Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE SYOK SYNDROM


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

DISUSUN OLEH :

Aldina Yahya : C.0105.18.032


Resty Fitriani : C.0105.18.033

PRODI PENDIDIKAN NERS B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

KOTA CIMAHI
LAPORAN PENDAHULUAN
Dengue Syok Syndrome (DSS)
A. DEFINISI
Penyakit Dengue adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
( arthropod-borne virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus
dan Aedes Aegypti ) (Ngastiyah dan Ilmu Kesehatan Anak). Penyakit Dengue Haemoragie
Fever adalah penyakit Demam Dengue dengan manifestasi perdarahan ( sumarmo
dkk ;2008)
Penyakit Dengue Shock Syndrom (dss) adalah penyakit DHF yang mengalami
renjatan atau shock ( Mansjoer, Arief.dkk;2001.428)

B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat
di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto,
1990).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).

C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (C3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan
peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran
palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika
shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi
hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2)
kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000)

Pathway :
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala
– gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang
dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. (Soedarto, 1990). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993). Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan
nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak
yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .
(Soederta, 1995).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (Soedarto, 1995).
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda
dan gejala lain adalah :
a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
b. Asites
c. Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi
dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995).

E. KLASIFIKASI
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 /
80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > – 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

Derajat (WHO 1997):


a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium
a. Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 – 7
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Albumin cenderung menurun
d. SGOT, SGPT sedikit meningkat
e. Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg, HCO3 menurun.
f. Dengue blat 19m positif 19G positif pada hari ke 6.
g. NS 1 positif
2. Foto rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext)
a. Efusi Pleura (PEI ………%)
3. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan
a. Asites dan Efusi pleura
b. Hepatomegali

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,
1994 ; 203 – 206 adalah.
1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak
boleh diberikan
a. Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
b. Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
c. Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
d. Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
2. Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <
10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di
berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
3. Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –
banyaknya dan sesering mungkin.
4. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
a. 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
b. 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
c. 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
d. 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
5. Obat-obatan lain :
a. Antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
b. Antipiretik untuk anti panas
c. Darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,
1994 adalah.
1. Belum atau tanpa renjatan (Grade I dan II) :
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen, asetosal tidak
boleh diberikan
a. Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
b. Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
c. Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
d. Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

Terapi cairan
a) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB
< 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama –
sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
b) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –
banyaknya dan sesering mungkin.
c) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24
jam yang diestimasikan sebagai berikut :
1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
4) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
5) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti
panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
2. Dengan Renjatan (Grade III) :
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan
Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus
tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu
( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan
kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
1) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
2) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
3) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
4) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi
masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau
yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30
mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan
cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan
dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

Bila pasien sudah masuh dalam tahap DSS (Dengue Syok Syndrom) yaitu pada
grade 3 atau 4 maka penatalaksanaan yang terpentingadalah pengelolaan cairan
diantaranya adalah :
1. Resusitasi volume pada DSS :
Pilihan cairan colume intra verkuler dan kemampuan menyumpal vaskuler. Cepat
mempertahankan volume vaskuler, bertahan lama didalam intra vaskuler sehingga
cepat mengatasi syok.
Hal – hal yang perlu dipertahankan dalam tubuh / cairan pada DSS :
a. Kristaloid
1) R / C
2) NacL 0,9%
Tujuan : memperbaiki volume extra vaskuler seperti pada diare akut dengan
dehidrasi
b. Koloid
1) HES
2) Wida HES
3) Voluven
4) Fima HES, dll.
Efek yang menguntungkan :
a) Dapat meningkatkan ankotik plasma
b) Dapat meningkatkan volume darah
c) Dapat membatasi kebocoran vaskuler
c. Kolaborasi Medis Pemberian terapi /oksigen
d. Transfusi komponen darah
1) Komponen yang biasa dipakai FFP : 15 cc / kg BB
2) Bila terdapat trombositopeni beratàTrombosit konsentrit (Trombo <30.000
/ m3).
e. Obat – Obatan (Kolaborasi Medis)
1) Pemberian Antibiotika
2) Pemberian obat antipiretik
3) Imunoglobolin intravena (Gamaras)
4) asidosis metabolic

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. anamnesa
1. Identitas
a. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal mrs,
tanggal pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
b. Identitas penanggung jawab (nama , agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, umur)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Pasien dengan DBD biasanya datang dengan keluhan panas tinggi dengan
keluhan yang menyertai demam, anoreksia, mual-muntah, perdarahan terutama
perdarahan dibawah kulit.

b. Riwayat kesehatan dahulu


- Kaji penyakit yang pernah diderita. Pada DBD biasanya pasien bisa mengalami
serangan ulang DBD dengan tipe virus yang lain
- Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal, posnatal, riwayat
tumbang, dan riwayat imunisasi.
1. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit
lainnya.

2. Riwayat sosial
Kaji hubungan pasien dengan keluarganya

3. Riwayat kesehatan lingkungan


Pasien DBD biasanya berada dilingkungan yang kurang bersih dan padat
penduduknya.

b. pengkajian primer
Pengkajian primer mempunyai tujuan untuk mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa paisen dilakukan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10
detik) difokuskan pada airway, Breathing, Circulation (ABC).
a. (Airway) Jalan nafas adalah sumbatan jalan atas (larynx, pharinx) akibat
cedera inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang
berbunyi  stridor hoarness. Tindakan dengan membersihkan jalan napas,
memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tertinggi
dan antibiotika.
b. (Breathing) Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat
karena nyeri atau eschar melingkar di dada. Tindakan yang dilakuakan kaji
dan monitor kemampuan bernafas, memberikan oksigen, melakukan tindakan
kedaruratan jalan napas agresif.
c. (Circulation) Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh
darah terjadikarena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara
sel endoteldinding pembuluh darah).
d. (Disability) Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU :
 A - alert , yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi  perintah
yang diberikan
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisa dimengerti
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
e. Ekspose, Examine dan Evaluate Dalam situasi yang diduga telah terjadi
mekanisme trauma yang mengancam terjadinya gagal napas, maka Rapid
Trauma Assessment  harus segera dilakukan:
 Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dada dan ekstremitas pada pasien
 Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa  pasien
luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang  berpotensi tidak
stabil atau kritis.
c. Secondary Survey

- Keadaan umum : Lemah


- Kesadaran : - Grade I : Compos mentis
- Grade II : Compos mentis

- Grade III : Apatis

- Grade IV : Koma.

- TTV : TD : Menurun
RR : Meningkat

N : Menurun

SB : Meningkat
- Wajah : Ekspresi wajah meringis
- Kulit : Adanya petekia, turgor kulit menurun
- Kepala : Terasa nyeri
- Mata : Anemis
- Hidung : Kadang mengalami perdarahan
- Mulut : Mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
tekan
- Dada : Bentuk simetis dan kadang-kadang sesak, ronchi.
- Abdomen : Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
- Ekstremitas : Akral dingin, sering terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, Hematokrit, Hitung trombosit, Uji serologi, Dengue blot, HIA

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. Ds: Virus dengue Hipertermi
Tidak tersedia
Do: Reaksi antigen-antibody
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
2. Kulit merah Viremia
3. Kejang
4. Takikardi Mengeluarkan zat mediator
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat Merangsang hipotalamus
anterior

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia
2. Ds : Virus dengue Pola napas tidak
 Dipsnea efektif
Reaksi antigen-antibody
 Ortopnea
Do : Viremia

 Penggunaan otot bantu


penapasan HT meningkat
 Fase ekspirasi memanjang
 Pola napas abnormal (mis, Permeabilitas meningkat

takipnea, bradypnea,
hiperventilasi ,kussanul, Kebocoran plasma

cheynes-stokes)
Efusi pleura
 Penapasan pused-lip
 Pernapasan cuping hidung
Pola napas tidak efektif
 Diameter toraks anterior –
posterior meningkat
 Ventilasi semenat menurun
 Kapasitas vital menurun
 Tekanan ekspirasi
menurun
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dada berubah

