Disusun oleh :
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan Resiko Tinggi adalah kehamilan yang kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya selama kehamilan, melahirkan ataupun nifas.
Salah satu kehamilan yang berisiko bagi Ibu Hamil adalah anemia pada kehamilan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama
kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
b) Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
c) Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
d) Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
e) Mengetahui klasifikasi anemia dalam kehamilan
f) Mengetahui perencanaan anemia dalam kehamilan
g) Mengetahui komplikasi anemia dalam kehamilan
h) Mengetahui deteksi dini anemia dalam kehamilan
i) Mengetahui dampak anemia dalam kehamilan
j) Mengetahui pencegahan anemia dalam kehamilan
C. Manfaat
a) Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapagt mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan
A. Definisi
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi kadar hemoglobin kurang
dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester II . (Pratami 2016)
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester
pertama dan pada masa kehamilan volume darah akan bersikulasi secara bertahap dan
progresif dari umur kehamilan 6 minggu akan terus meningkat pada umur kehamilan 14-27
minggu dan puncaknya pada umur kehamila 32-34 minggu. Peningkatan volume darah ini
terjadi untuk menyuplai darah keuterus, payudara, ginjal, kulit dan sejumlah kecil organ
lainnya, serta memfasilitas pertukaran gas dan gizi pada ibu dan janin. (Wylie dan Bryce,
2010). Anemia dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu yang dapat menyebabkan ekspansi volume
plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan memicu peningkatan produksi
eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke enam kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, dan terus meningkat sampai minggu ke 37.
Peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(hemodilusa). (Prawirohardjo, 2010).
B. Etiologi
Penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
(a) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe, thalasemia,
dan anemia infeksi kronik.
(b) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menumbulkan
anemia pernisiosa dan anemia asam folat.
(c) Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastic dan
leukemia.
(d) Infiltrasi sumsum tulang misalnya, karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
(a) Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak .
(b) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorrhagia.
C. Klasifikasi
Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil menurut WHO (2011),
yaitu:
a. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar hemoglobin ibu 10,9
g/dl sampai 10g/dl.
b. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila kadar hemoglobin ibu
9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
c. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar hemoglobin ibu berada
dibawah 7,0g/dl.
D. Perubahan Fisiologi
Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang akan dialami ibu hamil, salah satunya
perubahan sirkulasi darah. Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh :
1. meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
2. terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi darah retro-plasenter,
3. pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat (Bakta, 2006). Akibat
dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :
(a) Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi), dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu. Serum darah
(volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah
sekitar 20%.
(b) Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang
disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan pencapaian sebesar
10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi
dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal .
(c) Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi
protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk penurunan zat gizi
mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi sesuai dengan
pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh. Adanya
kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat
besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena
peningkatan produksi eritropoetin sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua
pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan
menelan air ketuban sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen. Akibatnya,
kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi
eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia terutama anemia defisiensi
besi .
E. Pathway
F. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: kurang zat besi,
kehilangan darah yang berlebihan, proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016).
Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo,
2010). Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit
dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk
viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu
penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010). Ekspansi volume plasma
mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan,
tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan
hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus
menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo,
2010). Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma
meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma
darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup
bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma
yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6
minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat
pada trimester II dan memuncak pada trimester III (Pratami, 2016).
G. Manifestasi Klinis
Menurut (Proverawati 2011) tanda dan gejala anemia seperti:
1. Kelelahan
2. Penurunan energi
3. Sesak nafas
4. Tampak pucat dan kulit dingin
5. Tekanan darah rendah
6. Frekuensi pernapasan cepat
7. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
8. Sakit kepala
9. Tidak bisa berkonsentrasi
10. Rambut rontok
11. Malaise
Gejala lain yang dapat ditimbulkan pada anemia kehamilan misalnya mudah pingsan, tetapi
tekanan darah masih dalam batas normal, terjadinya malnutrisi, sesak nafas atau gejala
curah jantung tinggi dan nafsu makan turun (Bruno, 2019).
H. Komplikasi
1. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil Menurut (Pratami, 2016).
Kondisi anemia sangat menggangu kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga
masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,
persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan
resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl,
mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah
dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan
his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala kedua
yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan
operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia
uterus, atau perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.
Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang
mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera
setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan resiko
terjadinya infeksi payudara.
2. Komplikasi Anemia Pada Janin Menurut (Pratami, 2016). Anemia yang terjadi pada
ibu hamil juga membahayakan janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2
dan plasenta menurun kedalam tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah
resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko terjadinya abortus, berat badan lahir
rendah, resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga
kematian perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.
C. Pemeriksaan penunjang
1) Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.
b. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr%).
c. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
d. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
e. Pemeriksaan fungsi hati.
1) Bilirubin meningkat
2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.
3) Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.
4) Total protein serum menurun.
f. Tes kimia darah: asam urat meningkat.
g. Radiologi
h. Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, serta volume cairan ketuban sedikit.
i. Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.
2) Data social ekonomi, preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita sertagolongan
ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
protein serta kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
3) Data psikologis, ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil serta mudah marah,
ibu merasa khawatir dengan keadaan dirinya serta keadaan janin dalam kandungannya,
karena ibu akan merasa takut dengan anaknya akan lahir cacat atau meninggal dan takut
untuk melahirkan.
D. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan yaitu suatu penilaian
klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Kesiapan peningkatan manajemen Kesehatan (D.0112)
b. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
c. Intoleransi aktivitas (D.0056)
d. Defisit nutrisi (D.0019)
e. Risiko syok (D.0039)
f. Risiko infeksi (D. 0142)
E. Intervensi
1) Kesiapan peningkatan manajemen Kesehatan (D.0112)
Luaran : Manajemen Kesehatan (L.12104)
Kriteria Hasil :
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
Observasi
Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Observasi
Edukasi
Kolaborasi
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik
Observasi
Edukasi
Kolaborasi
A. Kesimpulan
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk
menghadapi kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga
dapat menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin,
sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan
adanya Anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehinga pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu.
Dapat disimpulakan, faktor yang dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil adalah
umur, jarak, pendidikan, paritas, LILA, dan asupan zat besi.
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Makalah masih banyak kekurangan sehingga menjadi acuan untuk penulis
menyempurnakan kedepannya hasil karya tulis sehingga menjadi lebih
sempurna lagi.
2. Bagi Pembaca
a. Makalah ini masih banyak kurang dan salahnya maka kritik dan saran sangat
membangun bagi penulis.
b. Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan pengetahuan anemia
pada ibu hamil .
Daftar Pustaka
Bruno, L. (2019). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil. Journal of.
Chemical Information and Modeling
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Dewan pengurus pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakart
a: Dewan pengurus pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan pengurus pusat PPNI.