LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh
Regita Prameswari, S.Kep
NIM 182311101114
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Mahasiswa
DAFTAR ISI
Halaman
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar Paru-paru
Fungsi paru yang utama adalah untuk proses respirasi, yaitu
pengambilan O2 dari luar masuk ke dalam saluran napas dan terus ke dalam
darah. Oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan CO2 yang terbentuk
pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar. Proses respirasi
terdiri atas tiga tahap yaitu ventilasi, difusi, dan perfusi. Ventilasi adalah proses
5
keluar dan masuknya udara ke dalam paru serta keluarnya CO2 dari alveoli ke
udara luar (Naser dkk., 2016).
Menurut Gold (2017), ada empat volume paru utama dan 4 kapasitas
paru utama yang merupakan penjumlahan 2 atau lebih volume paru adalah
sebagai berikut:
1. Volume Utama
a. Volume tidal (VT) yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke luar dari
paru pada pernapasan biasa. Pada orang normal dengan berat badan 70 kg
dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai VT sebesar 500 ml.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI) yaitu jumlah udara yang masih dapat
masuk ke dalam paru pada saat inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 3 liter
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) yaitu jumlah udara yang dikeluarkan
secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa. Pada orang dewasa
dengan berat 70 kg besarnya sekitar 1,5 liter.
d. Volume residu (VR) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah
ekspirasi maksimal. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya
1 liter.
2. Kapasitas Paru
a. Kapasitas paru total (KPT) yaitu jumlah total udara dalam paru setelah
inspirasi maksimal atau merupakan penjumlahan keempat volume utama
paru. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 6 liter.
b. Kapasitas vital (KV) yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal
setelah inspirasi maksimal atau merupakan penjumlahan VT, VCI, dan
VCE. Pada orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar
5 liter.
c. Kapasitas inspirasi (KI) yaitu jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke
dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa atau merupakan penjumlahan VT
dan VCI. Pada orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg besarnya
sekitar 4 liter.
6
d. Kapasitas residu fungsional (KRF) yaitu jumlah udara dalam paru pada
akhir ekspirasi biasa atau merupakan penjumlahan VCE dan VR. Pada
orang dewasa normal dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 2,5 liter.
b. Definisi Penyakit
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), yang di Indonesia
biasa dikenal dengan PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik
merupakan penyakit yang menyerang paru-paru manusia.
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003).
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan
aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan
udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas racun yang berbahaya (Robbins et al., 2010 dalam
Saminan, 2014).
c. Epidemiologi
PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular utama, yang jarang
terekpose karena kurangnya informasi yang diberikan. Di Amerika Serikat
data tahun 2015 menunjukkan bahwa prevalensi PPOK sebesar 10,1% pada
laki-laki sebesar 11,8% dan untuk perempuan 8,5%. Sedangkan mortalitas
menduduki peringkat keempat penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000
penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat 32,9% dari
tahun 1979 sampai 1994. Prevalensi PPOK di negara-negara Asia Tenggara
diperkirakan 6,3% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam (6,7%)
dan China (6,5%) (Oemiati, 2013).
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang penyakit PPOK. Pada
Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan
emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak
dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan
7
d. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya PPOK adalah (Kemenkes RI,
2015).
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran napas
5. Bersifat genetic yaitu defisiensi α-1 antitripsin
Sedangkan menurut Kemenkes RI (2015), terdapat beberapa faktor Resiko
PPOK antara lain:
1. Pajanan dari partikel antara lain :
a. Merokok
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi
mucus dan obstruksi jalan napas kronik. Perokok pasif juga
menyumbang terhadap symptom saluran napas dan PPOK dengan
peningkatan kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel dan gas-
gas berbahaya.
b. Polusi indoor
Memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang jelek
misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar
minyak diperkirakan memberi kontribusi sampai 35%. Polutan indoor
yang penting antara lain SO2, NO2 dan CO yang dihasilkan dari
memasak dan kegiatan pemanasan, zat-zat organik yang mudah
8
menguap dari cat, karpet, dan mebelair, bahan percetakan dan alergi
dari gas dan hewan peliharaan serta perokok pasif.
c. Polusi outdoor
Polusi udara mempunyai pengaruh buruk pada VEP1, inhalan yang
paling kuat menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zinc dan debu,
bahan asap pembakaran/pabrik/tambang.
d. Polusi di tempat kerja
Polusi dari tempat kerja misalnya debu-debu organik (debu sayuran
dan bakteri atau racun-racun dari jamur), industri tekstil (debu dari
kapas) dan lingkungan industri (pertambangan, industri besi dan baja,
industri kayu, pembangunan gedung), bahan kimia pabrik cat, tinta,
sebagainya diperkirakan mencapai 19% 25.
2. Genetik (defisiensi Alpha 1-antitrypsin): Faktor risiko dari genetic
memberikan kontribusi 1 – 3% pada pasien PPOK.
3. Riwayat infeksi saluran napas berulang
Infeksi saluran napas akut adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Infeksi saluran
napas akut adalah suatu penyakit terbanyak diderita anak-anak. Penyakit
saluran pernafasan pada bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacat-
a sampai pada masa dewasa, dimana ada hubungan dengan terjadinya
PPOK.
e. Klasifikasi
Berdasarkan kesepakatan para pakar (PDPI/ Perkumpulan Dokter Paru
Indonesia) tahun 2005 dalam Oemiati (2013) maka PPOK dikelompokkan
menjadi:
1. PPOK ringan adalah pasien dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum dan dengan sesak napas derajat nol sampai satu.
Sedangkan pemeriksaan Spirometrinya menunjukkan VEP1 ≥ 80% prediksi
(normal) dan VEP1/KVP < 70 %.
9
2. PPOK sedang adalah pasien dengan gejala klinis dengan atau batuk. Dengan
atau produksi sputum dan sesak napas dengan derajad dua. Sedangkan
pemeriksaan Spirometrinya menunjukkan VEP1 ≥ 70% dan VEP1/KVP <
80% prediksi.
3. PPOK berat adalah pasien dengan gejala klinis sesak napas derajad tiga atau
empat dengan gagal napas kroniki. Eksaserbasi lebih sering terjadi. Disertai
komplikasi kor pulmonum atau gagal jantung kanan. Adapun hasil
spirometri menunjukkan VEP1/KVP < 70 %, VEP1< 30 % prediksi atau
VEP1> 30 % dengan gagal napas kronik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
pemeriksaan analisa gas darah dengan kriteria hipoksemia dengan
normokapnia atau hipoksemia dengan hiperkapnia.
f. Pataofisiologi / Patologi
Pada bronkotis kronik dan emfisema terjadi penyempitan saluran nafas.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan
menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik, saluran pernafasan kecil yang
berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok, dan
berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel goblet. Saluran
nafas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjer mucus.
Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas paru (Mansjoer 1999 dalam Muhtar, 2017).
g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PPOK menurut Mansjoer 1999 dalam Muhtar (2017),
antara lain.
1. Batuk
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukopurulen.
3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernapasan tambahan untuk
bernafas.
10
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien PPOK adalah
sabagai berikut (Lindayani dan Tedjomartono, 2017).
1. Uji Faal Paru dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-bronchodilator)
Uji faal paru berguna untuk menegakkan diagnosis, melihat perkembangan
penyakit, dan menentukan prognosa. Pemeriksaan ini penting untuk
memperlihatkan secara obyektif adanya obstruksi saluran nafas dalam
berbagai tingkat. Spirometri digunakan untuk mengukur volume maksimal
udara yang dikeluarkan setelah inspirasi maksimal.
2. Foto Torak PA dan Lateral
Foto torak PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit paru lain. Pada penderita emfisema dominan didapatkan gambaran
hiperinflasi, yaitu diafragma rendah dan rata, hiperlusensi, ruang retrosternal
melebar, diafragma mendatar, dan jantung yang menggantung/penduler
(memanjang tipis vertikal). Sedangkan pada penderita bronkitis kronis
dominan hasil foto thoraks dapat menunjukkan hasil yang normal ataupun
dapat terlihat corakan bronkovaskuler yang meningkat disertai sebagian
bagian yang hiperlusen.
3. Analisa Gas Darah (AGD)
Pada PPOK tingkat lanjut, pengukuran analisa gas darah sangat penting
dilakukan dan wajib dilakukan apabila nilai FEV1 pada penderita
menunjukkan nilai < 40% dari nilai prediksi dan secara klinis tampak tanda-
tanda kegagalan respirasi dan gagal jantung kanan seperti sianosis sentral,
pembengkakan ekstrimitas, dan peningkatan jugular venous pressure.
Analisa gas darah arteri pada bronkitis kronis analisis gas darah
menunjukkan hipoksemi yang sedang sampai berat pada pemberian oksigen
100%.
4. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan bakteriologi Gram pada sputum diperlukan untuk mengetahui
pola kuman dan memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas
11
B. CLINICAL PATHWAY
Faktor predisposisi:
asap rokok, polutan, Asap Rokok
stress oksidatif, genetik
tumbuh kembang,
sosial ekonomi
Radikal bebas dan iritan
meningkatakan, akan menempel
pada silia
Inflamasi pada....
Stres oksidatif
Peroksida lipid
pembesaran kelenjar Bronkitis
mukus dan
hyperplasia sel goblet kronis
Kerusakan sel
sehingga terjadinya
Mengaktifkan makrofag pada batuk dan produksi
mukus berlebih Air trapping
saluran nafas
Gangguan
pertukaran gas Intoleransi Keletihan
aktivitas
14
C. PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Nama Perawat :
Tempat Pengkajian :
Tanggal dan waktu :
I. Identitas Klien
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin,
umur, alamat, suku bangsa, agama, No. registrasi, pendidikan, pekerjaan,
tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik
Diagnosa medik jelas yaitu PPOK, bisa karena bronkitis kronik atau
emfisema.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien biasanya mengeluh adanya
sesak nafas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami
pasien dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit
tertentu, khususnya penyakit yang mengenai paru. Selain itu penting
diketahui adanya alergi obat, makanan atau yang lain, riwayat imunisasi,
kebiasaan pasien, yang biasanya penderita PPOK lifestyle nya kurang
baik, misalnya riwayat merokok atau lain-lain. riwayat obat-obatan yang
digunakan juga harus diketahui.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang
lain yang ada di dalam keluarga.
15
Genogram
Pada genogram minimal tiga generasi, satu tingkat diatas klien dan satu
tingkat dibawah klien.
III. Pengkajian Keperawatan
No Komponen Pengkajian
1 Pola persepsi Perawat harus melakukan anamnesis kepada pasien tentang
dan persepsi sehat-sakit, pengetahuan status kesehatan pasien
pemeliharaan saat ini, perilaku untuk mengatasi kesehatan dan pola
kesehatan pemeliharaan kesehatan.
2 Pola nutrisi Perawat mengkaji mengenai Kebiasaan jumlah makanan,
dan jenis dan jumlah (makanan dan minuman), pola makan 3
metabolisme hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan,
nafsu makan. Biasanya pada klien dengan PPOK akan
mengalami penurunan nafsu makan yang disertai adanya
mual muntah, maka mempengaruhi asupan nutrisi pada
tubuh yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan
massa otot.
3 Pola Pola eliminasi klien yang harus dikaji oleh perawat:
eliminasi a. Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol
BAK, adanya perubahan lain
b. Kebiasaan pola buang air besar :frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol
BAB, pengggunaan obat-obatan untuk melancarkan
BAB, adanya perubahan lain, adadarah dalam feces dan
di rektum.
c. Kemampuan perawatan diri : kekamar mandi,
kebersihan diri
d. Penggunaan bantuan untuk ekskresi
e. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen,
16
rektum, danusus)
Pada pasien dengan PPOK terjadi penurunan kemampuan
atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehai-hari. Sehingga kebersihannya buruk dan bau badan.
4 Pola aktivitas Pola aktivitas dan latihan perlu dikaji karena pada klien
dan latihan dengan PPOK mengalami keletihan, dan kelemahan dalam
melakukan aktivitas gangguan karena adanya dispnea yang
dialami.
5 Pola tidur Gangguan yang terjadi pada pasien dengan Bronkhitis
dan istirahat salah satunya adalah gangguan pola tidur, pasien
diharuskan tidur dalam posisi semi fowler. Sedangkan
pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat karena
untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh
aktivitas yang berlebih.
6 Pola Kognitif Tingkat kesadaran, orientasi, daya penciuman, daya
dan rasa, daya raba, daya pendengaran, daya penglihatan,
konseptual nyeri (PQRST), faktor budaya yang mempengaruhi
nyeri, cara-cara yang dilakukan pasien untuk
mengurangi nyeri, kemampuan komunkasi, tingkat
pendidikan, luka. Pada pasien dengan PPOK yang perlu
dikaji yaitu seberapa besar keingintahuan pasien untuk
mengatasi sesak yang dirasakan. Biasanya mereka
mengeluhkan batuk produktif/non produktif, dan sesak
nafas.
7 Pola persepsi Perawat harus mengkaji pasien mengenai Keadaan sosial :
diri pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial, Identitas
personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki, Keadaan fisik, segala sesuatu
yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan tidak), Harga
diri : perasaan mengenai diri sendiri, Ancaman terhadap
17
D. DISCHARGE PLANNING
Discharge palnnin yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:
1. Edukasi terkait aktivitas keseharian yang bisa dilakukan
2. Mengajarkan batuk efektif, relaksasi napas dalam, dan posisi yang sesuai
dengan kondisi pasien
3. Edukasi terkait penggunaan alat pelindung diri seperti masker.
4. Mengajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar serta kapan harus
dilakukan.
29
DAFTAR PUSTAKA