Dosen Pembimbing:
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. Konsep Dasar Anemia Pada Kehamilan
1. Definisi
Menurut Manuaba (2012) kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan
kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu).
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penelitian
terhadap tanda dan gejala kehamilan.
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak
mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin dalam darah
<11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada trimester 2
(Aritonang, 2015). Menurut Irianto (2014) selama kehamilan, wanita hamil
mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb
hanya bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup
tinggi.
2. Etiologi
Menurut Mochtar (2013) pada umumnya, penyebab anemia pada kehamilan
adalah:
a. Kurang zat besi
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari
mengkonsumsi makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi
memiliki kualitas yang baik ketersediaan zat besi yang tinggi. Peningkatan
kebutuhan zat besi meningkat karena kehamilan. Sebagian kebutuhan zat
besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan presentase zat besi yang
diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi yang diserap
sedikit maka diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil tidak
mengalami anemia (Bakta, I.M., & Dkk, 2009).
b. Ibu yang mempunyai penyakit kronik
Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan
dapat mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil
dengan penyakit kronis lebih berisiko mengalami anemia akibat inflamasi
dan infeksi akut (Bothamley & Maureen, 2013).
c. Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya
Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan
merupakan penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah
yang banyak, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh
darah agar darah dalam pembuluh darah tetap tersedia. Banyak kehilangan
darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia (Ananya, 2012).
Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu dan memenuhi
cadangan zat besi ibu hamil (Manuaba & Dkk, 2010).
d. Jarak kehamilan
Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian terbanyak
terjadi pada ibu dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut
jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian
maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan
jarak yang terlalu dekat dapat menyebabkan resiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu
adalah dua tahun. Karena cadangan zat besi ibu hamil belum pulih.
Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya (Manuaba &
Dkk, 2010).
e. Paritas
Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan salah satu
faktor penting dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan
paritas tinggi mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami anemia
dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa
semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
f. Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar
daripada dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemeli yang
dikomplikasikan dengan hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat
mengalami komplikasi yang serius dan besar. Peningkatan volume darah
juga lebih besar pada kehamilan ini. Rata-rata kehilangan darah melalui
persalinan pervaginam juga lebih banyak (Wiknjosastro, 2010).
5. Manifestasi Klinik
Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas apabila
kadar hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, pucat, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, gangguan penyembuhan luka, dan pembesaran
kelenjar limpa (Irianto, 2014).
Banyak gejala anemia selama kehamilan juga mungkin dialami bahkan jika
tidak anemia meliputi : Merasa lelah atau letih,stress meningkat,kulit pucat
progresif, denyut jantung cepat,sesak nafas,konsentrasi terganggu.
( Proverawati,2011).
6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik
dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta
nutrisi ke janin (Prawirohardjo,2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai
minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi
pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung
eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai
(Prawirohardjo,2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.Volume
plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma
akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali
normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang
terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak
usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah
eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III
(Pratami, 2016)
Pathway :
7. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil Menurut (Pratami, 2016)
kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil sejak awal
kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan
dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman
dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa,
hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah dini.
Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan seperti
gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung
lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali
mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan
perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat timbul
adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan perdarahan
postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera setelah
persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko
terjadinya infeksi payudara.
8. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang didasarkan pada jenis anemia, yaitu:
a. Anemiaaplastik
Pemeriksaan laboratorium:
1) Sel darah merah
2) Laju endapan darah
3) Sumsum tulang
b. Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium
1) Peningkatan jumlah retikulasi
2) Peningkatan kerapuhan sel darah merah
3) Pemendekan masa hidup eritrosit
4) Peningkatan bilirubin
c. Anemia megaloblastik
1) Anemia absorbsi vitamin B12
2) Endoscopi
d. Anemia defisiensi zatbesi
1) Morfologi sel darah merah
2) Jumlah besi dalam serum dan ferritin
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Pratami (2016) dan Proverawati (2011) penatalaksanaan anemia pada
kehamilan sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Secara Medis : Penanganan anemia pada kehamilan secara
medis yang dapat dilakukan yaitu mengkonsumsi suplemen zat besi setiap
hari berkaitan erat dengan peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah
melahirkan. Selain itu, tindakan tersebut juga mengurangi risiko anemia
yang berkepanjangan. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Pengobatan yang aman dan
efektif akan memastikan ibu hamil memiliki Hb yang normal dan mencegah
pelaksanaan tindakan transfusi darah dikarenakan menimbulkan risiko
transmisi virus dan bakteri.
b. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah: Pendidikan kesehatan pada ibu
hamil yang menderita anemia adalah mengkonsumsi nutrisi yang baik untuk
mencegah terjadinya anemia pada kehamilan, makan makanan yang tinggi
kandungan zat besi (seperti sayuran hijau, daging merah, sereal, telur, dan
kacang tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga
pasokan besi yang diperlukan untuk tubuh. Selain itu pemberian vitamin
adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi
dan asam folat yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
kandungan zat besi
10. Prognosis
Prognosis untuk anemia pada kehamilan baik, jika dapat diidentifikasi lebih
awal dan diobati dengan tepat. Selama diet yang tepat dipertahankan dan
mengkonsumsi suplemen sesuai kebutuhan, anemia dalam kehamilan umumnya
dapat dikelola. Namun, jika anemia tidak diobati untuk jangka waktu yang lebih
lama (dalam kehamilan) dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk, yang
akan menyebabkan ibu dan anak ke berbagai kondisi kesehatan yang buruk.
Semakin lama janin terkena kondisi anemia dalam utero, dan memungkinkan
semakin tingginya efek samping tertentu pada perkembangan janin.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien Anemia menurut Doengoes (2012):
a. Identitas Klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, sukubangsa, diagnosa medis.
b. Keluhan utama biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing,dan
mata berkunang-kunang
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan,
dan riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat
memungkinkan terjadinya anemia.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan biasanya ditemukan kehamilan pada
usia muda, dan kehamilan yang berdekatan.
d. Aktivitas/Istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi
terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: kelemahan otot dan penurunan kekuatan, postur lunglai, dan
tanda-tanda lain yang menunjukkan kelelahan.
e. Sirkulasi
Gejala: riwayat kehilangan darah kronis, menstruasi berat.
Tanda: pada ekstermitas berwarna pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva, mulut).
f. Integritas Ego
Gejala: keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan.
Misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda: depresi.
g. Eliminasi
Gejala: riwayat gagal ginjal, hematemesis, feses dengan darah segar,
melena, diare, konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda: distensi abdomen.
h. Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, mual dan muntah, anoreksia, adanya
penurunan berat badan.
Tanda: lidah tampak merah daging/halus (Anemia Aplastik, defisiensi asam
folat dan vitamin b12), membrane mukosa kering, pucat
i. Hygine
Tanda: kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.
j. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, insomnia, sulit
berkonsentrasi, kelemahan.
Tanda: gelisah, cenderung tidur
k. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: sakit kepala.
l. Pernafasan
Gejala: napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: takipnea, dyspnea.
m. Keamanan
Gejala: riwayat pekerjaan terpajan bahan kimia
Tanda: Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
n. Seksualitas
Gejala: Perubahan aliran menstruasi, hilang libido (pada wanita).
Tanda: Serviks dan dinding vagina pucat
o. Pemeriksaan Laboraturium
Biasanya Hb pada trimester pertama dan ke tiga kurang dari 11 g/dl dan
pada timester dua <10,5 g/dl Hematokrit : <37% (normal 37-41%)
Eritrosit : <2.8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4 juta/mm3) Trombosit : <200.000
(normal 200.000 – 400.000/mel)
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang mungkin
muncul menurut (NANDA, 2015-2017) Yaitu :
a. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis pada ibu hamil (anemia
dalam kehamilan).
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan.
c. Defisiensi pengetahuan ibu hamil tentang anemia berhubungan dengan
kurang sumber pengetahuan mengenai anemia.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
e. Risiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan.
f. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut (SIKI , 2018) yaitu :
a. Keletihan
Manajemen Energi
Observasi :
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor keleahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Lakukan latihan rentang gerak pasif/ aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
b. Ketidakseimbangan nutrisi
Manajemen Nutrisi
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrien
Monitor asupan makanan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Fasilitasi melakukan pedoman diet
Sajikan makanan secara menaril
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan , jika perlu
Edukasi
Anjurkan posisi duduk
Ajarkan diet yang diprogrankan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
c. Defisit pengetahuan
Edukasi Kesehatan
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
Sediakan materi Dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih sehat
d. Resiko infeksi
Pencegahan Infeksi
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
Batasi jumlah pengunjung
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
Ajarkan cara cuci tangan dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
Ajarkan meningkatkan asupan cairan
e. Resiko pendarahan
Pencegahan Perdarahan
Observasi
Monitor tanda dan gejala perdarahan
Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan
darah
Monitor tanda tanda vital ortostatik
Terapeutik
Pertahankan bedrest selama perdarahan
Batasi tindakan invasif , jika perlu
Gunakan kasur pencegah dekubitus
Hindari pengukiran suhu rektal
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
Kolaborasi
Kolaborasi obat pengintrol perdarahn
Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
f. Intoleransi aktivitas
Manajemen Energi
Observasi :
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor keleahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Lakukan latihan rentang gerak pasif/ aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
g. Ansietas
Terapi Relaksasi
Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkosentrasi,/
gejala lain
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
Ciptakan lingkunga yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan yang nyaman
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dan irama lambat dab berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik/
tindakan medis lain
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
Jelaskan secara rinci relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil posisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan menurut ( SLKI, 2018) yaitu :
a. Keletihan
Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
Lesu menurun
Gangguan kosentrasi menurun
Sakit kepala menurun
Nafsu makan membaik
Pola istirahat membaik
b. Ketidakseimbangan nutrisi
Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
c. Defisit pengetahuan
Perilaku sesuai anjuran meningkat
Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
Perilaku membaik
d. Risiko infeksi
Kebersihan tangan meningkat
Kebrsihan badan meningkat
Kultur darah membaik
Nafsu makan membaik
e. Risiko perdarahan
Hemoglobin membaik
Hematokrit membaik
Tekanan darah membaik
Frekuensi nadi membaik
Suhu tubuh membaik
f. Intoleran aktivitas
Kemudahan melakukan aktiivitas sehari hari meningkat
Keluhan lelah menurun
Perasaan lemah menurun
Frekuensi nadi membaik
Tekanan darah membaik
g. Ansietas
Verbalisasi kebingungan menurun
Verbalisai khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
Perilaku gelisah menurun
Perilaku tegang menurun
DAFTAR PUSTAKA
Cheung WM, Hawkes A, Ibish S, Weeks AD. (2011). The retained placenta: historical and
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta :
Salemba Medika
Doengoes, ME., Mary FM., Alice, CG. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Ed : 3. Jakarta
: Medical Aesculapi.
Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta
Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balance Nutrition in
Reproductive Health). Bandung: ALFABETA
Kamariyah, dkk. (2014). Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa & Praktisi Keperawatan
serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Kumalasari I. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan
Konsepsi. Salemba Medika. Jakarta Selatan
Manuaba I. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (Budi
Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta : EGC
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
Shinkawa, H., Shimada, M., Hirokane, K., Hayase, M., & Inui, T. (2012). Development of a
scale for pregnancy-related discomforts. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Research, 38(1), 316–323. Retrieved from http://doi.org/10.1111/j.1447-
0756.2011.01676.x
Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika