Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS

Disusun untuk Memenuhi Praktik Klinik Keperawatan Kritis

Dosen Mata Ajar: Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

DI SUSUN OLEH :

SUNARTO

20101440116096

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2018
A. DEFINISI
Gagal nafas akut adalah pertukran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia,
hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis (Corwin,2009).
Gagal napas akut adalah memburunya proses pertukaran gas paru yang mendadak dan
mengancam jiwa, menyebabkan retensi karbon dioksida dan oksigen yang tidak adekuat
(Morton,2011).
Urden, Stacy dan Lough mendefinisikan gagal nafas akut sebagai suatu keadaan klinis
yaitu sistem pulmonal tidak mampu mempertahankan pertukaran gas yang adekuat (Chang,
2009).

B. ETIOLOGI
1) Faktor penyebab gagal napas:
a. Penyakit paru/ jalan napas instrinsik
a) Obstruksi jalan napas besar:
 Deformitas kongential
 Laringitis akut, epiglotis
 Benda asing
 Tekanan ekstrinsik
 Cedera traumatik
 Pembesaran tonsil dan adenoid
 Apnea tidur obstruktif
b) Penyakit bronkial
 Bronkitis kronis
 Asma
 Bronkilitis akut
c) Penyakit parenkim
 Amfisems pulmonal
 Fibrosis pulmonal dan penyakit infitratif disusi kronis lainnya.
 Pneumonia berat
 Cedera paru akut akibat berbagai penyebab(sindrom gawat napas akut)
d) Penyakit kardiovaskuler
 Edema jantung paru
 Embolisme paru masif atau berulang
 Vaskulitis pulmonal
b. Gangguan ekstra pulmonal
a) Penyakit pleura dan dinding dada:
 Pneumotoraks
 Efusi pleura
 Fibrotoraks
 Deformitas dinding dada
 Cedera traumatik pada dinding dada: fail chest
 Obesitas
b) Gangguan otot pernapasan dan taut neuromuskuler
 Miastenia gravis dan gangguan mirip miastenia
 Distrofi muskuler
 Polimiositis
 Botulisme
 Obat paralisis otot
c) Gangguan saraf perifer dan medula spinalis:
 Poliomeilitis
 Sindrom guaillain-bare
 Trauma medula spinalis
 Sklerosis lateral amiotropik
 Tetanus
d) Gangguan sistem saraf pusat:
 Overdosis obat sediatif
 Trauma kepala
 Hipoksia serebral
 Cedera serecbrovaskuler
 Infeksi sistem saraf pusat
 Kejang epilepsi
 Gangguan metabolik
 Endokrin
(morton, 2012)

C. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, diantaranya mengakibatkan
ventilasi yang tidak adekuat. Salah satu penyebab terpenting pada ventilasi yang tidak
adekuat adalah obstruksi saluran pernapasan atas. Depresi sistem saraf pusat juga akan
mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat. Pusat pernapasan, yang mengendalikan
pernapasan, terletak di bagian bawah batang otak /pons dan medulla oblongata.
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif. Pada pernafasan dengan
ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien,
sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal
meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.
Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan pernafasan yaitu
obstruksi saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus. Apabila seorang anak menderita
infeksi saluran nafas maka akan terjadi :

1. Sekresi trakeobronkial bertambah


2. Proses peradangan dan sumbatan jalan nafas
3. aliran darah pulmonal bertambah
4. ‘metabolic rate’ bertambah
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot polos maka lumen saluran
nafas berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan terperangkapnya udara dibagian distal
sumbatan yang akan menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi. Gangguan difusi dan
retensi CO2 menimbulkan hipoksemia dan hipercapnea, kedua hal ini disertai kerja
pernafasan yang bertambah sehingga menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis.
Hipoksia dan hipercapnea akan menyebabkan ventilasi alveolus terganggu sehingga terjadi
depresi pernafasan, bila berlanjut akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan akirnya
kematian.
Hipoksemia akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pulmonal yang
menyebabkan tahanan alveolus bertambah, akibatnya jantung akan bekerja lebih berat, beban
jantung bertambah dan akirnya menyebabkan gagal jantung. Akibat bertambahnya aliran
darah paru, hipoksemia yang mengakibatkan permiabilitas kapiler bertambah, retensi CO2
yang mengakibatkan bronkokontriksi dan ‘metabolic rate’ yang bertambah, terjadinya edema
paru. Dengan terjadinya edema paru juga terjadinya gangguan ventilasi dan oksigenisasi yang
akhirnya dapat menimbulkan gagal nafas.

D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin minimal,
walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang berat. Tanda utama dari
kegagalan pernapasan adalah penggunaan otot bantu napas, takipnea, takikardia, menurunnya
tidal volume, pola napas irreguler atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang
paradoksal. Hipoksemia akut dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk aritmia jantung
dan koma. Terdapat gangguan kesadaran berupa konfusi. PaO2 rendah yang kronis dapat
ditoleransi oleh penderita yang mempunyai cadangan kerja jantung yang adekuat. Hipoksia
alveolar (PaO2 < 60 mmHg) dapat menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru dan
meningkatnya resistensi vaskuler paru dalam beberapa minggu sampai berbulan-bulan,
menyebabkan hipertensi pulmonal, hipertrofi jantung kanan (cor pulmonale) dan pada
akhirnya gagal jantung kanan. Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH
otak yang akut meningkatkan drive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas buffer di
otak meningkat, dan akhirnya terjadi penumpukan terhadap rangsangan turunnya pH di otak
akibatnya drive tersebut akan menurun.
Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu berupa
gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri kepala, sampai konfusi dan
narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak dan peningkatan
tekanan intrakranial. Asidemia yang terjadi bila (pH < 7,3) menyebabkan vasokonstriksi
arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia,
hipotensi dan kepekaan jantung meningkat sehingga dapat terjadi aritmia yang mengancam
nyawa.
Manifestasi klinis gagal napas hipoksemia diperburuk oleh adanya gangguan hantaran
oksigen ke jaringan. Hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan oksigen delivery, antara
lain:
  Penurunan konsentrasi O2
Penurunan konsentrasi O2 terjadi karena penurunan saturasi haemoglobin
akibat berkurangnya PaO2 atau bergesernya kurva disosiasi oksihaemoglobin ke
kanan.
 
 Anemia
Ikatan antara CO dengan Hb lebih kuat daripada ikatan O2 dengan Hb,
sehingga menyebabkan kesulitan untuk melepas O2 ke jaringan.
  Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung tergantung dari aliran balik vena sistemik, fungsi
ventrikel kanan dan kiri, resistensi pulmonal dan sistemik, serta frekuensi denyut
jantung.
Selain itu, tanda dan gejala yang muncul pada gagal napas yaitu aliran udara di mulut
dan hidung tidak dapat dirasakan. Pada gerakan napas spontan terlihat retraksi supraklavikula
dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada saat inspirasi. Adanya kesulitan inflasi
paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan dan terdengar suara napas tambahan gargling,
snoring, wheezing.
E. PATHWAY

F. KOMPLIKASI
1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan ventilator (seperti,
emfisema kutis dan pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia, perikarditis dan
infark miokard akut.
3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare dan
pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum tulang
memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang usianya kurang dari
normal).
5. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
7. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan pemberian nutrisi
enteral dan parenteral. (Alvin Kosasih, 2008:34)

G. DATA PENUNJANG
1. Hb : dibawah 12 gr %
2. Analisa gas darah :
a. pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
b. paO2 Hipoksemia ringan : PaO2 < 80 mmHg
Hipoksemia sedang : PaO2 < 60 mmHg
Hipoksemia berat : PaO2 < 40 mmHg
c. pCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
d. BE di bawah -2 atau di atas +2
3. Saturasi O2 kurang dari 90 %
4. Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat perpindahan letak
mediastinum
5. EKG mungkin memperhatikan bukti- bukti regangan jantung di sisi kanan distritmia.
6. Radiografi dada
7. Pemeriksaan sputum
8. Pemeriksaan fungsi paru
9. Angiografi
10. Pemindaian ventilasi perfusi
11. CT
12. Skrinning toksikologi
13. Hitung darah lengkap
14. Elektrolit serum
15. Sitology
16. Urinalisis
17. Bronkogram
18. Bronkoskopii
19. Ekokardiografi
20. Torasentesis

H. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1 Pengkajian Primer
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Pupil edema
e. Penurunan haluaran urine
f. Kapiler refill
g. Sianosis.

2. Pengkajian Sekunder
1. Pemeriksaan fisik head to toe.
2. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
3. Eliminasi : Kaji haluaran urin, diare/konstipasi.
4. Makanan/cairan : Penambahan BB yang signifikan, pembengkakan ekstrimitas
oedema pada bagian tubuh.
5. Nyeri/kenyamanan : Nyeri pada satu sisi, ekspresi meringis.
6. Neurosensori : Kelemahan = perubahan kesadaran.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi


2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Gangguan pertukaran Status pernapasan: pertukaran Terapi Oksigen (3320)
gas b.d gas(0402) Definisi: pemberian
ketidakseimbangan Definisi: pertukaran oksigen dan pemantauan
ventilasi perfusi karbonsioksida dan mengenai efektivitasnya
oksigen dialveoli a. Pantau adanya
mempertahankan tanda tanda
konsentrasi darah arteri keracunan oksigen
a. 040211 Saturasi oksigen dan kejadian
dipertahankan pada skala atelektasis
5 (tidak ada deviasi dari b. Berikan oksigen
kisaran normal) tambahan seperti
b. 040213 Hasil ronteg yang diperintahkan
dada dipertahankan pada c. Anjurkan pasien
skala 5 (tidak ada deviasi dan keluarga
dari kisaran normal) mengenai
c. 040203 Dipsnue saat penggunaan
istirahat ditingkatkan perangkat oksigen
dari skala 4(ringan) ke dirumah
skala 5 (tidak ada) d. Konsultasi dengan
tenaga kesehatan
lain mengenai
penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan
dan atau tidur
2. Ketidak efektifan pola Status pernafasan: Ventilasi Monitor pernapasan
napas berhubungan (0403) (3350)
dengan keletihan otot Definisi: keluar masuknya udara Definisi: sekumpulan data
pernapasan kedalam paru paru dan analisa keadaan pasien
a. 040301 frekuensi untuk memastikan
pernapasan ditingkatkan kepatenan jalan nafas dan
dari skala 4(deviasi kecukupan pertukaran gas
ringan) ke skala 5(deviasi a. Catat pada
tidak ada) perubahan pada
b. 040302 irama pernapasan saturasi
ditingkatkan dari skala oksigen,volume
4(deviasi ringan) ke skala tidal akhir co2, dan
5(deviasi tidak ada) perubahan nilai
c. 040309 penggunaan oto analisa gas darah
bantu napas ditingkatkan dengan tepat
dari skala 4 ringan ke b. Buka jalan nafas
skala 5 tidak ada dengan manuver
chinlift atau jaw
trash dengan tepat
c. Posisikan pasien
miring kesamping
sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi, kita
lakukan log roll
jika pasien diduga
mengalami cedera
leher
d. Pasang sensor
pemantauan
oksigen non infasif
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Ester, 2009, Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan, EGC: Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), BukusakuPatofisiologi, Edisibahasa Indonesia,

EGC: Jakarta

Muttaqin, Arif, 2012, Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persyarafan EGC: Salemba Medika

Morton, Patricia Gonce, 2011, Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Kep.

Holistik, Ed. 8,Egc: Jakarta

http://curupmedicalcomunnity.blogspot.com/p/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernapasan.html

Anda mungkin juga menyukai