disusun guna memenuhi tugas pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners
(PSP2N) Stase Keperawatan Medikal
Oleh :
Regita Prameswari, S.Kep
NIM 182311101114
Mahasiswa
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung (Pearce, 2015). Sinus
berfungsi untuk meringankan tulang kranial untuk memberi area permukaan
tambahan pada saluran nasal dalam menghangatkan dan melembabkan udara
yang masuk dan memproduksi mukus. Hidung juga terdiri dari membran
mukosa yang berfungsi untuk penyaringan partikel kecil oleh silia pada
epitelium dalam lapisan mukus, penghangatan dan pelembapan udara yang
masuk melalui evaporasi sekresi serosa dan mukus, serta resepsi odor untuk
indera penciuman (Sloane, 2003).
2. Faring
Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari
bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring adalah bagian posterior
rongga nasal yang membuka ke arah rogga nasal melalui naris internal.
Orofaring adalah saluran setelah nasofaring yang dipisahkan oleh palatum
lunak muskular, yang merupakan perpanjangan dari palatum keras tulang.
Laringofaring adalah penghubung antara faing dan laring yang mengelilingi
mulut esofagus dan laring {Sloane, 2003).
3. Laring
Pada laring terdapat kotak suara dimana laring menghubungkan faring
dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular
dan ditopang oleh sembilan kartilago (Sloane, 2003). Laring terletak di depan
bagian terendah faring yang memisahkan faring dan kolumna vertebrata,
berjlan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam
trakea dibawahnya. Pada puncak tulang rawan tiroid, terdapat epiglotis yang
merupakan katup tulang rawan yang membantu menutup laring sewaktu
menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang berada
pada trakea kecuali pada pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis (Pearce, 2015).
4. Trakea
Trakea atau tabung udara adalah pipa dengan panjang 10 sampai 12 cm
dengan diameter 2,5 cm yang terletak di atas permukaan anterior esofagus.
Trakea terbentang dari laring pada aera vertebra servikalis enam sampai area
vertebra torakalis lima tempatnya membelah menjadi dua bronkus. Trakea
ditopang dengan 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C dimana ujung
posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga
memungkinkan ekspansi esofagus (Sloane, 2003). Trakea dilapisi oleh selaput
lendir yag terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia bergerak menuju
keatas kearah laring yang memungkinkan debu dan butir halus lain yang ikut
masuk bersama dengan udara pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan
penyusun trakea berfungsi untuk mempertahankan agar trakea tetap terbuka,
dan bagian belakang tidak tersambung pada tempat trakea menempel pada
esofagus yang memisahkannya dari tulang belakang (Pearce, 2015).
5. Percabangan bronkus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira
vertebra torakalis kelima yang mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus berjalan kebawah dan kesamping
kearah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada
yang kiri sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebiah cabang yang disebut dengan bronkus lobus atas, cabang kedua timbul
setelah cabang utama (perace, 2015). Setiap bronkus bercabang 9 sampai 12
kali membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin
kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau lembeng kartilago megganti
cicin kartilago. Bronki disebut esktrapulmonar sampai memasuki paru-paru,
setelah memasuki paru disebut intrapulmonar (Sloane, 2003)
6. Paru-paru
Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara
terletak dalam rongga thoraks. Setiap paru-paru memiliki apeks yang mencapai
bagian atas costa pertama dan permukaan diafragmatik terletak diatas
diafragna. Paru-paru terdiri dari pleura yaitu membran penutup yang
membungkus setiap paru. Pleura parietal melapisi rongga thoraks, pleura
viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal dibagian bawah
paru. Rongga pleura adalah ruang potensial antara pleura parietal dan viseral
yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel
pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi (Sloane,
2003)
3. Etiologi Pneumonia
Syamsudin dan Keban (2013) mengemukakan bahwa etiologi dari
pneumonia di sebabkan oleh:
a) Mikroorganisme
1. Bakteri gram positif yaitu: streptococus pneumoniae, bakteri staphylococcus
aureus, streptococus beta hemolitikus grup A, mycoplasma legionella, dan
chaamydia penyebab pneumonia atipikal.
2. Bakteri gram negatif yaitu: Haemophilus Influenzae, Pseudomonas
Aeruginosa, Klebsiella Pneumoniae
3. Bakteri anaerob yaitu: Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides
Species
4. Bakteri Atipikal yaitu: Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae
b) Jamur yaitu jamur candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coocidioido
mycosis, cryptococosis, pneumocytis carinii.
c) Virus (virus sinsisial pernafasan, hantavirus, virus influenza, adenovirus,
rhinovirus, virus herpes simpleks, sitomegalovirus, virus synsitical respiratorik,
rubeola, varisella).
d) Mikroplasma
1) Individu yang mengidap AIDS sering mengalami pneumonia yaitu
pneumocystis carinii
2) Individu yang terlalu lama berada didalam ruanggan yang terdapat aerosol
dari air dengan waktu yang lama seperti AC atau alat pelembab yang kotor
bisa mengidap pneumonia legionella.
3) Individu yang mengalami inspirasi lambung karena muntah/air karena
tenggelam dapat menyebabkan pneumonia asporasi
4. Klasifikasi Pneumonia
Penyakit pneumonia dibagi dalam tiga kelompok yaitu, sebagai berikut
(Zayinur dan Harahap, 2013) :
a) Pneumonia sangat berat ditandai dengan kesulitan bernafas dengan stridor
(mengorok), kejang, adanya nafas cepat dan penarikan dinding dada ke
dalam, pada anak-anak akan disertai mengi (mengeluarkan bunyi saat
menarik nafas), dan sulit menelan makanan atau minuman. Pneumonia
sangat berat harus segera dirujuk baik ke puskesmas atau ramah sakit.
b) Pneumonia berat ditandai dengan nafas cepat tanpa penarikan dinding dada
ke dalam, pada anak akanmengalami mengi.
c) Pneumonia ditandai dengan nafas cepat tanpa penarikan dinding dada ke
dalam.
5. Patofisiologi Pneumonia
Penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke
udara pada saat batuk atau bersin. Lalu kuman penyebab pneumonia tersebut
masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup) atau
dengan cara penularan langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin, dan berbicara langsung yang terhirup oleh orang di
sekitar penderita, menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
pernapasan penderita.
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu difusi oksigen dan karbon dioksida. Bronkospasme dapat terjadi
apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif.
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi. Sel-sel mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan
leukosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut
kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka
akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
a. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
b. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel
darah merah.
c. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif
dengan jumlah PMN yang banyak.
d. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
mati, leukosit dan alveolar makrofag.
Akibat dmasuknya mukus ke dalam alveoli terjadi peningkatan konsentrasi
protein cairan alveoli sehingga menyebabkan tekanan hidrostatik meningkat dan
tekanan osmosis meningkat dan terjadi penurunan difusi sehingga terjadi
akumulasi cairan pada alveoli yang akan menekan saraf dan menyebabkan
timbulnya nyeri pleuritik. Akumulasi cairan pada alveoli akan menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas. Eksudat yang masuk ke dalam alveoli akan
menyebabkan konsolidasu di alveoli yang kemudian menyebabkan terjadi
comience paru menurun sehingga supai oksigen menurun yang menimbulkan
terjadinya gangguan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Proses peradangan juga
akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga muncul masalah keperawatan
hipertermi. Penumpukan sekret akan terakumulasi di jalan nafas sehingga timbul
masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif. Jika sputum masuk ke lambung
akan terjadi peningkatan asam basa yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
8. Penatalaksanaan
1. Peresepan antibiotik yang didasarkan pada hasil pewarnaan gram dan
pedoman antibiotik (pola resistensi, faktor risiko, etiologi harus
dipertimbangkan)
2. Terapi supportif mencakup hidrasi, antipiretik, medikasi antitusif,
antihistamin, atau dekongestan nasal
3. Tirah baring direkomendasikan sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
bersih
4. Terapi oksigen diberikan untuk hipoksemia
5. Bantuan pernapasan mencakup oksigen konsentrasi tinggi, intubasi
endotrakea, dan ventilasi mekanis
6. Terapi atelektasis, efusi pleura, syok, gagal napas, atau superinfeksi
dilakukan jika perlu
7. Untuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami CAP, disarankan untuk
melakukan vaksinasi pneumokokus (Smetzer, 2013)
C. Clinical Pathway
Jamur, bakteri, virus
Inhalasi/penyebaran sirkulasi
Pneumonia
Eksudat menumpuk pada alveoli Perseptor nyeri Suhu tubuh Edema paru Terbentuk jaringan parut
Akumulasi sekret
Retensi Mukus Nyeri akut Demam Konsolidasi paru
di bronkus Komplikasi efusi pleura
Ketidakefektifan
Anoreksia Ketidakseimbangan hiperventilasi
pola napas
Nutrisi : Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Kelelahan Intoleransi Aktivitas
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Fokus pengkajian:
a) Riwayat penyakit
Pasien dengan pneumonia biasanya memiliki riwayat demam, batuk, pilek,
anoreksia, badan lemah/tidak bergairah. Selain itu kaji adanya riwayat
penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan dan adanya penyakit
penyerta
b) Tanda fisik
Pasien dengan pneumonia biasanya mengalami batuk, dyspnea, dan
takipnea. Penderita biasanya juga menggunakan otot tambahan pernapasan.
Pada faring terjadi hiperemis, terjadi pembesaran tonsil dan merasa sakit
saat menelan
c) Faktor perkembangan
Faktor perkembangan meliputi keadaan umum, tingkat perkembangan,
kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan memahami tindakan
yang dilakukan.
d) Pengetahuan
Pengkajian pengetahuan meliputi pengkajian pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai pengalaman terkena penyakit pernapasan, pengetahuan
tentang penyakit pernapasan dan tindakan yang perlu untuk dilakukan.
b. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Pasien yang menderita pneumonia, secara umum keadaan umunya lemah
b) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pada pasien pneumonia dapat berupa normal, letargi,
stupor, koma, dan apatis tergantung pada tingkat keparahan dan penyebaran
penyakit
c) Tanda-tanda vital
TTV terdiri dari frekuensi nadi dan tekanan darah (pada pasien dengan
pneumonia biasanya memiliki frekuensi nadi takikardi dan tekanan darah
pada tingkat hipertensi), frekuensi pernapasan (pada pasien dengan
pneumonia biasanya mengalami takipnea, dispnea progresif, pernapasan
dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal)
d) Antropometri
Pada pasien dengan pneumonia, berat badan cenderung mengalami
penurunan.
e) Sistem integumen
Warna kulit pasien dengan pneumonia biasanya pucat sampai sianosis suhu
kulit akan mengalami hipertermi namun ketika hipertermi teratasi biasanya
kulit akan teraba dingin dan turgor kulit menurun karena adanya dehidrasi
f) Kepala
Pada pemeriksaan fisik kepala, kaji bentuk dan kesimetrisan kepala, palpasi
tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata, serta kaji
hygiene kulit kepala, ada atau tidaknya lesi, kehilangan rambut, dan
perubahan warna
g) Sistem pulmonal dan kardiovaskular
Pada pengkajian inspeksi, pasien dengan pneumonia biasnya terlihat
mengalami sesa napas, dispnea, sianosis sirkumoral, terjadi distensi
abdomen, batuk nin produktif sampai batuk produktif. Pada pengkajian
dengan palpasi, pasien dengan pneumonia biasanya terdapat fremitus yang
teraba meningkat di sisi yang sakit, dan terjadi kemungkinan hati membesar.
Untuk pemeriksaan perkusi pada dada pasien dengan pneumonia akan
didapatkan suar redup pada paru yang sakit. Pemeriksaan auskultasi pada
pasien dengan pneumonia biasanya terdapat ronchi halus, ronchi basah dan
tachicardia. Secara subjektif pasien mengatakan sakit kepala, dan secara
objektif denyut nadi mengalami penngkatan dan pembuluh darah
mengalami vasokontriksi serta terjadi penurunan kualitas darah.
h) Sistem neurosensori
Pada pengkajian sistem neuro sensori, biasanya pasien pneumonia terlihat
gelisah, terjadi penurunan kesadaran, dan kadang juga mengalami kejang.
