KELOMPOK4
Sistem Respirasi
DEFINISI
Efusi pleura merupakan keadaan di mana cairan menumpuk
di dalam rongga Pleura (Simanjuntak, 2014).
Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang
pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan
perietal merupakan penyakit primer yang jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Smletzer & Bare, 2002).
KLASIFIKASI
Efusi pleura menurut Morton (2012) dibagi menjadi 2 :
1. Efusi Pleura Transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan
bahwa pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan
disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi
produksi dan absorbs cairan pleura seperti (gagal jantung
kongestif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik dan dyalisis
peritoneum).
2. Efusi Pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru yang
dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat.
ETIOLOGI
1. INFEKSI
a) Tuberkulosis
b) Non tuberkulosi :
Pneumonia ( para pneumonia efusi )
Jamur
Parasit
Virus
2. NON INFEKSI
a) Hipoproteinemia
b) Neoplasma
c) Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
d) Emboli paru
e) Atelektasis
3. TRAUMATIK ( HEMOTORAX )
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), manifestasi klinis dari efusi pleura adalah
sebagai berikut:
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan penderita mengalami sesak nafas.
2. Adanya gejala dari penyakit yang menyebabkan efusi pleura seperti demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia).
3. Deviasi trakea, yaitu trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat.
5. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah
(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak.
6. Didapati segitiga Gerland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani di
bagian atas garis Ellis Damoiseu.
7. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah
dengan ronkhi.
8. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Rontgen dada : Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi daripada bagian medial.
b. Torakosentesis : Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai
sarana untuk diagnostic maupun terapeutik.
c. Sitologi : Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan patologis atau dominasi
sel sel tertentu.
d. Bakteriologi : Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat
mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairanya purulen.
e. Biopsy pleura : Pemeriksaan histology satu atau beberapa contoh jaringan
pleura dapat menunjukan 50-75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkolosa
dan tumor pleura.
f. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagnosis : Analisis terhadap cairan
pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang tidak dapat menegakkan
diagnosis. Sehingga dianjurkan untuk diulang kembali sampai diagnosis
menjadi jelas.
KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (2001), komplikasi dari efusi pleura adalah
sebagai berikut :
1. Infeksi >> Infeksi merupakan proses invasif oleh
mikroorganisme.
2. Fibrotoraks >> Efusi pleura yang berupa eksudat yang
tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis.
3. Atalektasis >> Atalektasis adalah pengembangan paru
yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan
akibat efusi pleura.
4. Fibrosis Paru >> Fibrosis paru merupakan keadaan
patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada efusi pleura diantaranya : (Nurarif dan Kusuma, 2015)
1. Tirah baring
Bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen.
2. Thorakosistesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,
dyspneu dan lain-lain. Jika cairan efusi banyak perlu di keluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru.
3. Anti biotik
Pemberian anti biotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
4. Pleurodesis
Pada efusi karna keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin,
kalk, dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali atalektasis yang
berkepanjangan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa :
1. Ketidak efektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
metabolisme tubuh meningkat.
3. Resiko infeksi b/d tindakan infasif : drainase.
4. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan.
5. Gangguan pola tidur b/d ketidaknyaman atau nyeri.
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
INTERVENSI
NOC NIC
1. Nutritional status : Nutrient intake 1. Kaji adanya alergi makanan.
2. Weight control 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhan pasien.
Kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
1. Adanya peningkatan berat vitamin c.
badan sesuai denga tujuan. 4. Yakinkan diet yang di makan mengandung tinggi
2. Berat badan ideal sesuai dengan serat untuk mencegah konstipasi.
tinggi badan. 5. Berikan makanan yang terpilih (sudah
3. Mampu mengidentifikasi dikonsultasikan dengan ahli gizi.
kebutuhan nutrisi. 6. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
Dx 3 Resiko infeksi b/d tindakan infasif : drainase.