Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Mata Ajar: Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

DISUSUN OLEH :
AKAS TRI W 20101440116003

ARIFA NUR K 20101440116010

INAS SHAFA 20101440116041

LEILA LEZILCA 20101440116051

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “ASUHAN KEPERAWATAN
KRITIS” dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi “GAGAL NAFAS” dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada sedikit hambatan. Namun,
berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Tim penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Makalah ini mungkin kurang sempurna untuk itu
kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Terimakasih.

Semarang, 22 September 2018

Tim

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia menurut Hierarki Maslow.
Kekurangan oksigen dalam hitungan menit saja dapat mengancam jiwa
seseorang, oleh karena itu masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system
pernapasan (respiratori) menuntut asuhan keperawatan yang serius.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001). Indikator gagal
nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal
ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi
bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal
nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu
mengetahui gejala-gejala dini penyebab serta permasalahannya. Kita ketahui
bahwa peran perawat yang paling utama adalah melakukan promosi dan
pencegahan terjadinya gangguan pada system pernapasan, sehingga dalam hal ini
masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
2. Latar Belakang
1. Apa definisi dari Gagal Nafas ?
2. Bagaimana Etiologi dari Gagal Nafas ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Gagal Nafas ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus Gagal Nafas ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan dari Gagal Nafas ?
6. Bagaimana Patofisiologi dari Gagal Nafas ?
7. Bagaimana Proses Keperawatan pada kasus Gagal Nafas ?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Gagal Nafas
2. Untuk mengetahui Etiologi dari Gagal Nafas
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Gagal Nafas
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada kasus Gagal Nafas
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Gagal Nafas
6. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Gagal Nafas
7. Untuk mengetahui Proses Keperawatan pada kasus Gagal Nafas

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Gagal nafas akut adalah pertukran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan
asidosis (Corwin,2009).
Gagal napas akut adalah memburunya proses pertukaran gas paru yang
mendadak dan mengancam jiwa, menyebabkan retensi karbon dioksida dan
oksigen yang tidak adekuat (Morton,2011).
Urden, Stacy dan Lough mendefinisikan gagal nafas akut sebagai suatu
keadaan klinis yaitu sistem pulmonal tidak mampu mempertahankan pertukaran
gas yang adekuat (Chang, 2009).

2. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin minimal,
walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang berat. Tanda utama
dari kegagalan pernapasan adalah penggunaan otot bantu napas, takipnea,
takikardia, menurunnya tidal volume, pola napas irreguler atau terengah-engah
(gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal. Hipoksemia akut dapat
menyebabkan berbagai masalah termasuk aritmia jantung dan koma. Terdapat
gangguan kesadaran berupa konfusi. PaO2 rendah yang kronis dapat ditoleransi
oleh penderita yang mempunyai cadangan kerja jantung yang adekuat. Hipoksia
alveolar (PaO2 < 60 mmHg) dapat menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru
dan meningkatnya resistensi vaskuler paru dalam beberapa minggu sampai
berbulan-bulan, menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi jantung kanan (cor
pulmonale) dan pada akhirnya gagal jantung kanan. Hiperkapnia dapat
menyebabkan asidemia. Menurunnya pH otak yang akut meningkatkan drive
ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas buffer di otak meningkat, dan
akhirnya terjadi penumpukan terhadap rangsangan turunnya pH di otak akibatnya
drive tersebut akan menurun.
Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu
berupa gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri kepala,
sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi pembuluh
darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Asidemia yang terjadi bila (pH
< 7,3) menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik,
kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia, hipotensi dan kepekaan jantung
meningkat sehingga dapat terjadi aritmia yang mengancam nyawa.
Manifestasi klinis gagal napas hipoksemia diperburuk oleh adanya gangguan
hantaran oksigen ke jaringan. Hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan
oksigen delivery, antara lain:
 Penurunan konsentrasi O2
Penurunan konsentrasi O2 terjadi karena penurunan saturasi
haemoglobin akibat berkurangnya PaO2 atau bergesernya kurva disosiasi
oksihaemoglobin ke kanan.
 Anemia
Ikatan antara CO dengan Hb lebih kuat daripada ikatan O 2 dengan Hb,
sehingga menyebabkan kesulitan untuk melepas O2 ke jaringan.
 Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung tergantung dari aliran balik vena sistemik,
fungsi ventrikel kanan dan kiri, resistensi pulmonal dan sistemik, serta
frekuensi denyut jantung.
Selain itu, tanda dan gejala yang muncul pada gagal napas yaitu aliran udara di
mulut dan hidung tidak dapat dirasakan. Pada gerakan napas spontan terlihat
retraksi supraklavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada
saat inspirasi. Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan dan terdengar suara napas tambahan gargling, snoring, wheezing.

3. ETIOLOGI
1) Faktor penyebab gagal napas:
a. Penyakit paru/ jalan napas instrinsik
a) Obstruksi jalan napas besar:
 Deformitas kongential
 Laringitis akut, epiglotis
 Benda asing
 Tekanan ekstrinsik
 Cedera traumatik
 Pembesaran tonsil dan adenoid
 Apnea tidur obstruktif
b) Penyakit bronkial
 Bronkitis kronis
 Asma
 Bronkilitis akut
c) Penyakit parenkim
 Amfisems pulmonal
 Fibrosis pulmonal dan penyakit infitratif disusi
kronis lainnya.
 Pneumonia berat
 Cedera paru akut akibat berbagai penyebab(sindrom
gawat napas akut)
d) Penyakit kardiovaskuler
 Edema jantung paru
 Embolisme paru masif atau berulang
 Vaskulitis pulmonal

b. Gangguan ekstra pulmonal


a) Penyakit pleura dan dinding dada:
 Pneumotoraks
 Efusi pleura
 Fibrotoraks
 Deformitas dinding dada
 Cedera traumatik pada dinding dada: fail chest
 Obesitas
b) Gangguan otot pernapasan dan taut neuromuskuler
 Miastenia gravis dan gangguan mirip miastenia
 Distrofi muskuler
 Polimiositis
 Botulisme
 Obat paralisis otot
c) Gangguan saraf perifer dan medula spinalis:
 Poliomeilitis
 Sindrom guaillain-bare
 Trauma medula spinalis
 Sklerosis lateral amiotropik
 Tetanus
d) Gangguan sistem saraf pusat:
 Overdosis obat sediatif
 Trauma kepala
 Hipoksia serebral
 Cedera serecbrovaskuler
 Infeksi sistem saraf pusat
 Kejang epilepsi

 Gangguan metabolik
 Endokrin
(morton, 2012)

4. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, diantaranya
mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat. Salah satu penyebab terpenting pada
ventilasi yang tidak adekuat adalah obstruksi saluran pernapasan atas.
Depresi sistem saraf pusat juga akan mengakibatkan ventilasi yang tidak
adekuat. Pusat pernapasan, yang mengendalikan pernapasan, terletak di bagian
bawah batang otak /pons dan medulla oblongata (muttaqin)
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif
sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara
pasif. Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah
positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi
tekanan dalam rongga thoraks paling positif.
Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan pernafasan yaitu
obstruksi saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus. Apabila seorang
anak menderita infeksi saluran nafas maka akan terjadi :

1. Sekresi trakeobronkial bertambah


2. Proses peradangan dan sumbatan jalan nafas
3. aliran darah pulmonal bertambah
4. ‘metabolic rate’ bertambah
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot polos maka lumen
saluran nafas berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan terperangkapnya
udara dibagian distal sumbatan yang akan menyebabkan gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Gangguan difusi dan retensi CO2 menimbulkan hipoksemia dan
hipercapnea, kedua hal ini disertai kerja pernafasan yang bertambah sehingga
menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis. Hipoksia dan hipercapnea akan
menyebabkan ventilasi alveolus terganggu sehingga terjadi depresi pernafasan,
bila berlanjut akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan akirnya kematian.
Hipoksemia akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pulmonal yang
menyebabkan tahanan alveolus bertambah, akibatnya jantung akan bekerja lebih
berat, beban jantung bertambah dan akirnya menyebabkan gagal jantung.
Akibat bertambahnya aliran darah paru, hipoksemia yang mengakibatkan
permiabilitas kapiler bertambah, retensi CO2 yang mengakibatkan
bronkokontriksi dan ‘metabolic rate’ yang bertambah, terjadinya edema paru.
Dengan terjadinya edema paru juga terjadinya gangguan ventilasi dan
oksigenisasi yang akhirnya dapat menimbulkan gagal nafas.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hb : dibawah 12 gr %
2. Analisa gas darah :
a. pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
b. paO2 Hipoksemia ringan : PaO2 < 80 mmHg
Hipoksemia sedang : PaO2 < 60 mmHg
Hipoksemia berat : PaO2 < 40 mmHg
c. pCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
d. BE di bawah -2 atau di atas +2
3. Saturasi O2 kurang dari 90 %
4. Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat
perpindahan letak mediastinum
5. EKG mungkin memperhatikan bukti- bukti regangan jantung di sisi kanan
distritmia.
6. Radiografi dada
7. Pemeriksaan sputum
8. Pemeriksaan fungsi paru
9. Angiografi
10. Pemindaian ventilasi perfusi
11. CT
12. Skrinning toksikologi
13. Hitung darah lengkap
14. Elektrolit serum
15. Sitology
16. Urinalisis
17. Bronkogram
18. Bronkoskopii
19. Ekokardiografi
20. Torasentesis

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

A. PENGKAJIAN
A.1 Pengkajian Primer

1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papil edema
e. Penurunan haluaran urine
f. Kapiler refill
g. Sianosis.

A.2 Pengkajian Sekunder

1. Pemeriksaan fisik head to toe.


2. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
3. Eliminasi : Kaji haluaran urin, diare/konstipasi.
4. Makanan/cairan : Penambahan B B yang signifikan, pembengkakan ekstrimitas
oedema pada bagian tubuh.
5. Nyeri/kenyamanan : Nyeri pada satu sisi, ekspresi meringis.
6. Neurosensori : Kelemahan = perubahan kesadaran.

B. DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi


2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan

C. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1. Gangguan pertukaran Status pernapasan: pertukaran Terapi Oksigen (3320)
Definisi: pemberian
gas b.d gas(0402)
Definisi: pertukaran oksigen dan pemantauan
ketidakseimbangan
karbonsioksida dan mengenai efektivitasnya
ventilasi perfusi
oksigen dialveoli a. Pantau adanya
mempertahankan tanda tanda
konsentrasi darah arteri keracunan oksigen
a. 040211 Saturasi oksigen
dan kejadian
dipertahankan pada skala
atelektasis
5 (tidak ada deviasi dari b. Berikan oksigen
kisaran normal) tambahan seperti
b. 040213 Hasil ronteg
yang diperintahkan
dada dipertahankan pada c. Anjurkan pasien
skala 5 (tidak ada deviasi dan keluarga
dari kisaran normal) mengenai
c. 040203 Dipsnue saat
penggunaan
istirahat ditingkatkan
perangkat oksigen
dari skala 4(ringan) ke
dirumah
skala 5 (tidak ada) d. Konsultasi dengan
tenaga kesehatan
lain mengenai
penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan
dan atau tidur
2. Ketidak efektifan pola Status pernafasan: Ventilasi Monitor pernapasan
napas berhubungan (0403) (3350)
Definisi: keluar masuknya udara Definisi: sekumpulan data
dengan keletihan otot
kedalam paru paru dan analisa keadaan pasien
pernapasan
a. 040301 frekuensi untuk memastikan
pernapasan ditingkatkan kepatenan jalan nafas dan
dari skala 4(deviasi kecukupan pertukaran gas
ringan) ke skala 5(deviasi a. Catat pada
tidak ada) perubahan pada
b. 040302 irama pernapasan
saturasi
ditingkatkan dari skala
oksigen,volume
4(deviasi ringan) ke skala
tidal akhir co2, dan
5(deviasi tidak ada)
perubahan nilai
c. 040309 penggunaan oto
analisa gas darah
bantu napas ditingkatkan
dengan tepat
dari skala 4 ringan ke
b. Buka jalan nafas
skala 5 tidak ada
dengan manuver
chinlift atau jaw
trash dengan tepat
c. Posisikan pasien
miring kesamping
sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi, kita
lakukan log roll
jika pasien diduga
mengalami cedera
leher
d. Pasang sensor
pemantauan
oksigen non infasif
D. IMPLEMENTASI
1. Implementasi tindakan keperawatan gagal nafas didasarkan pada rencana yang telah
ditentukandengan prinsip : ABC (airway, breathing, circulation).
2. Mempertahankan ventilasi yang adekuat.
3. Menjaga bersihan jalan nafas
4. Mengatasi perubahan proses keluarga dan antisipasi berduka/ cemas

E. EVALUASI

Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria
evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan sehingga :
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan.
3. Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang &
intervensi dirubah).

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Ester, 2009, Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan,

EGC: Jakarta
Corwin, Elizabeth J, (2001), BukusakuPatofisiologi, Edisibahasa Indonesia,

EGC: Jakarta

Muttaqin, Arif, 2012, Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan EGC:

Salemba Medika

Morton, Patricia Gonce, 2011, Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Kep. Holistik, Ed. 8,Egc:

Jakarta

http://curupmedicalcomunnity.blogspot.com/p/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernapasan.html

Anda mungkin juga menyukai