Anda di halaman 1dari 131

HUBUNGAN KECEMASAN PANDEMI COVID-19

TERHADAP PENGELUARAN ASI IBU POST


PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

RISET KEPERAWATAN

Oleh
Zakiah Halwani Wahdaniyah
118128

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2022
HUBUNGAN KECEMASAN PANDEMI COVID-19
TERHADAP PENGELUARAN ASI IBU POST
PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

RISET KEPERAWATAN
Riset Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Oleh
Zakiah Halwani Wahdaniyah
118128

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2022

i
P

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Riset Keperawatan dengan judul ”Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19

Terhadap Pengeluaran ASI Ibu Post partum di Wilayah Kerja Puskesmas

Jatinegara Kabupaten Tegal” adalah hasil karya sendiri dan semua

sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Zakiah Halwani Wahdaniyah

NIM : 118128

Tanda tangan :

Tanggal : Juni 2022

iii
PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
RISET KEPERAWATAN UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertandatangan


di bawah ini:
Nama : Zakiah Halwani Wahdaniyah
NIM : 118128
Program Studi : S-1 Keperawatan
Jenis Karya : Riset Keperawatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKES Telogorejo Semarang Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ( Non-
eclusive Royalty-free Righ ) atas Riset Keperawatan saya yang berjudul:
Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran ASI Ibu Post
partum di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal, beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Ekslusif ini, Stikes Telogorejo Semarang berhak menyimpan, mengalih
media/ formatkan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, Juni 2022


Yang menyatakan

Zakiah Halwani Wahdaniyah

iv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES TELOGOREJO SEMARANG

Penelitian, Juni 2022

Zakiah Halwani Wahdaniyah

Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran ASI Ibu Post


partum di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal

xiv + 81 + 9 tabel + 2 skema + 15 lampiran

ABSTRAK

Pandemi COVID-19 menyebabkan ibu post partum mengalami kecemasan dari


ringan hingga sedang. Sehingga dikhawatirkan mempengaruhi pengeluaran ASI ibu
post partum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan
pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja
Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini
sebanyak 30 reponden dengan teknik pengambilan sampel total sampling dengan
membagikan kuesioner kecemasan pandemi Covid-19 kepada ibu post partum.
Berdasarkan analisa univariat didapatkan hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 80%, pendidikan tamat SMA 63,3%,
bekerja sebagai IRT 46,6%, ibu post partum yang mengalami cemas 76,7%, tidak
cemas 23,3%, ibu post partum yang mengeluarkan ASI 30% dan yang tidak
mengeluarkan ASI 70%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu post partum
di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal yang ditunjukkan dengan
nilai p value 0,006 (<0,05) dan nilai odds ratio 0,084 yang berarti ibu post partum
yang mengalami cemas Covid-19 memiliki resiko 0,084 kali lipat mengalami tidak
keluarnya ASI. Oleh karena itu, disarankan bagi tenaga kesehatan lebih
meningkatkan upaya penyuluhan, bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi
pembelajaran serta bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeluaran ASI pada ibu post partum.

Kata Kunci : Covid-19, Kecemasan, Pengeluaran ASI.

Daftar Pustaka : 36 (2012 – 2022)

v
STUDY PROGRAM BACHELOR IN NURSING
TELOGOREJO SCHOOL OF HEALTH SCIENCE SEMARANG

Research, June 2022

Zakiah Halwani Wahdaniyah

The Relationship between Covid-19 Pandemic Anxiety and Postpartum Mother's


Breastfeeding in the Work Area of the Jatinegara Health Center, Tegal Regency

xIv + 81 + 9 tables + 2 schemes + 15 attachments

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic causes postpartum mothers to experience anxiety from
mild to moderate. So, it is feared that it will affect postpartum mother's milk
production. This study aims to determine the relationship between Covid-19
pandemic anxiety and postpartum mother's milk production in the Jatinegara Health
Center, Tegal Regency. This research is quantitative research with a cross sectional
approach. The number of samples in this study were 30 respondents with a total
sampling technique by distributing COVID-19 pandemic anxiety questionnaires to
post partum mothers. Based on univariate analysis, the results showed that most of
the respondents aged 20-35 years were 80%, graduated from high school 63.3%,
worked as IRT 46.6%, post partum mothers experienced anxiety 76.7%, no worries
23, 3%, post partum mothers who excrete 30% breast milk and 70% who do not
excrete breast milk. From the results of the study, it can be concluded that there is a
relationship between the anxiety of the Covid-19 pandemic on the expenditure of
breast milk for postpartum mothers in the Jatinegara Health Center, Tegal Regency,
which is indicated by a p value of 0.006 (<0.05) and an odds ratio value of 0.084
which means that post partum mothers who Those who are anxious about Covid-19
have a 0.084-fold risk of not having breast milk. Therefore, it is recommended for
health workers to further improve their outreach efforts, for the community it is
expected to be a lesson and for further researchers to examine the factors that
influence breast milk expenditure in post partum mothers.

