Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ANEMIA PADA KEHAMILAN

Dosen Pembimbing:

Ellya Netty, S.Kp., MKes

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 1

TAHUN 2021
A. Konsep Dasar Anemia Pada Kehamilan
1. Definisi
Menurut Manuaba (2012) kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan
kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu).
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penelitian
terhadap tanda dan gejala kehamilan.
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak
mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin dalam darah
<11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada trimester 2
(Aritonang, 2015). Menurut Irianto (2014) selama kehamilan, wanita hamil
mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb
hanya bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup
tinggi.

2. Etiologi
Menurut Mochtar (2013) pada umumnya, penyebab anemia pada kehamilan
adalah:
a. Kurang zat besi
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari
mengkonsumsi makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi
memiliki kualitas yang baik ketersediaan zat besi yang tinggi. Peningkatan
kebutuhan zat besi meningkat karena kehamilan. Sebagian kebutuhan zat
besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan presentase zat besi yang
diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi yang diserap
sedikit maka diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil tidak
mengalami anemia (Bakta, I.M., & Dkk, 2009).
b. Ibu yang mempunyai penyakit kronik
Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan
dapat mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil
dengan penyakit kronis lebih berisiko mengalami anemia akibat inflamasi
dan infeksi akut (Bothamley & Maureen, 2013).
c. Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya
Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan
merupakan penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah
yang banyak, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh
darah agar darah dalam pembuluh darah tetap tersedia. Banyak kehilangan
darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia (Ananya, 2012).
Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu dan memenuhi
cadangan zat besi ibu hamil (Manuaba & Dkk, 2010).
d. Jarak kehamilan
Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian terbanyak
terjadi pada ibu dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut
jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian
maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan
jarak yang terlalu dekat dapat menyebabkan resiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu
adalah dua tahun. Karena cadangan zat besi ibu hamil belum pulih.
Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya (Manuaba &
Dkk, 2010).
e. Paritas
Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan salah satu
faktor penting dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan
paritas tinggi mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami anemia
dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa
semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
f. Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar
daripada dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemeli yang
dikomplikasikan dengan hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat
mengalami komplikasi yang serius dan besar. Peningkatan volume darah
juga lebih besar pada kehamilan ini. Rata-rata kehilangan darah melalui
persalinan pervaginam juga lebih banyak (Wiknjosastro, 2010).

4. Perubahan Anatomi dan Fisiologis


a. Sistem Reproduksi dan Payudara
Perubahan reproduksi yang dirasakan yaitu perubahan ketika ibu hamil
mengalami anemia dapat menyebabkan retensio plasenta, retensio plasenta
adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta selama 30 menit setelah
bayi lahir. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala
tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
Faktor risiko dari retensio plasenta adalah grandemultipara, kehamilan
ganda, plasenta previa, bekas tindakan memanipulasi uterus, umur, kadar
hemoglobin. Bila sebagian kecil plasenta masih tertinggal dalam uterus
dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau lebih sering
sekunder (Cheung, 2011)
ASI yang diproduksi dipengaruhi asupan makan dan riwayat gizi ibu. Salah
satu zat yang harus dipenuhi dalam masa kehamilan hingga menyusui
adalah zat besi dan asam folat. Jadi kejadian anemia pada ibu menyusui
akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI.
(Arisman,2014, hal 57)
b. Sistem Sirkulasi
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana kadar Hb berada di
bawah normal. Salah satu gangguan yang paling sering terjadi ketika
kehamilan yaitu anemia defisiensi besi. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehinga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kadar hemoglobin ibu
yang anemia menjadi turun sampai di bawah 11 g/dl selama trimester III
(Merryana dkk, 2012).
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
(SDM) yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah
merah, dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan (Pearce, 2011). Kadar hemoglobin merupakan parameter
yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Nilai
normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml untuk pria
dan 12-16 gm/100 ml untuk wanita (Supariasa dkk, 2012).
c. Sistem Respirasi
Perubahan sistem pernafasan kehamilan mempengaruhi perubahan sistem
pernafasan pada volume paru-paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan
fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi
peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin.
Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia.
Relaksasi otot dan kartilagi toraks menjadikan bentuk dada berubah.
Diafragma menjadi lebih naik sampai 4cm dan diameter melintang dada
menjadi 2 cm. Perubahan ini menyebabkan perubahan system pernapasan
yang tadinya pernapasan perut menjadi pernapasan dada oleh karena itu
diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan. Kapasitas
inspirasi meningkat progresif selama kehamilan selain itu tidal volume
meningkat sampai 40%. Peningkatan volume ini menyebabkan peningkatan
ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu
menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh karena
itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas dalam daripada nafas cepat. Pada
akhir kehamilan, ventilasi pernapasan permenit meningkat 40%. Perubahan
ini mengakibatkan resiko hiperventilasi pada ibu. Walaupun hiperventilasi
secara normal menyebabkan alkalosis, hal ini tidak diakibatkan adanya
peningkatan kompensasi ekskresi bikarbonat di ginjal. Namun
hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesteron secara langsung di pusat
pernapasan. Ibu hamil mungkin merasa cemas akan terjadinya dyspnoe dan
merasa pusing saat napas pendek yang biasanya terjadi ketika duduk di
bawah. (Sulistyawati, 2011)
d. Sistem Gastrointestinal
Perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu hamil meliputi berbagai organ
sistem tubuh tidak hanya sistem reproduksi, diantaranya juga fungsi sistem
pencernaan. Perubahan pada sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil
antara lain terdapat perasaan enek (nausea) pada trimester I. Hal ini
dikarenakan kadar hormon esterogen yang meningkat. Tonus otot-otot
traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus
berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang
telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini baik untuk
reabsorbsi, tetapi menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah
satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala
muntah (emesis) pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hipersalivasi sering
terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada
beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin
berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa
mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah Pica
(mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi
ataupun adanya suatu tradisi (Hanifa, 2002 dalam Sunarsih, 2011). Pada
trimester II dan III biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena
adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak
organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah
atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan
yang terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah
uterus termasuk vena hemoroidal. Panas perut (heartburn) juga terjadi
akibat aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian bawah (Sunarsih,
2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Shinkawa et al. (2012), melaporkan bahwa
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh seorang wanita secara signifikan
lebih besar saat hamil jika dibandingkan sebelum hamil. Selain itu, jika
dilihat berdasarkan usia kehamilan, ketidaknyamanan lebih sering terjadi
pada trimester ketiga daripada 2 trimester sebelumnya. Adanya
ketidaknyamanan selama kehamilan ini mengakibatkan aktivitas sehari-hari
ibu hamil menjadi terganggu. Perubahan pada saluran pencernaan wanita
hamil memungkinkan pengangkutan nutrient untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan janin. Namun disamping manfaat tersebut, adanya perubahan
fisiologis dapat menimbulkan keluhan atau ketidaknyamanan pada ibu
hamil baik pada trimester I, trimester II, maupun trimester III. Diantara
dampak perubahan fisiologis yang tampak jelas terjadi selama masa
kehamilan adalah penambahan berat badan pada ibu hamil. Sebagian besar
dari penambahan berat badan selama kehamilan disebabkan oleh
pembesaran uterus dan isinya yang meliputi plasenta, cairan yang
mengelilingi bayi (cairan ketuban), dan berat badan dari bayi, pembesaran
payudara, peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular
dan sebagian kecil dihasilkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan
peningkatan air sel, pengendapan lemak, dan protein baru yang disebut
sebagai cadangan ibu (maternal reserves) (Cunningham et al., 2012).
e. Sistem Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing (berkemih).
Frekuensi berkemih yang meningkat juga akibat peningkatan aliran ginjal
sampai 80% (Lescher, 2014). Keadaan ini hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul,
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih mulai
tertekan kembali. Disamping sering kencing, terdapat pula poliuria. Poliuria
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah diginjal, sehingga
filtrasi di glumerulus juga meningkat sampai 69 %.
f. Sistem Integumen
Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yang dipengaruhi hormone Melanophore
Stimulating Hormone di Lobus Hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. (Kamariyah dkk, 2014:34). Sehubungan dengan tingginya
kadar hormonal, maka terjadi peningkatan pigmentasi selama kehamilan.
Ketika terjadi pada kulit muka dikenal sebagai cloasma. Linea Alba adalah
garis putih tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus,
dapat menjadi gelap yang biasa disebut Line Nigra (Dewi dkk, 2011:99).
Pada primigravida panjang linea nigra mulai terlihat pada bulan ketiga dan
terus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada Muligravida
keseluruhan garis munculnya sebelum bulan ketiga (Kamariyah dkk,
2014:34). Striae Gravidarum yaitu renggangan yang dibentuk akibat
serabut-serabut elastic dari lapisan kulit terdalam terpisah dan putus. Hal ini
mengakibatkan pruritus atau rasa gatal (Kumalasari, 2015:6).
Kulit perut mengalami perenggangan sehingga tampak retak-retak, warna
agak hyperemia dan kebiruan disebut striae lividae (timbul karena hormone
yang berlebihan dan ada pembesaran/perenggangan pada jaringan
menimbulkan perdarahan pada kapiler halus di bawah kulit menjadi biru).
Tanda regangan timbul pada 50% sampai 90% wanita selama pertengahan
kedua kehamilan setelah partus berubah menjadi putih disebut striae
albikans (biasanya terdapat pada payudara, perut, dan paha) (Kamariyah
dkk, 2014:34)
g. Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone, dan elastin dalam
kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat serta ketidakseimbangan
persendian. Pada kehamilan trimester II dan III Hormon progesterone dan
hormon relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini terjadi maskimal pada
satu minggu terakhir kehamilan. Postur tubuh wanita secara bertahap
mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen sehingga
untuk mengompensasi penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke
belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur
dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
Sistem Muskuloskeletal, sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat
bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita
hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara
menyolok. Otot dinding perut meregang dan akhirnya kehilangan sedikit
tonus otot. Selama terimester ketiga otot rektus abdominis dapat memisah,
menyebabkan isi perut menonjol di garis tengah tubuh. Umbilicus menjadi
lebih datar atau menonjol. Relaxing Progesterone Hormone menyebabkan
relaksasi jaringan ikat dan otototot, hal ini terjadi maksimal pada satu
minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan
pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses
persalinan, tulang pubic melunak menyerupai tulang sendi, sambungan
sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang coccigis bergeser kearah
belakang sendi panggul yang tidak stabil, pada ibu hamil hal ini
menyebabkan sakit pinggang. Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa
dan lemah dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan 8 lordosis yang
besar dan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan
menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus. (Dewi dkk,
2011:103)
h. Sistem Persarafan
Sistem saraf, yaitu sakit kepala, pusing, teling mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu serta perasaan dingin
pada ekstremitas (Handayani, 2008)
i. Sistem Endokrin dan Nutrisi Maternal
Perubahan hormonal selama kehamilan berhubungan dengan aktivitas
plasenta. HCG yang dihasilkan oleh plasenta menyebabkan munculnya
gangguan nafsu makan , perubahan pola tidur, dan perubahan toleransi
makanan. Namun seiring dengan kadar hormone HCG berkurang maka
gejala tersebut akan berkurang pula. Pada hormone progesterone ada efek
sedative sehingga dapat berhubungan dengan perubahan pola tidur pada ibu
hamil. Pada masa kehamilan berlangsung maka akan terjadi sekresi
hormone FSH dan LH dari kelenjar secara minimal. Dilanjutkan dalam
persiapan proses laktasimaka kadar prolactin meningkat sejak awal
kehamilan. Kadar prolaktin meninggi sejak awal kehamilan untuk
mempersiapkan laktasi. Selain hormone prolactin yang meningkat, hormone
yang lain yaitu kadar kortisol dari kelenjar adrenal juga meningkat sejak
trimester kedua kehamilan. Kortisol ini memiliki peran dalam proses
metabolisme dansangat diperlukan dalam jumlah yang guna
menyeimbangkan penambahan beban kerja dari tubuh selama kehamilan
berlangsung. Pada masa kehamilan kadar kortikosteroid secara keseluruhan
meningkat selama kehamilan dan diperkirakan berimplementasi dalam
pembentukan striae gravidarum, munculnya glukosa dalam urine, dan
peninngkatan tekanan darah. Kadar T3 dan T4 meningkat dan kadarnya
memuncak sekitar usia kehamilan 10-15 minggu. Peningkatan aktivitas
tiroid meningkatkan laju metabolik basal yang menyebabkan peninggian
konsumsi oksigen dan sumber energi metabolik. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya dispnea yang dialami oleh sebagian besar wanita pada beberapa
waktu selama kehamilan. Mengalami nausea (mual dan muntah) pada masa
awal trimester pertama kehamilan sangat berhubungan dengan peningkatan
T4, HCG dan TSH. Kadar esterogen meningkat yang diperlukan untuk
mempersiapkan payudara untuk menyusui. Kadar dari hormone
progesterone dapat meningkat sejumlah tiga kali lipat pada masa
kehamilan, hormone progesterone ini bekerja pada otot polos pembuluh
darah, pada system perkemihan dan gastrointestinal. Hormon progesterone
juga menghambat adanya kontraksi pada uterus saat persiapan proses
persalinan. Pada trimester pertama kadar hormon relaksin sangat tinggi,
bekerja sinergis dengan progesteron untuk menghambat kontraktilitas
miometrium.
j. Respon Imunologi
Selama masa kehamilan sistem imun ibu hamil selalu berubah-rubah.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa hal ini terjadi untuk menghindari
‘serangan janin’. Namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr. Brice
Gaudilliere dalam Science Immunology menemukan bahwa respons sistem
imun yang agresif sangat penting untuk implantasi. Penelitiannya telah
menemukan bahwa perubahan sistem imun yang tepat dapat memberikan
hasil terbaik bagi ibu dan janin.
Pada 12 minggu awal kehamilan sel-sel kekebalan tubuh membanjiri
lapisan rahim dan menyebabkan peradangan, hal ini terjadi agar embrio
berhasil menempel pada dinding rahim. Pada 15 minggu berikutnya, sistem
kekebalan ibu ditekan untuk memungkinkan sel janin tumbuh dan
berkembang. Beberapa sel janin ini memiliki antigen dari ayah yang akan
beresiko diserang jika sistem imun agresif. Dan saat mendekati kelahiran
sistem imun kembali agresif untuk membantu respons persalinan. Singkat
kata, perubahan sistem imun pada masa kehamilan terjadi agar embrio
berhasil ditanamkan dan janin dapat berkembang
dengan baik.

5. Manifestasi Klinik
Pada umumnya telah disepakati bahwa tanda-tanda anemia akan jelas apabila
kadar hemoglobin (Hb) <7gr/dl. Gejala anemia dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, pucat, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, gangguan penyembuhan luka, dan pembesaran
kelenjar limpa (Irianto, 2014).
Banyak gejala anemia selama kehamilan juga mungkin dialami bahkan jika
tidak anemia meliputi : Merasa lelah atau letih,stress meningkat,kulit pucat
progresif, denyut jantung cepat,sesak nafas,konsentrasi terganggu.
( Proverawati,2011).

6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik
dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta
nutrisi ke janin (Prawirohardjo,2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai
minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi
pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung
eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai
(Prawirohardjo,2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.Volume
plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma
akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali
normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang
terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak
usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah
eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III
(Pratami, 2016)

Pathway :

7. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil Menurut (Pratami, 2016)
kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil sejak awal
kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan
dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman
dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa,
hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah dini.
Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan seperti
gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung
lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali
mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan
perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum
sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.Bahaya yang dapat timbul
adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan perdarahan
postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera setelah
persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko
terjadinya infeksi payudara.

b. Komplikasi Anemia Pada Janin Menurut (Pratami, 2016)


anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan janin yang
dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke dalam
tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya
kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat badan lahir rendah,
resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga
kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.

8. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang didasarkan pada jenis anemia, yaitu:
a. Anemiaaplastik
Pemeriksaan laboratorium:
1) Sel darah merah
2) Laju endapan darah
3) Sumsum tulang
b. Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium
1) Peningkatan jumlah retikulasi
2) Peningkatan kerapuhan sel darah merah
3) Pemendekan masa hidup eritrosit
4) Peningkatan bilirubin
c. Anemia megaloblastik
1) Anemia absorbsi vitamin B12
2) Endoscopi
d. Anemia defisiensi zatbesi
1) Morfologi sel darah merah
2) Jumlah besi dalam serum dan ferritin

9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Pratami (2016) dan Proverawati (2011) penatalaksanaan anemia pada
kehamilan sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Secara Medis : Penanganan anemia pada kehamilan secara
medis yang dapat dilakukan yaitu mengkonsumsi suplemen zat besi setiap
hari berkaitan erat dengan peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah
melahirkan. Selain itu, tindakan tersebut juga mengurangi risiko anemia
yang berkepanjangan. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Pengobatan yang aman dan
efektif akan memastikan ibu hamil memiliki Hb yang normal dan mencegah
pelaksanaan tindakan transfusi darah dikarenakan menimbulkan risiko
transmisi virus dan bakteri.
b. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah: Pendidikan kesehatan pada ibu
hamil yang menderita anemia adalah mengkonsumsi nutrisi yang baik untuk
mencegah terjadinya anemia pada kehamilan, makan makanan yang tinggi
kandungan zat besi (seperti sayuran hijau, daging merah, sereal, telur, dan
kacang tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga
pasokan besi yang diperlukan untuk tubuh. Selain itu pemberian vitamin
adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi
dan asam folat yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
kandungan zat besi

10. Prognosis
Prognosis untuk anemia pada kehamilan baik, jika dapat diidentifikasi lebih
awal dan diobati dengan tepat. Selama diet yang tepat dipertahankan dan
mengkonsumsi suplemen sesuai kebutuhan, anemia dalam kehamilan umumnya
dapat dikelola. Namun, jika anemia tidak diobati untuk jangka waktu yang lebih
lama (dalam kehamilan) dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk, yang
akan menyebabkan ibu dan anak ke berbagai kondisi kesehatan yang buruk.
Semakin lama janin terkena kondisi anemia dalam utero, dan memungkinkan
semakin tingginya efek samping tertentu pada perkembangan janin.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien Anemia menurut Doengoes (2012):
a. Identitas Klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, sukubangsa, diagnosa medis.
b. Keluhan utama biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing,dan
mata berkunang-kunang
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan,
dan riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat
memungkinkan terjadinya anemia.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan biasanya ditemukan kehamilan pada
usia muda, dan kehamilan yang berdekatan.
d. Aktivitas/Istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi
terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: kelemahan otot dan penurunan kekuatan, postur lunglai, dan
tanda-tanda lain yang menunjukkan kelelahan.
e. Sirkulasi
Gejala: riwayat kehilangan darah kronis, menstruasi berat.
Tanda: pada ekstermitas berwarna pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva, mulut).
f. Integritas Ego
Gejala: keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan.
Misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda: depresi.
g. Eliminasi
Gejala: riwayat gagal ginjal, hematemesis, feses dengan darah segar,
melena, diare, konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda: distensi abdomen.
h. Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, mual dan muntah, anoreksia, adanya
penurunan berat badan.
Tanda: lidah tampak merah daging/halus (Anemia Aplastik, defisiensi asam
folat dan vitamin b12), membrane mukosa kering, pucat
i. Hygine
Tanda: kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.
j. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, insomnia, sulit
berkonsentrasi, kelemahan.
Tanda: gelisah, cenderung tidur
k. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: sakit kepala.
l. Pernafasan
Gejala: napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: takipnea, dyspnea.
m. Keamanan
Gejala: riwayat pekerjaan terpajan bahan kimia
Tanda: Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
n. Seksualitas
Gejala: Perubahan aliran menstruasi, hilang libido (pada wanita).
Tanda: Serviks dan dinding vagina pucat
o. Pemeriksaan Laboraturium
Biasanya Hb pada trimester pertama dan ke tiga kurang dari 11 g/dl dan
pada timester dua <10,5 g/dl Hematokrit : <37% (normal 37-41%)
Eritrosit : <2.8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4 juta/mm3) Trombosit : <200.000
(normal 200.000 – 400.000/mel)

2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang mungkin
muncul menurut (NANDA, 2015-2017) Yaitu :
a. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis pada ibu hamil (anemia
dalam kehamilan).
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan.
c. Defisiensi pengetahuan ibu hamil tentang anemia berhubungan dengan
kurang sumber pengetahuan mengenai anemia.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
e. Risiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan.
f. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut (SIKI , 2018) yaitu :
a. Keletihan
Manajemen Energi
Observasi :
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor keleahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif/ aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
b. Ketidakseimbangan nutrisi
Manajemen Nutrisi
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrien
 Monitor asupan makanan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Fasilitasi melakukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menaril
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan , jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang diprogrankan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
c. Defisit pengetahuan
Edukasi Kesehatan
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
 Sediakan materi Dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih sehat
d. Resiko infeksi
Pencegahan Infeksi
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
 Ajarkan cara cuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
 Ajarkan meningkatkan asupan cairan
e. Resiko pendarahan
Pencegahan Perdarahan
Observasi
 Monitor tanda dan gejala perdarahan
 Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan
darah
 Monitor tanda tanda vital ortostatik
Terapeutik
 Pertahankan bedrest selama perdarahan
 Batasi tindakan invasif , jika perlu
 Gunakan kasur pencegah dekubitus
 Hindari pengukiran suhu rektal
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
 Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
Kolaborasi
 Kolaborasi obat pengintrol perdarahn
 Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
f. Intoleransi aktivitas
Manajemen Energi
Observasi :
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor keleahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif/ aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
g. Ansietas
Terapi Relaksasi
Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkosentrasi,/
gejala lain
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
 Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkunga yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan yang nyaman
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dan irama lambat dab berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik/
tindakan medis lain
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
 Jelaskan secara rinci relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan menurut ( SLKI, 2018) yaitu :
a. Keletihan
 Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
 Lesu menurun
 Gangguan kosentrasi menurun
 Sakit kepala menurun
 Nafsu makan membaik
 Pola istirahat membaik
b. Ketidakseimbangan nutrisi
 Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
 Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
 Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
c. Defisit pengetahuan
 Perilaku sesuai anjuran meningkat
 Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
 Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
 Perilaku membaik
d. Risiko infeksi
 Kebersihan tangan meningkat
 Kebrsihan badan meningkat
 Kultur darah membaik
 Nafsu makan membaik
e. Risiko perdarahan
 Hemoglobin membaik
 Hematokrit membaik
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi nadi membaik
 Suhu tubuh membaik
f. Intoleran aktivitas
 Kemudahan melakukan aktiivitas sehari hari meningkat
 Keluhan lelah menurun
 Perasaan lemah menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Tekanan darah membaik
g. Ansietas
 Verbalisasi kebingungan menurun
 Verbalisai khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
 Perilaku gelisah menurun
 Perilaku tegang menurun
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang. (2010). Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor: IPB Press.

Arisman, (2014). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Cheung WM, Hawkes A, Ibish S, Weeks AD. (2011). The retained placenta: historical and

geographical rate variations. J Obstet Gynaecol. 2011;31:37–42

Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta :
Salemba Medika

Doengoes, ME., Mary FM., Alice, CG. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Ed : 3. Jakarta
: Medical Aesculapi.

Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta

Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balance Nutrition in
Reproductive Health). Bandung: ALFABETA

Kamariyah, dkk. (2014). Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa & Praktisi Keperawatan
serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Kumalasari I. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan
Konsepsi. Salemba Medika. Jakarta Selatan

Manuaba I. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (Budi
Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta : EGC

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.

Pratami, E. (2016). Evidence-Based dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S.(2010).Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Shinkawa, H., Shimada, M., Hirokane, K., Hayase, M., & Inui, T. (2012). Development of a
scale for pregnancy-related discomforts. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Research, 38(1), 316–323. Retrieved from http://doi.org/10.1111/j.1447-
0756.2011.01676.x

Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyawati, (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Supariasa, I.D.N. (2012). Penilaian Status Gizi. EGC:Jakarta.

World Health Organization. (2011). Haemoglobin Concentrations For The Diagnosis Of


Anemia And Assessment Of Severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information
System.

Anda mungkin juga menyukai