Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANEMIA IBU HAMIL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing: Ns. Yuni A.,M.Kep

Disusun oleh:
1. Wanda ayu fitriani (20101440121069)
2. Putri haniatun navisah (20101440121071)
3. Fitriarizka nur annisa (20101440121073)
4. Ferdi aditya wicaksana (20101440121075)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk seluruh
kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013). Anemia adalah suatu kondisi atau
keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau jumlah sel
darah merah. Kadar Hb dan sel darah sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
kelamin, ketinggian suatu tempat, serta keadaan fisiologi tertentu.

Kehamilan diiringi dengan perubahan tubuh, baik secara anatomis, fisiologis,


maupun biokimiawi. Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan zat besi pada masa
kehamilan. Peningkatan kebutuhan ini untuk memenuhi kebutuhan janin guna bertumbuh
karena pada pertumbuhan janin memerlukan zat besi, pertumbuhan plasenta dan
peningkatan volume darah ibu. Kebutuhan zat besi selama trimester I atau pada 3 bulan
awal kehamilan relatif sedikit yaitu 0,8 mg/hari, kemudian mengalami meningkatan
selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg/hari (Arisman, 2010). Selama kehamilan, wanita
hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya
bertambah 19%. Sehingga frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.

1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang anemia ibu hamil


2. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui faktor penyebab anemia pada ibu hamil
3. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tanda dan gejala anemia
4. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui macam anemia
5. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui pengaruh anemia pada kehamilan
6. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara mencegah anemia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI

2.1.1 PENGERTIAN

Kehamilan merupakan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan melalui


proses ovulasi, migrasi spermatozoa menuju ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai waktunya dilahirkan. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu
triwulan pertama yaitu usia 0 sampai 12 minggu pertama, triwulan kedua 13 minggu
sampai 28 minggu, dan triwulan ketiga 29 minggu sampai 42 minggu (Manuaba,
2012).

Kehamilan diiringi dengan perubahan tubuh, baik secara anatomis, fisiologis,


maupun biokimiawi. Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan zat besi pada masa
kehamilan. Peningkatan kebutuhan ini untuk memenuhi kebutuhan janin guna
bertumbuh karena pada pertumbuhan janin memerlukan zat besi, pertumbuhan
plasenta dan peningkatan volume darah ibu. Kebutuhan zat besi selama trimester I
atau pada 3 bulan awal kehamilan relatif sedikit yaitu 0,8 mg/hari, kemudian
mengalami meningkatan selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg/hari (Arisman,
2010). Selama kehamilan, wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga
30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%. Sehingga frekuensi anemia
pada kehamilan cukup tinggi (Irianto, 2014).

Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk seluruh
kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013). Anemia adalah suatu kondisi atau
keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau jumlah
sel darah merah. Kadar Hb dan sel darah sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
kelamin, ketinggian suatu tempat, serta keadaan fisiologi tertentu (Sudoyo, 2013)

Menurut Adriyani (2012) anemia diartikan sebagai suatu keadaan kadar


hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah atau lebih kecil daripada nilai normal
untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal karena
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya untuk
mempertahankan kadar atau jumlah hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi
besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sehingga pembentukan
sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu. Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin <11 gr% pada trimester I dan II,
sedangkan pada trimester II kadar haemoglobin ibu hamil <10.5 gr%. Anemia
didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi
Hb dalam sirkulasi darah.(WHO, 2017)

2.1.2 ETIOLOGI

Menurut Irianto (2014) etiologi anemia pada kehamilan merupakan gangguan


pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, yang dapat menyebabkan terjadinya
pengenceran darah, kebutuhan zat besi meningkat, dan kurangnya zat besi dalam
makanan, serta pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

2.1.3 PATOFISIOLOGI

Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan


peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah merah 18%-30% dan
hemoglobin 19%, secara fisiologi hemodilusi membantu meringankan kerja jantung.
Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai maksimum pada usia
kehamilan 24 minggu atau trimester II dan terus meningkat hingga usia kehamilan di
trimester ke III (Reeder, dkk, 2014).

Anemia pada ibu hamil dapat berdampak terganggunya kesehatan pada ibu
hamil maupun janin yang sedang dikandungnya. Permasalahan kesehatan pada janin
dan ibu hamil dari dampak anemia dapat berupa abortus, persalinan prematur, infeksi,
dan perdarahan saat persalinan. Bahaya lainnya dapat menimbulkan resiko terjadinya
kematian intrauteri, abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan,
peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal atau tingkat intilegensi
bayi rendah (Pratami, 2016).

Ibu hamil dengan anemia biasannya muncul keluhan ibu hamil dengan anemia
merasa lemah, lesu, letih, pusing, tenaga berkurang, pandangan mata berkunang-
kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, melalui pemeriksaan fisik akan di
temukan tanda-tanda pada ibu hamil seperti: pada wajah di selaput lendir kelopak
mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Bahkan pada penderita anemia yang
berat dapat berakibat penderita sesak napas atau pun bisa menyebabkan lemah jantung
(Syaftrudin, 2011).

2.1.4 FAKTOR FAKTOR PENYEBAB ANEMIA PADA IBU HAMIL

a. Faktor dasar
1) Sosial dan ekonomi Kondisi lingkungan sosial sangat berkaitan dengan kondisi
ekonomi di suatu daerah dan menentukan pola konsumsi makanan dan gizi
yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Misalnya, kondisi sosial di
pedesaan dan perkotaan memiliki pola konsumsi makanan dan gizi yang
berbeda pula. Kondisi ekonomi seseorang sangat menentukan dalam
penyediaan makanan dan kualitas gizi. Semakin tinggi tingkat perekonomian
seseorang, maka kemungkinan akan semakin baik status gizinya dan sebalinya
(Irianto, 2014).
2) Pengetahuan Ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan rendah berisiko
mengalami defisiensi zat besi, jadi tingkat pengetahuan yang kurang tentang
defisiensi zat besi akan memberi pengaruh pada ibu hamil dalam berperilaku
kesehatan dan dapat berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya dan dapat berakibat
anemia pada ibu hamil (Wati, 2016).
3) Pendidikan Tingkat pendidikan yang baik akan diikuti kemudahan dalam
memahami pengetahuan tentang kesehatan. Sedangkan rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki seorang ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan
dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga (Nurhidayati,
2013).
4) Budaya Larangan memakan jenis makanan tertentu, berhubungan dengan
makanan yang dilarang atau tidak boleh dimakan, dan banyaknya pola
pantangan terhadap makanan tertentu. Tahayul dan larangan yang beragam
yang didasarkan kepada kebudayaan dan adat adat yang beragam di setiap
daerah di dunia ini, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakatyang
masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan, tidak boleh makan telur dan
jenis makanan lainnya (Ariyani, 2016).

b. Faktor tidak langsung


1) Frekuensi Antenatal Care (ANC) Antenatal Care (ANC) merupakan suatu
pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil, misalnya
dengan pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran
supaya ibu siap mengahadapi peran baru sebagai orangtua (Wagiyo & Putrono,
2016). Menurut Rukiah & Yulianti (2014) mendefinisikan bahwa pemeriksaan
kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuan pemeriksaan
kehamilan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, melahirkan bayi yang sehat pelayanan antenatal yang
terpadu, komprehensif, serta berkualitas, memberikan konseling kesehatan dan
gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI, meminimalkan “missed
opportunity” pada ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu,
komprehensif dan berkualitas, mendeteksi secara dini adanya kelainan atau
penyakit yang diderita ibu hamil, dapat melakukan intervensi yang tepat
tehadap kelainan atau penyakit sedini mungkin pada ibu hamil dapat
melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan dan
pendidikan tentang kehamilan, persalinan, dan persiapan menjadi orang tua
(Novita, 2011).
2) Paritas Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau
mati, tetapi bukan aborsi terjadi secara alamiah (Nurhidayati, 2013). semakin
sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan atau jarak
kelahiran terlalu dekat maka semakin banyak kehilangan zat besi dan semakin
besar kemungkinan mengalami anemia (Fatkhiyah, 2018).
3) Umur ibu Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu antara umur 20-35
tahun dan pada umur tersebut resiko komplikasi kehamilan dapat dihindari,
memiliki reproduksi yang sehat, kondisi biologis dan psikologis dari ibu hamil
sudah matang. Sebaliknya pada umur < 20 tahun beresiko anemia karena pada
kelompok umur tersebut perkembangan bilogis yaitu reproduksi belum optimal
atau belum matang sepenuhnya. disisilain, kehamilan pada usia diatas 35 tahun
merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas
35 tahun juga akan rentan mengalami anemia. Hal ini menyebabkan daya tahan
tubuh mulai menurun pada usia 35 tahun keatas dan mudah terkena berbagai
infeksi selama masa kehamilan (Fatkhiyah, 2018).
4) Dukungan suami Dukungan secara informasi dan emosional merupakan peran
penting seorang suami, dukungan secara informasi yaitu membantu individu
untuk menemukan alternative yang ada bagi penyelesaian masalah, misalnya
menghadapi masalah ketika istri menemui kesulitan selama hamil, suami dapat
memberikan informasi berupa saran, petunjuk, pemberian nasihat, mencari
informasi lain yang bersumber dari media cetak/elektronik, dan juga tenaga
kesehatan; bidan, perawat dan dokter. Dukungan secara emosional adalah
kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain atau suami yang dapat
meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan yang membawa dorongan
positif (Anjarwati, 2016).

c. Faktor langsung
1) Pola konsumsi Kejadian anemia sangat erat jika dihubungkan dengan pola
konsumsi yang rendah kandungan zat besinya serta makanan yang dapat
memperlancar dan menghambat absorbsi zat besi (Bulkis, 2013).
2) Infeksi Beberapa infeksi penyakit menyebabkan risiko anemia. Infeksi itu
umumnya adalah TBC, malaria, dan cacingan, karena menyebabkan terjadinya
peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit.
Cacingan sangat jarang menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya karena cacing menyerap
kandungan makanan. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat
mengakibatkan anemia defisiensi besi pada ibu hamil. Infeksi yang disebabkan
penyakit malaria dapat menyebabkan anemia (Nurhidayati, 2013).
3) Pendarahan Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi
besi dan pendarahan akut bahkan keduanya saling berinteraksi satu sama lain.
Pendarahan menyebabkan banyak unsur besi yang hilang keluar bersama darah
sehinggga dapat berakibat pada anemia menurut (Bulkis, 2013).

2.1.5 TANDA DAN GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

Gejala anemia pada ibu hamil menurut soebroto (2009):

1. Cepat lelah
2. Sering pusing
3. Mata berkunang kunang
4. Lidah luka
5. Nafsu makan menurun
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek
8. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda

Tanda tanda anemia pada ibu hamil:

1. Terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi


oksigen lebih banyak ke jaringan
2. Adanya peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih
banyak oksigen pada darah
3. Pusing akibat kurangnya darah ke otak
4. Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung
dan rangka
5. Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
6. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat
7. Penurunan kualitas rambut kulit

Gejala anemia pada ibu hamil lain menurut american pregnancy(2016):

1. Kelelahan
2. Kelemahan
3. Telinga berdengung
4. Sukar berkonsentrasi
5. Pernafasan pendek
6. Kulit pucat
7. Nyeri dada
8. Kepala terasa ringan
9. Tangan dan kaki terasa dingin

2.1.6 MACAM MACAM ANEMIA

1. Anemia hemolitik adalah kondisi dimana hancurnya eritrosit lebih cepat dibandingkan
pembentukannya atau dengan kata lain penghancuran pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Anemia hemolitik dapat di definisikan sebagai
anemia yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan destruksi eritrosit yang diikuti
dengan ketidakmampuan sum-sum tulang dalam memproduksi sel eritrosit untuk
memenuhi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit, penghancuran sel
eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hiperterplasi sumsum tulang
sehingga produksi sel eritrosit akan meningkat dari normal. Hal ini terjadi bila umur
eritrosit kurang dari 120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemia , namun
apabila sumsum tidak bisa mengatasi keadaan tersebuat makan akan terjadi anemia.
2. Anemia aplastik adalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan karena sumsum
tulang kurang mampu membuat sel sel darah baru sehingga tubuh mengalami
kekurangan sel darah merah,dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan
3. Anemia defisiensi besi (AGB) adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain di dalam tubuh terganggu
dan tidak berjalan dengan sebagaimana fungsinya (Adriani, 2012). Defisiensi zat besi
terjadi saat jumlah zat besi yang diserap dalam tubuh tidak dapat mencukupi
kebutuhan tubuh. Secara umum, ada tiga penyebab AGB yaitu kekurangan intake zat
besi dari makanan (ikan, daging, hati, dan sayuran hijau tua seperti bayam dll),
meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi yaitu pada masa pertumbuhan janin
dalam kandungan saat masa kehamilan, asupan pada penderita penyakit menahun,
serta meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh karena perdarahan, cacingan, dan
masa menstruasi (Proverawati, 2010).
4. Anemia defisiensi asam folat (Megaloblastik) :merupakan satu-satunya vitamin yang
kebutuhannya berlipat dua kali lipat ketika seorang ibu dalam masa hamil.
Kekurangan asam folat mengakibatkan peningkatan kepekaan, lelah berat, dan
gangguan tidur pada ibu hamil. Kekurangan asam folat yang besar mengakibatkan
anemia megaloblastik atau megalositik karena asam folat berperan penting dalam
metabolisme. Pada metabolisme normal makanan akan diubah menjadi energi,
pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan heme.
Gejala anemia megaloblastik adalah diare, depresi, merasa lelah berat, merasa ngantuk
berat, dan pucat, serta perlambatan frekuensi nadi (Arisman, 2010).

2.1.7 PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN

Anemia menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani ibu hamil karena sel-sel


tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan proses persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi saat lahir rendah, dan angka
kematian perinatal meningkat. Disamping itu, perdarahan antepartum dan postpartum
lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal sebab
wanita yang anemia tidak dapat mentolerir kehilangan darah pada saat persalinan.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dimulai dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan
proses persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan
stres kurang produksi ASI rendah sehinggabayi kurang asi), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, cacat bawaan, BBLR, kematian perinatal, dan lain-
lain) (Irianto, 2014).

2.1.8 CARA MENCEGAH ANEMIA

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang


dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat ibu sedang
dalam masa kehamilan. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging
(terutama daging merah) seperti daging sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,
serta kacangkacangan yang mudah di jumpai di pasar. Selain dijelaskan diatas, dangat
perlu diimbangi dengan pola makan sehat dengan mengonsumsi vitamin serta
suplemen penambah zat besi untuk hasil yang maksimal (Irianto, 2014).
Menurut Arisman (2010), pencegahan anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan
dengan 4 pendekatan yaitu.

 Pemberian tablet atau suntikan zat besi, pemberian ini dapat diberikan kepada
remaja yang tengah bersiap untuk menjadi ibu.
 Pendidikan kesehatan dan upaya pemberian informasi yang ada kaitannya
dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan.
 Pengawasan penyakit infeksi yang sering diderita masyarakat.
 Fortifikasi makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat dengan zat besi.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 PENGKAJIAN

1. Perawatan kehamilan (antenatal care/ANC) adalah perawatan selama kehamilan. Ibu


yang datang ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan, maka Anda harus melakukan
pengkajian pada ibu hamil tersebut. Beberapa tujuan dari perawatan ibu hamil antara
lain (Reeder, Martin, Griffin, 2011) adalah:
a) Pemeliharaan kesehatan janin
b) Penentuan akurat usia kehamilan
c) Penilaian berkelanjutan status risiko dan penerapan manajemen risiko intervensi
yang tepat
d) Rujukan ke sumber daya yang tepat

Pengkajian pada kehamilan terdiri atas pengkajian riwayat kehamilan secara


menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium (Reeder, Martin,
Griffin, 2011).

2. Riwayat kehamilan secara menyeluruh pengkajian riwayat klien meliputi (Reeder,


Martin, Griffin, 2011):
a) Karakteristik pribadi (usia, pekerjaan, suku, agama, anggota keluarga di
rumah, Berat badan, tinggi badan).
b) Riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan (seperti penyakit yang
dapat diturunkan secara genetik).
c) Riwayat menstruasi/haid terkait penentuan Hari pertama haid terakhir (HPHT).
d) Riwayat kehamilan sebelumnya termasuk komplikasi kehamilan, persalinan,
neonatal, dan post partum/nifas.
e) Riwayat kehamilan saat ini (apakah ada penyakit sejak awal kehamilan).
f) Kebiasaan penggunaan penggunaan obat–obatan, merokok dan kafein (minum
kopi dan teh).
g) Sikap terhadap kehamilan ini (apakah positif atau negatif).
h) Rencana persalinan

2.2.2 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda sebagai perawat


dianjurkan untuk mengukur tanda - tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi,
respirasi, dan suhu. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang dilakukan meliputi
pemeriksaan (Reeder, Martin, Griffin, 2011):

a. Kepala dan leher lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut.
Lalu palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
b. Dada dan jantung lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop
daerah jantung dan paru–paru.
c. Payudara inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak, palpasi area
payudara dan axilla di seluruh kuadran.
d. Kulit Inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
e. Ekstremitas lakukan pemeriksaan reflex patella dengan menggunakan reflex
hammer.
f. Abdomen lakukan pengukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU), lakukan palpasi
abdomen, auskultasi denyut jantung janin. Denyut jantung janin yang
diauskultasi dengan USG Doppler dalam trimester pertama, biasanya antara
kehamilan sekitar 10 dan 12 minggu. Denyut jantung janin normal berada antara
120 x/menit sampai 160 x/menit.
g. Vagina vulva lakukan pemeriksaan area vulva apakah tampak warna kebiruan
pada mukosa vagina, terjadi peningkatan leukorhea/ keputihan.
h. Panggul komponen bimanual pemeriksaan panggul memungkinkan pemeriksa
untuk meraba dimensi pembesaran rahim internal. Informasi ini membantu
memperkirakan usia kehamilan, baik mengkonfirmasikan Taksiran Persalinan
(TP) berdasar HPHT atau menyediakan informasi dalam HPHT tertentu. Hal ini
penting untuk menentukan TP akurat sedini mungkin dalam kehamilan karena
banyak keputusan intervensi yang berkaitan dengan waktu dan pengelolaan
kehamilan didasarkan pada usia kehamilan yang ditentukan oleh TP tersebut.
Pelvimetri klinis (pengukuran dimensi dari tulang panggul melalui palpasi
selama pemeriksaan panggul internal) dapat dilakukan selama pemeriksaan awal
panggul. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap variasi dalam struktur
panggul yang mungkin menghambat atau menghalangi janin melewati panggul
tulang selama kelahiran vagina.

2.2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Keputusan tentang penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan masalah


fisiologis terhadap kehamilan ibu dan mengurangi penyebab anemia pada ibu hamil.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) diagnosa
keperawatan yang muncul sebagai berikut :

1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan


2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi makanan
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan tonus otot
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinas
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
7. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit
terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan)
8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
10. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
11. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan system
pendukung
12. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
13. Resiko jatuh berhubungan anemia
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. (SDKI,2017)

Diagnosa :

a) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

2.2.4 PERENCANAAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi perifer
efektif (D.0009) b.d asuhan keperawatan (I.06195)
penurunan konsentrasi diharapkan tingkat perfusi
Observasi
hemoglobin perifer (L.02011) menurun
dengan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
 Denyut nadi perifer
- Monitor perubahan kulit
dari skala 1 menurun
- Monitor adanya
ke skala 5 meningkat
tromboflebitis dan
 Warna kulit pucat dari
tromboemboli vena
skala 1 meningkat ke
skala 5 menurun Terapeutik
 Pengisian kapiler dari
skala 1 memburuk ke - Hindari pemakaian

skala 5 membaik benda-benda yang

 Akral dari skala 1 berlebihan suhunya

memburuk ke skala 5 (terlalu panas atau

membaik dingin)