Keywords: COVID-19, Anxiety, postpartum mothers’ milk production

Bibliography: 36 (2012 – 2022)

vi
PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Riset Keperawatan yang

berjudul “Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran ASI

Ibu Post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal”

dengan lancar. Riset Keperawatan ini disusun untuk memperoleh gelar S-1

Keperawatan. Penulis menyadari bahwa penyusunan Riset Keperawatan ini

dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih

kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga proses penulisan Riset Keperawatan ini dapat berjalan dengan baik.

2. dr. Swanny Trikajanti W. M. Kes., Ph.D selaku Ketua STIKES Telogorejo

Semarang.

3. Ns. Ismonah, M.Kep., Sp.M.B. selaku Wakil Ketua I STIKES Telogorejo

Semarang.

4. Ns. Sri Puguh Kristyawati, M.Kep. Sp. MB selaku ketua prodi S-1

Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

5. Ns. Anis Ardiyanti, M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan pada penyusunan Riset Keperawatan ini

6. Ns. Siti Lestari, M.Kep., Sp. Kep. An selaku Dosen Pembimbing II yang

membantu memberikan masukan tentang penulisan Riset Keperawatan

kepada penulis.

7. Ns. Rinda Intan Sari, M.Kep selaku Ketua Penguji Program Studi S-1

vii
Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

8. Seluruh dosen keperawatan dan staf STIKES Telogorejo Semarang yang

telah memberikan ilmu dan dukungannya.

9. Orang tua tercinta ( Wahab Van Gobel dan Nurkhairiyah ) serta adik tercinta

(Fadhil Abrari Van Gobel) serta keluarga yang selalu memberikan doa,

dukungan moral dan material yang tiada hentinya sebagai sumber kekuatan

terbesar bagi penulis dalam proses penyusunan Riset Keperawatan ini.

10. Teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

angkatan 2021.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaikan Riset

Keperawatan ini.

12. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I

wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no

days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at all times.

Penulis menyadari bahwa Riset Keperawatan ini masih jauh dari sempurna dan

perlu dikembangkan lebih lanjut dimasa mendatang. Oleh karena itu kritik dan

saran pembaca guna memperbaiki Riset Keperawatan ini akan sangat bermanfaat

untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap Riset

Keperawatan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Semarang, Juni 2022

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. iii

HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

PRAKATA ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR SKEMA...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

E. Keaslian Penelitian .................................................................... 8

F. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Peneliti ............................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka ............................................................................ 12

1. Post partum .......................................................................... 12

a. Pengertian Post partum ................................................... 12

b. Perubahan Fisiologis Masa Post partum .......................... 12

2. ASI (Air Susu Ibu) ................................................................ 15

ix
a. Pengertian ASI ................................................................ 15

b. Produksi ASI ................................................................... 16

c. Kandungan ASI ............................................................... 19

d. Manfaat Pemberian ASI .................................................. 23

e. Pengeluaran ASI.............................................................. 27

f. Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran ASI ................. 32

g. Masalah Menyusui .......................................................... 35

3. Kecemasan ............................................................................. 36

a. Pengertian Kecemasan..................................................... 36

b. Tahapan Kecemasan ........................................................ 37

c. Etiologi Kecemasan ......................................................... 38

d. Gambaran Kecemasan ..................................................... 43

4. Covid-19 ............................................................................... 44

a. Pengertian Covid-19 ........................................................ 44

b. Etiologi Covid-19 ............................................................ 46

c. Bahaya Covid-19 Terhadap Ibu Post partum ................... 46

d. Karakteristik Epidemiologi .............................................. 47

e. Mekanisme Penularan Covid-19 ...................................... 48

f. Karakteristik Klinis ......................................................... 48

g. Pencegahan Penularan Covid-19 ...................................... 50

B. Kerangka Teori Penelitian........................................................... 54

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian .................................. 55

B. Hipotesis..................................................................................... 56

C. Rancangan Penelitian .................................................................. 56

x
D. Definisi Operasional ................................................................... 57

