Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CONGESTIVE HEART FAILURE
( CHF )

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

1. ARIE WAHYUDI ( 131912048 )


2. OKTAVIYANTI ( 131912063 )
3. VIFI ROSALIA (131912073 )
4. VISIE FEBRIDESNOVI VALENTINI (131912074 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES HANGTUAH TANJUNG PINANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan Kritis ini yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Congestive Heart Failure”

dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih

kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung

dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.

Dabo Singkep, 21 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …....................................................................................1
B. Tujuan……...............................................................................................2
C. Ruang Lingkup.........................................................................................2

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi CHF……………………………………………………………3

B. Etiologi CHF…………………………………………………………....3

C. Manifestasi Klinis CHF………………………………………………..4

D. Patofisiologi CHF………………………………………………………5

E. Evaluasi Diagnostik CHF……………………………………………...6

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien…..………………………………………………………..9
B. Primary Survey………………………………...………………………...9
C. Secondary Survey ……………………………………………………….10
D. Analisa Data.…………………………………………..............................12
E. Diagnosa Keperawatan………………………………………………….13
F. Perencanaan Keperawatan……………………………………………...13
ii
G. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan………………………………13

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan………………………………………………15
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………….......15
C. Perencanaan Keperawatan…………………………………………….16
D. Pelaksanaan Keperawatan…………………………………………….16
E. Evaluasi Keperawatan………………………………………………….16

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..18
B. Saran…………………………………………………………………….19

DaftarPustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal

jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus

meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung

berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat

menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan

penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit

(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal

(R. Miftah Suryadipraja).

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh

tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut

usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat

menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,

penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi

kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

Dalam makalah ini membahas CHF disertai penanganan dan asuhan

Keperawatan klien dengan CHF.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mendapatakn pengetahuan mengenai penyakit Gagal

Jantung Kongestif yang menyerang sistem kardiovaskuler dan dapat

mengetahui bahwa bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal

Jantung Kongestif menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gagal jantung

kongestif

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan gagal

jantung kongestif

c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal

janutng kongestif

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gagal

jantung kongestif

e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan gagal jantung

kongestif

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penulisan makalah ini adalah tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif di ruang IGD RSUD

Dabo Singkep.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Congestive Heart Failure (CHF)

Istilah gagal jantung secara sederhana berarti kegagalan jantung untuk

memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh (Guyton & Hall, 2006).

Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu

mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan

pengisian vena normal (Muttaqin, 2009).

Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif, adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi

kebutuhan jaringan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi CHF

Menurut Smeltzer & Bare (2001), etiologi dari CHF adalah sebagai

berikut:

Kelainan otot jantung Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan

otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner,

hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya

aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

3
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban

kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan

meningkatkan kontraktilitas jantung. Sehingga hipertrofi otot jantung tidak dapat

berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degenaratif berhubungan dengan gagal

jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan

kontraktilitas menurun.

Faktor sistemik. Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan

beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya demam),

hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi

kebutuhan oksigen sistemik.

C. Manifestasi Klinik CHF

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.

Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat

turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena

pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli,

akibatnya terjadi edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.

Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema prifer umum dan

penambahan berat badan (Smeltzer & Bare, 2001).

1. Gagal jantung sisi kiri dan kanan

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal

ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventikel kiri

4
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau

sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan

perfusi jringan. Tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada

kegagalan ventrikel mana yang terjadi.

2. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri

tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam

sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis

yang terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi)

dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.

3. Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan

jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema

dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,

hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan

didalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.

D. Patofisiologi CHF

Lokasi organ di jantung yang sering terkena dengan CHF ialah ventrikel

(bilik) kiri (Muttaqin, 2009). Ventrikel kiri mempunyai tugas yang paling berat.

Jika ventrikel kiri tidak mampu memompakan darah, maka akan timbul 2 hal:

5
1. Darah yang tinggal didalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole

daripada sebelumnya dan karena pengisian saat sistole berlangsung terus, maka

akan terdapat lebih banyak darah di dalam bilik kiri pada akhir diastole.

Peninggian volume dari salah satu ruang jantung, dalam hal ini bilik kiri

(preload). Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlakukan peregangan yang

makin lama makin besar untuk menghasilkan energy yang sama. Pada satu saat

akan terjadi bahwa peregangan diastolic yang lebih besar tidak lagi

menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan jantung akan gagal melakukan

fungsinya (dekompensasi).

2. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darahnya yang cukup ke aorta untuk

memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak di perifer, berarti curah jantung

sangat rendah. Curah jantung yang rendah menimbulkan perasaan lesu.

E. Evaluasi Diagnostik CHF

Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai memberikan

penatalaksanaan. Alat diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat non-

invasif, yaitu ekokardiografi, elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X dada

(Muttaqin, 2009).

1. Ekokardiografi

Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam

diagnosis dan manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasive, dan segera

dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan

dengan penyebabnya. Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk

memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.

2. Rontgen Dada
6
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan adanya

hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama adanya

peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah

atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.

3. Elektrokardiografi

Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab,

EKG tidak dapat menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal

menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis yang salah.

Gambar EKG pada klien gagal jantung:

Sumber: Samudera-fox.com

Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan kelainan EKG,

yaitu:

1. Tidak menunjukkan adanya RBBB atau LBBB.

7
2. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan adanya penyakit

jantung iskemik.

3. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel

kiri karena adanya beban tekanan (adanya stenosis aorta dan penyakit jantung

hipertensi).

8
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini, penulis akan menyajikan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S

dengan Gagal Jantung Congestif. Pengkajian dilakukan pada saat klien datang ke ruang

IGD pada tanggal 19 oktober 2020.

A. Identitas Klien

Kilen bernama Ny.S, umur 64 tahun, nomer rekam medik 832201, klien tinggal di

Kampung Baru dengan diagnosa CHF.

Riwayat sebelum masuk RS:

Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak 3 hari SMRS, sesak pada saat

aktivitas, riwayat penyempitan jantung, riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu

terkontrol dan DM. Riwayat stroke tidak ada, nyeri ulu hati, posisi nyaman 2-3

bantal. Obat yang pernah dimakan adalah clopidogrel, simvastatin dan aspilet.

B. Primary Survey

Airway :Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada trauma cervikal atau fraktur

wajah.

Breathing :Frekuensi nafas 30x/menit, irama teratur, gerakan dada simetris, suara

nafas vesikuler, tidak ada tanda jejas, hasil thorax foto kesan pembesaran pada

jantung (cardiomegali).

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah memberikan posisi fowler,

memberikan oksigen nasal 3 liter/menit, melakukan thorax foto

9
Circulation :Teraba nadi 109x/menit, teratur, denyutan kuat, tidak ada ketegangan

pada vena cordis, tekanan darah 110/60 mmHg, suhu 36,1 C, ektremitas hangat,

ada edema pada ekstremitas bawah, capirally refill kanan 3 detik dan kiri 2 detik,

tidak ada perdarahan, kulit elastis, hasil EKG (terlampir).

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memberi posisi fowler, kolaborasi

untuk pemberian cairan,pemasangan infus RL 16 tetes/menit, melakukan EKG,

memberi injeksi furosemid 40 mg IV. Memberikan therapy oral bisoprolol 5mg

Disability :Jam 20.57 WIB, GCS 15 (E4 V5 M6), pada ekstremitas tidak terjadi

fraktur, kondisi kulit tidak ada lesi, turgor elastis. Data lainnya mata klien sebelah

kanan berkedip cepat. Klien mengetahui tentang penyakit jantungnya.

C. Secondary Survey

a) Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tampak klien

memegangi dada sebelah kiri, posisi klien duduk dengan 2-3 bantal. Klien

mengatakan sesak 3 hari SMRS saat aktivitas dan nyeri pada dadanya.

b) Penyakit lain yang diderita/penyakit keluarga adalah hipertensi dan

diabetes melitus.

c) Pemeriksaan fisik :

tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15, pupil isokor, hasil tanda tanda

vital tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 109x/menit, pernapasan

30x/menit, suhu 36,10C

d) Kepala/leher : tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada distensi vena

cordis

e) Mata : tidak simetris, mata sebelah kanan berkedip cepat

10
f) THT : tidak ada kelainan

g) Tulang Belakang : tidak ada kelainan

h) Auskultasi suara nafas vesikuler, pergerakan dada simetris

i) Jantung : tidak ada bunyi tambahan jantung

j) Abdomen : tidak ada tanda jejas, acites, bising usus 9x/menit.

k) Ekstremitas : hangat, ada edema pada bagian tungkai sebelah kanan.

