DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan gawat darurat ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Gagal Nafas dan ARDS” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa...............................................................................1
B. Rumusan Masalah……............................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi……...…..………………………………………………………..3
B. Epidemmiologi.………………………………...………………………...5
C. Etiologi…………. ……………………………………………………….6
D. Fatofisiologi.…………………………………………..............................9
E. Manifestasi Klinis…….…………………………………………………10
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………...11
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………………11
H. Komplikasi………………………………………………………………14
BAB III
ASKEP ARDS
A. Pengkajian Keperawatan……………………………………………..15
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………......19
C. Itervensi Keperawatan………………………………………………..21
BAB IV
ii
PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..27
B. Saran…………………………………………………………………28
DaftarPustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
khususnya di bidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam
mencegah berbagai penyakit salah satunya ARDS yaitu merupkan Gangguan paru yang
progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat
yang menyebar dikedua belah paru akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma
pada penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom Gawat Nafas
Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik merupakan sindroma
klinis yang ditandai penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah
penyakit atau cedera serius. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli
lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk.
Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami
sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH
rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS dan kegagalan organ
multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi biasanya
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini
pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang
oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.
1
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin
menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang
dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif
berdasarkan definisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih belum diketahui.
Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab
utama laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh
kurang lebih 50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta untuk
pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan keperawatan pada klien dengan
ARDS serta Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.
total akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya
sepsis, pneumonia viral atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang
serta konsumsi obat-obatan tertentu. ADRS merupakan keadaan darurat medis yang
dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung
3
ARDS adalah penyakit akut dan progressif dari kegagalan pernafasan
disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik
interseluler maupun intraalveolar. ARDS adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
penyakit restriktif yang sangat parah. ARDS pernah dikenal dengan banyak nama
Sindrom ini tidak pernah timbul sebagai penyakit primer, tetapi sekunder akibat
Sindrom Gawat Nafas Dewasa atau ARDS juga dikenal dengan edema paru
non kardiogenik adalah sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan progesif
kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah enyakit atau cedera serius.
yang timbul pada penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom
Gawat Nafas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik
arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius. Dalam sumber lain ARDS
merupakan kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,
biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai
emboli lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma
berbagai bentuk.
Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang
mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster
pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS. ARDS pertama
kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini meliputi peningkatan
ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan
masalah besar tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan
mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan
tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya mekanisme laporan
pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS
masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi.
ARDS adalah penyebab utama laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada
laju kematian menyeluruh kurang lebih 50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang
factor penyebab.
B. EPIDEMIOLOGI
sehat, sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap
tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor
resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, KID,
tranfusi darah, aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolic
menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik. Penderita yang
bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa
5
kelainan paru-paru jangka panjang. Pada penderita yang menjalani terapi
ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-
parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
C. ETIOLOGI
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan
menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke
reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla
Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau
4. Trauma
hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat
asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa
Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung
melukai paru-paru:
- Inhalasi toksin.
- Sepsis.
- Shock, lukabakarhebat.
- Pankeatitis.
- Uremia.
- Idiophatic (tidakdiketahui).
- Peningkatan TIK.
7
- Terapiradiasi.
3. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau
kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal. Salah satu factor resikodari SGPA
Sistemik:
- Hipotermia, Hipertermia.
- Eklampsiag.
Luka bakar Pulmonal :
Pneumositis Non-Pulmonal :
- Cedera kepala.
- Peningkatan TIK.
D. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal
8
nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan
anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
E. MANIFESTASI KLINIS
5. Takikardi, takipnea
Takikardia yang menandakan upaya jantung untuk memberikan lebih banyak lagi
7. Sianosis
8. Hipoksemia
terjadi beberapa jam hingga beberapa hari pasca cedera awal. Gejala ini timbul
12. Peningkatan frekuensi ventilasi akibat hipoksemia dan efeknya pada pusat
pnumotaksis.
13. Retraksi intercostal dan suprasternal akibat peningkatan dan upaya yang diperlukan
14. Gelisah, khawatir dan kelambanan mental yang terjadi karena sel-sel otak mengalami
hipoksia.
16. Asidosis respiratorik yang terjadi ketika karbondioksida bertumpuk di dalam darah
17. Asidosis metabolik yang pada akhirnya akan terjadi sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
h. PaCO2, mmHg.
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada PaO2,
PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih
7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah, sputum) untuk
hiperventilasi
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancama kehidupan dengan
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara potensial
mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit paru-paru tampak
toleran dengan oksigen 100% selama 24-72 jam tanpa abnormalitas fisiologi yang
signifikan.
2. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi modalitas ini
berat.
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator dengan tekanan
dan kemmampuan aliran yang tinggi, di mana PEEB dapat ditambahkan. PEEB di
pertahankan dalam alveoli melalui siklus pernapasan untuk mencegah alveoli kolaps
Dukungan nutrisi yang adekuat sangatlah penting dalam mengobati pasien ARDS,
5. Terapi Farmakologi
Selan endotrakheal di sediakan tidak hanya sebagai jalan napas, tetapi juga berarti
7. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah
serta pencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan yang telah di lakukan di rumah
sakit.
8. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masaalah kritis.
Nutrisi parenteral total atau pemberian makanan melalui selang dapat memperbaiki
H. KOMPLIKASI
13
1. Hipotensi.
2. Penurunankeluaran urine.
3. Asidosismetabolic.
4. Asidosisrespiratorik.
5. MODS.
6. Febrilasiventrikel.
7. Ventricular arrest
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama
Kesehatan.
3. Riwayat Kesehatan
14
a) Riwayat penyakit saat ini
melengkapi pengkajian.
- Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
- Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan
atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang
timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul,
lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu. Catat adanya efek samping
yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan
berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
2. Breathing
d. Kedalaman Pernapasan
3. Circulation
b. Sakit kepala
d. Papiledema
4. Disability
d. Riwayat pengobatan
e. Obat-obatan / Drugs
5. Pemeriksaan fisik
1. Mata
2. Kulit
d. Edema
e. Edema periorbital
a. Sianosis
b. Clubbing finger
5. Hidung
7. Dada
e. Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub, /pleural
friction)
8. Pola pernafasan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
kebutuhan oksigen.
18
19
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO.
TUJUAN / KH (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
DX
I Setelah diberikan tindakan 1. Monitor fungsi pernapasan, Frekuensi, 1. Penggunaan otot-otot intercostal
keperawatan kebersihan jalan napas irama, kedalaman, bunyi dan /abdominal /leher dapat meningkatkan
efektif. Dengan kriteria hasil : penggunaan otot tambahan. usaha dalam bernafas
a. Mencari posisi yang nyaman 2. Berikan Posisi semi Fowler 2. Pemeliharaan jalan nafas dengan paten
yang memudahkan peningkatan 3. Berikan terapi O2 3. Mengeluarkan secret meningkatkan
pertukaran udara. 4. Lakukan suction transport oksigen
b. Mendemontrasikan batuk efektif. 5. Berikan fisioterapi dada 4. Untuk mengeluarkan secret
c. Menyatakan strategi untuk 5. Meningkatkan drainase sekret paru,
menurunkan kekentalan sekresi. peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot
pernafasan
2 Meningkatkan pertukaran gas yang 1. Kaji status pernapasan , catat peningkatan 1. Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk
adekuat . respirasi dan perubahan pola napas . hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
2. Kaji adanya sianosis dan Observasi 2. Selalu berarti bila diberikan oksigen
kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis
3. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman muncul
4. Berikan humidifier oksigen dengan masker 3. Menyimpan tenaga pasien, mengurangi
CPAP jika ada indikasi penggunaan oksigen
5. Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti 4. Memaksimalkan pertukaran oksigen secara
steroids, antibiotik, bronchodilator dan terus menerus dengan tekanan yang sesuai
20
ekspektorant 5. Untuk mencegah kondisi lebih buruk pada
gagal nafas.
3 Kebutuhan cairan klien terpenuhi 1. monitor vital signs seperti tekanan 1. Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat
dan kekurangan cairan tidak terjadi darah, heart rate, denyut nadi (jumlah meningkatkan heart rate, menurunkan TD, dan
dan volume). volume denyut nadi menurun
2. Amati perubahan kesadaran, turgor 2. Mempengaruhi perfusi/fungsi cerebral. Deficit
kulit, kelembaban membran mukosa cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan
dan karakter sputum. turgor kulit,
3. Hitung intake, output dan balance 3. Keseimbangan cairan negatif merupakan
cairan. Amati “insesible loss” indikasi terjadinya deficit cairan.
4. Timbang berat badan setiap hari 4. Perubahan yang drastis merupakan tanda
5. Berikan cairan IV dengan observasi penurunan total body wate
ketat 5. mempertahankan/memperbaiki volume
sirkulasi dan tekanan osmot
4 setelah diberikan tindakan 1. Observasi karakteristik nyeri. Misalnya: 1. Nyeri merupakan respon subjekstif yang
keperawatan rasa nyeridapat tajam, konstan, ditusuk. Selidiki dapat diukur.
berkurang atau terkontrol perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri 2. Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan
Kriteria Hasil : 2. Pantau TTV. bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya
a. Menyatakan nyeri berkurang 3. Berikan tindakan nyaman. Misalnya: bila alasan untuk perubahan tanda vital telah
atau terkontrol. pijatan punggung, perubahan posisi, musik terlihat.
21
b. Pasien tampak rileks tenang, relaksasi/latihan nafas. 3. Tindakan non analgesik diberikan dengan
4. Tawarkan pembersihan mulut dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
sering. ketidaknyamanan dan memperbesar efek
5. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik terapi analgesik.
menekan dada selama episode batukikasi 4. Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat
6. Kolaborasi dalam pemberian analgesik mengiritasi dan mengeringkan membran
sesuai indikasi mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5. Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan
dada sementara meningkatkan keefektifan
upaya batuk.
6. Obat ini dapat digunakan untuk menekan
batuk non produktif, meningkatkan
kenyamanan
5 Setelah diberikan tindakan 1. Kaji suhu tubuh pasien. 1. Mengetahui peningkatan suhu tubuh,
keperawatan diharapkan suhu tubuh 2. Beri kompres air hangat. memudahkan intervensi.
kembali normal. 3. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak 2. Mengurangi panas dengan pemindahan
Kriteria Hasil : minum 1500-2000 cc/hari (sesuai panas secara konduksi. Air hangat
Suhu tubuh 36°C-37°C toleransi). mengontrol pemindahan panas secara
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau
pakaian yang tipis dan mudah menyerap menggigil.
keringat. 3. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
5. Observasi intake dan output, tanda vital akibat evaporasi
22
(suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam 4. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
sekali atau sesuai indikasi. tipis mudah menyerap keringat dan tidak
6. Kolaborasi : pemberian cairan intravena merangsang peningkatan suhu tubuh.
dan pemberian obat sesuai program. 5. Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
6. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
6 Setelah diberikan tindakan 1. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, 1. Berguna dalam mendefinisikan derajat
keperawatan diharapkan kebutuhan timbang berat badan, integritas mukosa masalah dan intervensi yang tepat.
nutrisi adekuat. mulut, kemampuan menelan, adanya 2. Membantu intervensi kebutuhan yang
Kriteria hasil : bising usus, riwayat mual/rnuntah atau spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
a. Menunjukkan berat badan diare. 3. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
meningkat mencapai tujuan 2. Kaji ulang pola diet pasien yang 4. Dapat menentukan jenis diet dan
dengan nilai laboratoriurn disukai/tidak disukai. mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
normal dan bebas tanda 3. Monitor intake dan output secara periodik. meningkatkan intake nutrisi.
malnutrisi. 4. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan 5. Membantu menghemat energi khusus saat
b. Melakukan perubahan pola tetapkan jika ada hubungannya dengan demam terjadi peningkatan metabolik.
23
hidup untuk meningkatkan dan medikasi. Awasi frekuensi, volume, 6. Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau
mempertahankan berat badan konsistensi Buang Air Besar (BAB). obat-obat yang digunakan yang dapat
yang tepat. 5. Anjurkan bedrest. merangsang muntah.
6. Lakukan perawatan mulut sebelum dan 7. Memaksimalkan intake nutrisi dan
sesudah tindakan pernapasan. menurunkan iritasi gaster.
7. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan 8. Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet
makanan tinggi protein dan karbohidrat. dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan
Kolaborasi: metabolik dan diet.
8. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan
komposisi diet.
7 Setelah diberikan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. 1. Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
keperawatan pasien diharapkan Catat laporan dispnea, peningkatan pasien memudahkan pemilihan intervensi.
mampu melakukan aktivitas dalam kelemahan atau kelelahan. 2. Menurunkan stress dan rangsanagn
batas yang ditoleransi 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi berlebihan, meningkatkan istirahat.
Kriteria hasil : pengunjung selama fase akut sesuai 3. Tirah baring dipertahankan selama fase akut
Melaporkan atau menunjukan indikasi. untuk menurunkan kebutuhan metabolic,
peningkatan toleransi terhadap 3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam menghemat energy untuk penyembuhan
aktivitas yang dapat diukur dengan rencana pengobatandan perlunya 4. Pasien mungkin nyaman dengan kepala
adanya dispnea, kelemahan keseimbangan aktivitas dan istirahat tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan
berlebihan, dan tanda vital dalam 4. Bantu pasien memilih posisi nyaman meja atau bantal.
rentan normal. untuk istirahat. 5. Meminimalkan kelelahan dan membantu
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang keseimbanagnsuplai dan kebutuhan oksigen.
24
diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan.
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas
berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru biasanya terjadi pada orang
yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-
pulmonal.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,
kebutuhan oksigen.
B. SARAN
26
1. Kepada perawat diharapkan dapat memberikan komunikasi yang jelas kepada
efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
27
DAFTAR PUSTAKA
http://fkep.unand.ac.id/images/kgd.pdf
http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/askep-gawat-darurat-ards-pdf.html
http://dokumen.tips/documents/askep-gadar-pada-pasien-ards-kelompok-8.html
28