Oleh :
KELOMPOK II
B10-B
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi ards dan
Bronkopneumonia” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas Mata Ajar Keperawatan Sistem Respirasi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 29
B. Saran ........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ...................................................................................................... 32
Lampiran 2 ....................................................................................................... 33
Lampiran 3 ........................................................................................................ 42
Lampiran 4 ........................................................................................................ 43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan
untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya
termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di
mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga
mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai
jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan. Pengertian
pernapasan atau respirasi sendiri adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran
pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai
berikut: rongga hidung à faring à trakea à bronkus à paru-paru (bronkiol dan
alveolus). Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem
pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat
dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Namun banyak sekali kelainan dari sistem pernapasan yang dapat
mengganggu proses dari pernapasan kita. ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome) dan bronkopneumonia merupakan penyaki yang mengganggu sistem
pernapasan manusia yang membutuhkan penanganan yang serius. Dalam makalah
ini akan dibahas tentang beberapa kerusakan pada sistem pernapasan dan asuhan
keperawatan pada sistem pernapasan berdasarkan etiologi penyakinya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi ilmu keperawatan
Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang gambaran herpes serta dapat digunakan sebagai
bahan pustaka.
2. Bagi peneliti
Menambah wawasan pengetahuan tentang gambaran herpes.
3. Bagi perawat
Pengetahuan yang bermanfaat bagi perawat untuk mengetahui herpes
sehingga memudahkan perawat memberikan intervensi.
4. Bagi masyarakat
Pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga dapat mencegah
herpes lebih dini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat Kelainan paru akibat kebakaran, inhalasi gas
inhalasi (mekanisme tidak oksigen, aspirasi asam lambung, tenggelam,
langsung) sepsis (apapun penyebabnya), koagulasi
intravascular tersebar dan pancreatitis idiopatik.
Obat-obatan Heroin dan salisilat.
Infeksi Virus, bakteri, jamur, dan TB paru
Sebab lain Emboli lemak, emboli cairan amnion, emboli
paru thrombosis, rudapaksa (trauma) paru,
keracunan oksigen, transfungsi massif, kelainan
metabolic (uremia), bedah mayor.
3. Epidemiologi
ARDS (juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya
paru sehat,sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000
pasien tiap tahun, dengan lajumortalitas 65% untuk semua pasien yang mengalami
ARDS. Faktor resiko menonjol adalahsepsis. Kondisi pencetus lain termasuk
trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi tenggelam,inhalasi asap atau kimia,
gangguan metabolik toksik, pankreatitis, eklamsia, dan kelebihan dosisobat.
Perawatan akut secara khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan
ventilasi mekanik. Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya
akan sembuh total, denganatau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang. Pada
penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung
akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan paruttertentu membaik
beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
4. Manifestasi klinis
a. Distres pernafasan akut : takipnea, dispnea, pernafasan menggunakan otot
aksesori, sianosis sentral.
b. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beebrapa jam sampai
seharian.
c. Krakles halus di seluruh bidah paru.
d. Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam piker dan agitasi sampai koma.
Menurut Darmanto (2007) tanda gejala ARDS yaitu :
a. Gejala ARDS muncul 24-48 jam setelah penyakit berat atau trauma. Awalnya
terjadi sesak nafas, takipnea dan nafas pendek dan terlihat jelas penggunaan
otot pernafasan tambahan. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan ronkhi dan
mengi.
b. Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak nafas pada 24 jam setelah
sepsis atau trauma, kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.
5. Patofisiologi
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yangmengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar
dan perubahan dalam jaring- jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif
darah dalam paru-paru. ARDS menyebabkan penurunandalam pembentukan
surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadisangat
menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik
dalamkapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia. Ada 3 fase
dalam patogenesis ARDS:
a. Fase Eksudatif
Fase permulaan, dengan cedera pada endothelium dan epitelium,
inflamasi, dan eksudasicairan. Terjadi 2-4 hari sejak serangan akut.
b. Fase Proliferatif
Terjadi setelah fase eksudatif, ditandai dengan influks dan proliferasi
fibroblast, sel tipeII, dan miofibroblast, menyebabkan penebalan dinding
alveolus dan perubahan eksudat perdarahan menjadi jaringan granulasi
seluler/membran hialin. Fase proliferatif merupakan fase menentukan yaitu
cedera bisa mulai sembuh atau menjadi menetap, adaresiko terjadi lung
rupture (pneumothorax).
c. Fase Fibrotik/Recovery
Jika pasien bertahan sampai 3 minggu, paru akan mengalami
remodeling dan fibrosis.Fungsi paru berangsurangsur membaik dalam waktu 6
– 12 bulan, dan sangat bervariasiantar individu, tergantung keparahan
cederanya.Perubahan patofisiologi berikut ini mengakibatkan sindrom klinis
yang dikenal sebagai ARDS :
- Sebagai konsekuensi dari serangan pencetus, complement cascade menjadi
aktif yangselanjutnya meningkatkan permeabilitas dinding kapiler.
- Cairan, lekosit, granular, eritrosit, makrofag, sel debris, dan protein bocor
kedalam ruanginterstisiel antar kapiler dan alveoli dan pada akhirnya
kedalam ruang alveolar.
- Karena terdapat cairan dan debris dalam interstisium dan alveoli maka
area permukaan untuk pertukaran oksigen dan CO2 menurun sehingga
mengakibatkan rendahnyan rasio ventilasi- perfusi dan hipoksemia.
- Terjadi hiperventilasi kompensasi dari alveoli fungsional, sehingga
mengakibatkanhipokapnea dan alkalosis resiratorik.
- Sel-sel yang normalnya melaisi alveoli menjadi rusak dan diganti oleh sel-
sel yang tidak menghasilkan surfaktan ,dengan demikian meningkatkan
tekanan pembukaan alveolar
ARDS biasanya terjadi pada individu yang sudah pernah mengalami
trauma fisik,meskipun dapat juga terjadi pada individu yang terlihat sangat sehat
segera sebelum awitan,misalnya awitan mendadak seperti infeksi akut. Biasanya
terdapat periode laten sekitar 18-24 jam dari waktu cedera paru sampai
berkembang menjadi gejala. Durasi sindrom dapat dapat beragam dari beberapa
hari sampai beberapa minggu. Pasien yang tampak sehat akan pulih dari ARDS.
Sedangkan secara mendadak relaps kedalam penyakit pulmonary akut akibat
serangansekunder seperti pneumotorak atau infeksi berat (Yasmin Asih. Hal
125).Sebenarnya sistim vaskuler paru sanggup menampung penambahan volume
darah sampai 3 kalinormalnya, namun pada tekanan tertentu, cairan bocor keluar
masuk ke jaringan interstisiel dan terjadi edema paru.
6. Pathway
(Terlampir).
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
1) Analisa Gas Darah : hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena
hiperventilasi), hiperkapnia (pada emfisema atau keadaan lanjut).
Alkalosis respiratorik pada awal proses, akan berganti menjadi asidosis
respiratorik.
2) Leukositosis (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi inflamasi
sistemik dan kerusakan endotel), peningkatan kadar amilase (pada
pankreatitis).
3) Gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi intravascular diseminata
(sebagai bagian dari MODS/multiple organ dysfunction syndrome).
b. Radiologi
1) Foto toraks : pada awal proses, dapat ditemukan lapangan paru yang relatif
jernih, serial foto kemudian tampak bayangan radio-opak difus atau patchy
bilateral dan diikuti pada foto serial berikutnya lagi gambaran confluent,
tidak terpengaruh gravitasi, tanpa gambaran kongesti atau pembesaran
jantung.
2) CT scan toraks : pola heterogen, predominasi infiltrate pada area dorsal
paru (foto supine).
9. Penatalaksaan medis
Secara garis besar penatalaksanaan pada pasien ARDS :
a. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi modalitas
ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas
membrane alveolarkapiler kembali membaik . Dua tujuan tambahan yaitu :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenasi selama periode kritis
hipoksemia berat
2) Mengatasi faktor etiologi yang mngawali penyebab distress pernafasan.
b. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigenasi adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan
tekanan dan kemampuan aliran yang tinggi di mana PEEB dapat ditambahkan.
PEEB diberikan melalui siklus pernafasan untuk mencegah kolaps alveoli
pada akhir ekspirasi.
Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotraumas.