Hasil pemeriksaan penunjang :

1. Laboratorium darah

Hemoglobin 13,9 g/dl (normal 13-16 g/dl)

Lekosit 8700 u/l (normal 5.000-10.000 u/l)

Hematokrit 43 % (normal 40-48 %)

Trombosit 201.000 /ul (normal 150.000-400.000/ul)

Ureum 42 mg/dl (normal 10-50 mg/dl)

Creatinine 1,0 mg/dl (normal 0,5-1,5 mg/dl)

GDS 183 mg/dl (normal < 200 mg/dl)

2. EKG

3. Foto Thorax

Therapy :

1. Spironolacton 1x50 mg

2. Furosemide 3x20 mg

3. Bisoprolol 1x5mg

D. Analisa Data
11
NO
DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. DS : Penurunan perfusi jaringan berhubungan

klien mengatakan sesak 3 hari dengan menurunnya curah jantung

SMRS saat beraktivitas, nyeri

pada dadanya dan nyeri ulu hati,

klien mengatakan mempunyai

riwayat penyempitan jantung dan

teratur minum obat.

DO :

1. Keadaan umum lemah

2. Kesadaran compos mentis

3. Hasil TTV

Tekanan darah 110/60 mmHg,

Nadi 109x/menit, Pernapasan

30x/menit, Suhu 36,1 C

4. Tampak klien memegangi

dadanya sebelah kiri

5. Posisi duduk klien fowler,

disanggah 2-3 bantal

6. Capirally refill kanan 3 detik,

kiri 2 detik

7. Tampak klien pucat dan

berkeringat

8. Gambaran foto thorax adalah


12
pembesaran pada jantung

9. Hasil laboratorium :

Hemoglobin 13,9 g/dl, Lekosit

8700 u/l, Hematokrit 43 %,

Trombosit 201.000 /ul, Ureum

42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl,

GDS 183 mg/dl

E. Diagnosa Keperawatan

Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung.

F. Perencanaan Keperawatan

1. Monitor frekuensi dan irama jantung

2. Observasi warna kulit dan suhu kulit/membran mukosa

3. Pantau tekanan tekanan darah

4. Kolaborasi pemberian obat

G. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

1. Mengobservasi tanda-tanda vital (pukul 20.56 WIB)

Hasil :Tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi 109x/menit, Pernapasan 30x/menit,

Suhu 36,1 C

2. Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit (pukul 20.57 WIB)

13
Hasil :Klien terpasang oksigen 3 liter/menit, klien mengatakan sesak berkurang

sedikit, tampak klien masih gelisah

3. Melakukan EKG (pukul 21.00 WIB)

4. Melakukan foto thorax (pukul 21.20 WIB)

Hasil : kesan adanya pembesaran pada jantung

5. Memasang infus RL 16 tetes/menit (pukul 21.28 WIB)

Hasil : terpasang infus RL 16 tetes/menit di tangan kiri, tetesan infus lancar

6. Mengambil darah vena untuk pemeriksaan laboratorium (pukul 21.30 WIB)

Hasil : darah diambil sebanyak 3 cc, hasil laboratorium Hemoglobin 13,9 g/dl,

Lekosit 8700 u/l, Hematokrit 43 %, Trombosit 201.000 /ul, Ureum 42 mg/dl,

Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183 mg/dl

7. Memberikan terapi injeksi furesemid 40 mg IV (pukul 22.00 WIB)

Hasil : obat furosemid 40 mg masuk melaui IV

8. Memberikan terapi oral bisoprolol 5mg (pukul 22.10 WIB)

9. Klien pindah ke ruang perawatan dan tindakan keperawatan dilanjutkan di

ruang perawatan dengan :

a. Observasi tanda-tanda vital

b. Pemberian terapi sesuai program :

1) Bisoprolol 1x5mg

2) Furosemide 2x20mg

3) Diet Jantung minum 750 cc/hari

BAB IV

PEMBAHASAN
14
Pada bab ini akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny.S

dengan CHF” diruang IGD RSUD Dabo. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan

selama 1 jam pada tanggal 19 Oktober 2020. Pada bab ini penulis mencoba

menganalisa setiap masalah yang terdapat pada klien dengan membandingkan

dengan teori yang ada. Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap-tahap

dalam proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian penulis mengumpulkan data klien melalui wawancara dengan

klien dan keluarga, melakukan pemeriksan fisik secara bertahap, serta mendapatkan

infrmasi dari perawat ruangan dan catatan medik klien.

Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus

adalah ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena cordis.

Penatalaksanaan yang ada pada teori dan kasus sudah dilakuakan seperti

pemeriksaanlaboratorium darah, EKG, foto thorax.

B. Diagnosa Keperawatan

Dalam diagnosa tidak ada kesenjangan dan sudah sesuai dengan teori

yaitu penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah

jantung. Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

15
C. Perencanaan Keperawatan

Pada perencanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan

teori. Dalam merencanakan tujuan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu

pada kasus alokasi waktu tidak ditentukan karena berdasarkan penanganan segera dan

waktu tidak terbatas.

Adapun faktor penunjang yang menyusun perencanaan yaitu sumber buku,

catatan medik, dan catatan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat yaitu semua

perencanaan tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan waktu. Alternatif

pemecahan masalah yang penulis lakukan yaitu dengan bekerjasama dengan perawat

ruangan.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan pada teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

Tahap pelaksanaan dalam kasus sudah sesuai dengan teori. Adapun faktor

pendukung dalam pelaksanaan adalah kerja sama dengan perawat rungan dan

dukungan dari sikap klien dan keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap ini, penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan sudah

tercapai dan masalah keperawatan sudah teratasi dan tindakan keperawatan dihentikan.

Namun, pada kasus, untuk tindakan keperawatan dilanjutkan di ruangan karena

membutuhkan perawatan lebih intensif sehingga masalah belum teratasi.

Adapun masalah keperawatan yang belum teratasi adalah penurunan perfusi

jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung. Untuk diagnosa pola nafas

tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru tidak terdapat pada kasus.
16
17
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pengkajian ini ini penulis menyimpulkan data-data tentang klien

melalui wawancara dengan klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik secara

bertahap serta mendapatkan informasi dari perawat rungan dan catatan medik klien.

Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus adalah

ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak ditemukan ketegangan vena cordis.

Penatalaksanaan pada teori dan dilakukan pemeriksaan laboratorium

darah, EKG, foto thorax.Hasil laboratorium Hemoglobin13,9 g/dl, Lekosit 8700

u/l, Hematokrit 201.000 /ul,Ureum42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS 183

mg/dl. Hasil poto torax kesan adanya pembesaran pada jantung.

Diagnosa keperawatan di teori yang tidak muncul dalam kasus ini

yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret. Dalam perencanaan keperawatan tujuan dan tinjaun teori mengalami

kesenjangan yaitu pada teori menggunakan alokasi waktu sedangkan pada kasus

tidak dilakukan alokasi waktu karena keperawatan gawat darurat bersifat segera

dan tidak dibatasi waktunya.Untuk melaksanakan tindakan keperawatan dikasus

dilakukan semua oleh penulis. Alternative klien kerja sama dengan perawat

dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

18
Pada evaluasi keperawatan dapat disimpulkan adalah dari diagnosa

yang muncul belum tercapai dan yindakan keperawatan dilanjutkan di Ruangan

perawatan.

B. SARAN

Setelah kami menguraikan dan menyimpulkan, kami dapat

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya kami akan

menyampaikan saran yang ditujukkan pada perawat ruangan, klien dan keluarga

sebagai berikut :

1. Kerjasama dengan klien dan keluarga tetap dipertahankan dan ditingkatkan agar

asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan lebih optimal

2. Untuk perawat supaya setiap kali melakukan tindakan keperawatan

mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien terhadap tindakan yang

dilakukan agar dapat melakukan evaluasi secara akurat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bruner & Suddart.

Edisi 8. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai