Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAPAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kritis


Dosen Pengampu : Ns. Muhammad Nofianto, M.Kep

Disusun Oleh :
Winda Tirta Arum 20101440121074
Shakira Ema P.S 20101440121062
Ferdi Aditya Wicaksana 20101440121075
Nangroe Putra Adi P 20101440121043

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/ DIPONEGORO SEMARANG
TA 2023
1. DEFINISI

Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk dari
paru-paru ke dalam darah. Organ tubuh, seperti jantung dan otak, membutuhkan darah yang
kaya oksigen untuk bekerja dengan baik. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru
tidak dapat membuang karbon dioksida dari darah. Terlalu banyak karbon dioksida dalam
darah dapat membahayakan organ tubuh (Viswanatha & Putra, 2017). Keadaan ini disebabkan
oleh pertukaran gas antara paru dan darah yang tidak adekuat sehingga tidak dapat
mempertahankan pH, pO2, dan pCO2, darah arteri dalam batas normal dan menyebabkan
hipoksia tanpa atau disertai hiperkapnia.

Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat pada sistem respirasi berupa
kegagalan sistem respirasi dalam menjalankan fungsinya, yaitu oksigenasi dan eliminasi
karbon dioksida. Gagal nafas merupakan diagnosa klinis, namun dengan adanya analisa gas
darah (AGD), gagal nafas dipertimbangkan sebagai kegagalan fungsi pertukaran gas yang
nyata dalam bentuk kegagalan oksigenasi (hipoksemia) atau kegagalan dalam pengeluaran CO2
(hiperkapnia, kegagalan ventilasi) atau merupakan kegagalan kedua fungsi tersebut
(Viswanatha & Putra, 2017).

Gagal nafas terdiri daripada dua tipe, yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik,
dimana msing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal
nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara structural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronchitis kronis, emfisema dan lain-lain (Ramah dan Kurniyanta,
2021)
2. KLASIFIKASI
Menurut (Syarani, 2017), gagal nafas dibagi menjadi dua yaitu gagal nafas tipe I dan
gagal nafas tipe II

(1) Gagal Nafas Tipe I


Gagal nafas tipe I Biasa disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia dan merupakan
kegagalan paru untuk mengoksigenasi darah, ditandai dengan PaO2 menurun dan PaCO2
normal atau menurun. Gagal napas tipe I ini terjadi pada kelainan pulmoner dan tidak
disebabkan oleh kelainan ekstrapulmoner. Mekanisme terjadinya hipoksemia terutama
terjadi akibat:

a) Gangguan ventilasi/perfusi (V/Q mismatch), terjadi bila darah mengalir kebagian paru
yang ventilasinya buruk atau rendah. Contohnya adalah posisi terlentang ditempat tidur,
ARDS, atelectasis, pneumonia, emboli paru dan dysplasia bronkopulmonal.

b) Gangguan difusi disebabkan oleh penebalan membrane alveolar atau pembentukan


cairan interstitial pada sambungan alveolar-kapiler. Contohnya: edema paru, ARDS dan
pneumonia interstitial.

c) Pirau intrapulmonal yang terjadi bila aliran darah melalui area paruparu yang tidak
pernah mengalami ventilasi. Contohnya: malformasi arterio-vena paru, malformasi
adenomatoid kongenital.

(2) Gagal Nafas Tipe II

Biasa disebut gagal nafas Hiperkapnu hipoksemia: PaO2 rendah dan PCO2 Tinggi
dan merupakan kegagalan tubuh untuk mengeluarkan CO2, pada umumnya disebabkan
oleh kegagalan ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2 (peningkatan PaCO2 atau
hiperkapnia) disertai dengan penurunan pH yang abnormal dan penurunan PaO2 atau
hipoksemia. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan meningkatnya PaCO2
melebihi 50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal napas tipe ini
yang bernapas dengan udara ruangan. Keasaman atau pH bergantung pada kadar
bikarbonat, yang kembali lagi bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum
termasuk overdosis obat, penyakit neuromuskular, abnormalitas dinding dada, dan
gangguan jalan napas berat (contohnya pada asma dan PPOK / penyakit paru obstruktif
kronis)

3. ETIOLOGI
Gagal napas dapat disebabkan oleh kelainan paru, jantung, dinding dada, otot
pernapasan, atau medulla oblongata. (Wahyuningsih Safitri. 2019).
1. Depresi sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak
adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah
batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang
timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari
batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit
pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks Merupakan kondisi yang
mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya
diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan
cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas
dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat
terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat
mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi
yang mendasar.
5. Penyakit akut paru Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia
kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan
materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :


1) Penyebab sentral
a. Trauma kepala : contusio cerebri
b. Radang otak : encephaliti
c. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2) Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri (harsono, 1996)
4. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas merupakan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi paru yang
menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi karbon dioksida dan gangguan
pembuangan karbon dioksida yang menyebabkan hiperkapnia. Pasien mengalami toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut
biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan
yang irreversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/menit. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg). Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah
batang otak (pons dan medulla) (Lestari, 2022)

5. MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda gagal nafas yaitu adanya takipnea dan pernapasan dangkal tanpa
retraksi dan tanda dan gejala tambahan berupa gagal napas dapat diamati, tergantung
pada tingkat hipoksemia dan hiperkapnia.
Dikatakan gagal napas jika memenuhi salah satu keriteria yaitu PaO2 arteri 45
mmHg, kecuali peningkatan yang terjadi kompensasi alkalosis metabolik (Arifputra,
2014). Selain itu jika menurut klasifikasinya gagal napas bisa terbagi menjadi hipoksemia
yaitu bila nilai PaCO2 pada gagal napas tipe ini menunjukkan nilai normal atau rendah.
Gejala yang timbul merupakan campuran hipoksemia arteri dan hipoksia jaringan, antara
lain: a) Dispneu (takipneu, hipeventilasi) b) Perubahan status mental, cemas, bingung,
kejang, asidosis laktat c) Sinosis di distal dan sentral (mukosa,bibir) d) Peningkatan
simpatis, takikardia, diaforesis, hipertensi e) Hipotensi, bradikardia, iskemi miokard,
infark, anemia, hingga gagal jantung dapat terjadi pada hipoksia berat. Berikutnya adalah
gagal napas hiperkapnia, yaitu bila kadar PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus
menyebabkan pO2 alveolus dari arteri turun. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
gangguan di dinding dada, otot pernapasan, atau batang otak. Contoh pada PPOK berat,
asma berat, fibrosis paru stadium akhir, ARDS berat atau landry guillain barre syndrome.
Gejala hiperkapnia antara lain penurunan kesadaran, gelisah, dispneu (takipneu,
bradipneu), tremor, bicara kacau, sakit kepala, dan papil edema.
6. PATHWAY
7. KOMPLIKASI
Komplikasi gagal nafas adalah ARDS (Syndrom Gangguan Pernafasan Akut),
yaitu suatu sindrom gagal napas akut akibat kerusakan sawar membran kapiler alveoli
sehingga menyebabkan edema paru akibat peningkatan permeabilitas.
Sedangkan komplikasi ARDS adalah :
1) Paru: barotraumas (volutrauma), emboli paru, Fibrosis paru, ventilator-
Associated, Pneumonia atau VAP2.
2) Gastrointestinal : pendarahan atau ulkus, Dysmotility, pneumoperitonium,
bakteritranslokasi.
3) Jantung : aritmia, Infark disfungsi.
4) Ginjal : gagal ginjal akut, keseimbangan cairan positif.
5) Mekanikal : cedera vascular, pneumothorax, stenosis.
6) Gizi : gizi buruk, kekurangan elektrolit.
7) Keadaan terparah yang dialami penderita gagal nafas adalah koma. Koma
adalah penurunan/hilangnya tingkat kesadaran, tampak seperti tidur, tidak
berespon terhadap rangsangan eksternal.
Manifestasi klinis penurunan kesadaran adalah :
a. Berkurangnya reflek atau respon terhadap rangsang, penurunan
kemampuan otakuntuk berinteraksi dengan sekitarnya.
b. Mengenai kemampuan berbahasa, daya ingat, pengenalan visuospasial,
danemosi, serta perubahan kepribadian.
c. Perubahan tanda-tanda vital (Pola pernafasan, kerja jantung dan lain-lain).

8. DATA PENUNJANG
1) Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia:
 Ringan: PaO2 < 80 mmHg
 Sedang: PaO2 < 60 mmHg
 Berat: PaO2 < 40 mmHg2.
2) Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui.
3) Hemodinamik
 Pemeriksaan sputum pada kecurigaan infeksi paru
 Pemeriksaan kultur darah pada kecurigaan sepsis
 Pemeriksaan fungsi ginjal dan liver untuk mengetahui kemungkinan
komplikasi
 Elektrolit dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi
4) EKG: Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan,
Disritmia

9. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku /Bangsa :
Perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Alamat:
Tanggal masuk:
No Register :
Diagnosa Medis : Gagal Napas
Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Alamat:
Pendidikan:
Pekerjaan :
Hubungan dengan Klien :
B. Keluhan Utama
C. Pengkajian Primer
a. Airway
- Kaji apakah jalan nafas terbuka, ajak klien untuk
berkomunikasi, jika klien bisa menjawab dengan jelas
maka bisa dipastikan jalan nafas terbuka.
- Kaji apakah ada benda asing dirongga mulut klien seperti
sekret, darah, lidah yang jatuh kebelakang.
- Kaji timbulnya suara seperti :
 Gurgling : suara nafas bercampur cairan
 Snoring : suara mengorok (tida sadar atau
patahnya tulang rahang bilateral)
 Crowing : stidor respiratoir (penyempitan lariks
atau trakhea oleh karena edema atau desakan
neoplasma)
1. Breathing
1. Inspeksi rate, ritme, kesimetrisan peranjakan paru serta ada
tidaknya dispnea tanda-tanda klien yang mengalami
dyspnea
:
1) Penderita mengeluh sesak
2) Bernafas cepat (tachypnea)
3) Pernafasan cuping hidung
4) Pemakaian otot pernafasan tambahan : retraksi
supra sternal, retraksi interkosta, retraksi sternum,
retraksi infra sternal.
5) Ditemukan sianosis
2. Auskultasi suara nafas
3. Perkusi area paru
c. Circulation
1. Frekuensi denyut nadi
2. Tekanan darah
3. Suhu
4. Capilary refill
5. SaO2
6. Kaji adanya edema
d. Disability
Kaji status neurologi : GCS dan tanda lateralisasi
e. Eksposure
Kaji adanya jejas pada seluruh tubuh, yang perlu diperhatiak adalah
cegah hipotermi.
D. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Keperawatan / Kesehatan
- Riwayat Kesehatan / Keperawatan Sekarang
- Riwayat Kesehatan / Keperawatan Dahulu
- Riwayat Kesehatan / Keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan
posisi klien
b. Pemriksaan Tanda – tanda vital
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk, adakah luka
Rambut : wara, jenis, ketebalan, dan kebersihan Mata :
kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap
cahaya, konjungtiva, sklera, alat bantu, adanya sekret
dan cekung
Hidung : bagaimana kebersihannya, septum deviasi,
sekret, epistaksis polip, pemakaian selang O2/selang
NGT
Telinga : kemampuan pendengaran, adakah nyeri,
sekret telinga, pembengkakan, penggunaan alat bantu.
Mulut : Keadaan bibir (warna, kelembaban), kebersihan
gigi dan gusi, mulut, bau mulut, pemasangan ET/OPA
Leher : Kesimetrisan trachea, terabanya kelenjar thyroid,
benjolan, tracheostomy, nyeri telan, pembesaran tonsil,
tekanan vena jugularis.
d. Pemeriksaan dada
Jantung
I : denyut apeks
Pa : denyut apeks, getaran bising (thrill)
Pe : menentukan batas jantung
A : bunyi jantung atau bising jantung
Paru
I : bentuk (simetris ataukah ada kelainan seperti kiposis,
lordosis, scoliosis, barrel chest, dll), frekuensi pernafasan,
irama pernafasan (reguler, chynestokes, ortopnea,
kusmaull), pengembangan dada, kesulitan bernafas (retraksi
interkosta atau penggunaan otot bantu pernafasan).
Pa : Vokal fremitus pada permukaan dada kiri, kanan,
depan, belakang (lebih bergetar, normal/ sama, kurang
bergetar)
Pe : Suara yang ditimbulkan saat perkusi (sonor,
hipersonor, pekak, dll)
A : Suara nafas (vesikuler, bronkhial, bronkhovesikuler),
suara ucapan/vokal resonan (normal, bronchopneumoni,
egopony, dll) suara tambahan
Abdomen
I : bentuk, adanya lesi atau massa, ketegangan dinding
perut A : peristaltik usus (frekuensi)
Pa : massa, nyeri tekan, hepatomegali
Pe : timpani, hipo/hipertimpani
e. Genital
Kebersihan daerah genetalia, adanya luka, tanda infeksi,
bila terpasang kateter kaji kebersihan kateter dan adanya
tanda- tanda infeksi pada area pemasangan kateter, adanya
hemoroid.
f. Pemeriksaan anggota gerak /ekstremitas
Kekuatan gerak otot, rentang gerak, keseimbangan gaya
berjalan, tremor, parese, paralysis, dll
g. Pemeriksaan kulit dan kelenjar getah bening
Kulit : warna meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,
eritema, turgor kelembaban kulit, oedema, bila terdapat
luka kaji keadaan luka, adanya jahitan, ukuran luka, adanya
tanda infeksi pada balutan, keadaan luka balutan.
Kelenjar Getah Bening : bentuk serta tanda radang
3. Kebutuhan fisiologis
a. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Nutrisi
Kebutuhan dalam makan :
1) Adakah keluhan anoreksia nervosa/bulimia nervosa
 Adakah keluhan mual/muntah (jika muntah
berapa jumlahnya)
 Bagaimana kemampuan mengunyah
makanan
 Sakit saat menelan
2) Makanan yang disukai klien, makanan
pantangan/makanan tertentu yang mengakibatkan
alergi, adakah makanan yang dibatasi.
3) Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut
dan mempengaruhi diit.
4) Kebiasaan mengkonsumsi suplemen/obat penambah
nafsu makan (jumlah yang dikonsumsi setiap hari
dan berapa jumlahnya)
5) Adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan
terakhir.
Pengkajian nutrisi yang meliputi :
A : BB, TB, LLA (data dari pemeriksaan fisik)
B : Hasil pemeriksaan laboratorium yang berkenaan
dengan status nutrisi klien contoh : HB, albumin, dll
C : tanda dan gejala klinis yang dapat diobservasi
merujuk ke pemeriksaan fisik contoh : konjungtiva
anemis, rambut tipis kemerahan.
D : Kaji pola makan (frekuensi, porsi makan, jenis
makanan yang biasa dikonsumsi)
Cairan
Pola minum (frekuensi, jumlah, dan jenis cairan
yang dikonsumsi) Bila klien memakai infus catat
berapa jumlah cairan yang masuk Bila terpasang
NGT tanyakan berapa diit cair yang diberikan ke
klien.
b. Pola Eliminasi
1) Eliminasi feses
Pola BAB (frekuensi, waktu, warna, konsistensi,
penggunaan pencahar atau enema, adanya keluhan
diare/obstipasi/konstipasi. Adakah perubahan dalam
kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu, misal :
kolostomi/Illeostomi)
2) Eliminasi urin
Pola BAK (frekuensi, waktu, warnanya, jumlah).
Penggunaan alat-alat misal : kateter.
Adanya keluhan (inkontinensia urine, anuria,
hematuria, disuria, retensi urine, keluhan
berhubungan dengan kulit (kulit terasa
panas/dingin, kering atau gatal)
c. Pola Istirahat Tidur
1) Kebiasaan tidur (waktu, lama dan pengantar tidur)
2) Kesulitan tidur (mudah terbangun, sulit memulai
tidur, terasa tidak puas setelah bangun, dll)
E. Pemeriksaan Penunjang
Cantumkan hasil pemeriksaan penunjang yang relevan meliputi : laborat,
radiologi, terapi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan upaya napas (D. 0005)
2) Resiko Aspirasi d/d Penurunan tingkat kesadaran (D.0149)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi (I.01014)
keperawatan selama 3X24 jam Tindakan :
diharapkan pola nafas pasien Observasi
membaik,
- Monitor frekuensi, irama napas
dengan kriteria hasil :
- Monitor pola nafas
1. Frekuensi nafas dari skala 1
- Monitor adanya produksi
(menurun) ke skala 3 (sedang)
sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kebutuhan pasien
- Lalukan penghisapan lendir
- Berikan cairan intravena
Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas buatan (I.01012)
keperawatan selama termoregulasi Observasi
pasien membaik dengan kriteria hasil - monitor selang endotrakeal (ETT)
: 1 pucat dari skala 1 (menurun) ke - monitor tekanan balon ETT
skala 3 (sedang) - Monitor kulit area stoma trakeostomi
Terapeutik
- Pasang OPA untuk mencegah ETT

- Berikan volume pre oksigenisasi


- Lakukan penghisapan lender
- Ubah posisi ETT setiap 24 jam
- lakukan perawatan mulut
-lakukan perawatan stoma
traekostomi
Edukasi
- jelaskan pasien/keluarga tujuan
prosedur jalan napas buatan.
Kolaborasi
- kolaborasi instubasi ulang jika
berbentuk musous plug yanga tidak
dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia 2018

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia 2018

Standar Luaran Keperawatan Indonesia 2018

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius

Maghfiroh. 2015. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas Di Intensive

Care Unit (ICU) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Diakses di

https://Dokumen.Tips/Documents/Lp-Gagal-Nafas-Pada-Pasien-Di-Icu.Html

Anda mungkin juga menyukai