GCS mengalami penurunan, refleks menurun/normal tergantung pada
keadaan pasien, serta mengalami letargi
i) Sistem digestive
Penkajian sistem digestive pada pasien dengan pneumonia biasanya
ditemukan pasien mengalami anoreksia serta terjadi penurunan produksi
urin.
j) Sistem muskuloskeletal
Pada sistem muskuloskeletal, pasien pneuminia biasanya mengalami
penurunan tonus otot, nyeri oto, retraksi dada dan adanya penggunaan otot
bantu pernapasan.
c. Pemeriksaan penunjang
a) Hb mengalami penurunan kadang normal
b) Hasil analisa gas darah mengalami asidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen dalam darah, terjadi peningkatan kadar karbon dioksida
c) Hasil pemeriksaan elektrolit biasanya terjadi penurunan kadar natrium
ataupun kalsium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan
penumpukan sputum pada jalan napas, eksudat dalam alveoli ditandai
dengan batuk yang tidak efektif, dispnea, gelisah, peruahan frekuensi napas,
perubahan pola napas, suara napas tambahan, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, sianosis
b. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan hiperventilasi,
keletihan otot pernapasan ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung, pola napas abnormal (irama,
frekuensi, kedalaman)
c. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolar-kapiler ditandai dengan
dispnea, gelisah, hipoksemia, hipoksia, napas cuping hidung, pola
pernapasan abnormal, sianosis, takikardia, warna kulit abnormal
d. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai
dengan ekspresi wajah nyeri, keluhan tentang intensitas nyer, karakteristik
nyeri, perubahan pada parameter fisiologis (tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen)
e. Hipertermi (00007) berhubungan dengan penyakit ditandai dengan gelisah,
kejang, kulit memerh, letargi, takikardi dan vasodilatasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dar kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan kurang asupan makanan, faktor biologis,
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan membran mukosa
pucat, ketidakmampuan memakan makanan, kurang minat pada makanan,
penurunan berat badan
g. Intoleransi aktifitas (00092) berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen,kelemahan umum ditandai dengan keletihan
3. Perencanaan Keperawatan
Hipertermi (00007) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Perawatan demam (3740)
diharapkan termoregulasi meningkat dengan kriteria hasil 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
Termoregulasi (0800) 2. Monitor warna kulit dan suhu
No. Indikator Awal Akhir Keterangan 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
Berkeringat saat 1. Sangat kehilangan yang dirasakan
1. 4. Dorong konsumsi cairan
panas terganggu/berat
2. Tingkat 5. Tingkatkan sirkulasi udara
pernapasan 6. Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
7. Kolaborasi pemberian cairan IV dan obat (misal
Penurunan suhu 2. Banyak antipiretik, agen anti bakteri dan agen anti
3.
kulit terganggu/cukup menggigil)
Perubahan warna berat Pengaturan suhu (3900)
4. 1. Monitor suhu setidaknya setiap 2 jam, sesuai
kulit 3. Cukup
terganggu/sedang kebutuhan
4. Sedikit 2. Monitor suhu dan warna kulit
terganggu/ringan 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
5. Dehidrasi 4. Sesuaikan suhu lingkungan
5. Tidak
terganggu/tidak 5. Diskusikan pentingnya termoregulasi dan
ada kemungkinan efek negatif dari demam yang
berlebihan
6. Berikan pengobatan antipiretik dengan
berkolaborasi bersama dokter
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Terapi Nutrisi (11200)
nutrisi: Kurang dari diharapkan status nutri meningkat dengan kriteria hasil: 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
kebutuhan tubuh Status Nutrisi (1004) 2. Monitor intake makanan/cairan dan hitung
(00002) No. Indikator Awal Akhir Keterangan masukan kalori perhari
3. Monitor instruksi diet yang sesuai untuk
1. Asupan Gizi 1. Sangat menyimpang memenuhi kebutuhan nutrisi pasien perhari
2. Asupan Makanan dari rentang normal 4. Pilih suplemen nutrsi sesuai dengan kebutuhan
3. Asupan Cairan 2. Banyak 5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batasan
4. Energi menyimpang dari diet yang dianjurkan
5. Rasio berat badan rentang normal 6. Ciptakan lingkungan yang membuat susana yang
atau tinggi badan menyenangkan dan menenangkan
7. Ajarkan paien dan keluarga mengenai diet yang
dianjurkan
8. Berikan pasien dan keluarga contoh tertulis
mengenai diet yang dianjurkan
3. Cukup menyimpang 9. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
dari rentang normal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Sedikit dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
6. Hidrasi menyimpang dari
rentang normal
5. Tidak menyimpang
dari rentang normal
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Peningkatan Latihan (0200)
(00092) diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor respon individu terhadap program laithan
Toleransi terhadap aktivitas (0005) 2. Monitor kepatuhan individu pada program latihan
No. Indikator Awal Akhir Keterangan 3. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan
Saturasi oksigen 1.Sangat terganggu latihan
1. 4. Dampingi individu saat mengembangkan program
saat beraktivitas 2.Banyak terganggu
Frekuensi nadi 3.Cukup terganggu latihan
2. 5. Lakukan latihan bersama individu bila diperlukan
saat beraktivitas 4.Sedikit terganggu
Frekuensi 5.Tidak terganggu 6. Libatkan keluarga yang memberi perawatan
3. pernapasan saat dalam perencanaan peningkatan latihan
beraktivitas 7. Informasikan individu mengenai manfaat
Kemudahan kesehatan dan efek fisiologis latihan
4. dalam melakukan 8. Instruksikan individu mengenai kondisi yang
ADL mengharuskan berhenti atau mengubah program
latihan
9. Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi dan
intensitas program latihan
Mual (00134) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor nutrisi
diharapkan mual berkurang dengan kriteria hasil: - Manajemen mual
Kontrol mual muntah(1618) 1. Monitor turgor kulit
No. Indikator Awal Akhir Keterangan 2. Monitor diet dan asupan kalori
Mengenali onset 1. tidak pernaah 3. Identifikasi perubahan nafsu makan
1.
mual menunjukkan 4. Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi
Mendeskripsikan 2. jarang ditunjukkan mual
2. 5. Ajarkan teknik akupresur untuk mengurangi mual
faktor penyebaab 3. kadang- kadang
Mengenali ditunjukkan Beri dorongan untuk makan sedikit- sedikit namun
3. 4. sering ditunjukkan sering
stimulus muntah
Menghindari 5. secara konsisten
4. faktor bila ditunjukkan
mungkin
E. Discharge Planning
Mengajarkan pasien tentang perawatan diri (Smeltzer, 2013).
1. Instruksikan pasien untuk terus mengkonsumsi antibiotik sesuai program
secara lengkap, ajarkan pasien tentang cara pemakaian yang tepat dan
kemungkinan efek samping
2. Menginformasikan pasien mengenai gejala yang harus dilaporkan kepada
tenaga kesehatan seperti sulit bernapas, batuk semakin parah, demam
berulang/meningkat, dan intoleransi terhadap pengobatan
3. Anjurkan pasien meningkatkan aktivitas secara bertahap setelah demam turun
4. Dorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan untuk meningkatkan
ekspansi dan bersihan paru
5. Insruksikan pasien untuk menghindari stress, keletihan, perubahan suhu
mendadak, dan konsumsi alkohol yang berlebihan karena semuanya akan
menurunkan resistensi terhadap pneumonia
6. Anjurkan pemeriksaan foto rongent yang berkelanjutan
7. Dorong pasien berhenti merokok
8. Informasikan pada pasien bahwa kelethan dan kelemahan dapat terus
dirasakan
9. Rujuk pasien mendapatkan perawatan home care untuk meningkatkan
kepatuhannya terhadap regimen terapeutik sesuai indikasi