Hal tersebut sering terjadi pada pasien diventilasi dengan tidal bolume di atas
15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang torakostomi darurat harus
siap tersedia.
c. Pemantauan Oksigen Arteri adekuat
Sebagian besar volume oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah
menurun. SEbagai akibat efek ventilasi mekanik PEEP pengukuran seri
hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan
menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.
d. Titrasi cairan
Efek patologis dari peningkatan permeabilitas alveolar kapiler adalah dapat
mengakibatkan edema interstitial dan edema alveolar. Pemberian cairan yang
berlebihan pada orang normal dapat menyebabkan edema paru-paru dan gagal
pernafasan. Tujuan utama terapi cairan adalah untuk mempertahankan
parameter fisiologik normal.
e. Penggunaan kortikosteroid untuk terapi masih kontroversi. Sebelumnya terapi
antibiotic diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa
hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negative yang berbahaya. Akhirnya
antibiotic profilaksis rutin tidak lagi digunakan.
f. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakeostomi disediakan tidak hanya sebagai
jalan nafas, tetapi juga berarti melindungi jalan nafas (dengan cuff utuh),
memberikan dukungan ventilasi kontinudan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeriharaan jalan nafas meliputi : mengetahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan
terhadap jalan nafas bagian atas.
g. Mencegah infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernafasan bagian atas dan
bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah
dilakukan.
h. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masalah
kritis. Nutrisi parental ttal (hipertensi intravena) atau pemebrian makan
melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memungkinkan pasien untuk
menghindari gagal nafas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot inspirasi.
(Somantri, 2007).
7) Rasaaman
Subyektif : adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastik
8) Seksualitas
Subyektif.: riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan AGD didapat adanya hipoksemia kemudian hiperkapni
dengan asidosis respiratorik.
2) Pemeriksaan radiologis, mula-mula tidak ada kelainan jelas pada foto
dada, setelah 12-24 jam akan tampak infiltrate alveolar tanpa batas yang
tegas diseluruh paru
3) Biopsi paru , terdapat adanya pengumpulan granulosit secara abnormal
dalam parenkim paru.
2. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Trauma langsung / tak Gangguan
- Klien mengatakan langsung pertukaran
kesulitan untuk pada paru gas
bernapas ↓
- Klien mengatakan Toksik terhadap epithelium
merasakan sesak asleolar
DO: ↓
- Peningkatan kerja Kerusakan membrane kapiler
napas (penggunaan alveoli
otot bantu ↓
pernapasan) Kerusakan epithelium
- Napas cepat alveolar
- Penurunan dan tidak ↓
seimbangnya Kebocoran cairan dalam
ekpansi dada alveoli
- Kulit dan membran ↓
mukosa mungkin Edema alveolar
pucat, dingin ↓
- Sianosis bisa terjadi Wolume dan compliance paru
(stadium lanjut) menurun
↓
Ketidak seimbangan ventilasi
perfusi hubungan arterio –
venus
dan kelainan difusi alveoli –
kapiler
↓
Gangguan pertukaran gas
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kehi;angan fungsi slia
jalan napas.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema pulmonal.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
4. Rencana keperawatan
(Terlampir)
5. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
keperawatan.
6. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
dicapai.
2. Klasifikasi Pneumonia
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
3. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun.
4. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al.,
2011) :
a. Faktor infeksi
1) Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
2) Pada bayi :
- Virus: Virus parainfluensa, virus influenza,Adenovirus,
RSV, Cytomegalovirus.
- Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis,Pneumocytis.
- Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetellapertusis.
3) Pada anak-anak :
- Virus : Parainfluensa, Influensa Virus,Adenovirus, RSV
- Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
- Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
4) Pada anak besar – dewasa muda :
- Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
- Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
1) Bronkopneumonia hidrokarbon
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
2) Bronkopneumonia lipoid
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan
pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada
jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung
asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan
minyak ikan.
4. Patofisiologi
Normalnya saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
5. Pathways
(Terlampir)
6. Manifestasi klinis
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak
sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai
pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana
pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif (Bennete, 2013).
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia
khususnyabronkopneumonia ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):
a. Inspeksi
Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung. Tanda objektif yang
merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi dinding
dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea;
dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang
bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas
menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding
dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan
suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat
apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih
lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
8. Kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut(Bradley
et.al., 2011):
a. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
b. Panas badan
c. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
9. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.
Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat
dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3) Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4) Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
5) Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
7) Pernafasan
- Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
- Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
- Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
- Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
- Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
- Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
9) Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
e. Pemeriksaan penunjang
- Hb : menurun atau normal
- AGD : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,
kadar karbon darah meningkat atau normal.
- Elektrolit : natrium/kalsium menurun atau normal.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana keperawatan
(Terlampir)
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ARDS adalah penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan
disebabkan terhambatnya proses difusi oksigendari alveolar ke kapiler (a-c block)
yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid
protein baik intrseluler maupun intra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit apapun,
yang secara langsung ataupun tidak langsung ataupun tidak langsung melukai
paru-paru seperti pneumonia virus, bakteri, fungal, contusio paru, aspirasi cairan
lambung, inhalasi asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap konsentrasi tinggi
dalam waktu lama, sepsis, shok, luka bakar hebat, tenggelam, dsb. Gejala
biasanya muncul dalam waktu 24 – 48 jam setelah terjadinya penyakit atau cidera.
SGPA (sindrome gawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan
kegagalan organ lainnya seperti hati atau ginjal.
Bronchoupneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. Infeksi paru terjadi
bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi (kekuatan
penyebab infeksi) bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian
bawah melalui inhalasi (hirupan napas) atau aspirasi flora komensal (flora normal
tubuh( dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui darah. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah
dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan paparan di atas
adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa diharapkan untuk tidak melupakan paparan mengenai konsep dasar
dan asuhan keperawatan klien dengan ARDS dan bronkhopneumonia
mengingat materi ini sangat berperan nantinya bagi mahasiswa dalam
menjalankan profesinya nanti untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
khususnya anak atau bayi sakit yang membutuhkan.
2. Kepada perawat diharapkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
konsep dasar dan asuhan keperawatan klien dengan ARDS dan
bronkhopneumonia sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien/klien yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C.,
Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D.,
Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The Management of Community-
Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age :
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society
and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7):
617-630
Darmanto, 2007. Respirologi, EGC: Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI.
Mutaqqin, Arif, 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan, Salemba Medika: Jakarta.
Nanda, Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi
2012-2014.Jakarta : EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.
Omantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta.
Ketidakefektifan pola
napas
Intoleransi
aktivitas Gangguan
pertukaran gas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kelebihan
volume cairan
Ansietas
Lampiran 2
Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi: ARDS
33
- Peningkatan diameter anterior- dengan mudah, tidak - Berikan pelembab udara Kassa basah
posterior ada pursed lips) - NaCl Lembab
- Pernapasan cuping hidung - Menunjukkan jalan - Atur intake untuk cairan, mengoptimalkan
- Ortopneu nafas yang paten (klien keseimbangan.
- Fase ekspirasi memenjang tidak merasa tercekik, - Monitor respirasi dan status O2
- Pernapasan bibir irama nafas frekuensi Oxygen Therapy
- Takipneu pernafasan dalam - Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Penggunaan otot aksesorius rentang normal, tidak - Pertahankan jalan nafas yang paten
untuk bernapas ada suara nafas - Atur peralatan oksigenasi
Faktor yang berhubungan : abnormal) - Monitor aliran oksigen
- Ansietas - Tanda-tanda vital - Pertahankan posisi pasien
- Posisi tubuh dalam rentang normal - Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Deformitas tulang (tekanan darah, nadi, - Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
- Deformitas dinding dada pernafasan) oksigenasi
- Keletihan Vital sign monitoring
- Hiperventilasi - Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu, dan RR
- Sindrom hipoventilasi - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Gangguan muskuloskeletal - Monitor Vital Sign saat pasien berbaring, duduk,
- Kerusakan neurologis atau berdiri
34
- Imaturitas neurologis - Auskultasi Tekanan Darah pada kedua lengan dan
- Disfungsi neuromuskular bandingkan
- Obesitas - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Nyeri setelah aktivitas
- Keletihan otot pernapasan - Monitor kualitas dari nadi
cedera medula spinalis - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
35
- Pernapasan abnormal peningkatan ventilasi - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
(mis.,kecepatan, irama, dan oksigenasi yang - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
kedalaman) adekuat - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Warna kulit abnormal (mis, - Memelihara kebersihan tambahan
pucat, kehitaman) paru-paru dan bebas - Lakukan suction pada mayo
- Konfusi dari tanda-tanda - Berikan bronkodilator bila perlu
- Sianosis (pada neonatus saja) distress pernafasan - Berikan pelembab udara
- Penurunan karbon dioksida - Mendemonstrasikan - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Diaforesis batuk efektif dan suara keseimbangan.
- Dispnea nafas yang bersih, - Monitor respirasi dan status O2
- Sakit kepala saat bangun tidak ada sianosis dan Respiratory Monitoring
- Hiperkapnia dyspneu (mampu - Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha
- Hipoksemia mengeluarkan sputum, respirasi
- Hipoksia mampu bernafas - Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
- Iritabilitas dengan mudah, tidak penggunaan otot tambahan, retraksi otot
- Napas cuping hidung ada pursed lips) supraclavicular dan intercostal
- Gelisah - Tanda tanda vital - Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Samnolen dalam rentang normal - Monitor pola nafas : bradipnea, takipenia,
- Takikardi kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
36
- Gangguan penglihatan - Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
Faktor Yang Berhubungan : adanya ventilasi dan suara tambahan
- Perubahan membran alveolar- - Tentukan kebutuhan suction dengan
kapiler mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
- Ventilasi-perfusi napas utama
- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
37
- Kerapuhan kapiler - Berat badan ideal - Berikan makanan yang terpilih (sudah
- Diare sesuai dengan tinggi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Kehilangan rambut berlebihan badan - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
- Bising usus hiperaktif - Mampu makanan harian.
- Kurang makanan mengidentifikasi - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Kurang informasi kebutuhan nutrisi - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kurang minat pada makanan - Tidak ada tanda-tanda - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
- Penurunan berat badan dengan malnutrisi yang dibutuhkan
asupan makanan adekuat - Menunjukkan Nutrition Monitoring
- Kesalahan konsepsi peningkatan fungsi - BB pasien dalam batas normal
- Kesalahan informasi pengecapan dan - Monitor adanya penurunan berat badan
- Mambran mukosa pucat menelan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Ketidakmampuan memakan - Tidak terjadi dilakukan
makanan penurunan berat badan - Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Tonus otot menurun yang berarti makan
- Mengeluh gangguan sensasi - - Monitor lingkungan selama makan
rasa - Jadwalkan pengobatan dan perubahan pigmentasi
- Mengeluh asupan makanan - Monitor turgor kulit
kurang dan RDA - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
38
(recommended daily patah
allowance) - Monitor mual dan muntah
- Kelemahan otot pengunyah - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
- Kelemahan otot untuk kadar Ht
menelan - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Faktor Yang Berhubungan : - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Faktor biologis jaringan konjungtiva
- Faktor ekonomi - Monitor kalori dan intake nutrisi
- Ketidakmampuan untuk - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
mengabsorbsi nutrien lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
39
Batasan Karakteristik : disertai peningkatan sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
- Respon tekanan darah tekanan darah, nadi social
abnormal terhadap aktivitas dan RR - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
- Respon frekwensi jantung - Mampu melakukan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
abnormal terhadap aktivitas aktivitas sehari-hari diinginkan
- Perubahan EKG yang (ADLs) secara mandiri - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
mencerminkan aritmia - Tanda-tanda vital seperti kursi roda, krek
- Perubahan EKG yang normal - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mencerminkan iskemia - Energy psikomotor disukai
- Ketidaknyamanan setelah - Level kelemahan - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
beraktivitas - Mampu berpindah: luang
- Dipsnea setelah beraktivitas dengan atau tanpa - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
- Menyatakan merasa letih bantuan alat kekurangan dalam beraktivitas
- Menyatakan merasa lemah - Status kardiopulmunari - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
adekuat beraktivitas
Faktor Yang Berhubungan : - Sirkulasi status baik - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
- Tirah Baring atau imobilisasi - Status respirasi : dan penguatan
- Kelemahan umum pertukaran gas dan - Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
- Ketidakseimbangan antara ventilasi adekuat
40
suplai dan kebutuhan oksigen.
41
Lampiran 3
Pathway Bronkopneumonia
42
Lampiran 4
Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi: Bronkopneumonia
43
- Produksi sputum rentang normal, tidak ada - Monitor respirasi dan status O2
- Gelisah suara nafas abnormal) - Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan
- Perubahan frekuensi dan irama - Saturasi O2 dalam batas sekret
nafas normal - Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
- Foto thorak dalam batas peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
normal
44
pucat, kehitaman) mengeluarkan sputum, Respiratory Monitoring
- Konfusi mampu bernafas dengan - Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Sianosis (pada neonatus saja) mudah, tidak ada pursed lips) - Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
- Dispnea - Tanda tanda vital dalam otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
- Hiperkapnia rentang normal intercostal
- Hipoksemia - Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Hipoksia - Monitor pola nafas : bradipnea, takipenia, kussmaul,
- Napas cuping hidung hiperventilasi, cheyne stokes, biot
- Takikardi - Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
Faktor Yang Berhubungan : paradoksis)
- Perubahan membran alveolar- - Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
kapiler adanya ventilasi dan suara tambahan
- Ventilasi-perfusi
45
Batasan Karakteristik : - Vital sign Status - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
- Perubahan kedalaman Kriteria Hasil : nafas buatan
pernapasan - Mendemonstrasikan batuk - Pasang mayo bila perlu
- Perubahan ekskursi dada efektif dan suara nafas yang - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Mengambil posisi tiga titik bersih, tidak ada sianosis dan - Keluarkari sekret dengan batuk atau suction
- Bradipneu dyspneu (mampu - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Penurunan tekanan ekspirasi mengeluarkan sputum, - Lakukan suction pada mayo
- Penurunan ventilasi semenit mampu bernafas dengan - Berikan bronkodilator bila perlu
- Penurunan kapasitas vital mudah, tidak ada pursed lips) - Berikan pelembab udara Kassa basah
- Dipneu - Menunjukkan jalan nafas - NaCl Lembab
- Peningkatan diameter anterior- yang paten (klien tidak - Atur intake untuk cairan, mengoptimalkan
posterior merasa tercekik, irama nafas keseimbangan.
- Pernapasan cuping hidung frekuensi pernafasan dalam - Monitor respirasi dan status O2
- Ortopneu rentang normal, tidak ada Oxygen Therapy
- Fase ekspirasi memenjang suara nafas abnormal) - Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pernapasan bibir - Tanda-tanda vital dalam - Pertahankan jalan nafas yang paten
- Takipneu rentang normal (tekanan - Atur peralatan oksigenasi
- Penggunaan otot aksesorius darah, nadi, pernafasan) - Monitor aliran oksigen
46
untuk bernapas - Pertahankan posisi pasien
Faktor yang berhubungan : - Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Ansietas - Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
- Posisi tubuh Vital sign monitoring
- Deformitas tulang - Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu, dan RR
- Deformitas dinding dada - Monitor kualitas dari nadi
- Keletihan - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Hiperventilasi - Monitor suara paru
- Sindrom hipoventilasi - Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign
47
Batasan Karakteristik : normal - Monitor warna dan suhu kulit
- Konvulsi - Nadi dan RR dalam rentang - Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Kulit kemerahan normal - Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Peningkatan suhu tubuh diatas - Tidak ada perubahan warna - Monitor WBC, Hb, dan Hct
kisaran normal kulit dan tidak ada pusing - Monitor intake dan output
- Kejang - - Berikan antipiretik
- Takikardi - Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Takipnea - Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- Kulit terasa hangat - Tingkatkan sirkulasi udara
Faktor Yang Berhubungan: Temperature regulation
- Penurunan respirasi - Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Penyakit - Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Pemakaian pakaian yang tidak - Monitor warna dan suhu kulit
sesuai dengan suhu - Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
lingkungan - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Peningkatan laju metabolisme Vital sign Monitoring
- Medikasi - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Trauma - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
48
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
49
penurunan volume/tekanan - Tidak ada tanda tanda - Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
nadi dehidrasi, Elastisitas turgor 100cc/jam)
- Pengisian vena menurun kulit baik, membran mukosa - Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Perubahan status mental lembab, tidak ada rasa haus - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Konsentrasi urine meningkat yang berlebihan meburuk
- Temperatur tubuh meningkat - Jumlah dan irama - Atur kemungkinan tranfusi
- Kehilangan berat badan secara pernapasan dalam batas - Persiapan untuk tranfusi
tiba-tiba normal - Pasang kateter jika perlu
- Penurunan urine output - Elektrolit, Hb, Hmt dalam - Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
- HMT meningkat batas normal
- Kelemahan - pH urin dalam batas normal
50