Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH 

SISTEM RESPIRASI
TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
(ADULT RESPIRATORY SYNDROME)

Disusun oleh:
DWI PUSPITA SARI
NPM. 172426012 SP

                                                          
                                                                                                
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah respirasi yang
berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN ARDS “ ini dengan baik dan tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
baik secara penulisan, bahasa atau materi yang ada. Untuk itu kami 
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna lebih
sempurnanya makalah ini.
Dengan mengucap Hamdallah kami  berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi kami maupun bagi kita semua.

Bengkulu, Agustus 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Tujuan....................................................................................1
C. Manfaat..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori...............................................................3
A. Pengertian........................................................................3
B. Etiologi.............................................................................3
C. Patositiologi.....................................................................4
D. Manifestasi Klinis............................................................7
E. Pemeriksaan.....................................................................7
F. Penatalaksanaan...............................................................8
G. Komplikasi.......................................................................9
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan........................................10
A. Pengkajian Teoritis Lengkap.........................................10
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul............12
C. Rencana Asuhan Keperawatan......................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................17
3.2 Saran ...................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan
gagal napas mendadak yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru
yang mendasari sebelumnya. Sindrom gawat napas akut juga dikenal dengan
edema paru nonkardiogenik. Sindrom ini merupakan sindrom klinis yang
ditandai dengan penurunan progresif kandunagnoksigen di arteri yang terjadi
setelah penyakit atau cidera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi
mekanik yang lebih tinggi dari tekanan jalan napas normal. Terdapat kisaran
yang luas dari faktor yang berkaitan denganterjadinya ARDS termasuk cidera
langsung pada paru (seperti inhalasi asap) atau gangguan tidak langsung pada
tubuh (seperti syok).
ARDS (juga disebut syok paru) merupakan akibat kerusakan /cedera
paru dimana sebelumnya paru seaht. Sindrom ini mempengaruhi kurang lebih
150.000 sampai 200.000 pasien setiap tahun, dengan laju mortalitas untuk
semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor lain termasuk trauma
mayor,KID, tranfusi darah, aspirasi, tenggelam, inhalasi asap atau kimia,
gangguan matabolik toksik, pancreatitis, eklampsia, dan kelebihan dosis obat.
Perawatan akut secara khusus menangani perawatan klinis dengan intubasi
dan ventilasi mekanik.

B. Tujuan
Tujuan umum:
Menjelaskan tentang ARDS dan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan kasus ARDS.
Tujuan khusus:
1. Menjelaskan tentang ARDS.
2. Menjelaskan tentang penyebab dari ARDS.
3. Menjelaskan tentnag manifestasi klinis dari ARDS.

1
4. Menjelaskan tentang patofisiologi dari ARDS.
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk ARDS.
6. Menjelaskan tentang komplikasi ARDS.
7. Menjelaskan tentang penatalaksanaan ARDS.
8. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ARDS.

C. Tujuan
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
kelompok dalam membuat asuhan keperawatan pada klien ARDS.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang asuhan
keperawatan teoritis pada klien ARDS.
  

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Teori


A. Pengertian
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan
luas alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi
setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau
tubuh secara luas. (Ellizabeth J. Corwin, 1997)
Adult Respirator Distress Syndrome  (ARDS ) merupakan
keadaaan gagal napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa
kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sulit untuk membuat
definisi secara tepat, karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat
banyak factor predisposisi seperti syok karena perdarahan, sepsis,
rudakpaksa / trauma pada paru atau bagian tubuh lainnya, pancreatitis
akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau metadon. (Arif
Muttaqin, 2009).
ARDS adalah bentuk khusus dari kegagalan pernapasan yang
ditandai dengan hipoksemia yang jekas dan tidak dapat diatasi dengan
penanganan konvensional. ARDS diawalai dengan berbagai penyakit
yang srius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus
nonkardiogenikyang khas. (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson,
1995)
SDPD adalah kondisi disfungsi parenkim paru yang
dikarakteristikan oleh (1 ) kejadian antesenden mayor, (2 ) ekslusi
kardiogenik menyebabkan edema paru, ( 3 ) adanya takipnea dan
hipoksia, dan (4 ) infiltrate pucat pada foto dada.(Marilynn E. Doenges,
2000).
Acult respiratory distress (ARDS) merupakan kelanjutan dari
shock paru-paru, kongesti atelaktasis, post traumatic paru-paru, post
infusion paru, dan ventilasi paru.

3
B. Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian
berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Faktor Resiko:
Trauma langsung pada paru:
1. Pneumoni virus,bakteri,fungal
2. Contusio Paru
3. Aspirasi cairan lambung
4. Inhalasi asap berlebih
5. Inhalasi toksin
6. Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
Trauma tidak langsung:
1. Sepsis
2. Shock
3. DIC ( disseminated Intravaskular Coagulation )
4. Pankretitis
5. Uremia
6. Overdosis Obat
7. Idiophatic ( tidak diketahui )
8. Bedah Cardiobypass yang lama
9. Transfusi darah yang banyak
10. PIH (Pregnand Induced Hipertension )
11. Peningkatan PIH
12. Terapi radiasi.

C. Patofisiologi
ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam
paru. Sindrom ini merupakan suatu edema paru karena kelainan
jantung. Dari segi histologis. Mula-mula terjadi kerusakan membrane

4
kapiler-alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan permeabilitas
endothelium kapiler pa`ru dan epitel aveoli yang mengakibatkan
terjadinya edema alveolidan interstitial.
Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar
daripada 60 Å sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur
lain darah kedalam alveoli dan terjadi edema paru. Mula-mula cairan
berkumpul di interstisium terlampaui, alveoli mulai terisi
menyebabkan atelektasis kongesti dan terjadi hubungan intrapulmoner
(shunt).
Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS dimulai dengan
aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, Syok, dan lain lain.
Selanjutnya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a
menyebabkan granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak
endothelium mikrovaskular paru, sehingga mengakibatkan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Agregasi granulosit neutrofit merusak sel
endothelium dengan melepaskan protease yang menghancurkan
struktur protein seperti kolagen, elastin dan fibronektin, dan proteolisis
protein plasma dalam sirkulasi seperti factor Hageman, fibrinogen, dan
komplemen.
Endotoksi bakteri, aspirasi asam lambung, dan intoksigasi
oksigen dapat merusak sel endothelium arteri pulmonalis dan leukosit
dan neutrofityang teraktifasi akan memperbesar kerusakan tersebut.
Histamin, serotonin, atau bradikinin dapat menyebabkan kontraksi sel
endothelium dan mengakibatkan pelebaran porus interselular serta
peningkatan permeabilitas kapiler.
Adanya hipotensi dan pancreatitis akut dapat menghambat
produksi surfaktan dan fosfolipase A. selain itu,cairan edema terutama
fibrinogen akan menghambat produksi dan aktivitas surfaktan sehingga
menyebabkan mikroakteletasis dan sirkulasi venoarterial bertambah.
Adanya perlambatan aliran kapiler sebab hipotensi, hiperkoagulabilitas

5
dan asidosis, hemolisis, toksin bakteri, dan lain-lain dapat merangsang
timbulnya koagulasi intravascular tersebar.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan
cairan merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan
edema paru dan atelektasi kongesif yang luas. Terjadi pengurangan
volume paru, paru menjadi kaku, dan komplian paru menurun.
Kapasitas residu fungsional juga menurun. Hipoksemia berat
merupakan gejala penting ARDS dan penyebab hipoksemia adalah
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hubungan arterio-venous (aliran
darah mengalir ke alveoli yang kolaps), dan kelainan difusi alveoli-
kapiler akibat penebalan dinding alveoli-kapiler.
Peningkatan permeabilitas membrane alveoli-kapiler
menimbulkan edema interstitial dan alveolar serta atelektasi alveolar,
sehingga jumlah udara sisa pada paru di akhir ekspirasi normal dan
kapasitas residu fungsional menurun.

D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
1. Peningkatan jumlah pernapasan
2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
4. Penurunan kesadaran mental
5. Takikardi, takipnea
6. Dispnea dengan kesulitan bernafas
7. Terdapat retraksi interkosta
8. Sianosis
9. Hipoksemia
10. Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
Auskultasi jantung : bunyi jantung normal tanpa murmur atau
gallop

6
E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari
pengambilan anamnesa klinis yang tepat. Pemeriksaan
laboraturium yang paling awal adalah hipoksemia, sehingga
penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah arteri pada
situasi klinis yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis
respiratorik pada tahap akhir.
Pada permulaan, foto dada menunjukkan kelainan minimal
dan kadang-kadang terdapat gambaran edema interstisial.
Pemberian oksigen pada tahap awal umumnya dapat menaikkan
tekanan PO2 arteri ke arah yang masih dapat ditolelir. Pada tahap
berikutnya sesak nafas bertambah, sianosis penderita menjadi lebih
berat ronki mungkin terdengar di seluruh paru-paru. Pada saat ini
foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan tersebar
luas. Pada saat terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan
volume tidal sangat menurun, kenaikan PCO2 dan hipoksemia
bertambah berat, terdapat asidosis metabolic sebab hipoksia serta
asidosis respiratorik dan tekanan darah sulit dipertahankan.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-ray; pada stadium awal tidak terlihat dengan jelas atau
dapat juga terlihat adanya bayangan infiltrat ang terletak
ditengan region perihilar paru-paru. Pada stadium lanjut,
terlihat penyebaran dinterstisial secara bilateral dan infiltrat
alveolar , menjadi rata dan dapat mencangkup keseluruhan
lobus paru-paru. Tidak terjadi pembesaran pada jantung.
b. AGD; hipoksemia (penurunan PaO2) hopokapnia (penerunan
niai CO2 dapat terjadi terutama pada fase awal sebagai
kompensasi terhadap hiperventilasi), hiperkapnia (PaCO2 > 50)
menunjukan terjadi gangguan pernapasan. Alkalosis respiratori
(pH > 7,45) dapat timbul pada stadium awal , tetapi asidosis

7
dapat juga timbul pada stadium lanjut yang berhubungan
dengan peningkatan anatomical dead space dan penurun
ventilasi alveolar. Asidosis metabolisme dapat timbul pada
stadium lanjut yang berhubungan dengan peningkatan nilai
laktat darah ,akibat metabolisme anaerob.
c. Pulmonary funfiction test ;kapasitas pengisian paru-paru dan
volume paru-paru menurun ,terutama FRC ,peningkatan
anatomical dead space dihasilkan area dimana timbul
vasokonstriksi dan mikroemboli.
d. Gradien alveolar arteria: memberikan perbandingan tegangan
oksigen dalam alveoli dan darah arteri.
e. Asam laktat; meningkat

F. Penatalaksanaan
Terapi/ penatalaksanaan ARDS
1. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
2. Memastikan ventilasi yang adekuat
3. Memberikan dukungan sirkulasi
4. Memastikan volume cairan yang adequate
5. Memberikan dukungan nutrisi
Dukungan nutrisi yang adequat sangat penting dalam
mengobati ARDS. Pasien dengan ARDS membutuhkan 35 – 45
kkal/kg sehari untuk memenugi kebutuhan normal. Pemberian makan
enteral adalah pertimbangan pertama, namun nutrisi parenteral total
dapat saja diperlukan.
Terapi :
1. Intubasi untuk pemasangan ETT
2. Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure)
untuk mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
3. Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat
pemasangan ventilator

8
4. Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
a. Inotropik agent (Dopamine) untuk meningkatkan curah jantung
& tekanan darah.
b. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
c. Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi
respon inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru
d. Pasang jalan nafas yang adekuat ( Pencegahan infeksi)
e. Ventilasi Mekanik ( Dukungan nutrisi)
f. TEAP  Monitor system terhadap respon
Pemantauan oksigenasi arteri (Perawatan kondisi dasar)
 Cairan
 Farmakologi ( O2, Diuretik)

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
 Ketidakseimbangan asam basa
 Kebocoran udara (pneumothoraks, neumomediastinum,
neumoperkardium, dll)
 Perdarahan pulmoner
 Displasia bronkopulmoner
 Apnea
 Hipotensi sistemik

2.2 Konsep Dasar ASKEP 


A. Pengkajian teoritis lengkap
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa.
2. Keluhan Utama
Klien sering mengeluh sesak napas

9
3. Riwayat Kesehatan
Klien merasa lemah, sesak napas
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah ada riwayat ARDS terdahulu, kecelakaan/ trauma,
mengkonsumsi obat berlebihan
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang
sama dengan penyakit yang dialami klien
6. Data Dasar Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
Gejala: kekurangan energi/kelelahan, insomnia     
b) Sirkulasi
Gejala:riwayat adanya bedah jantung/bypass jantung paru,
fenomena embolik (darah, udara, lemak)
Tanda:
 TD: dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut jadi
hipoksia); hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) ataudapat
faktor pencetus seperti pada ekslampia
 Frekuensi jantung: takikardi biasanya ada
 Distrimia dapat terjadi, tetapi EKG sering normal
 Kulit dan membran mukosa: pucat, dingin, sianosis biasanya
terjadi (tahap lanjut)
c) Integritas ego
Gejala: Ketakutan,ancaman perasaan takut
Tanda: Gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan
mental
d) Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan selera makan , mual
Tanda: Edema/perubahan berat badan, Hilang/berkurangnya bunyi
usus
e) Neurosensori

10
Gejala/tanda: Adanya trauma kepala, Mental lamban, disfungsi
motor
f) Pernapasan
Gejala: Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus
paru, Timbul tiba-tiba/bertahap
Tanda: Pernapasan:
 cepat, mendengkur, dangkal
 Peningkatan kerja napas: penggunaan otot aksesori pernapasan,
contoh retraksi interkostal atau substernal, pelebaran nasal,
memerlukan oksigen konsentrasi tinggi
 Bunyi napas: pada awal normal. AKrekels, ronki, dan dapat
terjadi bunyi napas bronkial
 Perkusi darah: bunyi pekak diatas area konsolidas
 Ekspansi dada menurun atau tak sama
 Peningkatan premitus (getar fibrasi pada dinding dada dengan
palpitasi)
 Sputum sedikit, berbusa.
 Pucat atau sianosis.
 Penurunan mental, bingung
g) Keamanan
Gejala: Riwayat trauma ortopedik/fraktur, sepsis, tranfusi darah,
episode anafilaktik.
h) Seksualitas
Gejala:Kehamilan dengan adanya komplikasi eklamplisia
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:Makan atau kelebihan dosis obat   

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Bersihan jalan napas tidak efektif yaang berhubungan dengan:
a) Kehilangan fungsi sillia jalan napas (hipoperfusi)

11
b) Peningkatan jumlah/vikositas sekret paru
c) Meningkatnya tahanan jalan napas (edema interstisial)
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan:
a) Akumulasi protein dan cairan dalam interstisial/area alveolar
b) Hipoventilasi alveolar
c) Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveola
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan
a) Penggunaan diuretik
b) Perpindahan cairan kearea lain
4. Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan
a) Krisis situasi
b) Ancaman untuk/perubahan status kesehatan;takut mati
c) Faktor psikologis(efek hipoksemia)
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kenutuhan terapi yang
berhubungan dengan:
a) Kurang informasi
b) Kesalahan interprestasi informas
c) Kurang mengingat

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx. Tujuan Kriteria Hasil Interverensi Rasional


Keperawatan
1 Tidak Setela Pasien dapat Mandiri: Mandiri :
efektifnya h mempertahank Catat Penggunaan otot-otot
jalan nafas dilaku an jalan nafas perubahan interostan/abdominal/
berhubungan kan dengan bunyi dalam bernafas leher dapat meningkatkan
dengan interve nafas yang dan pola usaha dalam bernafas
hilangnya nsi jernih nafasnya
fungsi jalan kepera Pasien bebas Observasi dari Pengembangan dada dapat

12
nafas, watan dari dispneu penurunan menjadi batas dari
peningkatan selama pengembangan akumulasi cairan dan
sekret 3X24 Mengeluarkan dada dan adanya cairan dapat
pulmonal, jam sekret tanpa peningkatan meningkatkan fremitus
peningkatan dihara kesulitan fremitus
resistensi pkan Catat Suara nafas terjadi karena
jalan nafas Jalan Memperlihatka karateristik adanya aliran udara
nafas n tingkah laku dari suara melewati batabf trakheo
kemba mempertahank nafas branchial dan juga karena
li an jalan nafas adanya cairan, mucus atau
normal sumbatan lain dari saluran
dan nafas
efektif Karateristik batuk dapat
Catat merubah ketergantungan
karateristik pada penyebab dan
dari batuk etiologi dari jalan nafas
Adanya sputum dapat
dalam jumlah yang
banyak, tebal dan purulent
Pemeliharaan jalan nafas
Pertahankan bagian nafas dengan paten
posisi
tubuh/kepala
dan gunakan
jalan nafas
tambahan bila
perlu Penimbunan sekret
Kaji menggangu ventilasi dan
kemampuan predisposisi
batuk, latihan perkembangan atelektasi
nafas dalam, dan infeksi paru

13
perubahan
posisi dan
lakukan
suction bila
ada indikasi
Peningkatan Peningkatan cairan per
oral intake jika oral
memungkinkan dapat mengencerkan
sputum
Kolaboratif
Berikan O2 Kolaboratif
cairan IV : Mengeluarkan sekret dan
tempatkan di meningkatkan transport
kamar oksigen
humidifier
sesuai indikasi
Berikan terapi
aerosol, Dapat berfungsi sebagai
ultrasonic bronchodilatasi dan
nabulisasi mengeluarkan sekret
Berikan
fisioterapi dada Meningkatkan drainase
misalnya : sekret paru, peningkatan
postural efisien penggunaan otot-
drainase, otot pernafasan
perkusi
dada/vibrasi
jika ada
indikasi
Berikan Diberikan untuk
bronchodilator mengurangi

14
misalnya; bronchospasme,
aminofilin, menurunkan viskositas
albuteal dan sekret dan meningkatkan
mukolitik ventilasi
2 Gangguan Setela Pasien dapat Mandiri: Mandiri:
pertukaran h meperlihatkan Kaji kasus Takipneu adalah
gas dilaku ventilasi dan pernapasan, mekanisme kompensasi
berhubungan kan oksigenasi catat untuk hipoksemia dan
dengan interve yang adekuat peningkatan peningkatan usaha nafas
alveolar nsi  dengan nilai respirasi atau
hipoventilasi, kepera AGD normal perubahan pola
penumpukan watan Bebas dari napas.
cairan di selama gejala distress Catat ada Suara nafas mungkin tidak
permukaan 3X24 pernapasan tidaknya suara sama atau tidak
alveoli, dihara nafas dan ditemukan.
hilangnya pakan adanya bunyi
surfaktan klien  nafas
pada menga tambahan
permukaan lami sperti crakles,
alveoli penuru dan wheezing.
nan Kaji adanya Selalu berarti bila
penum cyanosis diberikan O2 sebelum
pukan Cyanosis muncul. Tanda
cairan yanosis dapat dinilai pada
di mulut, bibir yang indikasi
alveoli adanya hipoksemia
sistemik, cyanosis perifer
seperti pada kuku dan
ekstremitas adalah
Observasi vasokontriksi
adanya Hipoksemia dapat

15
somnolen, menyebabakan iritabilitas
confusion, dari miokardium.
apatis dan
ketidakmampu
an beristirahat.
Berikan
istirahat yang Menyimpan tenaga
cukup dan pasien, mengurangi
nyaman. penggunaan oksigen.
-     
Kolaboratif:
Berikan Kolaboratif:
humidifier Memaksimalkan
oksigen pertukaran O2 secara terus
dengan masker menerus dengan tekanan
CPAP jika ada yang sesuai.
indikasi
Berikan
pencegahan Peningkatan ekspansi paru
IPPB meningkat oksigenisasi
Review X-Ray
dada Memperlihatkan kongesti
Berikan obat- paru yang progresif.
obat jika ada Untuk mencegah ARDS
indikasi seperti
steroids,
antibiotic,
bronchodilator,
dan
ekspektorant.
3 Cemas/takut Setela Menyatakan Mandiri: Mandiri:

16
berhubungan h kesadaran Observasi Hipoksemia dapat
dengan krisis dilaku terhadap peningkatan menyebabkan kecemasan.
situasi, kan ansietas pernapasan,
pengobatan, interve -    Mengaku dan agitasi,
perubahan nsi mendiskusikan kegelisahan
status kepera takut. dan kestabilan
kesehatan, watan Tampak rileks emosi.
takut mati, selama dan Pertahankan Cemas berkurang oleh
factor 3X24 melaporkan lingkungan meningkatnya relaksasi
fisiologi jam ansietas yang tenang dan pengawetan energy
(efek pasien menurun dengan yang digunakan.
hipoksemia) dihara sampai tingkat meminimalkan
pkan dapat stimulasi.
dapat ditangani. Usahakan
mendi Menunjukan perawatan dan
skusik pemecahan prosedur tidak
an rasa masalah dan menggangu
takut. penggunaan waktu istirahat.
sumber efektif. Bantu dengan Memberi  kesempatan
tekhnik kepada pasien untuk
relaksasi, mengendalikan
meditasi. kecemasannya dan
merasakan sendiri dari
pengontrolannya.
Identifikasi Menolong mengenali asal
persepsi pasien kecemasan/ketakutan
dari yang dialami.
pengobatan
yang Langkah awal dalam
dilakukan. mengendalikan perasaan-
Dorong pasien perasaan yang

17
untuk teridentifikasi yang
mengekspresik terekspresi
an Menerima stress  yang
kecemasannya. sedang dialami tanpa
Membantu denial, bahwa segala akan
menerima menjadi baik.
situasi dan hal
tersebut harus
ditanggulangin Menolong pasien untuk
ya. menerima apa yang
Sediakan sedang terjadi dan dapat
informasi mengurangi
tentang kecemasan/ketakutan apa
keadaan yang yang tidak diketahui.
sedang Penentraman hati yang
dialaminya. palsu tidak menolong.
Sebab tidak ada perawat
maupun pasien tahu hasil
akhir dari permasalahan
itu.
Kemampuan yang dimiliki
Indentifikasi pasien akan meningkatkan
tehnik pasien system pengontrolan
yang terhadap kecemasannya.
digunakan
sebelumnya
untuk
menanggulangi Kolaboratif:
rasa cemas. Mungkin dibutuhkan
untuk menolong dalam
Kolaboratif mengontrol kecemasan

18
Memberikan dan meningkatkan
sedatif sesuai istirahat. Bagaimanapun
indikasi dan juga efek samping seperti
monitor efek depresi pernafasan
yang mungkin batas atau
merugikan. kontraindikasi
penggunaan.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas
alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu
gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.
Adult Respirator Distress Syndrome  (ARDS ) merupakan keadaaan
gagal napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru
yang mendasari sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat,
karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi
seperti syok karena perdarahan, spesies, rudakpaksa / trauma pada paru atau
bagian tubuh lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi
heroin, atau metadon.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak
kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran
materi serta penyusunan atau sistematik penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga
makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 1997. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta; EGC.


Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta; EGC.
Muttaqin, Arif. 2009.Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan; Salemba Medika.
Wlkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai