PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Dari pembelajaran ini, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pneumonitis?
2. Apa saja penyebab pneumonitis?
3. Apa saja manifestasi klinis pada pneumonitis?
4. Bagaimana patofisiologi pneumonitis?
5. Bagaimana WOC pneumonitis?
6. Apa saja komplikasi pneumonitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pneumonitis?
8. Bagaimana penatalaksaan pada pneumonitis?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat dibuat tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pneumonitis
2. Untuk mengetahui penyebab pneumonitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pneumonitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonitis
5. Untuk mengetahui WOC pneumonitis
6. Untuk mengetahui komplikasi pneumonitis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pneumonitis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumonitis
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Pneumonitis
Pneumonitis adalah istilah umum yang mengacu pada peradangan
jaringan paru-paru. Meskipun pneumonia secara teknis adalah jenis
pneumonitis karena infeksi menyebabkan peradangan, kebanyakan dokter
merujuk kepada penyebab lain dari peradangan paru-paru ketika mereka
menggunakan istilah pneumonitis.
Pneumonitis adalah radang paru-paru. Biasanya disebabkan oleh reaksi
alergi hipersensitif terhadap pemaparan berulang terhadap partikel organik
seperti cetakan, debu sekam, dan bahan kimia.
Pneumonitis juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berhubungan
dengan terjadinya peradangan pada paru-paru penderita yang dikarenakan
alergi terhadap bahan penyebab atau alergan yang terhirup. Adapun alergan
yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah debu organic atau bahan
kimia.
Pneumonitis dibagi menjadi dua, yaitu pneumonitis kimia dan
pneumonitis hipersensitivitas. Pneumonitis kimia adalah radang paru-paru
yang disebabkan oleh paparan bahan kimia, sedangkan pneumonitis
hipersensitivitas disebabkan oleh paparan alergen debu organic maupun
jamur.
2.2 Etiologi
Pneumonitis terjadi ketika zat iritan menyebabkan kantung udara kecil
(alveoli) di paru-paru menjadi meradang. Banyak iritan, mulai dari udara
sampai dengan kemoterapi obat-obatan, telah dikaitkan dengan pneumonitis.
Tapi bagi kebanyakan orang, zat tertentu yang menyebabkan peradangan
tidak pernah diidentifikasi. Penyebab pneumonitis mungkin termasuk :
Jamur dan bakteri. Paparan berulang terhadap beberapa jamur dan
bakteri dapat menyebabkan paru-paru menjadi meradang. Varietas
tertentu yang terkait cetakan pneumonitis telah menerima julukan,
seperti paru-paru petani atau tub air panas.
Burung. Paparan bulu atau kotoran burung merupakan penyebab
umum pneumonitis.
Perawatan radiasi. Beberapa orang yang menjalani terapi radiasi
untuk dada, seperti kanker payudara atau paru-paru, mungkin
mengalami pneumonitis. Pneumonitis juga dapat terjadi setelah terapi
radiasi seluruh tubuh, yang diperlukan untuk mempersiapkan
transplantasi sumsum tulang.
Pneumonitis biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan yang
berhubungan langsung dengan sumber penyakit, di mana terjadi pemaparan
terhadap debu organic ataupun jamur, yang dapat menyebabkan penyakit paru
akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur
penyebab penyakit ini yang tumbuh dalam alat pelembap udara, sistem
pemanas, maupun AC.
Penyebab Pneumonitis Kimia :
Peradangan paru-paru yang terjadi akibat menghirup gas dan bahan kimia di
dalam lingkungan rumah tangga dan industri. Gas seperti klorin dan ammonia
mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi hidung, mulut, dan
tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai dibagian bawah
paru-paru. Klorin merupakan gas yang sangat iriatif. Pemaparan klorin pada
konsentrasi yang berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat dalam
bahan pemutih pakaian), pada kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam
renang.
Penyebab Pneumonitis Hipersensitivitas :
Paru-paru pemelihara
burung
Paru-paru peternak burung
Kotoran betet, bulu burung dara, ayam
dara
Paru-paru pemelihara ayam
betina
Paru-paru penyejuk
Pelembab udara, penyejuk ruangan
ruangan
Terhirup
Masuk ke paru-paru
lalu ke alveoli
Proses
peradangan
Kerja sel meningkat MK : Peningkatan RBC dan leukosit Tekanan hidrostatik dan
HIPERTERMI keringat mengisi alveoli tekanan osmosis meningkat
Peningkatan produksi
sputum MK : Konsolidasi di alveoli Penurunan difusi
KEKURANGAN
VOLUME
Akumulasi sputum di Tertelan ke CAIRAN Kebutuhan paru Akumulasi cairan di
jalan napas dalam lambung menurun alveoli
MK : BERSIHAN Akumulasi Suplay O2 menurun MK :
JALAN NAPAS sputum di GANGGUAN
TIDAK EFEKTIF lambung PERTUKARAN
(sputum bersifat GAS
MK :
basa)
INTOLERANSI
AKTIVITAS
Lambung berusaha
Cairan menekan
menyeimbangkan
saraf
asam basa
MK : KEBUTUHAN
NUTRISI KURANG
DARI
KEBUTUHAN
TUBUH
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
A. Recurrent pneumonia
B. Pulmonary fibrosis
Peradangan kronis dari jaringan lapisan tipis setiap kantung udara
dapat membuat kantung udara luka dan menjadi tidak fleksibel/kaku
seperti spons kering sehingga menimbulkan jaringan parut pada paru
yang bersifat permanen.
C. Cor pulmonale
Gagal jantung kanan yang terjadi akibat penyakit paru-paru yang
kronis.
D. Chronic obstructive pulmonary disease
E. Efusi pleura
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose
antara lain :
A. Tes darah : mungkin ditemukan kenaikan neutrophilia, limfositosis,
dan eosinofil
B. Gas darah : sering ditemukan hipoksemia
C. Sputum atau kultur sekresi paru dengan bronkoskopi
D. CXR (Chest X-Ray) : mungkin normal atau menunjukkan
mikronodular atau kekeruhan reticular
E. CT Scan : mungkin normal tetapi jauh lebih sensitif. Mungkin
menunjukkan bukti fibrosis paru dan sarang lebah dapat dilihat pada
penyakit kronis
F. Tes fungsi paru : spirometri biasanya menunjukkan perubahan ketat
tapi mungkin obstruktif atau restriktif
G. Biopsy paru : ini kadang-kadang diperlukan jika tes lain gagal untuk
menegakkan diagnose
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pertama yang dilakukan dalam kasus pneumonitis yaitu
dengan menghindari setiap pencetus atau penyebabnya. Langkah ini akan
membantu mengurangi gejala. Dalam kasus pneumonitis, pengobatan juga
mencakup :
A. Kortikosteroid (misalnya Prednisone). Obat ini bekerja dengan
menekan sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan pada paru-
paru. Kortikosteroid biasanya diambil dalam bentuk pil.
B. Terapi oksigen. Jika mengalami kesulitan bernapas, mungkin
memerlukan terapi oksigen melalui masker atau plastic tabung dengan
prong yang masuk ke dalam lubang hidung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.3 Pemeriksaan Persistem
3.4 Analisa Data
3.5 Diagnosa Keperawatan
3.6 Intervensi Keperawatan
3.7 Implementasi Keperawatan
3.8 Evaluasi Keperawatan
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Kasus :
Tn. A berumur 50 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 04 April
2014 dengan keluhan sesak nafas saat beraktivitas, demam dan menggigil sudah 5
hari, batuk, badan terasa lemas, dan nyeri dada saat bernafas. Pada saat
pemeriksaan fisik didapatkan adanya penggunaan otot bantu napas, TTV dengan
TD : 130/90 mmHg, nadi : 100 x/menit, RR : 28 x/menit, dan suhu : 39C.
4.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.A No. Reg : 2812
Umur : 50 tahun Tgl. MRS : 04 April 2014
Jenis kelamin : Laki-laki Dx. Medis : Pneumonitis
Agama : Islam Tgl. Pengkajian: 04 April 2014
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pekerja di pabrik pemutih pakaian
Alamat : Dsn. Gajah, Ds. Gajah, Kec. Ngoro, Jombang
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.A
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Dsn. Gajah, Ds. Gajah, Kec. Ngoro, Jombang
C. Riwayat Keperawatan (Nursing History)
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. A berumur 50 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 04 April
2014 dengan keluhan sesak nafas saat beraktivitas, demam dan menggigil
sudah 5 hari, batuk, badan terasa lemas, dan nyeri dada saat bernafas.
Leher
Inspeksi : tidak terdapat trakheostomi, adanya penarikan otot bantu
napas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid
Faring
Inspeksi : tidak adanya kemerahan
Area dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, terdapat vokal premitus
Perkusi : resonansi diatas seluruh permukaan paru, pekak di
intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani di intercoste VI kanan
Auskultasi : terdapat suara ronkhii
B. Cardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : pasien mengatakan mengalami kelelahan
Wajah
Inspeksi : pucat, sianosis pada bibir
Leher
Inspeksi : tidak terdapat bendungan vena jugularis
Palpasi : arteri carotis communis normal, tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : terdapat vokal premitus, letak ictus cordis normal (ICS 5
midklavikula sinistra)
Perkusi : batas jantung normal (Atas kiri : ICS II kiri di linea
parastrenalis kiri, bawah kiri : ICS V kiri agak ke medial linea
midklavikularis kiri, batas bawah kanan : di sekitar ruang interkostal III-
IV kanan di linea parasternalis kanan, batas atas kanan : di ruang
interkostal II kanan linea parasternalis kanan)
Auskultasi : bunyi jantung normal (BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak sianosis
Palpasi : CRT < 2 detik, suhu akral panas
Ektremitas Bawah
Inspeksi : tidak terdapat odem
Palpasi : CRT < 2 detik, suhu akral dingin
C. Persyarafan
Tingkat kesadaran (kualtitas)
Compos mentis
Tingkat kesadaran (kuantitas)
GCS (E4V5M6)
D. Sistem Perkemihan-Eliminasi Urin
Genetalia Eksterna (laki-laki)
Penis
Inspeksi : normal, tidak terdapat kemerahan, tidak adanya luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Scrotum
Inspeksi : normal, tidak tedapat pembesaran
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
E. Sistem Pencernaan-Elminiasi Alvi
Mulut
Inspeksi : sianosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi : normal, tidak ada kandidis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Faring-Esofagus
Inspeksi : normal
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar
Abdomen
Inspeksi : normal, tidak adanya luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara thympani pada kuadran II (gester)
Auskultasi : suara peristaltic usus normal
F. Sistem Musculoskeletal dan Integumen
Warna kulit
Coklat tua, tidak adanya luka, tidak adanya trauma/fraktur
Kekuatan otot : 5 5
5 5
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Inspeksi : tidak mengalami kerontokan rambut, tidak mengalami
moon face
Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak terdapat odem
H. Sistem Reproduksi
Genetalia
Inspeksi : normal, tidak terdapat kemerahan, tidak adanya luka, tidak
adanya pembesaran
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
I. Persepsi Sensori
Mata
Inspeksi : normal (kornea, iris, pupil, lensa, dan sclera)
Palpasi : normal
Penciuman (Hidung)
Inspeksi : normal, tidak adanya secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
4.4 Diagnosa Keperawatan
Dx Keperawatan : Gangguan pertukaran gas behubungan dengan perubahan
membrane alveolar-kapiler
Analisa Data
Gangguan pertukaran gas (00030)
NS. DIAGNOSIS :
Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran
(NANDA-I)
Kelas 4 : Fungsi Respirasi
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi
DEFINITION:
karbondioksida pada membran alveolar-kapiler.
DEFINING Diaforesis
CHARACTERISTI Dispnea
Gangguan penglihatan
CS
Gas darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Konfusi
Napas cuping hidung
Penurunan karbondioksida
pH arteri abnormal
Pola pernapasan abnormal (mis., kecepatan,
irama, kedalaman)
Sakit kepala saat bangun
Sianosis
Somnolen
Takikardia
Warna kulit abrnormal (mis., pucat.
kehitaman)
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
RELATED
Perubahan membran alveolar-kapiler
FACTORS:
ASSESS
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Vivero M, Padera RF. 2015. Histopathology of lung disease in the connective
tissue disease. Rheum Dis Clin North Am
Ta V, Aronowitz P. 2011. Radiation Pneumonitis. J Gen Intern Med
Lacasse Y, Cormier Y. 2006. Hypersensitivity pneumonitis. Orphanet J Rare Dis
Vogelius IR, Betzen SM. 2012. A literature-based meta-analysis of clinical risk
factors for development of radiation induced pneumonitis. Acta Oncol
http://www.sehatfresh.com/pneumonitis/
http://www.terapisehat.com/2010/08/pneumonitis-hipersensitivitas.html
http://menurutparaahli.com/tag/pneumonitis-adalah/