Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan

(Efusi Pleura)

Disusun oleh :

Anisa Bone

01909010003

Kelas : A keperawatan semester 2

JURUSAN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

GRAHA MEDIKA KOTA KOTAMOBAGU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Askep yang berjudul Efusi pleura ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns. Suci Rahayu
Ningsih, S.kep pada bidang mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Askep Efusi pleura bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ns. Suci Rahayu Ningsih, S.kep
selaku dosen pengampuh mata Konsep Dasar Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan Askep ini.

Saya menyadari, askep ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas askep ini.

kotamobagu, 21 mei 2020

Anisa Bone
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ……………………………………….……………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………..........

A. Latar Belakang …………………………………………………………..

B. Tujuan penulisan…………………………………………………...……

1. Tujuan umum………………………………………………………

2. Tujuan khusus ……………………………………………………..

C. Manfaat Penulisan…………….…………………………………………

1. Bagi Pendidikan……………………………………………………

2. Bagi Mahasiswa…………………………………………...............

BAB II : TINJAUAN TEORI

I. Konsep medis………………………………………………………..

A. Definisi Efusi Pleura……………………………………………


B. Klasifikasi Efusi Pleura…………………………………………
C. Etiologi Efusi Pleura……………………………………………
D. Tampilan cairan pleura…………………………………………
E. Manifestasi Klinis………………………………………………
F. Pemeriksaan penunjang…………………………………………
G. Patofisiologis Efusi Pleura………….…………………………..
H. Pathway…………………………………………………………
I. Penatalaksanaan…………………………………………………
J. Komplikasi………………………………………………………

II. Konsep dasar keperawatan …………………………………………..


A. Pengkajian………………………………………………………
B. Pemeriksaan fisik……………………………………………….
C. Diagnostik keperawatan…………………………………………
D. Intervensi………………………………………………………..
E. Discharge planning………………………………………………
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………

A. kesimpulan……………………………………………………………

Daftar Pustaka……………………………………………………………………
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Dari banyaknya penyakit yang dapat menyerang paru-paru, efusi pleura
merupakan salah satu yang musti diwaspadai. Masalah kesehatan akibat efusi pleura ini
ditandai oleh penumpukan cairan di antara dua lapisan pleura. Pleura sendiri merupakan
membran yang memisahkan paruparu dan dinding dada bagian dalam.
Pada umumnya cairan yang diproduksi oleh pleura memiliki fungsinya tersendiri,
yaitu dapat sebagai pelumas untuk memantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika
bernafas. Namun cairan pleura yang menumpuk juga dapat menimbulkan gejala
kesehatan tertentu. Misalnya mengakibatkan kesulitan saat bernafas.
Menurut beberapa ahli, bila penumpukan cairan terbilang ringan, biasanya
pengidap penyakit ini tidak akan merasakan gejala apa pun. Namun, apabila level
penumpukannya sudah berada di atas normal atau bahkan parah, maka pengidapnya akan
mengalami nyeri dada saat menarik napas dan membuang napas, biasanya kondisi
tersebut juga disertai dengan batuk dan demam.
Disamping itu, sesak nafas merupakan salah satu gejala yang sering dialami oleh
penderita efusi pleura, karena apabila masalah paru ini menyerang, cairan dalam rongga
pleura akan menyebabkan paru-paru tidak dapat mengembang sempurna saat akan
menarik napas, hal ini mengakibatkan terjadinya sesak napas.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan disusunya Askep (Asuhan Keperawatan) efusi pleura ini adalah agar
penulis maupun para pembaca dapat lebih memahami tentang penyakit efusi
pleura dan dapat bermanfaat dalam kehidupannya.

2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada pasien penderita efusi pleura
diharapkan mahasiswa/I dapat mampu :
1) Melakukan pengkajian kepada pasien penderita efusi pleura
2) Merumuskan masalah keperawatan kepada klien penderita efusi pleura

3) Merancang tindakan keperawatan pada klien penderita Efusi pleura


4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Efusi Pleura
5) Melakukan evaluasi pada klien penderita Efusi Pleura
6) Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi
C. Manfaat penulisan
1. Bagi pendidikan
Dengan disusunnya askep ini bertujuan agar dapat bermanfaat bagi para pembaca
dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan prosedur-
prosedur yang telah diatur, serta dapat bermanfaat sebagai media belajar agar
lebih memahami kasus Efusi Pleura.

2. Bagi mahasiswa/ i
 Askep ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai penyakit Efusi Pleura
 Dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I dalam membuat asuhan keperawatan
dan melakukan tindakan keperawatan
BAB II

Tinjauan Teori

i. Konsep Medis

A. Pengertian Efusi Pleura


Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara lapisan
pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada dinding
dalam rongga dada.
 Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat ( Pedoman DiagnosisdanTerapi / UPF ilmu penyakit
paru, 1994,111)
 Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dandapat mengancam jiwa
penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah
berlebihan dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena
tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi
virus maupun bakteri (Ariyanti, 2003).
 Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan pariental, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sejunder terhadap penyakit lain, secara normal,
ruang pleura mengandung sejumlah cairan kecil (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumnas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (smeltzer C Suzanne, 2002)
 Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yag mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat
berupa darah atau pup ( Baughman C Diane, 2000)
 Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura (Prince & Wilson, 2006
 Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah
diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi
dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).
B. Klasifikasi Efusi Pleura
1. Efusi Pleura Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat.
Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan
koloid osmotik menjadi terganggu sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terdapat
pada:
a) Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
b) Meningkatnya tekanan kapiler pulmonal
c) Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura
d) Menurunnya tekanan intra pleura
Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:
a) Gagal jantung kiri (terbanyak)
b) Sindrom nefrotik
c) Obstruksi vena cava superior
d) Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau
masuk melalui saluran getah bening

2. Efusi pleura Eksudat


Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeable abnormal dan berisi protein transudat. Terjadinya perubahan
permeabilitas membrane adalah karena adanya peradangan pada pleura misalnya:
infeksi, infark paru atau neoplasma. Protein yang terdapat dalam cairan pleura
kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah
bening ini akan menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura,
sehingga menimbulkan eksudat. Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:
infeksi (tuberkulosis, pneumonia) tumor pada pleura, infark paru, karsinoma
bronkogenik radiasi, penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus
Eritematosis).
(Hadi Halim, 2001: 787-788)\

C. Etiologi efusi pleura


Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan pada cairan,
penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, hal ini disebabkan oleh satu dari
lima mekanisme berikut (mortal, 2012)
1) Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2) Peningkatan permeabilitas kapiler
3) Penurunan tekanan osmotic koloid darah.
4) Peningkatan tekanan intrapleura
5) Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab pleura :
1) Infeksi
a) Tuberculosis
b) Pneumonialis
c) Abses paru
d) Perforasi esophagus
e) Abses subfrenik

2) Noninfeksi
a) Karsinoma paru
b) Karsinoma pleura : primer : sekunder
c) Karsinoma mediastinum
d) Tumor ovarium
e) Bendungan jantung : gagal jantung
f) Gagal hati
g) Gagal ginjal
h) Hiperhiroidisme
i) Kilotoraks
j) Emboli paru

D. Tampilan cairan pleura


1. Jernih, kekuningan (tanpa darah)
Apabila menderita :
 tumor jinak
 tumor ganas
 tuberculosis

2. seperti susu
 tidak berbau (kilus) = pascatrauma
 berbau (Nanah) = emplema

3. hemoragic = trauma

E. manifestasi klinis
1) adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak penderita akan
sesak napas
2) adanya jejak penyakit seperti demam, menggigil, nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebris (tuberculosis), banyak keringat,
batuk, banyak sekret.
3) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi, jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang segnifikan
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoise).
5) Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup, timpani di bagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastimun ke sisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki
6) Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

F. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi (rontgen dada), pada permukaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tanpak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatimun
2) Ultrasonografi
3) Thoraksentesis/fungsi pleura untuk mengetahui kejernian, warna, biakan
tampilan, sitology, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa mungkin
berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang)
4) Cairan pleural dianalis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, hasil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehydrogenase (LDH), protein), analisis sitology untuk sel-sel
malignan dan PH.
5) Biopsy pleura mungkin juga dilakukan

G. Patofisiologi Efusi Pleura


Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura panetalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan
oleh kapiler pleura parientalis karena adanya tekanan hidrostatis, tekanan koloid dan daya
tarik elastis, sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya(10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan dirongga pleura disebut Efusi Pleura. Ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbs terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmosik, peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas
dasar kejadianya efusi pleura dapat dibedakan atas transudate dan eksudat pleura.
Transudate misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan oleh keganasan dan infeksi cairan keluar langsung
dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jantungnya tinggi. Cairan ini juga
banyak mengandung sel darah putih. Sebaliknya transudate kadar pokoknya rendah sekali
atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
H. Pathway
Peradangan pleura

Cairan bening dari getah


 Gagal jantung kiri Permeable bening masuk ke dalam rongga
 Obstruksi vena cava membran kapiler pleura
superior meningkat
 Asites pada sirosis hati
 Dialis peritorial  Peningkatan tekanan
 Obstruksi fraktus kapiler
Konsentrasi protein cairan
urinarius sistematik/pulmonal
pleura meningkat
 Penurunan tekanan
koloid osmotik &
pleura
Terdapat jaringan nefrotik  Penurunan tekanan
pada septa intra pleura
esudat
Gangguan tekanan kapiler hidrostatik &
Kongesti pada pembuluh limfe
koloid osmotik intra pleura

Reabsorbsi cairan terganggu

Transudat

Penumpukan cairan pada rongga


pleura

Ekspansi paru Tekanan pada abdomen Drainase

Sesak napas Anoreksia Resiko tinggi terhadap tindakan


drainase dada

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
Nyeri resiko infeksi

Ketidakefektifan Insufisiensi oksigenasil


pola napas
Gangguan metabolisme o2
Suplai O2

Energi berkurang
Gangguan rasa nyaman

Intoleransi aktivitas
Defisi perawatan
I. Penatalaksanaan
1) Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula

2) Thorokonsentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejak subjectif seperti nyeri,
dispneu, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

3) Antibiotik
Pemberian antibiotic dilakukan apabila terbukti adanya infeksi. Antibiotic
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman

4) Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekural lain, diberikan obat (tetrasiklin,
kalk, dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali

J. Komplikasi
a) Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran-membran pleura tersebut.

b) Pneumothoraks
Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)

c) Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.

d) Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
e) Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
ii. Konsep Dasar Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.A

DENGAN INDIKASI EFUSI PLEURA

DO RUANG BANGSAL PARU RSUD JAYAPURA

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : Ny A
Usia / TTL : 13 maret 1980
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : skyline
Suku : Wamena
Status pernikaha : sudah menikah
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : PNS
Diagnostik Medik : Efusi Pleura, CKD
No Kamar : 344703
Tgl masuk : 15 Agustus 2017
Tgl pengkajan : 21 Agustus 2017

2. Identitas penangggung jawab


Nama : Tn. K
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : PNS
Hub. Dengan klien : Suami klien

3. Keluhan utama
Sesak dan terasa berat pada dada

4. Riwayat kesehatan
Ny A merupakan pasien rujukan dari wamena, karena harus melakukan
pengobatan cuci darah setiap minggunya, Ny A telah menjalankan perawatan cuci
darah kurang lebih 5 bulan, dan selama pengobatan untuk sementara menetap
dijayapura. Pada tanggal 15 Agustus 2017 pasien masuk rumah sakit dengan
keluhan sesak, dan terasa berat pada dada oleh Karena itu pasien harus dirawat
inap, tepatnya diruang Eluzal (bangsal paru) kelas II wanita. Pada paru sebelah
kanan tampak terpasang WSD (Water Scaled Dainase) untuk pengeluaran cairan
pada paru-paru. Akibat pemasangan WSD ini, pasien mengatakan merasa tak
nyaman dan terasa sedikit nyeri dengan insentitas nyeri, penyebab : ketika pasien
bergerak, nyeri terasa seperti tertusuk – tusuk, dengan skala 3 (0-10). Nyeri
muncul hilang timbul kurang lebih selama 5 menit

5. Riwayat kesehatan lalu


- Pasien tidak pernah mengalami penyakit infeksi
- Imunisasi : pasien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil
- Tidak pernah mengalami kecelakaan
- Sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit
- Tidak pernah dioperasi
- Tidak ada alergi

6. Riwayat kesehatan keluarga


Anggota keluarga tidak ada yang mengalami penyakit infeksi, tetapi ada anggota
keluarga yang menderita hipertensi

B. Pemeriksaan fisik (pengkajian fungsional)


1. Keadaan umum klien = lemah
Kesadaran = LM (composment)

2. Tanda – tanda vital


TO = 150/90 mmHg
N = 82x/m
S = 37,7o C
R = 20x/m

Intensitas nyeri
P = ketika digerakan
Q = tertusuk-tusuk
R = paru-paru sebelah kanan (terpasang WSD)
S = 3 (0-10)
T = hilang timbul kurang lebih 5

3. Sistem pernapasan
- Hidung : simetris (+), pernapasa cuping hidung (-), secret (-), polip (-)
- Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-)
- Dada : bentuk dada normal, gerakan dada simetris,
4. Sistem kardiovaskular
- Cojuntiva : (pucat), bibir : (pucat dan kering), arteri carotis (kuat), tekanan
vena jugularis (meninggal), rasa pusing (+)
- Cappilary refilling time (CRT) : kuran dari 2 detik

5. Sistem pencernaan
- Sclera : (tidak icterus), bibir : kering, pecah-pecah
- Mulut : jumlah gigi (26), kemampuan menelan baik
- Gaster : kembung, gerakan peristaltic 12x/menit

6. Sistem indra
a. Mata
- Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+)
- Lapang pandang : baik
b. Hidung
- Fungsi penciuman : baik
c. Teling
- Keadaan dalam telinga : kanal auditoris : bersih
- Fungsi pendengaran : baik

7. Sistem saraf
a. Fungsi cerebrar
- Status mental : orientasi (+), daya ingat (+), perhatian dan
perhitungan baik, bahasa baik
- Kesadaran : eyes (4), motoric (6), verbal (5)
- Bicara ekspresif (+), reseptive (+)

b. Fungsi cranial
- N I olfaktorius (penciuman)
Klien mampu mencium bau ruangan dan wangi-wangian, mampu
membedakan bau minyak kayu putih dan miyak tawon
- N II optikus (penglihatan)
Lapang pandang kedua bola mata baik
- N III (okulomotoris), N IV (trochlearis), N. IV (abdusen)
Dapat menggerakan mata keatas, kebawah, kekiri dan ke kanan,
pupil & kekuatan otot bola mata baik
- N.V (higemus)
 Sensori : bisa merasakan sentuhan
 Motoric : dapat menggerakan rahang, mengunyah (baik)
- N VII (fasialis)
Pasien dapat mengangkat alis, tidak terdapat kerutan pada dahi,
senyum (+)
- N VIII (verstibulochlearis)
Fungsi pendengaran baik
- N IX (glosofaringeus), N X (Vagus)
Pasien dapat membedakan rasa pahit, asam, manis dan asin.
Refleks menelan baik, taka da refleks muntah
- N XI (Asesorius)
Pasien dapat memalingkan kepala kekiri dan kekanan, klien juga
dapat mengangkat kedua bahu
- N XII (hipoglosus)
Pasien mampu menggerakan lidah dengan baik sesuai perintah

8. Sistem moskuloskletal
a. Kepak : bentuk kepak ovale, gerakan (baik)
b. Vertebrae : scliosis (-), lordosis (-), kyphosis (-), fungsi gerak baik
c. Lutut : bengkak (-), gerakan baik, kemampuan jalan (dibantu), vanses (-)
d. Tangan : bengkak (-), gerakan baik, ROM (-), tangan kiri terpasang iufd rl

9. Sistem integumen
a. Rambut : warna hitam, mudah dicabut (-)
b. Kulit : warna coklat, temperature hangat, kelembapan (-), ruam (-)
c. Kuku : kebersihan (+), permukaan kuku halus (+), tidak mudah patah (+)

10. Sistem endokrin


a. Kelenjar tiroid : teraba
b. Ekskresi urin : berlebihan (-), poldipsi (-), poliphagi (-)
c. Suhu tubuh : hangat, keringat berlebihan (-)
d. Riwayat air seni dikelilingi semut (-)

11. Kebutuhan aktivitas dan latihan

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Nutrisi
1. Selera makan menurun menurun
2. Menu makanan Bubu, lauk-pauk Bubur, lauk-pauk
3. Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
4. Makanan pantang Makanan pantang sakit Makanan pantang
ginjal sakit ginjal
5. Cara makan Makan sendiri (oral) Makan sendiri (oral)

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Cairan
1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Kebutuhan cairan dibatasi dibatasi
3. Cara pemenuhan Minum oral Minum oral, IVFD

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Eliminasi
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Kamar mandi
2. Frekuensi (waktu) 1x sehari 1x sehari
3. konsistensi padat Padat
4. kesulitan Tidak ada Tidak ada

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Personal hygiene
1. Mandi
Cara mandiri Dibantu keluarga
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
2. Cuci rambut 3x seminggu Belum pernah
3. Gunting kuku 1x seminggu Belum pernah
4. Gosok gigi 1x sehari 1x sehari

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Aktivitas dan molalitas
1. Kegiatan sehari-hari bekerja Istirahat di RS
2. Penggunaan alat bantu Tidak ada Dibantu keluarga
dalam beraktivitas
3. Kesulitan pergerakan Tidak ada Ketika miring ke
tubuh kanan ( karena
adanya WSD)

C. Diagnostik perawatan
1. Pola nafas tidak efektif, berdasarkan penurunan ekspansi paru (akumulasi dari
cairan)
2. Nyeri akut berdasarkan terangsangnya saraf intra thoraks sekunder terhadap iritasi
pleura
3. Resiko tinggi trauma/ henti nafas berdasarkan posisi cedera, sistem drainase dada

D. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Pola nafas tidak efektif Sudah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor pencetus
berdasarkan penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam Contoh : kolaps spontan,
ekspansi paru (akumulasi diharapkan pasien menunjukan pola trauma, infeksi, atau
dari cairan ) napas yang efektif dengan kriteria komplikasi ventilasi
hasil mekanik
a. Pasien tidak menunjukan 2. Evaluasi fungsi pernapasan,
adanya gangguan status catat kecepatan pernapasa,
pernapasan sesak, dyspnea, dan
b. Pernapasan menunjukan perubahan TTV
kecepatan dan irama dalam 3. Ajarkan teknik napas dalam
batas normal dan latih pasien untuk
c. Cairan rongga pleura dalam bernapas perlahan atau
batas normal efektif
4. Berikan oksigen tambahan
melalui kanula/ masker
sesuai indikasi
5. Kolaborasi/konsultasi
dengan dokter dalam
tindakan selajutnya

2 Nyeri akut berdasarkan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perkembangan nyeri,


terangsangnya saraf intra keperawatan selama 3 x 24 jam intensitas nyeri
thoraks sekunder terhadap diharapkan nyeri klien dapat 2. Ajarkan teknik relaksasi
iritasi pleura berkurang dengan kriteria hasil (napas) dan atur posisi
a. Keluhan nyeri berkurang pasien yang nyaman
(0-1) skala (0-10) 3. Kolaborasi dengan tim
b. Wajah klien terlihat lebih medis dalam pemberian
tenang analgetik sesuai indikasi

3. Resiko tinggi trauma / Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tujuan, fungsi untuk
henti napas berdasarkan keperawatan selama <2 x 24 jam drainase dada kepada pasien
proses cidera, sistem diharapkan tidak terjadi trauma atau / memberikan pemahaman
drainase dada henti napas dengan kriteria hasil b. Amankan unit drainase pada
a. Memperbaiki/ menghindari tempat tidur pasien/ pada
lingkungan dan bahaya fisik tempat tertentu
b. Mengenal kebutuhan c. Ajurkan psien untuk
c. Mencegah komplikasi menghindari berbaring
miring atau menarik selang
s
d. Observasi tanda distress
pernapasan bila keteter
thoraks lepas/ tercabut
e. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan
pasien

E. Discharge planning
1. Mengajarkan pada klien tentang tanda dan gejala yang perlu diperhatikan seperti
kesulitan dala bernapas, nyeri dada, peningkatan suhu, atau batuk menetap
2. Ajurkan klien untuk memeriksakan kesehatan secara rutin
3. Ajurkan klien untuk menaati pola hidup sehat seperti makan seimbang, olah raga
secara teratur, menghindari rokok dan alcohol.
4. Memberikan informasi tentang dosis pengobatan, jadwal, dan petunjuk dalam
efek samping dari pengobatan
5. Menganjurkan pasien agar kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
6. Memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam perhari
7. Menganjurkan klien agar tidak cemas saat merasakan nyeri
8. Menganjurkan Menjaga kesehatan luka post WSD
9. Menganjurkan Menjaga kebersihan ruangan tempat tidur, menjaga kesehatan dan
kebersihan udara agar dapat bersirkulasi dengan baik
10. Memberikan pendidikan kepada keluarga bahwa penumpukan cairan di paru-paru
bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti gagal jantung, adanya neoplasma,
tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik,
hopoalbumin.

BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara
lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada
dinding dalam rongga dada.
 Klasifikasi efusi pleura
- Efusi pleura transudate
- Efusi pleura eksudat

Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan pada
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, hal ini disebabkan oleh
satu dari lima mekanisme berikut (mortal, 2012)

 Pemeriksaan penunjang efusi pleura dapat dilakukan dengan cara


1. Pemeriksaan radiologi (rontgen dada), pada permukaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tanpak
cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediatimun
2. Ultrasonografi
3. Thoraksentesis/fungsi pleura untuk mengetahui kejernian, warna, biakan
tampilan, sitology, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris
anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin
serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil
radang)
4. Cairan pleural dianalis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, hasil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehydrogenase (LDH), protein), analisis
sitology untuk sel-sel malignan dan PH.
5. Biopsy pleura mungkin juga dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

https://slideplayer.info/slide/13857211/

https://www.academia.edu/28186829/Askep_Efusi_Pleura

https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-keperawatan-klien-dengan-efusi-
pleura/

https://www.academia.edu/30052831/ASKEP_EFUSI_PLEURA.docx

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2528/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.pdf

Anda mungkin juga menyukai