E. Populasi dan Sampel ................................................................... 58

F. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 59

G. Etika Penelitian........................................................................... 59

H. Alat Pengumpulan Data .............................................................. 61

I. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 63

J. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN ................................................................ 68

B. PEMBAHASAN ......................................................................... 72

C. KETERBATASAN PENELITI ................................................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN ............................................................................... 80

B. SARAN ...................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................... 8

Tabel 1.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Peneliti .............................. 11

Tabel 1.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 57

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia....................... 68

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ............ 69

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan .............. 69

Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan ............ 70

Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengeluaran ASI .. 70

Tabel 1.9 Tabel Uji Chi-Square dan Odds Ratio .......................................... 71

xii
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian ....................................................... 54

Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 55

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : POA (Plan Of Action)

Lampiran 2 : Surat Permohonan Pengambilan Data Awal

Lampiran 3 : Surat Balasan Permohonan Pengambilan Data Awal

Lampiran 4 : Surat Permohonan Ethical Clearance

Lampiran 5 ; Surat Keterangan Lolos Uji Etik

Lampiran 6 : Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 10 : Identitas Responden

Lampiran 11 : Kuesioner Kecemasan Pandemi Covid-19

Lampiran 12 : Lembar Observasi

Lampiran 13 : Lembar Konsultasi

Lampiran 14 : Daftar Hadir Konsultasi

Lampiran 15 : Surat Keterangan Alih Bahasa

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2017 ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah

sumber nutrisi terbaik yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Pemberian ASI pada bayi penting terutama dalam periode awal kehidupan, oleh

karena itu bayi cukup diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama tanpa

menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Proses

menyusui segera setelah melahirkan membantu kontraksi uterus sehingga

mengurangi kehilangan darah ibu pada masa nifas.

World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children’s

Emergency Fund (UNICEF) tahun 2016, merekomendasikan sebaiknya anak

hanya diberi ASI selama paling sedikit 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan

sampai anak berusia 2 tahun. Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif

di seluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Angka ini

meningkat pada tahun 2015 yaitu sekitar 40% dan mengalami penurunan

menjadi 38% pada tahun 2016 dan 2017. Pada tahun 2020 WHO kembali

memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif secara global,

walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak meningkat cukup

signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang

1
2

mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50% target

pemberian ASI eksklusif menurut WHO.

Jumlah bayi di Indonesia yang mendapat ASI ekslusif tahun 2018 sekitar 44,36

persen, 66,69 persen pada tahun 2019, 69,62 persen pada tahun 2020 dan 71,58

persen pada tahun 2021 (Badan Pusat Statistik, 2021).

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan persentase bayi usia kurang dari 6

bulan yang mendapatkan ASI Ekslusif di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018

adalah 50,56 %, tahun 2019 72,00% dan tahun 2020 76,30%. Angka tersebut

belum mencapai target nasional menurut profil Kesehatan Indonesia yang

mengacu pada target tahun 2019 pemberian ASI ekslusif yaitu 80%. Dari data di

atas, menunjukan masih rendahnya tingkat pemberian ASI oleh ibu pada

bayinya. Hal ini disebabkan banyak faktor-faktor yang berhubungan dalam

praktek pemberian ASI kepada anaknya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 prevalensi bayi baru lahir di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 yaitu 537.513 bayi. Kabupaten Tegal

menempati urutan ketiga kelahiran terbanyak di Provinsi Jawa Tengah dengan

jumlah kelahiran sebanyak 26.916 bayi setelah Kabupaten Cilacap dengan

jumlah kelahiran 28.303 bayi dan Kabupaten Brebes dengan jumlah kelahiran

31.243 bayi. Berdasarkan grafik distribusi data badan pusat statistik (BPS)

Kabupaten Tegal khususnya di Puskesmas Jatinegara Kab. Tegal tahun 2018,

sebanyak 97,7% dari 617 bayi yang mendapat ASI Ekslusif, sedangkan pada

tahun 2020 terjadi penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI ekslusif, dari

1054 terdapat 80 bayi <6 bulan dan yang mendapat ASI Ekslusif hanya

2
3

berjumlah 22 bayi atau sekitar 27,5% . Alasan mengapa peneliti memilih

Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal sebagai tempat penelitian karena di

Puskesmas tersebut telah terjadi penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI

ekslusif beberapa tahun belakangan ini dan di Puskesmas Jatinegara Kabupaten

Tegal belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan kecemasan

pandemi covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu post partum serta di puskesmas

tersebut terdapat PONED sebagai rujukan ibu hamil/bersalin di wilayah

setempat.

