(Efusi Pleura)
Disusun oleh :
Anisa Bone
01909010003
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Askep yang berjudul Efusi pleura ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns. Suci Rahayu
Ningsih, S.kep pada bidang mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Askep Efusi pleura bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ns. Suci Rahayu Ningsih, S.kep
selaku dosen pengampuh mata Konsep Dasar Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan Askep ini.
Saya menyadari, askep ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas askep ini.
Anisa Bone
Daftar Isi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
B. Tujuan penulisan…………………………………………………...……
1. Tujuan umum………………………………………………………
C. Manfaat Penulisan…………….…………………………………………
1. Bagi Pendidikan……………………………………………………
2. Bagi Mahasiswa…………………………………………...............
I. Konsep medis………………………………………………………..
A. kesimpulan……………………………………………………………
Daftar Pustaka……………………………………………………………………
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Dari banyaknya penyakit yang dapat menyerang paru-paru, efusi pleura
merupakan salah satu yang musti diwaspadai. Masalah kesehatan akibat efusi pleura ini
ditandai oleh penumpukan cairan di antara dua lapisan pleura. Pleura sendiri merupakan
membran yang memisahkan paruparu dan dinding dada bagian dalam.
Pada umumnya cairan yang diproduksi oleh pleura memiliki fungsinya tersendiri,
yaitu dapat sebagai pelumas untuk memantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika
bernafas. Namun cairan pleura yang menumpuk juga dapat menimbulkan gejala
kesehatan tertentu. Misalnya mengakibatkan kesulitan saat bernafas.
Menurut beberapa ahli, bila penumpukan cairan terbilang ringan, biasanya
pengidap penyakit ini tidak akan merasakan gejala apa pun. Namun, apabila level
penumpukannya sudah berada di atas normal atau bahkan parah, maka pengidapnya akan
mengalami nyeri dada saat menarik napas dan membuang napas, biasanya kondisi
tersebut juga disertai dengan batuk dan demam.
Disamping itu, sesak nafas merupakan salah satu gejala yang sering dialami oleh
penderita efusi pleura, karena apabila masalah paru ini menyerang, cairan dalam rongga
pleura akan menyebabkan paru-paru tidak dapat mengembang sempurna saat akan
menarik napas, hal ini mengakibatkan terjadinya sesak napas.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan disusunya Askep (Asuhan Keperawatan) efusi pleura ini adalah agar
penulis maupun para pembaca dapat lebih memahami tentang penyakit efusi
pleura dan dapat bermanfaat dalam kehidupannya.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada pasien penderita efusi pleura
diharapkan mahasiswa/I dapat mampu :
1) Melakukan pengkajian kepada pasien penderita efusi pleura
2) Merumuskan masalah keperawatan kepada klien penderita efusi pleura
2. Bagi mahasiswa/ i
Askep ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai penyakit Efusi Pleura
Dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I dalam membuat asuhan keperawatan
dan melakukan tindakan keperawatan
BAB II
Tinjauan Teori
i. Konsep Medis
2) Noninfeksi
a) Karsinoma paru
b) Karsinoma pleura : primer : sekunder
c) Karsinoma mediastinum
d) Tumor ovarium
e) Bendungan jantung : gagal jantung
f) Gagal hati
g) Gagal ginjal
h) Hiperhiroidisme
i) Kilotoraks
j) Emboli paru
2. seperti susu
tidak berbau (kilus) = pascatrauma
berbau (Nanah) = emplema
3. hemoragic = trauma
E. manifestasi klinis
1) adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak penderita akan
sesak napas
2) adanya jejak penyakit seperti demam, menggigil, nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebris (tuberculosis), banyak keringat,
batuk, banyak sekret.
3) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi, jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang segnifikan
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoise).
5) Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup, timpani di bagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastimun ke sisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki
6) Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
F. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi (rontgen dada), pada permukaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tanpak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatimun
2) Ultrasonografi
3) Thoraksentesis/fungsi pleura untuk mengetahui kejernian, warna, biakan
tampilan, sitology, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa mungkin
berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang)
4) Cairan pleural dianalis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, hasil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehydrogenase (LDH), protein), analisis sitology untuk sel-sel
malignan dan PH.
5) Biopsy pleura mungkin juga dilakukan
Transudat
Energi berkurang
Gangguan rasa nyaman
Intoleransi aktivitas
Defisi perawatan
I. Penatalaksanaan
1) Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula
2) Thorokonsentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejak subjectif seperti nyeri,
dispneu, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3) Antibiotik
Pemberian antibiotic dilakukan apabila terbukti adanya infeksi. Antibiotic
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman
4) Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekural lain, diberikan obat (tetrasiklin,
kalk, dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali
J. Komplikasi
a) Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b) Pneumothoraks
Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
c) Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
d) Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
e) Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
ii. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : Ny A
Usia / TTL : 13 maret 1980
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : skyline
Suku : Wamena
Status pernikaha : sudah menikah
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : PNS
Diagnostik Medik : Efusi Pleura, CKD
No Kamar : 344703
Tgl masuk : 15 Agustus 2017
Tgl pengkajan : 21 Agustus 2017
3. Keluhan utama
Sesak dan terasa berat pada dada
4. Riwayat kesehatan
Ny A merupakan pasien rujukan dari wamena, karena harus melakukan
pengobatan cuci darah setiap minggunya, Ny A telah menjalankan perawatan cuci
darah kurang lebih 5 bulan, dan selama pengobatan untuk sementara menetap
dijayapura. Pada tanggal 15 Agustus 2017 pasien masuk rumah sakit dengan
keluhan sesak, dan terasa berat pada dada oleh Karena itu pasien harus dirawat
inap, tepatnya diruang Eluzal (bangsal paru) kelas II wanita. Pada paru sebelah
kanan tampak terpasang WSD (Water Scaled Dainase) untuk pengeluaran cairan
pada paru-paru. Akibat pemasangan WSD ini, pasien mengatakan merasa tak
nyaman dan terasa sedikit nyeri dengan insentitas nyeri, penyebab : ketika pasien
bergerak, nyeri terasa seperti tertusuk – tusuk, dengan skala 3 (0-10). Nyeri
muncul hilang timbul kurang lebih selama 5 menit
Intensitas nyeri
P = ketika digerakan
Q = tertusuk-tusuk
R = paru-paru sebelah kanan (terpasang WSD)
S = 3 (0-10)
T = hilang timbul kurang lebih 5
3. Sistem pernapasan
- Hidung : simetris (+), pernapasa cuping hidung (-), secret (-), polip (-)
- Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-)
- Dada : bentuk dada normal, gerakan dada simetris,
4. Sistem kardiovaskular
- Cojuntiva : (pucat), bibir : (pucat dan kering), arteri carotis (kuat), tekanan
vena jugularis (meninggal), rasa pusing (+)
- Cappilary refilling time (CRT) : kuran dari 2 detik
5. Sistem pencernaan
- Sclera : (tidak icterus), bibir : kering, pecah-pecah
- Mulut : jumlah gigi (26), kemampuan menelan baik
- Gaster : kembung, gerakan peristaltic 12x/menit
6. Sistem indra
a. Mata
- Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+)
- Lapang pandang : baik
b. Hidung
- Fungsi penciuman : baik
c. Teling
- Keadaan dalam telinga : kanal auditoris : bersih
- Fungsi pendengaran : baik
7. Sistem saraf
a. Fungsi cerebrar
- Status mental : orientasi (+), daya ingat (+), perhatian dan
perhitungan baik, bahasa baik
- Kesadaran : eyes (4), motoric (6), verbal (5)
- Bicara ekspresif (+), reseptive (+)
b. Fungsi cranial
- N I olfaktorius (penciuman)
Klien mampu mencium bau ruangan dan wangi-wangian, mampu
membedakan bau minyak kayu putih dan miyak tawon
- N II optikus (penglihatan)
Lapang pandang kedua bola mata baik
- N III (okulomotoris), N IV (trochlearis), N. IV (abdusen)
Dapat menggerakan mata keatas, kebawah, kekiri dan ke kanan,
pupil & kekuatan otot bola mata baik
- N.V (higemus)
Sensori : bisa merasakan sentuhan
Motoric : dapat menggerakan rahang, mengunyah (baik)
- N VII (fasialis)
Pasien dapat mengangkat alis, tidak terdapat kerutan pada dahi,
senyum (+)
- N VIII (verstibulochlearis)
Fungsi pendengaran baik
- N IX (glosofaringeus), N X (Vagus)
Pasien dapat membedakan rasa pahit, asam, manis dan asin.
Refleks menelan baik, taka da refleks muntah
- N XI (Asesorius)
Pasien dapat memalingkan kepala kekiri dan kekanan, klien juga
dapat mengangkat kedua bahu
- N XII (hipoglosus)
Pasien mampu menggerakan lidah dengan baik sesuai perintah
8. Sistem moskuloskletal
a. Kepak : bentuk kepak ovale, gerakan (baik)
b. Vertebrae : scliosis (-), lordosis (-), kyphosis (-), fungsi gerak baik
c. Lutut : bengkak (-), gerakan baik, kemampuan jalan (dibantu), vanses (-)
d. Tangan : bengkak (-), gerakan baik, ROM (-), tangan kiri terpasang iufd rl
9. Sistem integumen
a. Rambut : warna hitam, mudah dicabut (-)
b. Kulit : warna coklat, temperature hangat, kelembapan (-), ruam (-)
c. Kuku : kebersihan (+), permukaan kuku halus (+), tidak mudah patah (+)
C. Diagnostik perawatan
1. Pola nafas tidak efektif, berdasarkan penurunan ekspansi paru (akumulasi dari
cairan)
2. Nyeri akut berdasarkan terangsangnya saraf intra thoraks sekunder terhadap iritasi
pleura
3. Resiko tinggi trauma/ henti nafas berdasarkan posisi cedera, sistem drainase dada
D. Intervensi
3. Resiko tinggi trauma / Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tujuan, fungsi untuk
henti napas berdasarkan keperawatan selama <2 x 24 jam drainase dada kepada pasien
proses cidera, sistem diharapkan tidak terjadi trauma atau / memberikan pemahaman
drainase dada henti napas dengan kriteria hasil b. Amankan unit drainase pada
a. Memperbaiki/ menghindari tempat tidur pasien/ pada
lingkungan dan bahaya fisik tempat tertentu
b. Mengenal kebutuhan c. Ajurkan psien untuk
c. Mencegah komplikasi menghindari berbaring
miring atau menarik selang
s
d. Observasi tanda distress
pernapasan bila keteter
thoraks lepas/ tercabut
e. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan
pasien
E. Discharge planning
1. Mengajarkan pada klien tentang tanda dan gejala yang perlu diperhatikan seperti
kesulitan dala bernapas, nyeri dada, peningkatan suhu, atau batuk menetap
2. Ajurkan klien untuk memeriksakan kesehatan secara rutin
3. Ajurkan klien untuk menaati pola hidup sehat seperti makan seimbang, olah raga
secara teratur, menghindari rokok dan alcohol.
4. Memberikan informasi tentang dosis pengobatan, jadwal, dan petunjuk dalam
efek samping dari pengobatan
5. Menganjurkan pasien agar kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
6. Memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam perhari
7. Menganjurkan klien agar tidak cemas saat merasakan nyeri
8. Menganjurkan Menjaga kesehatan luka post WSD
9. Menganjurkan Menjaga kebersihan ruangan tempat tidur, menjaga kesehatan dan
kebersihan udara agar dapat bersirkulasi dengan baik
10. Memberikan pendidikan kepada keluarga bahwa penumpukan cairan di paru-paru
bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti gagal jantung, adanya neoplasma,
tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik,
hopoalbumin.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara
lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada
dinding dalam rongga dada.
Klasifikasi efusi pleura
- Efusi pleura transudate
- Efusi pleura eksudat
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan pada
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, hal ini disebabkan oleh
satu dari lima mekanisme berikut (mortal, 2012)
https://slideplayer.info/slide/13857211/
https://www.academia.edu/28186829/Askep_Efusi_Pleura
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/19/asuhan-keperawatan-klien-dengan-efusi-
pleura/
https://www.academia.edu/30052831/ASKEP_EFUSI_PLEURA.docx
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2528/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.pdf