3. Ds: Virus dengue Hipovolemia


Merasa lemah, mengeluh haus
Do: Reaksi antigen-antibody
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi terasa lemah Viremia
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit Vasodilatasi pembuluh darah
5. Turgor kulit menurun otak
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun Sakit kepala
8. Hematokrit meningkat
Darah pindah ke
9. Pengisian vena menurun
ektravaskuler
10. Status mental berubah
11. Suhu tubuh meningkat
Hipovolemia
12. Konsentrasi urin
meningkat
13. Berat badan turun tiba-tiba
4. Ds: Virus dengue Defisit nutrisi
Cepat kenyak setelah makan,
keram atau nyeri abdomen, nafsu Reaksi antigen-antibody
makan menurun
Do: Viremia
1. Berat badan menurun mini
10% dibawah rentang ideal Mual
2. Bising usus hiperaktif
3. Otot pengunyah lemah Nafsu makan menurun
4. Otot menelan lemah
5. Membrane mukosa pucat Intake adekuat
6. Sariawan
7. Serum albumin turun Defisit nutrisi
8. Rambut rontok berlebihan
9. Diare
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hypovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler
2. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan neurologis (syok)
3. Hipertermi b.d proses penyakit DHF
4. Deficit nutrisi b.d keengganan untuk makan
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 hypovolemia b.d 1. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Hipovolemia


peningkatan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
permeabilitas kapiler
Status cairan membaik,
d.d
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia Observasi
dengan kriteria hasil:
DS: (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi 1.Untuk menentukan tindakan keperawatan
1. Frekuensi nadi membaik
Merasa lemah, teraba lemah, tekanan darah menurun, yang sesuai
2. Tekanan nadi membaik
mengeluh haus tekanan nadi menyempit, turgor kulit
3. Tekanan darah membaik
Do: menurun, membran mukosa kering,
4. Tekanan nadi membaik
volume urin menurun, hematokrit
1. Frekuensi nadi 5. Turgor kulit meningkat
meningkat, haus, lemah)
meningkat 6. Membrane mukosa
2. Monitor intake dan output cairan
2. Nadi terasa lemah membaik 2.Untuk mengetahui intake dan output cairan
3. Tekanan darah 7. Output urine meningkat
menurun 8. Hematokrit menurun Terapeutik
Terapeutik
4. Tekanan nadi 9. Pengisian vena meningkat
1.Untuk menentukan bagaimana cara
menyempit 10. Status mental membaik 1.Hitung kebutuhan cairan
memenuhi kebutuh cairan tubuh pasien
5. Turgor kulit 11. Suhu tubuh membaik 2. Berikan posisi modified Trandelendung
2. Untuk memberikan posisi nyaman pada
menurun 12. pasien
6. Membran mukosa 3. Untuk membantu memenuhi kebutuhan
kering cairan pasien
3. Berikan asupan cairan oral
7. Volume urin Edukasi
menurun 1.Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
Edukasi
8. Hematokrit
1.Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
meningkat
9. Pengisian vena
menurun 2.Untuk menghindari terjadinya keseleo
2.Anjurkan menghindari perubahan posisi
10. Status mental mendadak
berubah Kolaborasi Kolaborasi
11. Suhu tubuh
1.Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
meningkat
(mis. NaCL, RL) tubuh pasien
12. Konsentrasi urin
meningkat
2.Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
13. Berat badan turun
(mis. glukosa 2,5%, NaCL 0,4%) 2. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
tiba-tiba
3.Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. pasien
albumin, Plasmanate) 3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
4.Kolaborasi pemberian produk darah pasien
4. Untuk menghindari terjadinya kekurangan
darah pada pasiennya

2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Tindakan Management jalan napas Observasi
efektif keperawatan, maka pola Observasi  Untuk mengetahui adanya perubahan
napas membaik dengan  Monitor pola napas ( frekuensi, pada napas
kriteia hasil : kedalaman, usaha napas)  Untuk mengetahui perubahan bunyi
 Ventilasi semenit  Monitor bunyi napas napas
meningkat  Monitor sputum  Untuk mengetahui apakah ada
 Kapasitas vital Teurapeutik penumpukan sputum
meningkat  Pertahankan kepatenan jalan napas Teurapeutik
 Diameter toraks denga head-titl dan chin-tilt  Untuk mencegah terjadinya
anterior – posterior  Posisikan semi fowler atau fowler terhalangnya jalan napas
meningkat  Berikan minuman hangat  Untuk memberikan rasa nyaman
 Tekanan ekspirasi  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu terhadap klien
meningkat  Berikan oksigen, jika perlu  Melegakan dan mengaktivitaskan jalan
 Tekanan inspirasi Edukasi napas
meningkat  Untuk menghindari terjadinya
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
 Dipsnea menurun jika tidak kontakindikasi penumpukana secret
 Penggunaan otot  Untuk menurunkan kerja napas dan
bantu napas menurun Kolaborasi kerja miokard
 Pemanjangan fase  Kolaborasi pemberian bronkodilator, Edukasi
ekspirasi menurun ekspektor, mukolitik, jika perlu  Untuk memenuhi kebutuhan cairan
 Ortopnea menurun klien
 Pernapasan fursed – Kolaborasi
lip menurun  Meningkatkan mobilitas sekresi dan
 Pernpasan cuping pencegahan resiko tinggi retensi secret
hidung menurun
 Ekskursui dada
membaik

3 Hipertermi b.d proses1. Setelah dilakukan Tindakan  Manajemen hipertermi  Obeservasi


penyakit DHF d.d keperawatan selama 3x24 jam Observasi 1. Untuk mengetahui keadaan hipertermi
DS: termoregulasi membaik, 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis 2. Untuk mengetahui keadaan suhu tubuh

tidak tersedia dengan kriteria hasil: dehidrasi, paparan sinar UV) pasien
2. 1. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh 3. Untuk mengetahui frekuensi urine
DO:
3. 2. Kulit merah menurun 3. Monitor keluarnya urine
1. Suhu tubuh diatas 4. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
4. 3. Kejang menurun 4. Monitor komplikasi akibat hipertemia melakukan tindakan
nilai normal 5. 4. Takikardi menurun Teraupeutik
2. Kulit merah Teraupeutik
6. 5. Takipnea menurun
3. Kejang 7. 6. Kulit hangat membaik 1. Agar kulit tetap terjaga baik dan tidak
1. Sediakan lingkungan yang dingin menimbulkan kemerahan
4. Takikardi
5. Takipnea Edukasi
6. Kulit terasa hangat Edukasi
1. Agar tidak terjadinya dikubitus
e
1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi
rt
1. Untuk memenuhi suplai 02 didalam tubuh
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan eliktrolit
di IV

4 deficit nutrisi b.d Setelah dilakukan Tindakan Managemen nutrisi


keengganan untuk keperawatan selama 3x24 jam a. Observasi.
makan d.d Status nutrisi membaik,
1) Identifikasi status nutrisi 1)Untuk mengetahui penurunan atau peningatan
dengan kriteria hasil:
DS: 2) Identifikasi alergi dan intoleransi pada nutrisi pasien
1. Perasaan cepat kenyang
Cepat kenyak setelah makanan 2)Untuk meminimalisir tingkat alergi dalam
menurun
makan, keram atau 3) Identifikasi makanan yang disukai memberikan makanan
2. Nyeri abdomen menurun
nyeri abdomen, nafsu 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis 3)Untuk meningkatkan nafsu makan pasien
3. Berat badan membaik
makan menurun nutrient 4)Untuk mengoptimalkan kebutuhan pasien
4. Frekuensi makan membaik
Do: 5)Agar memudahkan pasien dalam pemirian
5. Nafsu makan membaik
1. Berat badan asupan makanan
menurun mini 6. Bsising usus membaik 6)Untuk mengetahui peningkatan atau
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang
10% dibawah 7. Kekuatan otot pengunyah penurunan berat badan pada pasien
nasogastrik
rentang ideal meningkat 7)Untuk mengetahui masalah pada pasien
6) Monitor BB
2. Bising usus 8. Kekuatan otot menelan
hiperaktif meningkat
3. Otot 7) Monitor hasil pemeriksaan labolatoruim
1)Untuk menimbulkan rasa nyaman pasa pasien
pengunyah
2)Untuk meningkatkan nafsu makan pasien
lemah
b. Terapeutik 3)Untuk mencegah kontipasi
4. Otot menelan
1) Lakukan oral hygine sebelum makan, jika 4)Untuk meningkatkan energi pada pasien
lemah
perlu 5)Untuk meningkatkan nafsu makan pada
5. Membrane
2) Sajikan makanan secara menarik dan pasien
mukosa pucat
suhu yang sesuai
6. Sariawan
3) Berikan makanan tinggi serat
7. Serum albumin 1)Untuk memandirikan pasien
4) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
turun 2)Untuk meyeimbangkan asupan nutrisi yang
protein
8. Rambut rontok dibutuhkan
5) Berikan suplemen makanan jika perlu
berlebihan
9. Diare
c. Edukasi 1)untuk mengurangi nyeri dan muntah
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang di programkan
2)untuk menentukan diet yang tepat
 

b. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberiam medikasi sebelum
makan (mis. Reda nyeri, aniemetik), jika
perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai