Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : PPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik

Dosen Pengampu: Siti Robeatul Adawiyah,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok :


Sonia Aprilia (23020321)
Dwi Ros

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS YATSI MADANI
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam pengerjaan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN Dengan Gangguan Sistem Pernapasan :
PPOK”. Shalawat dan salma tak lupa selalu kami panjatkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi penugasan yang telah
diamanatkan kepada kelompok kami, di mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Semoga pembahasan dalam makalah ini berguna bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna
perbaikan penulisan atau penyusunan makalah kami yang selanjutnya. Akhir kata
kami hanya bisa berdoa semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 26 November 2023

Penyusun
Kelompok

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar PPOK

1. Definisi

2. Etiologi

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinik

5. Pemeriksaan diagnostic

6. Komplikasi

7. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................11


A. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................11
1. Pengkajian..................................................................................................11
2. Diagnosa keperawatan.............................................................................. 13
3. Intervensi keperawatan......................................................................... ....14
4. Implementasi keperawatan....................................................................... 17
5. Evaluasi .................................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................18
Kesimpulan ...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
1.1.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul


pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di
Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi,
tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Menurut ilmu demografi
Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan pola penduduk
penduduk berusia berusia muda ke usia tua. Infeksi Infeksi saluran saluran
nafas bagian bawah akut dan tuberkulosis tuberkulosis paru menduduki
menduduki 5 penyakit penyakit terbanyak terbanyak yang diderita oleh
masyarakat. Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOK
orang tua usia lanjut.

Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah


yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama berlangsung lama dan ditandai dan ditandai oleh
peningkatan oleh peningkatan resistensi resistensi terhadap ali terhadap aliran
udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan
sebutan PPOK adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial.
Perjalanan PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun
dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sedikit
sputum mucoid. Mungkin terdapat terdapat penurunan toleransi terhadap kerja
fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam
jangka waktu yang lama.

Akhirnya serangan brokhitis brokhitis akut makin sering timbul, timbul,


terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang,
sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus
mengurangi aktifitas.

1
Penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan
terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan
perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk
memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di rumah.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gerontic dengan PPOK

2. Bagaimana asuhan keperawatan PPOK

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan gerontic dengan PPOK

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan PPOK

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar PPOK
1. Defenisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan
COPD (Cronic Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya bersifat
progresif dan terkait dengan adanya proses inflamasi kronis saluran nafas
dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya (Ikawati, 2016).
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit
paru yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas
atau menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari
paru- paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah
luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-paru.
Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup
bagi bagian bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis
menyebabkan menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan dan pada
akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga
aliran udara terhambat secara permanen (itulah sebabnya disebut
“obstruktif kronis”)
2. Etiologi
a. Kebiasaan merokok merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan
kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu
menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2
kali lebih besar bagi perokok berat yang merokok 20 batang atau
lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5
kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok sama sekali.
Namun bagi mereka yang dapat berhenti merokok sama sekali, resiko
ini dapat berkurang hampir sama yang tidak merokok. Sejumlah kecil
nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin Nikotin yang

3
terserap dalam setiap hisapan hisapan rokok memang tidak mematikan,
tetapi tetap membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi
serta mengacaukan irama jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini
dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama
dapat berupa batuk dan demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas
dan nyeri dada. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan
istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau pengobatan kausal
untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan
pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan
menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor
berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat
korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.
c. Polusi udara
Emisi kendaraan bermotor selama ini orang banyak menduga
bahwa andil terbesar dari pencemaran udara kota berasal dari industry.
Jarang di sadari, bahwa justru yang mempunyai andil sangat besar
adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh
kendaraan bermotor. Padahal kendaraan bermotor jumlahnya semakin
bertambah besar. Di kota-kota besar, konstribusi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%.
3. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu
pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah
proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi.
Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan

4
pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan
aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk
melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan
untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi
paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik
pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen -
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil
mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental
dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang
menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang
dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara
progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara
pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil
pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps. Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan
berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada
PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi
makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan
elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi

5
kerusakan jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan
pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas,
edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi
berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang
cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang
yang menunjukkan kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks

5. Pemeriksaan diagnostic
a. Pengukuran fungsi paru
1) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
2) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
3) FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun :
untuk menentukan derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L
4) FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian menurun
dengan nilai normal 4 L
5) TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang
dengan nilai normal 6000 ml
b. Analisa gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat
dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai
normal 7,35-7,45

6
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita 12-
14 gr/dl dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht) meningkat
dengan nilai normal pada wanita 37-43 % dan pada laki-laki 40-48
%
2) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada wanita
4,2-5,4 jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm3
3) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE
serum meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml d) Pulse
oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai normal > 95
%.
4) Elektrolit menurun
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran . kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia,
hemophylus influenzae.
e. Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan
bendungan area paru (Muttaqin, 2012)
6. Komplikasi
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg
dengan nilai saturasi oksigen < 85 %. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan menjadi
pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis.
b. Asidosis respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness dan
takipnea.
c. Infeksi respiratori

7
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja nafas
dan timbulnya dyspnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru)
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratori.
f. Status asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan
dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma
g. Ansietas dan depresi
Pasien PPOK umumnya mengeluhkan gejala sesak napas yang
cenderung bertambah berat sehingga menimbulkan ansietas dan
depresi yang meningkat pada pasien PPOK yang disebabkan oleh
faktor psikologis atau psikopatologis yang mempengaruhi kemampuan
pasien dalam mengatasi penyakitnya.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berhenti Merokok
b. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator
(Aminophilin dan adrenalin)
c. Pengobatan simtomatik
d. Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul

8
e. Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan
aliran lambat : 1-3 liter / menit
f. Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara
yang terperangkap
g. Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energy
h. Tindakan rehabilitasi
1) Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret
bronkus
2) Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmaninya
4) Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita
agar Kembali dapat mengerjakan pekerjaan seperti semula.
5) Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian
diri penderita dengan penyakit yang diseritanya (Padila, 2012).
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mencapai bersihan jalan nafas
a. Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien.
b. Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan
obat secara tepat dan waspadai kemungkinan efek sampingnya.
c. Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur
peningkatan kecepatan aliran ekspansi dan volume (kekuatan
ekspirasi, lamanya waktu untuk ekhalasi dan jumlah udara yang
diekhalasi) serta dengan mengkaji adanya dyspnea dan
memastikan bahwa dyspnea telah berkurang.
d. Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua
iritan paru, terutama merokok sigaret.
e. Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan
bertekanan positif intermiten, peningkatan asupan cairan.

9
2. Meningkatkan pola nafas
a. Latihan otot inspirasi dan latihan ulang pernapasan dapat
membantu meningkatkan pola pernafasan
b. Latihan pernafasan diafragma dapat mengurangi kecepatan
respirasi
3. Memantau dan menangani komplikasi
a. Kaji pasien untuk mengetahui adanya komplikasi
b. Pantau perubahan kognitif, peningkatan dyspnea, takipnea dan
takikardia
c. Pantau nilai oksimetri nadi dan berikan oksigen sesuai
kebutuhan
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
atau komplikasi lain dan laporkan perubahan pada status fisik
atau kognitif (Susan, 2012)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan
batuk yang disertai sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya pasien PPOK mengeluhkan
sesak napas, kelemahan fisik, batuk yang disertai dengan adanya
sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya ada riwayat paparan gas
berbahaya seperti merokok, polusi udara, gas hasil pembakaran dan
mempunyai riwayat penyakit seperti asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
alergi (asma) karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang PPOK.
Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok meningkatkan
risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar ( Ikawati, 2016)
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi

11
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu
karena karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi
terhadap aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat
lengan keatas setinggi toraks dapat menyebabkan keletihan atau
distress pernafasan
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan
intrapersonal maupun interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya
sehingga menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah
menikah akan mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan
PPOK mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas
termasuk perawatan diri.
b) Mata Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik

12
c) Telinga Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan
fungsi pendengaran normal
d) Hidung Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
1) Inspeksi biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada
barrel chest penggunaan otot bantu pernafasan
2) Palpasi biasanya premitus kanan dan kiri melemah (
3) Perkusi bisanya hipersonor
4) Auskultasi biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai
tingkat keparahan obstruktif
g) Jantung
1) Inspeksi bisanya ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi biasanya ictus cordis teraba
3) Auskultasi biasanya irama jantung teratur
h) Abdomen
1) inspeksi biasanya tidak ada asites
2) Palpasi biasanya hepar tidak teraba
3) Perkusi biasanya timphany
4) Auskultasi biasanya bising usus normal
i) Ekstremitas biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing
finger) sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan (
Muttaqin, 2012).
2. Diganosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016) Diagnosa keperawatan
yang muncul :
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran
alveolus-kapiler

13
b. Bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli
dan bronkospasme
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya
nafas.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan
atau hasil yang diharapkan.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan


keperawatan
(D.0003) L.01003 1.01014
Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Setelah dilakukan intervensi Observasi
pertukaran gas
keperawatan selama 3x 24 jam, 1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan maka status kenyamanan kedalaman dan upaya napas.
meningkat dengan kriteria hasil 2. Monitor pola napas (seperti
dengan ketidak
: bradipnea, takipnea,
seimbangan 1. Tingkat kesadaran hiperventilasi, Kussmaul,
meningkat 2. Dyspnea CheyneStokes, Biot, ataksik)
ventilasi-perfusi
menurun 3. Monitor kemampuan batuk
dan perubahan 3.Bunyi napas tambahan efektif
menurun 4. Monitor adanya sumbatan jalan
membran alveolus-
4. Pusing menurun napas
kapiler 5. Penglihatan kabur menurun 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
6. Diaphoresis menurun paru
7. Gelisah menurun 6. Auskultasi bunyi napas
8. Napas cuping hidung 7. Monitor saturasi oksigen -
menurun Monitor nilai A G D
9. PCO2 membaik 8. Monitor hasil x-ray toraks
10. PO2 membaik Terapeutik
11. Takikardia membaik 1. Atur interval pemantauan
12. pH arteri membaik respirasi sesuai kondisi pasien
13. Sianosis membaik 2. Dokumtasikan hasil pemantaua
14. Pola napas membaik Edukasi
15. Warna kulit membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

14
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

( D.0001 ) L.01001 1.01006


Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Bersihan jalan
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
napas berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam,
Observasi
maka status kenyamanan
dengan mukus
meningkat dengan kriteria - Identifikasi kemampuan batuk
dalam jumlah hasil :
- Monitor adanya retensi sputum
1. Batuk efektif meningkat
berlebihan,
2. Produksi sputum menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi
peningkatan 3. Mengi menurun
saluran napas
4. Wheezing menurun
produksi mukus,
5. Mekonium (pada neonates) - Monitor input dan output cairan (mis.
eksudat dalam menurun
jumlah dan karakteristik)
6. Dyspnea menurun
alveoli dan
7. Ortopnea menurun Terapeutik
bronkospasme 8. Sulit bicara menurun
- Atur posisi semi Flower atau flower
9. Sianosis menurun
10. Gelisah menurun - Pasang perlak dan bengkok di
11. Frekuensi napas membaik
pangkuan pasien
12. Pola napas membaik
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif - Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali - Anjurkan
batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

15
D.0005 L.01004 1.01011
Pola Napas Tidak Pola Napas Manajemen Jalan Napas
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
Efektif
keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi
berhubungan maka status pernapasan - Monitor pola napas (frekuensi,
membaik dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
dengan hambatan
1. Ventilasi semenit meningkat - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Upaya nafas. 2. Kapasitas vital meningkat gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
3. Diameter thoraks anterior kering)
posteilor meningkat - Monitor sputum (jumlah, warna,
4. Tekanan ekspirasi aroma)
meningkat Terapeutik
5. Tekanan inspirasi meningkat - Pertahankan kepatenan jalan napas
6. Dyspnea menurun dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
7. Penggunaan otot bantu thrust
napas menurun jika curiga trauma servikal)
8. Pemanjangan fase ekspirasi - Posisikan semi Flower atau Flower
menurun - Berikan minum hangat
9. Ortopnea menurun - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
10. Pernapasan pursed-tip - lakukan penghisapan lendir kurang
menurun dari 15 detik
11. Pernapasan cuping hidung - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
menurun penghisapan endotrakeal
12. Frekuensi napas membaik - Keluarkan sumbatan benda padat
13. Kedalaman napas membaik dengan forsep McGill
14. Ekskursi dada membaik - Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

D.0056 L.05047 1.05178


Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen energi
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Observasi
dengan ketidak keperawatan diharapkan pasien 1. Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan antara bisa beraktivitas, dengan tubuh yang mengakibatkan
suplai dan kriteria hasil: kelelahan
kebutuhan 1. Kemudahan pasien 2. Monitor kelelahan fisik dan
oksigena meningkat emosional
(hipoksia). 2. Dipsneu saat/setelah 3. monitor pola dan jam tidur
(D.0056) beraktivitas menurun 4. monitor lokasi dan
3. Perasaan lemah ketidaknyamanan selama
menurun melakukan aktivitas

16
4. Tekanan darah Terapeutik
membaikfrekuensi 1. Sediakan lingkungan nyaman
napas membaik dan rendah stimulus
2. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi
tempat tidu, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

4. Implementasi keperawatan
Implementasi Keperawatan
a. Edukasi dan motivasi untuk berhenti merokok
b. Farmakoterapi : Bronkodilator, steroid, mukolitik, antioksi
c. Terapi Non Farmakologis : Latihan fisik, Latihan
d. Terapi oksigen
f. Nutrisi
g. Pembedahan pada PPOK berat.
5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan yang diharapkan dari kondisi ini adalah frekuensi
napas dalam batas normal dan tidak adanya suara napas abnormal
(wheezing,cracles, ronchi)

17
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang umum
terjadi pada pasien usia lanjut. Dengan penyebab utama dari lingkungan polusi
udara, merokok, paparan debu, dan gas-gas kimiawi. Faktor Usia dan jenis
kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru bahkan pada
saat gejala penyakit tidak dirasakan.
Meskipun PPOK merupakan penyebab utama gagal napas dan dispnea
pada lansia, beberapa penyakit lain, termasuk gagal jantung, emboli paru, dan
kecemasan; efek pengobatan; dan kondisi lainnya, termasuk dekondisi dan
malnutrisi dapat memperburuk gejala PPOK.
Tujuan penatalaksaan PPOK adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan
meningkatkan kualitas hidup penderita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardila, Wanda. 2019. Asuhan Keperawatan Gerontik Repiratori : PPOK. Diakses


3 November 2021. http://id.scribd.com/document/427379494/ASKEP-
GERONTIK_PPOK
Ikawati, Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan .
Yogyakarta : Bursa Ilmu
Mengko, Corenelis Yohni. 2018. Asuhan Keperawatan T.T diruang Bougenvil
Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang. Diakses 3 November 2020.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2128/1/KTI%20CORNELIS%20YOHNI
%20MENGKO.pdf
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan . Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Nuha
Medika
Susan, C. Smeltzer. 20012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 12.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai