Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PENYULUHAN

KENCAN BUMIL (KENALI DAN CEGAH ANEMIA PADA IBU HAMIL)

Disusun oleh :

Dina Novita Sari (522021)


Elnandia Miftahul Huda (522027)
Khafidzoh (522042)
Lintang Titisari Sunoto (522044)
Lolyta Gardis Febriliana (522045)
Oktavia Ayu N. S (522068)
Rein I. A. M. Silubun (522072)
Shifa Ayu Wardani (522089)
Silvia Ning Tyas (522090)
Sinta Setiawati (522092)
Tri Wijiarti (522098)
Zakiah Halwani. W (522108)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan Resiko Tinggi adalah kehamilan yang kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya selama kehamilan, melahirkan ataupun nifas.

Macam-macam kehamilan resiko tinggi meliputi:


1. Hipertensi
2. Diabetes
3. KEK (kekurangan energi kronik)
4. Anemia
5. Kurang dari 25 tahun atau lebih dari 35 tahun
6. Obesitas
7. Penyakit penyerta seperti jantung atau autoimun

Salah satu kehamilan yang berisiko bagi Ibu Hamil adalah anemia pada kehamilan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama
kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
b) Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
c) Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
d) Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
e) Mengetahui klasifikasi anemia dalam kehamilan
f) Mengetahui perencanaan anemia dalam kehamilan
g) Mengetahui komplikasi anemia dalam kehamilan
h) Mengetahui deteksi dini anemia dalam kehamilan
i) Mengetahui dampak anemia dalam kehamilan
j) Mengetahui pencegahan anemia dalam kehamilan
C. Manfaat
a) Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapagt mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan

b) Bagi Petugas Kesehatan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas Kesehatan khususnya
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. Definisi
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi kadar hemoglobin kurang
dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester II . (Pratami 2016)
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester
pertama dan pada masa kehamilan volume darah akan bersikulasi secara bertahap dan
progresif dari umur kehamilan 6 minggu akan terus meningkat pada umur kehamilan 14-27
minggu dan puncaknya pada umur kehamila 32-34 minggu. Peningkatan volume darah ini
terjadi untuk menyuplai darah keuterus, payudara, ginjal, kulit dan sejumlah kecil organ
lainnya, serta memfasilitas pertukaran gas dan gizi pada ibu dan janin. (Wylie dan Bryce,
2010). Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu yang dapat menyebabkan ekspansi volume
plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan memicu peningkatan produksi
eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke enam kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, dan terus meningkat sampai minggu ke 37.
Peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(hemodilusa). (Prawirohardjo, 2010).

B. Etiologi
Penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
(a) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe, thalasemia,
dan anemia infeksi kronik.
(b) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menumbulkan
anemia pernisiosa dan anemia asam folat.
(c) Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastic dan
leukemia.
(d) Infiltrasi sumsum tulang misalnya, karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
(a) Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak .
(b) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorrhagia.

3. Meningkatkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena :


(a) Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit)
(b) Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit, misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud
adalah protein, asam folat, vitamin B12, mineral Fe (Nursalam, 2015).

C. Klasifikasi

Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil menurut WHO (2011),
yaitu:
a. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar hemoglobin ibu 10,9
g/dl sampai 10g/dl.
b. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila kadar hemoglobin ibu
9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
c. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar hemoglobin ibu berada
dibawah 7,0g/dl.

D. Perubahan Fisiologi
Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang akan dialami ibu hamil, salah satunya
perubahan sirkulasi darah. Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh :
1. meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
2. terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi darah retro-plasenter,
3. pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat (Bakta, 2006). Akibat
dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :
(a) Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi), dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu. Serum darah
(volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah
sekitar 20%.
(b) Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang
disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan pencapaian sebesar
10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi
dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal .
(c) Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi
protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk penurunan zat gizi
mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi sesuai dengan
pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh. Adanya
kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat
besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena
peningkatan produksi eritropoetin sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua
pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan
menelan air ketuban sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen. Akibatnya,
kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi
eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia terutama anemia defisiensi
besi .
E. Pathway

F. Patofisiologi

Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: kurang zat besi,
kehilangan darah yang berlebihan, proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016).
Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo,
2010). Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit
dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk
viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu
penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010). Ekspansi volume plasma
mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan,
tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan
hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo,
2010). Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma
meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma
darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup
bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma
yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6
minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat
pada trimester II dan memuncak pada trimester III (Pratami, 2016).

G. Manifestasi Klinis
Menurut (Proverawati 2011) tanda dan gejala anemia seperti:
1. Kelelahan
2. Penurunan energi
3. Sesak nafas
4. Tampak pucat dan kulit dingin
5. Tekanan darah rendah
6. Frekuensi pernapasan cepat
7. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
8. Sakit kepala
9. Tidak bisa berkonsentrasi
10. Rambut rontok
11. Malaise
Gejala lain yang dapat ditimbulkan pada anemia kehamilan misalnya mudah pingsan, tetapi
tekanan darah masih dalam batas normal, terjadinya malnutrisi, sesak nafas atau gejala
curah jantung tinggi dan nafsu makan turun (Bruno, 2019).

H. Komplikasi
1. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil Menurut (Pratami, 2016).
Kondisi anemia sangat menggangu kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga
masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,
persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan
resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl,
mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah
dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan
his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala kedua
yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan
operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia
uterus, atau perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.
Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang
mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera
setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko
terjadinya infeksi payudara.
2. Komplikasi Anemia Pada Janin Menurut (Pratami, 2016). Anemia yang terjadi pada
ibu hamil juga membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2
dan plasenta menurun kedalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah
resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat badan lahir
rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga
kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.

I. Deteksi Dini Anemia Pada Ibu Hamil


Deteksi dini anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang seperti tes hemoglobin. Pemeriksaan penunjang yang umum
dilakukan untuk mendeteksi kejadian anemia adalah pemeriksaan hemoglobin. Kadar
hemoglobin (Hb) < 11 g/dl pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar Hb <
10,5 g/dl dikatakan sebagai anemia dalam kehamilan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
J. Dampak Anemia Pada Ibu Hamil
Dampak anemia pada kehamilan
1. Trimester I Dampak anemia kehamilan yang dapat terjadi pada kehamilan trimester I
yaitu terjadinya abortus, terjadinya missed abortus, dan terjadinya kelainan 11
kongenital.
2. Trimester II Dampak anemia kehamilan yang dapat terjadi pada kehamilan trimester II
yaitu persalinan prematuritas, terjadinya perdarahan antepartum, terjadi gangguan
pada pertumbuhan janin dalam rahim, terjadinya asfiksia intrauterine sampai
terjadinya kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah, serta terjadinya
dekompensasio kodis sampai terjadinya kematian ibu.
3. Trimester III Anemia yang terjadi pada trimester III dapat memberikan dampak
terhadap kejadian BBLR (Bruno, 2019).

K. Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil


Pencegahan anemia pada ibu hamil menurut Manuaba (2010) antara lain :
1. Mengonsumsi makanan lebih banyak dan beragam, contoh : sayuran warna hijau,
kacang-kacangan, protein hewani (terutama hati).
2. Mengonsumsi makanan yang mengandung banyak vitamin C seperti jeruk, tomat,
mangga, dan lain-lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
3. Mengonsumsi suplemen zat besi untuk membantu jika dengan makanan belum dapat
mencukupi kebutuhan zat besi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi, mengenal
masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Deden Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan pada ibu preeklamsia menurut
Mitayani (2012), yaitu sebagai berikut.
a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur, Pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal
masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji identitas penanggung
jawab atas pasien.
b. Data riwayat kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling dirasakan
pada pasien saat dilakukan pengkajian.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit
tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadunya anemia.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetic
f. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian pada
pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya dorongan
meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola
komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi,
kebutuhan belajar.
B. Pemeriksaan fisik biologis
1. Keadaan umum: lemah.
2. Kepala: sakit kepala, wajah edema.
3. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
4. Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah.
5. Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.
6. System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.
7. Genitourinaria: oliguria, proteinuria.
8. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.

C. Pemeriksaan penunjang
1) Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.
b. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr%).
c. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
d. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
e. Pemeriksaan fungsi hati.
1) Bilirubin meningkat
2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.
3) Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.
4) Total protein serum menurun.
f. Tes kimia darah: asam urat meningkat.
g. Radiologi
h. Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, serta volume cairan ketuban sedikit.
i. Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.

2) Data social ekonomi, preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita sertagolongan
ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
protein serta kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
3) Data psikologis, ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil serta mudah marah,
ibu merasa khawatir dengan keadaan dirinya serta keadaan janin dalam kandungannya,
karena ibu akan merasa takut dengan anaknya akan lahir cacat atau meninggal dan takut
untuk melahirkan.

D. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan yaitu suatu penilaian
klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Kesiapan peningkatan manajemen Kesehatan (D.0112)
b. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
c. Intoleransi aktivitas (D.0056)
d. Defisit nutrisi (D.0019)
e. Risiko syok (D.0039)
f. Risiko infeksi (D. 0142)

E. Intervensi
1) Kesiapan peningkatan manajemen Kesehatan (D.0112)
Luaran : Manajemen Kesehatan (L.12104)
Kriteria Hasil :

1. Melakukan Tindakan untuk mengurangi faktor risiko meningkat


2. Menerapkan program perawatan meningkat
3. Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan Kesehatan meningkat
4. Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan
menurun
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)

Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
 Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

2) Pefusi perifer tidak efektif (D.0009)


Luaran : Perfusi perifer (L.02011)
Kriteria hasil :
1. Warna kulit pucat menurun
2. Pengisian kapiler membaik
3. Akral membaik
4. Turgor kulit membaik
Intervensi : Manajemen Sensasi Perifer (I.06195)

Observasi

 Identifikasi penyebab perubahan sensasi


 Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu, dan pakaian
 Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
 Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
 Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
 Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
 Monitor perubahan kulit
 Monitor adanya tromboplebitis dan tromboemboli vena

Terapeutik

 Hindai pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau


dingin)

Edukasi

 Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air


 Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
 Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu

3) Intoleransi aktivitas (D.0056)


Luaran : Toleransi aktivitas (L.05047)
Kriteria hasil :

1. Keluhan Lelah menurun


2. Dispnea saat aktivitas menurun
3. Dispnea setelah aktivitas menurun
4. Frekuensi nadi membaik

Intervensi : Manajemen energi (I.05178)

Observasi

 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

4) Defisit nutrisi (D.0019)


Luaran : Status nutrisi (L.03030)
Kriteria hasil :

1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat


2. Berat badan membaik
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
Intervensi : Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi

 Identifikasi status nutrisi


 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi

 Ajarkan posisi duduk, jika mampu


 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

5) Risiko syok (D.0039)


Luaran : Tingkat syok (L.03032)
Kriteria hasil :

1. Kekuatan nadi meningkat


2. Output urin meningkat
3. Tingkat kesadaran meningkat
4. Akrat dingin menurun
5. Pucat menurun
6. Tekanan arteri rata-rata membaik (LIHAT: Kalkulator MAP)
7. Tekanan darah sistolik membaik
8. Tekanan darah diastolik membaik
9. Tekanan dari membaik
10. Pengisian kapiler membaik
11. Frekuensi nadi membaik
12. Frekuensi napas membaik

Intervensi : Pencegahan syok (I.02068)

Observasi

 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi


napas, TD, MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa Riwayat alergi
Terapeutik

 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%


 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
 Pasang jalur IV, jika perlu
 Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu
 Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi

Edukasi

 Jelaskan penyebab/faktor risiko syok


 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu


 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

6) Risiko infeksi (D. 0142)


Luaran : Tingkat infeksi (L.14137)
Kriteria hasil :

1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik

Intervensi : Pencegahan infeksi (I.14539)

Observasi

 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


Terapeutik

 Batasi jumlah pengunjung


 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk
menghadapi kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga
dapat menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin,
sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan
adanya Anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehinga pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu.

Dapat disimpulakan, faktor yang dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil adalah
umur, jarak, pendidikan, paritas, LILA, dan asupan zat besi.

B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Makalah masih banyak kekurangan sehingga menjadi acuan untuk penulis
menyempurnakan kedepannya hasil karya tulis sehingga menjadi lebih
sempurna lagi.

2. Bagi Pembaca
a. Makalah ini masih banyak kurang dan salahnya maka kritik dan saran sangat
membangun bagi penulis.
b. Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan pengetahuan anemia
pada ibu hamil .
Daftar Pustaka
Bruno, L. (2019). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil. Journal of.
Chemical Information and Modeling

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka. Kerja


(1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing

Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan


dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC

Mitayani.(2012).Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik. Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

 Pratami, E. (2016). Evidence Based Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC

 Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan.


Maternal dan Neonatal. Jakarta :YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohardjo

Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta. Nuha. Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Dewan pengurus pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakart
a: Dewan pengurus pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan pengurus pusat PPNI.

 Wylie, Linda Bryce, H. (2010). Manajemen Kebidanan Gangguan Medis. Kehamilan


dan Persalinan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai