Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KONSEP PENGELOLAAN KEBUTUHAN OKSIGEN


PATOLOGIS SISTEM PERNAPASAN DAN
KARDIOVASKULER

Dosen Pembimbing :
I Made Mertha, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3 Kelas 2A
Gusti Ayu Maheswari Wirawan (P07120222009)
Ni Made Deby Novita Dewi (P07120222010)
Ni Kadek Ayu Lohita Elistiani (P07120222011)
Putu Tya Dessyana Kusuma Dewi (P07120222012)

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Pengelolaan Kebutuhan Oksigen Patologis Sistem Pernapasan dan
Kardiovaskuler” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Made Mertha,
S.Kp.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 27 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1 Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Sistem Pernapasan ................................ 3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ................................................................ 4
2.3 Gangguan Kebutuhan Sistem Kardiovaskular .......................................... 17
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Hipertensi
………………………………………………………………………….19
BAB III ................................................................................................................. 45
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 45
3.2 Saran.......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Ernawati, 2012). Menurut Henderson teori keperawatan mencakup
seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson mendefinisikan
keperawatan bertugas untuk membantu individu yang sakit dan yang sehat
dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan
dan penyembuhannya, kemampuan individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa
bantuan bila seseorang memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan. Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia diperoleh karena
adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses bernapas. Oksigen
memegang peranan yang sangat penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional, karena itu diperlukan berbagai upaya agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan gangguan
pada proses oksigenasi serta dapat menyebabkan terjadinya kemunduran secara
fungsional pada tubuh atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Salah satu contoh gangguan oksigenasi adalah ISPA. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang menyerang saluran
pernapasan baik itu saluran pernapasan atas ataupun saluran pernapasan
bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari bagian lubang hidung, pita suara,
laring, sinus paranasal, sehingga telinga tengah, dan saluran pernapasan bawah
terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya
menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar
dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen, penyebabnya faktor lingkungan, dan
faktor pejamu.

1
Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok penyakit jantung dan pembuluh
darah yang meliputi penyakit jantung koroner (coronary heart disease),
penyakit serebrovaskular (cerebrovascular disease), penyakit arteri perifer
(peripheral arterial disease), penyakit jantung rematik (rheumatic heart
disease), penyakit jantung bawaan (congenital heart disease), trombosis vena
dalam (deep vein thrombosis) dan emboli pulmonal (pulmonary embolism).
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di dunia. Salah
satu contoh penyakit sistem kardiovaskuler adalah hipertensi. Hipertensi
merupakan sindrom akibat terganggunya regulasi vaskular karena tidak
berfungsinya mekanisme kontrol tekanan arteri (melalui: sistem saraf pusat,
sistem renin-angiotensin-aldosteron, volume cairan ekstraseluler). Sebagian
besar hipertensi tidak dapat diketahui sebabnya. Sampai saat ini hipertensi
tidak dapat disembuhkan, pengobatan hipertensi bertujuan untuk
mengendalikan tekanan darah sampai pada target dengan tujuan mencegah
terjadinya kerusakan organ sasaran (otak, jantung, ginjal, mata dan pembuluh
darah perifer).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan kebutuhan oksigenasi sistem
pernapasan?
2. Berikan contoh konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
3. Apa yang dimaksud dengan gangguan kebutuhan sistem kardiovaskular?
4. Berikan contoh konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Hipertensi
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui gangguan kebutuhan oksigenasi sistem pernapasan.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
3. Untuk mengetahui gangguan kebutuhan sistem kardiovaskular.
4. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Hipertensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Sistem Pernapasan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), gangguan kebutuhan
oksigenasi atau gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan
oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus. Gangguan
pertukaran gas adalah suatu kondisi ketika individu mengalami penurunan
aliran gas yang termasuk didalamnya adalah oksigen dan karbondioksida
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular di dalam tubuh (Lynda Juall
Carpenito-Moyet, 2013).
ISPA merupakan merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan
Akut yang diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infection (ARI). Menurut (Depkes RI, 2007) ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan akut akibat masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
yang berlangsung dalam 14 hari dengan keluhan batuk, pilek, sesak nafas
dengan atau tanpa demam. ISPA dibedakan menjadi dua yaitu saluran
pernafasan bagian atas seperti rhinitis, faringitis, dan otitis serta saluran
pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan
pneumonia (WHO, 2009).
Etiologi ISPA terdiri atas bakteri, virus dan ricketsia. Penyebab ISPA
dapat berupa bakteri atau virus dan aspirasi. Bakteri penyebabnya antara lain
dari genus Streptokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella dan
Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Mikoplasma, dan Herpesvirus.
Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus (Depkes RI, 2008).
Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak,
kepadatan anggota keluarga, kondisi ventilasi rumah, kelembaban, kebersihan,
musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-
langkah pencegahan infeksi untuk pencegahan penyebaran (vaksin, akses
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor penjamu
(usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status

3
gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen
lain, kondisi kesehatan umum), dan karakteristik patogen (cara penularan, daya
tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). Kondisi
lingkungan yang berpotensi menjadi faktor resiko ISPA adalah lingkungan
yang banyak tercemar oleh asap kendaran bermotor, bahan bakar minyak, asap
hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil (Rosana,
2016).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
1. Pengkajian
A. Anamnesa
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan gangguan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) :
1) Pengumpulan data
a. Identitas Diri
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, nama orang tua, pekerjaan, suku/bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor medrec, diagnosa medis, dan
alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan keluarga dengan klien, dan alamat.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan lebih dari sekedar informasi sederhana, dari
riwayat kesehatan inilah kita dapat memperoleh informasi lebih
banyak namun memerlukan waktu yang lama untuk
mendapatkan riwayat kesehatan ini.
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Klien masuk rumah sakit dikarenakan muncul
keluhan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan.
b) Keluhan utama saat dikaji

4
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji,
diuraikan dalam bentuk narasi dengan konsep
PQRST
- Provokatif: apa penyebabnya, apa yang
memperberat dan apa yang mengurangi
Pada klien ISPA ditemukan penyebab seperti
demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
- Quality: dirasakan seperti apa, tampilannya,
suaranya, dan berapa banyak.
Rasa sakit biasanya seperti ditusuk-tusuk,
tertindih, beban berat, diremas-remas.
- Region: lokasinya dimana, dan penyebarannya.
Pada klien ISPA lokasi yang bermasalah di
bagian saluran pernapasan atas atau bawah.
- Saverity: intensitas (skala)
- Timing: kapan muncul keluhan, berapa lama,
bersifat (tiba-tiba, bertahap, sering)
2) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan penyakit yang dialami sebelumnya yang
memperberat kondisi sistem pernafasan pada klien saat ini,
pernahkan klien menderita asma, pneumonia, dan
sebagainya.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi
Biasanya ditemukan muntah dan anoreksia
b) Eliminasi
Menggambarkan keadaan eliminasi klien sebelum sakit
sampai saat sakit yang meliputi: frekuensi, konsistensi,
warna, bau
c) Pola istirahat tidur
Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur anak sejak
sebelum sakit sampai saat sakit, meliputi jumlah jam tidur

5
siang dan malam, penggunaan alat pengantar tidur, atau
masalah tidur.
d) Personal hygiene
Diisi dengan bagaimana kebersihan diri/personal hygiene
anak yaitu menanyakan frekuensi mandi, menyikat gigi,
gunting kuku, ganti pakaian dari sejak sehat dan saat sakit.
e) Aktivitas
Aktivitas rutin yang dilakukan klien sebelum sakit sampai
saat sakit mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali
termasuk penggunaan waktu senggang.
e. Riwayat imunisasi
Tanyakan tentang riwayat imunisasi dasar seperti Bacilus
Calmet Guirnet (BCG), Difteri Pertusis Tetanus (DPT), polio,
hepatitis, campak, maupun imunisasi ulangan.
B. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala klien,
apakah ada pembesaran kepala, apakah ada lesi pada kepala.
Pada klien ISPA biasanya ditemukan sakit kepala.
b) Mata
Konjungtiva, sklera dan pupil normal dapat menangkap cahaya
dengan baik
c) Telinga
Kebersihan, sekresi, dan pemeriksaan fungsi pendengaran.
d) Hidung
Biasanya ditemukan obstruksi nasal, kesulitan bernafas karena
produksi sekret, pernafasan cuping hidung.
e) Mulut
Bibir kering dan pucat
f) Leher
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
g) Dada

6
Biasanya ditemukan retraksi dinding dada, nyeri dada, adanya
bunyi nafas tambahan yaitu ronchi atau wheezing.
h) Abdomen
Biasanya ditemukan nyeri perut, anoreksia
i) Punggung dan bokong
Pemeriksaan bentuk tulang belakang dan pemeriksaan adanya
kemerahan di bokong.
j) Genetalia dan anus
Tidak ada kelainan pada alat kelamin laki-laki maupun
perempuan.
k) Ekstremitas
Tidak ada kelainan pada sistem ini kecuali ada komplikasi
penyakit lain.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur swab tenggorokan pada faringitis bakterial, bertujuan
untuk mendeteksi adanya bakteri streptococcus B-haemolyticus.
2) Rontgen: menunjukkan adanya perselubungan homogen,
penebalan mukosa sedikitnya 4 mm, atau adanya air fluid kadar.
a) Waters (occipitomental), untuk melihat sinus frontalis dan
maksilaris.
b) Caldwell (posteroanmental), untuk melihat sinus frontalis
dan ethmoidalis.
c) Lateral: untuk melihat sinus sphenoidalis dan adenoid.
3) CT-scan sinus paranasal dapat memberikan gambaran yang
lebih akurat daripada Rontgen, namun bukan pemeriksaan yang
harus rutin dilakukan.
4) Pemeriksaan mikrobiologi dengan bahan sekret hidung,
diagnosa ditegakkan apabila ditemukan bakteri >104 U/ML.
5) Pemeriksaan transiluminasi untuk mengetahui adanya cairan di
sinus yang sakit (akan terlihat lebih seram daripada yang sehat).

7
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan
pada pasien dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah sebagai
berikut :
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan (b.d) spasme
jalan napas ditandai dengan (d.d) batuk tidak efektif, sputum berlebih,
mengi, wheezing dan/atau ronki kering, dan dispnea.
b. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan (b.d) hambatan upaya
napas ditandai dengan (d.d) dispnea, penggunaan otot bantu napas, fase
ekspirasi memanjang, dan pola napas abnormal.
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan (b.d)
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ditandai dengan (d.d) dispnea,
PO2 menurun, dan bunyi napas tambahan.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan bagian dari fase proses keperawatan yang dapat
menjadi panduan bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Keluarga harus menyusun
perencanaan keperawatan berdasarkan rumusan diagnosis keperawatan,
yang menjadi petunjuk dalam membuat tujuan dan intervensi keperawatan
untuk mencegah, menurunkan dan mengeliminasikan masalah kesehatan
klien. Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah sebagai berikut :

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. D.0001 Setelah dilakukan intervensi I.01006


Bersihan Jalan keperawatan selama …x… 1. Latihan Batuk Efektif
Napas Tidak hari maka Bersihan Jalan Observasi :

8
Efektif b.d Napas Meningkat, dengan - Identifikasi kemampuan batuk
spasme jalan kriteria hasil : - Monitor adanya retensi sputum
napas d.d batuk - Batuk efektif - Monitor tanda dan gejala infeksi
tidak efektif, meningkat saluran napas
sputum - Produksi sputum - Monitor input dan output cairan
berlebih, mengi, menurun (mis. jumlah dan karakteristik)
wheezing - Mengi menurun
dan/atau ronki - Wheezing menurun Terapeutik :
kering, dan - Dispnea menurun - Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
dispnea - Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

I. 01011
2. Manajemen Jalan Napas
Observasi :
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis.
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi

9
kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)

Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
pengisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

I.01014
3. Pemantauan Respirasi
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)

10
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

2. D.0005 Setelah dilakukan intervensi I. 01011


Pola Napas keperawatan selama …x… 1. Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif hari maka Pola Napas Observasi :
b.d hambatan Membaik, dengan kriteria - Monitor pola napas (frekuensi,
upaya napas d.d hasil : kedalaman, usaha napas)
dispnea, - Dispnea menurun - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
penggunaan otot - Penggunaan otot gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
bantu napas, bantu napas menurun kering)
fase ekspirasi - Pemanjangan fase - Monitor sputum (jumlah, warna,
memanjang, dan ekspirasi menurun aroma)
pola napas - Frekuensi napas
abnormal membaik Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

11
- Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
pengisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

I.01014
2. Pemantauan Respirasi
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik :

12
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

3. D.0003 Setelah dilakukan intervensi I.01014


Gangguan keperawatan selama …x… 1. Pemantauan Respirasi
Pertukaran Gas hari maka Pertukaran Gas Observasi :
b.d Meningkat, dengan kriteria - Monitor frekuensi, irama,
ketidakseimban hasil : kedalaman, dan upaya napas
gan ventilasi- - Dispnea menurun - Monitor pola napas (seperti
perfusi d.d - PO2 membaik bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
dispnea, PO2 - Bunyi napas Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
menurun, dan tambahan menurun ataksik)
bunyi napas - Monitor kemampuan batuk efektif
tambahan - Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika

13
perlu

I. 01026
2. Terapi Oksigen
Observasi :
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor efektivitas terapi oksigen
(mis. oksimetri, analisa gas darah),
jika perlu
- Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen

Terapeutik :
- Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

Edukasi :

14
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah

Kolaborasi :
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
tindakan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan membutuhkan
keterampilan kognitif, interpersonal, dan psikomotor.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau
memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP atau SOAPIE
atau SOAPIER. Yang dimaksud SOAPIER yaitu:
a. Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
b. Data objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
c. Analisa data
Analisa merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang
masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

15
d. Perencanaan atau planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukan
hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada
umumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah
tindakan yang dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah klien,
tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternatif
pilihan yang lain yang diduga dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan. Sedangkan, rencana tindakan yang baru atau
sebelumnya tidak ada, maka dapat ditentukan bila timbul masalah
baru atau rencana tindakan yang sudah tidak kompeten lagi untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
e. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan instruksi yang telah diidentifikasi dalam komponen P
(Perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam
pelaksanaan.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
g. Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana
tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.
6. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan bagian dari fungsi manajemen yang terakhir
yaitu pengawasan (controlling). Dokumentasi keperawatan merupakan
suatu dokumen yang berisi tentang keadaan pasien dari bio-psikososial-
spiritual dan seluruh kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien sejak pasien datang ke rumah sakit sampai pasien pulang

16
(Juniarti, 2020). Pendokumentasian bermanfaat sebagai alat komunikasi
antar pemberi asuhan, merencanakan pelayanan klien, mengaudit institusi
kesehatan, penelitian, bahan pendidikan, penggantian pembayaran,
dokumentasi hukum dan analisis layanan kesehatan (Berman, Snyder &
Frandsen, 2016).
2.3 Gangguan Kebutuhan Sistem Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular didefinisikan sebagai kondisi yang
mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah yang melalui
bilik jantung, aliran darah miokard, serta sirkulasi perifer yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam fungsi jantung (Poter dan Perry, 2010:332). Orang
dewasa mengalami perubahan pada fungsi jantung akibat kalsifikasi jalur
konduksi, penebalan dan gangguan katup jantung karena akumulasi lipid dan
fibrosis, serta penurunan jumlah sel pacemaker pada katup SA (Meiner dan
Leuckenotte, 2006:33).
Penyakit Kardiovaskuler merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. salah satu penyakit
Kardiovaskuler adalah Hipertensi. Hipertensi atau penyakit tekanan darah
tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 dua yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial adalah :
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk terkena penyakit ini. Faktor genetik ini tidak
dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memiliki
tekanan darah tinggi.

17
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. ketika perempuan memasuki usia tua
(menopause) hormon estrogen akan menurun kadarnya sehingga
perempuan lebih rentan terhadap hipertensi. Penderita hipertensi
pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat. Faktor ini dapat
dikendalikan, serta jenis kelamin laki laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsi garam. Karena dengan
mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan penderita
hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika
garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang
seharusnya didalam tubuh.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi terjadi
yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok
yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan beberapa
punting rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah
pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien, sebaiknya jika

18
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari
alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan
memelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi
yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi
adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti 11
penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal,
kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi. Dari penyakit
tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut
hipertensi ginjal (renal hypertension).
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Hipertensi
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
a. Identitas Klien
1) Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan
pasien
b. Keluhan Utama
Yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.

19
Keluhan lain yang menyertai biasanya: sakit kepala, pusing,
penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji di dalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,
penyakit metabolik, penyakit menular seperti TBC, HIV,
infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes
melitus, asma, dan lain-lain
B. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Pasien tampak lemah
2) Tanda-tanda vital: Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan
dangkal dan nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140
mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg.
3) Wajah ekspresi wajah: tampak sesak gelisah, kesakitan, pucat,
biru. 4) Mata: simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sklera
ikterus tidak. 5) Telinga: adanya peradangan, kelainan bentuk,
serumen, perdarahan, benjolan.
4) Hidung: simetris/tidak, adanya peradangan, kelainan bentuk,
terdapat sekret atau tidak.
5) Mulut: bibir sianosis (pada penyakit jantung bawaan), bibir
pucat (anemia), lembab atau kering.
C. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien dengan hipertensi
antara lain:
a. Hitung darah lengkap (completeBlood cells Count) meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan
indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Kimia darah

20
1) BUN,kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan
perfusi atau faal renal.
2) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah
presipitator hipertensi) akibat peningkatan kadar katekolamin.
3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
4) Kadar serum aldosterone: menilai adanya aldosteronisme
primer.
5) Studi tiroid ( T3 dan T4 ): menilai adanya hipertiroidisme yag
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
6) Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi.
c. Elektrolit
1) Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan
adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap
hipertensi.
d. Urine
1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.
2) Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
3) Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan
hiperadrenalisme, pheochomacytoma, atau disfungsi pituitasi,
sindrom cushing’s, kadar renin juga meningkat.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP), mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis,
benign prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks, menilai adanya klasifikasi obstruksi katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
f. EKG

21
Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi
atau disritmia
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan
yang dapat diterapkan pada pasien dengan Hipertensi :
a. Nyeri akut berhubungan dengan (b.d.) agen pencedera fisiologi (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma ditandai dengan (d.d.) mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat dan pola napas
berubah
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan (b.d.) peningkatan
tekanan darah ditandai dengan (d.d.) pengisian kapiler >3 detik, nadi
perifer menurun, akral teraba dingin, Turgor kulit menurun, dan
nyeri ekstremitas
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan (b.d.) ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan (d.d) mengeluh
lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,
tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, dan merasa
lemah
d. Risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan
afterload
3. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan atau perencanaan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan
tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

22
keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018). perencanaan
pada pasien dengan penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. D.0077 Setelah dilakukan intervensi I.08238


Nyeri akut b.d. agen keperawatan selama …x… 1. Manajemen Nyeri
pencedera fisiologi hari maka Tingkat Nyeri Observasi:
(mis. inflamasi, Menurun, dengan kriteria - Identifikasi Lokasi,
iskemia, neoplasma hasil: Karakteristik, Durasi,
d.d. mengeluh nyeri, - Keluhan nyeri Kualitas, Intensitas
tampak meringis, menurun Nyeri.
bersikap protektif, - Sikap protektif - Identifikasi Skala
gelisah, frekuensi menurun Nyeri.
nadi meningkat, sulit - Gelisah menurun - Identifikasi Respon
tidur, tekanan darah - Kesulitan tidur Nyeri Non Verbal
meningkat dan pola menurun - Identifikasi Faktor
napas berubah - Frekuensi nadi yang Memperberat
membaik dan Memperingan
- Tekanan darah Nyeri
membaik - Identifikasi
- pola napas membaik Pengetahuan dan
Keyakinan Tentang
Nyeri
- Identifikasi Pengaruh
Budaya Terhadap
Respon Nyeri
- Identifikasi Pengaruh
Nyeri Terhadap
Kualitas Hidup
- Monitor
Keberhasilan Terapi
Komplementer yan
sudah diberikan

23
- Monitor Efek
Samping
Penggunaaan
Analgetik
Terapeutik
- Berikan Teknik
Nonfarmakologis
Untuk mengurangi
rasa nyeri (Mis.
TENS, hipnosis,
akupressur,terapi
musik,biofeedback,te
rapi pijat,
aromaterapi,teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin,terapi
bermain)
- Kontrol Lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri(Mis. suhu
ruangan,pencahayaan
, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri

24
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
e
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik,jika perlu
I.082443
2. Pemberian Analgesik
Observasi
- Identifikasi Karakter
nyeri(mis.pencetus,p
ereda,kualitas,lokasi,i
ntensitas,frekuensi,du
rasi)
- Identifikasi Riwayat
Alergi obat
- Identifikasi
Kesesuaian jenis
analgesik(mis.narkoti
ka,non-narkotik,atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda

25
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
- Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi

2. D.0009 Setelah dilakukan intervensi I. 02079

26
Perfusi perifer tidak keperawatan selama …x… 1. Perawatan Sirkulasi
efektif b.d. hari maka Perfusi Perifer Observasi
peningkatan tekanan Meningkat dengan kriteria - Periksa sirkulasi
darah d.d. pengisian hasil: perifer (mis. nadi
kapiler >3 detik, nadi - Kekuatan nadi perifer, edema,
perifer menurun, perifer meningkat pengisian kapiler,
akral teraba dingin, - Nyeri ekstremitas warna, suhu,
Turgor kulit menurun anklebrachial index)
menurun, dan nyeri - Pengisian kapiler - Identifikasi faktor
ekstremitas membaik risiko gangguan
- Akral membaik sirkulasi (mis,
- Turgor kulit diabetes, perokok,
membaik orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
- Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
- Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cedera
- Lakukan pencegahan

27
infeksi
- Lakukan perawatan
kaki dan kuku
- lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok - Anjurkan
berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
- Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol,Jika perlu
- Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
- Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
- Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
- Ajarkan program diet

28
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis, rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
- Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis, rasa
sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
I.06195
2. Manajemen Sensasi
Perifer
Observasi
- Identifikasi penyebab
perubahan sensasi -
- Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu, dan pakaian
- Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
- Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
- Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
- Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu

29
- Monitor perubahan
kulit
- Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
- Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan
suhunya(terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
- Anjurkan
penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
- Anjurkan
penggunaan sarung
tangan termal saat
memasak
- Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid, jika
perlu

3. D.0056 Setelah dilakukan intervensi I.05178


Intoleransi Aktivitas keperawatan selama …x… 1.Manajemen Energi
b.d. hari maka Toleransi Observasi

30
ketidakseimbangan Aktivitas Meningkat, - Identifikasi gangguan
antara suplai dan dengan Kriteria hasil: fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen - Keluhan Lelah mengakibatkan
d.d mengeluh lelah, Menurun kelelahan
frekuensi jantung - Perasaan Lemah - Monitor kelelahan
meningkat >20% Menurun fisik dan emosional
dari kondisi istirahat, - Frekuensi Nadi - Monitor pola dan jam
tekanan darah Membaik tidur
berubah >20% dari - Tekanan Darah - Monitor lokasi dan
kondisi istirahat, dan Membaik ketidaknyamanan
merasa lemah selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis,
cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan

31
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
I.05186
2. Terapi Aktivitas
Observasi
- Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
diinginkan
- Identifikasi strategi
makna aktivitas rutin
(mis. bekerja) dan
waktu luang
- Monitor respons
emosional, fisik,
sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik

32
- Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan
defisit yang dialami
- Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitas memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas
fisik rutin (mis.
ambulasi, mobilisasi,
dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
- Fasilitas aktivitas
pengganti saat

33
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implisit dan
emosional(mis.kegiat
an keagamaan
khusus)untuk pasien
demensia, jika sesuai
- Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak
kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan (mis.
vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging.

34
berenang.tugas
sederhana,permainan
sederhana,tugas rutin,
tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
- Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai
tujuan
- Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
- Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif

35
dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau terapi,
jika sesuai
- Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
- kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu

4. D.0011 Setelah dilakukan intervensi I.02075


Risiko penurunan keperawatan selama …x… 1. Perawatan Jantung
curah jantung hari maka Curah Jantung Observasi
dibuktikan dengan meningkat dengan kriteria - Identifikasi
perubahan afterload hasil: tanda/gejala primer
- kekuatan Nadi penurunan curah
Perifer Meningkat jantung (meliputi
- Tekanan Darah dispnea,kelelahan,
Membaik edema,ortopnea,
paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan
CVP)
- Identifikasi

36
tanda/gejala sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan berat
badan, hepatomegali,
distensi vena
jugularis,palpitasi,
ronkhi
basah,oliguria,batuk,
kulit pucat)
- Monitor tekanan
darah (termasuk
tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor keluhan
nyeri dada (mis.
intensitas, lokasi,
radiasi,durasi,presipit
asi,yang mengurangi
nyeri)
- Monitor EKG 12
sadapan
- Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
- Monitor nilai
laboratorium jantung

37
(mis. elektrolit,
enzim jantung, BNP,
NT proBNP)
- Monitor fungsi alat
pacu jantung
- Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum
pemberian obat (mis.
beta blocker, ACE
inhibitor, calcium
channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai (mis
batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi
lemak)
- Gunakan stocking
elastis atau
pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi

38
- Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehat
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres,
jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94% Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti
merokok
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian -
Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program

39
rehabilitasi jantung
I.02076
2. Perawatan Jantung Akut
Observasi
- Identifikasi
karakteristik nyeri
dada (meliputi faktor
pemicu dan pereda,
kualitas, lokasi,
radiasi, skala,durasi
dan frekuensi)
- Monitor EKG 12
sadapan untuk
perubahan ST dan T
- Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
- Monitor elektrolit
yang dapat
meningkatkan risiko
aritmia(mis,kalium,m
agnesium serum)
- Monitor enzim
jantung (mis. CK,
CK-MB, Troponin T,
Troponin I)
- Monitor saturasi
oksigen
- Identifikasi
stratifikasi pada
sindrom koroner
akut(mis.skor TIMI,
Killip, Crusade)
Terapeutik

40
- Pertahankan tirah
baring minimal 12
jam
- Pasang akses
intravena
- Puasakan hingga
bebas nyeri
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi ansietas
dan stres
- Sediakan lingkungan
yang kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
- Siapkan menjalani
intervensi koroner
perkutan, jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi
- Anjurkan segera
melaporkan nyeri
dada
- Anjurkan
menghindari
manuver Valsava
(mis,mengedan saat
BAB atau batuk)
- Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
- Ajarkan teknik
menurunkan

41
kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiplatelet, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian antiangina
(mis. nitroglycerin,
beta blocker, calcium
channel blocker)
- Kolaborasi
pemberian
morfin,jika perlu
- Kolaborasi
pemberian inotropik,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian obat untuk
mencegah manuver
Valsava (mis.
pelunak tinja,
antiemetik)
- Kolaborasi
pencegahan trombus
dengan antikoagulan,
jika perlu
- Kolaborasi
pemeriksaan x-ray
dada, jika perlu.

4. Implementasi
Menurut Budiono (2016) Implementasi/Pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

42
yang telah ditetapkan. Implementasi merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam
komponen P (perencanaan). Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi menurut (Budiono 2016) adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan
sudah dicapai atau belum. Format yang digunakan dilakukan dalam
evaluasi asuhan keperawatan adalah SOAP :
a) S ( Data Subjektif ) Data berdasarkan keluhan yang
diucapkan atau disampaikan oleh pasien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
b) O ( Data Objektif ) Data objektif adalah data berdasarkan
hasil pengukuran atau hasil observasi secara langsung
kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
c) A ( Analisis ) Interpretasi dari data subjektif dan data
objektif. Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis
keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
d) P (Planning) Perencanaan keperawatan yang akan dihentikan
atau dilanjutkan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan.
6. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan bagian dari fungsi manajemen yang terakhir
yaitu pengawasan (controlling). Dokumentasi keperawatan merupakan
suatu dokumen yang berisi tentang keadaan pasien dari bio-psikososial-

43
spiritual dan seluruh kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh
perawat terhadap pasien sejak pasien datang ke rumah sakit sampai
pasien pulang (Juniarti, 2020). Pendokumentasian bermanfaat sebagai
alat komunikasi antar pemberi asuhan, merencanakan pelayanan klien,
mengaudit institusi kesehatan, penelitian, bahan pendidikan,
penggantian pembayaran, dokumentasi hukum dan analisis layanan
kesehatan (Berman, Snyder & Frandsen, 2016)

44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oksigen memegang peranan yang sangat penting dalam semua proses
tubuh secara fungsional, karena itu diperlukan berbagai upaya agar kebutuhan
dasar ini terpenuhi dengan baik. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan
gangguan pada proses oksigenasi serta dapat menyebabkan terjadinya
kemunduran secara fungsional pada tubuh atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernapasan baik itu saluran pernapasan atas ataupun saluran
pernapasan bawah. Penyakit Kardiovaskuler merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. salah satu
penyakit Kardiovaskuler adalah Hipertensi. Hipertensi atau penyakit tekanan
darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
3.2 Saran
Penulis harap pembaca dapat memahami secara mendetail mengenai
Keperawatan Medikal Bedah I. Makalah ini tentu saja jauh dari kata sempurna,
diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
untuk makalah ini kedepannya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. (2000). Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Akut. Direktorat PPM & PL. Jakarta.

Depkes RI. (2007). Pengertian ISPA. http. www. Google. Com.

Depkes RI. (2008). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan Surveilans Penyakit Dan Masalah Kesehatan Berbasis
Masyarakat. Jakarta

Hamidah, E. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Di RSUD DR


Moewardi Surakarta. KTI. Politeknik Kesehatan Surakarta.

Lynda Juall Carpenito-Moyet. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. (D. Ns.
Eka Anisa Mardella, S.Kep, Ed.) (13th ed.). Jakarta.

Nurhamidah, E. (2022). Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi di RSUD DR


Moew Ardi Surakarta. Politeknik Kesehatan Jakarta.

Ramadhan, M. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny N Yang Mengalami


Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RS Kartika
Husada. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadyah Pontianak, 1(1),
1–93.

Rosana, E. N. (2016). “Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
Lingkungan Dalam Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1.”
https://lib.unnes.ac.id/.

Sari, N. P. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hipertensi yang di


Rawat di Rumah Sakit. In Journal of Chemical Information and Modeling
(Vol. 53, Issue 9). http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1069/1/KTI
Novia Puspita Sari.pdf

Setiadi, A.D., Steven, V.H. (2018). Penyakit Kardiovaskular; Seri Pengobatan


Rasional. Yogyakarta: Graha Ilmu

iv
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1.
Jakarta.Persatuan Perawat Indonesia

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1. Jakarta:


Persatuan Perawat Indonesia.

SLKI. 2022. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1. Jakarta.


Persatuan Perawat Indonesia

WHO. (2009). “Acute Respiratory Infection, For Vaccine Reasearc (IVR).”

Anda mungkin juga menyukai