 Turgor kulit dari skala Edukasi


1 memburuk ke skala
5 membaik - Anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi


(D.0056) b.d asuhan keperawatan ( I.05178)
ketidakseimbangan diharapkan tingkat toleransi
antara suplai dan aktivitas (L.05047) Observasi
kebutuhan oksigen meningkat dengan kriteria
- Identifikasi gangguan
hasil:
fungsi tubuh yang
 Frekuensi nadi dari mengakibatkan
skala 1 menurun ke kelelahan
skala 5 meningkat - Monitor kelelahan fisik
 Keluhan lelah dari
Terapeutik
skala 1 meningkat ke
skala 5 menurun - Sediakan lingkungan
 Dispnea saat aktivitas nyaman dan rendah
dari skala 1 stimulus (mis. Cahaya,
meningkat ke skala 5 suara, kunjungan)
menurun - Lakukan latihan
 Dispnea setelah rentang gerak pasif dan
aktivitas dari skala 1 atau aktif
meningkat ke skala 5 - Fasilitasi duduk di sisi
menurun tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3 Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan Manajemen


b.d ketidakadekuatan asuhan keperawatan imunisasi/vaksinasi
pertahanan tubuh diharapkan tingkat infeksi (I.14508)
sekunder (L.14137) menurun dengan
Observasi
kriteria hasil:

- Identifikasi riwayat
 Demam dari skala 1
kesehatan dan riwayat
meningkat ke skala 5
alergi
menurun
- Identifikasi
 Kemerahan dari skala
kontraindikasi
1 meningkat ke skala
pemberian imunisasi
5 menurun
(mis.reaksi anafilaksis
 Nyeri dari skala 1
terhadap vaksin
meningkat ke skala 5
sebelumnya dan atau
menurun
sakit parah dengan atau
 Bengkak dari skala 1
tanpa demam)
meningkat ke skala 5
menurun Terapeutik
 Kadar sel darah putih
- Dokumentasikan
dari skala 1
informasi vaksinasi
memburuk ke skala 5
(mis. Nama produsen,
membaik
tanggal kadaluwarsa)
- Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat

Edukasi

- Jelaskan tujuan,
manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal dan efek
samping
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah (mis.
Hepatitis B, BCG,
difteri, tetanus,
pertusis, H. Influenza,
polio, campak, measles,
rubela)
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
(mis. Rabies, tetanus)
- Infromasikan penyedia
layanan Pekan
Imunisasi Nasional
yang menyediakan
vaksin gratis.

2.2.5 IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana


perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi.Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk
atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Safitri, 2019) Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.

2.2.6 EVALUASI

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Bararah,
2013). Menurut Damayanti (2013). Evaluasi adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang perawat buat pada tahap perencanaan. Evaluasi perkembangan
kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
BAB 3
KESIMPULAN

Anemia diartikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah atau lebih kecil daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis
kelamin. Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih
rendah daripada normal karena ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksinya untuk mempertahankan kadar atau jumlah hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia gizi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin <11 gr% pada trimester I dan
II, sedangkan pada trimester II kadar haemoglobin ibu hamil <10.5 gr%. Anemia
didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi Hb
dalam sirkulasi darah.
DAFTAR PUSTAKA

Sjahriani, T., & Faridah, V. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Jurnal Kebidanan, 5(2), 106-115.

Sulistyawati, W., & Khasanah, N. A. (2019, December). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Dengan Anemia Dan Faktor Yang Melatarbelakangi. In Prosiding Seminar Nasional (pp.
201-207).

Astuti, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam kehamilan. Pustaka Abadi.

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervemsi Keperawatan : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai