penurunan
terjadi
gangguan
Kreteria
Frekuensi
dispnea
Menunjukkan
ketidakmampuan
bicara/berbincang.
gas.
perbaikan dalam
Tinggikan kepala
Pengiriman oksigen
laju aliran
dapat diperbaiki
ekspirasi
untuk bernapas.
napas untuk
menurunkan kolaps
kebutuhan/toleran
tubuh.
Sianosis mungkin
membrane mukosa.
Auskultasi bunyi
penurunan aliran
penurunan aliran
tambahan.
konsolidasi. Adany
mengi
mengindikasikan
spasme bronkus/
tertahannya sekret.
Krekels basah
menyebar
menunjukkan cairan
pada
interstisial/dekompens
asi jantung.
Awasi tingkat
kesadaran/status
mental. Selidiki
adalah manifestasi
adanya perubahan.
berhubungan dengan
hipoksemia.
Evaluasi tingkat
toleransi aktifitas.
Berikan lingkungan
Selama distres
pernapasan berat/
mampu melakukan
tidur/istirahat di kursi
aktifitas sehari-hari
karena hipoksemia
Mungkinkan klien
melakukan aktifitas
diselingi aktivitas
perawatan masih
tingkatkan sesuai
toleransi individu.
pengobatan. Namun,
program latihan
ditunjukkan untuk
meningkatkan
ketahanan dan
kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea
berat, dan dapat
meningkatkan rasa
sehat.
Takikardia, disritmia,
dan perubahan TD
dapat menunjukkan
efek hipoksemia
sistemik pada fungsi
jantung.
Kolaborasi
PaCO2 biasanya
meningkat (bronkitis,
oksimetri
Berikan oksigen
Dapat memperbaiki
atau mencegah
memburuknya
hipoksia. Catatan:
emfisema kronis,
klien.
mengatur pernapasan
klien ditentukan oleh
kadar CO2 dan
mungkin dikeluarkan
dengan peningkatan
PaO2 berlebihan.
Digunakan untuk
mengontrol ansietas/
(mis., antiansietas,
gelisah yang
meningkatkan
dengan hati-hati.
konsumsi
oksigen/kebutuhan,
eksaserbasi dispnea.
Dipantau ketat karena
dapat terjadi gagal
napas.
Bantu intubasi,
Terjadinya/kegagalan
napas yang akan
berikan/pertahankan
datang memerlukan
upaya tindakan
pindahkan ke UPI
penyelamatan hidup.
Kreteria
Melatih
Intervensi
Ajarkan klien
Rasional
Membantu klien
ASKEP selama .
pernapasan bibir
pernapasan
memperpanjang waktu
1x24
jam
dirapatkan dan
diafragmatik dan
ekspirasi. Dengan
diharapkan
pola
diafragmatik
pernapasan bibir
serta
dirapatkan.
napas efektif
menggunakanny
a ketika sesak
napas dan saat
Berikan dorongan
untuk menyelingi
dan efektif.
Memberikan jeda
aktivitas akan
melakukan
aktivitas dengan
memungkinkan klien
aktivitas
Memperlihatkan
periode istirahat.
untuk melakukan
Biarkan klien
tanda-tanda
membuat
berlebih.
penurunan
beberapa
upaya bernapas
keputusan (mandi,
dan membuat
bercukur) tentang
jarak dalam
perawatannya
aktivitas.
Menggunakan
berdasarkan pada
Menguatkan dan
tingkat toleran
mengkondisikan otot-
klien.
Berikan dorongan
otot pernapasan.
seperti yang di
penggunaan
haruskan.
pelatihan otot-otot
pernapasan jika
diharuskan.
Kriteria
Setelah dilakukan
ASKEP
selama
5x24
Intervensi
menunjukkan
perilaku
jam
Mandiri
Kaji kebiasaan
diet, masukan
mempertahankn
diharapkan
masukan
terpenuhinya
adekuat
kebutuhan nutrisi
sesuai kebutuhan.
nutrisi
Catat derajat
kesulitan
Mengidentifikasi
makanan.
kebutuhan nutrisi
Evaluasi berat
individual
Peningkatan
tubuh.
asupan masukan
Rasional
Klien distress
pernapasan akut
sering anoreksia
karena dispnea,
produksi sputum, dan
obat. Selain itu, klien
PPOM mempunyai
kebiasaan makan
buruk, meskipun
dari sepertiga
kegagalan pernapasan
porsi menjadi
membuat status
setengah porsi
hipermetabolik dengan
peningkatan
makan
kebutuhan kalori.
Sebagai akibat klien
sering masuk RS
dengan beberapa
Auskultasi bising
derajat malnutrisi.
usus.
Orang yang
mengaliami emfisema
sering kurus dengan
perototan kurang.
Berikan
(komplikasi umum)
perawatan oral
yang berhubungan
sering , buang
dengan pembatasan
secret, berikan
pemasukan cairan,
wadah khusus
pilihan makanan
buruk, penurunan
dan tisu.
aktivitas dan
Dorong periode
istirahat semalam
dan penampilan
1 jam sebelum
adalah pencegah
dan sesudah
makan. Berikan
sering.
muntah dengan
peningkatan kesulitan
Hindari makanan
penghasil gas
dan minuman
hipoksemia.
Rasa tak enak, bau
napas.
Membantu
menurunkan
karbonat.
kelemahan selama
waktu makan dan
memberikan
Hindari makanan
kesempatan untuk
yang sangat
meningkatkan
panas atau
sangat dingin.
Timbang berat
badan sesuai
yang mengganggu
indikasi
Kolaborasi
meningkatkan
Konsul ahli
gizi/nutrisi
dispnea.
Suhu ekstrem dapat
pendukung tim
mencetus/meningkatk
untuk
an spasme batuk.
memberikan
makanan yang
mudah di cerna,
secara nutrisi
seimbang,
mis.nutrisi
Berguna untuk
menentukan
kebutuhan kalori,
menyusun tujuan berat
badan, dan evaluasi
tambahan
keadekuatan rencana
oral/selang,
nutrisi.
nutrisi parental
Kaji pemeriksaan
didasarkan pada
laboratorium,
situasi/kebutuhan
mis.albumin
individu untuk
serum, transferin,
memberikan nutrisi
profil asam
maksimal dengan
amino, besi,
upaya minimal
pemeriksaan
klien/penggunaan
keseimbangan
energi
nitrogen, glukosa,
pemeriksaan
fungsi hati,
elektrolit. Berikan
vitamin/mineral/er
Mengevaluasi/mengat
asi kekurangan dan
lektrolit sesuai
mengawasi keefektifan
indikasi.
tiap nutrisi.
Kriteria
Melakukan
Intervensi
Dukung klien dalam
Rasional
Otot-otot yang
ASKEP selama .
aktivitas dengan
menegakkan
mengalami
3x24
napas pendek
regimen latihan
kontaminasi
lebih sedikit.
Mengungkapkan
membutuhkan lebih
berjalan atau
seperti
perlunya untuk
memberikan beban
normal
melakukan latihan
sesuai, seperti
tambahan pada
berjalan perlahan.
Sarankan
paru-paru. Melalui
rencana latihan
konsultasi dengan
bertahap, kelompok
yang akan di
lakukan di rumah.
Berjalan dan
untuk menentukan
program latihan
secara bertahap
dapat melakukan
spesifik terhadap
meningkatkan
kemampuan klien.
mengalami napas
Siapkan unit
berjalan untuk
pendek. Latihan
portable untuk
memperbaiki
yang bertahap
berjaga-jaga jika
jam
diharapkan dapat
melakukan
aktivitas
orang
(sehat)
memperagakan
kondisi fisik.
diperlukan.
Minimal bisa
berjalan 10-15
meter.
melemahkan ini.
DIAGNOSA
1.
TUJUAN
KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran Klien mampu menunjukkan 1.
gas
dengan
2.
otot
normal
pernapasan,
3.
peningkatan produksi 2.
Warna
bronkus.
kulit
RENCANA TINDAKAN
Observasi status pernapasan, hasil gas darah
RASIONAL
1.
RR : 12 24 x /menit
4.
5.
Batuk (-)
6.
perkembangan
kegawatan pernapasan
(warna)
tampak cianosis
3.
perifer
3.
Memantau
4.
4.
klien
5.
banyak Oksigen
6.
Ketidaknyamanan dada
Meningkatkan
()
suplay oksiegn
7.
meja.
8.
Dyspnea ()
7.
7.
Obat
depresan
kebebasan
akan
Kolaborasi untuk
a.
b.
2.
dapat
mening-katkan 1.
Memantau
tingkat
kepatenan
tidak
a.
ketidakadekuatan
b.
Gunakan
batuk,
peningkatan
Mampu
mendemonstrasikan
produksi
2.
(jika
perlu
untuk
membersihkan/membebaskan
mengeluarkan sekret)
batuk terkontrol
mukus/peningkatan
suction
c.
2.
sekresi lendir
jalan napas
jalan napas
dan kemajuannya.
3.
3.
ekspektorans
4.
Mengencerkan
secret
agar
mudah dikeluarkan
4.
mengencerkan sekert
5.
Menghindarkan
bahan
iritan
atau
jalan napas
kontak
dengan
individu
yang
menderita influenza
3.
kurang
kebutuhan
akan
menunjukkan 1.
b.
c.
Klien
distress
makan/masukan. Evaluasi BB
sering
anoreksia.
pernapasan
Dan
juga
a.
nutrisi
Klien
tidak
kehilangan
mengalami
BB
buruk.
Sehingga
cenderung Bb menurun
lebih 2.
2.
lanjut
dan
pernapasan, kesulitan
cairan meningkat
/nafsu makan
masukan
oral c.
sekunder
dari d.
anoreksia
e.
peningkatan
terhadap
yang
kerja b.
Membran
mukosa
lembab
3.
4.
3.
eningkatkan
rangsangan
4.
f.
pencrnaan
g.
mual/muntah berkurang
5.
5.
perut
respon
penuh
dan
6.
menegah
shg
Menentukan
diit
yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC.
Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Klien. EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, alih bahasa:
Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC 15.
Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih
bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC.
Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan, alih
bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung,
Bandung.
Zulliesikawati.
2013.
Penyakit
Paru
Obstruksi
Kronis
(PPOK).