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal, pada

tahun 2020 total ibu melahirkan berjumlah 649 ibu dengan ibu primipara

berjumlah 167 ibu, pada tahun 2021 total ibu melahirkan berjumlah 638 ibu

dengan ibu primipara berjumlah 166 ibu dan pada tahun 2022 sampai bulan

februari ibu melahirkan berjumlah 63 ibu dengan ibu primipara berjumlah 18

ibu.

Menurut Purwanti tahun 2012 faktor ibu yang menjadi masalah dalam

pemberian ASI adalah pengeluaran ASI. Masalah pengeluaran ASI pada hari

pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh berkurangnya rangsangan

hormon oksitosin. Faktor psikologi merupakan hal yang perlu diperhatikan

seperti kecemasan. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan

fisiologis yang mengakibatkan perubahan psikisnya. Kondisi ini dapat

mempengaruhi proses laktasi. Fakta menunjukan bahwa cara kerja hormon

oksitosin dipengaruhi oleh kondisi psikologis. Persiapan ibu secara psikologis

sebelum menyusui merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan


4

menyusui. Cemas, stres, rasa kuatir yang berlebihan, ketidakbahagiaan pada ibu

sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Arfiah tahun 2017 gangguan psikologi pada ibu menyebabkan

berkurangnya pengeluaran ASI, karena akan menghambat let down reflex,

perubahan psikologis pada ibu post partum umumnya terjadi pada 3 hari post

partum ,dua hari post partum ibu cenderung bersifat negatif terhadap perawatan

bayinya dan sangat tergantung karena energi difokuskan untuk dirinya sendiri.

Arfiah juga menjelaskan bahwa kondisi kejiwaan dan emosi ibu yang tenang

sangat mempengaruhi kelancaran ASI. Jika ibu mengalami stres, pikiran

tertekan, tidak tenang, cemas, sedih, dan tegang akan mempengaruhi kelancaran

ASI. Ibu yang cemas akan sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan ibu yang

tidak cemas.

Menurut Gugus Tugas COVID-19 Nasional tahun 2020 diketahui saat ini terjadi

wabah penyakit baru yang berasal dari virus yaitu corona virus yang merupakan

keluarga besar virus menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai

berat yang biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan.

Kasus COVID-19 di Indonesia dari Maret 2020 memperlihatkan peningkatan

signifikan jumlah pasien yang terinfeksi sebesar 4.839 orang dengan jumlah

kasus baru sebanyak 282 orang, pasien sembuh 426 orang dan angka kematian

459 orang (Kemenkes RI, 2020). Angka ini terus melesat tinggi, tercatat sampai

saat ini, bulan Maret 2022 sebanyak 5.748.725 pasien terkonfirmasi covid-19,

5.122.602 pasien sembuh dan angka kematian 150.172 orang. Angka kejadian

covid-19 di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data yang diakses tanggal 8


5

Maret 2022 menempati urutan ke 4 kasus tertinggi di Indonesia dengan kasus

positif total 597.505 pasien, sembuh 526. 756 pasien dan meninggal 31.525

orang. (Gugus Tugas COVID-19 Nasional, 2022)

Berdasarkan hasil penelitian internasional yang dilakukan oleh Francisca

Pacheco dkk pada tahun 2021 dalam judul Menyusui Selama Covid-19 :

Tinjauan Narasi Tentang Dampak Psikologis pada Ibu didapatkan hasil bahwa

pandemi COVID-19 berdampak pada ekspektasi terkait menyusui, baik secara

positif misalnya, memperpanjang cuti hamil, memberi ibu lebih banyak waktu

untuk menikmati peran sebagai ibu, maupun negatif misalnya, kurangnya

dukungan keluarga, emosional, dan profesional yang pada gilirannya

memengaruhi status kesehatan mental, fungsi psikologis, peningkatan

pengalaman kecemasan dan stres terkait dengan menyusui. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Pri Hastuti pada tahun 2020 dalam judul

Pengaruh Kecemasan Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran Asi Ibu

Menyusui Di Rumah Sehat Bundaathahira Bantul didapatkan hasil dari 30 orang

sampel ibu menyusui bahwa sebagian besar mengalami cemas terhadap kondisi

Covid-19 berjumlah 16 orang (53,3%) dan tidak cemas terhadap kondisi Covid-

19 berjumlah 14 orang (46,6%). Sebagian besar ASI belum keluar sampai hari

kedua setelah melahirkan berjumlah 21 orang (70,0%), sedangkan ASI keluar

sampai hari kedua setelah melahirkan berjumlah 9 orang (30,0%). Ada

hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu post

partum.
6

Fenomena yang terjadi saat ini, kelancaran pengeluaran ASI seringkali

disebabkan oleh faktor kecemasan, padahal jika suasana hati ibu merasa nyaman

dan gembira akan mempengaruhi kelancaran ASI, sebaliknya jika ibu merasa

cemas akan menghambat kelancaran pengeluaran ASI. Berdasarkan data di atas

dan pengamatan sampai saat ini, maka penulis ingin membuktikan tentang

“Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran ASI Ibu Post

partum di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal” sebagai judul

penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena kasus Covid-19 diatas yang dapat menyebabkan

kecemasan pada ibu post partum, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Apakah ada hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara

Kabupaten Tegal”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara

Kabupaten Tegal

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifkasi karakterisik ibu menyusui meliputi usia, pendidikan

dan pekerjaan di masa pandemi Covid-19.


7

b. Mengidentifikasi kecemasan pandemi Covid-19 pada ibu menyusui di

wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

c. Mengidentifikasi pengeluaran ASI pada ibu menyusui di wilayah kerja

Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

d. Menganalisis hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas

Jatinegara Kabupaten Tegal.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam berbagai hal, yaitu

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bagi peneliti dapat dijadikan sarana belajar dalam rangka

menambah pengetahuan, untuk menerapkan teori yang telah penulis

dapatkan selama masa perkuliahan dan juga untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut tentang hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini akan menambah literatur, sebagai dasar

penelitian khususnya hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi ibu menyusui dan keluarga


8

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan peran

keluarga dalam memberikan dukungan kepada ibu agar tidak cemas

selama masa pandemi Covid-19, sehingga ASI dapat optimal keluar dan

memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif,

dengan mengetahui hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Peneliti, Tahun Judul Populasi & Variabel Metode Hasil


Sampel

Diki Retno Kecemasan Populasi : Kecemasan Desain Ibu hamil dan


Yuliani, Fajaria Ibu Hamil ibu hamil Dan Ibu penelitian ibu nifas di
Nur Aini, 2020 Dan Ibu Nifas dan ibu Nifas, Masa deskriptif Kecamatan
Pada Masa nifas di Pandemi Baturraden,
Pandemi Kabupaten Covid-19 Teknik pada masa
Covid-19 Di Banyumas pengambilan pandemi
Kecamatan sampel yang COVID-19
Baturraden Sampel : digunakan mayoritas
28 ibu adalah cluster mengalami
hamil dan kecemasan
23 ibu nifas dengan skala
di Wilayah ringan-
Kecamatan sedang.
Baturraden

Zulfikar Hubungan Populasi : Kecemasan Jenis Sebagian


Mardjun, Grace Kecemasan Ibu post Dengan penelitian besar
Korompis, Sefti Dengan partum Kelancaran analitik responden
Rompas, 2019 Kelancaran berjumlah Pengeluaran dengan mengalami
Pengeluaran 82 orang ASI, Ibu pendekatan kecemasan
Asi Pada Ibu Post partum cross ringan,
Post partum Sampel : sectional sebagian besar
Selama Ibu post responden
Dirawat Di partum teknik ASI nya
Rumah Sakit berjumlah purposive kurang lancar.
Ibu Dan Anak 82 orang sampling. Ada hubungan
9

Kasih Ibu antara


Manado kecemasan
dengan
kelancaran
pengeluaran
ASI pada ibu
post partum
selama
dirawat di
Rumah Sakit
Ibu dan Anak
Kasih Ibu
Manado.

Pri Hastuti, 2020 Pengaruh Populasi : Kecemasan Jenis Sebagian


Kecemasan ibu Pandemi penelitian ini besar
Pandemi menyusui Covid-19, adalah survei mengalami
Covid-19 sebanyak Pengeluaran analitik cemas
Terhadap 30 orang ASI Ibu terhadap
Pengeluaran Menyusui Teknik kondisi
ASI Ibu Sampel : sampling Covid-19
Menyusui Di Mengambil nonprobability berjumlah 16
Rumah Sehat seluruh sampling orang (53,3%)
Bundaathahira populasi dengan dan tidak
Bantul yaitu ibu metode cemas
menyusui sampling terhadap
sebanyak jenuh kondisi
30 orang Covid-19
berjumlah 14
orang
(46,7%).
Sebagian
besar ASI
belum keluar
sampai hari
kedua setelah
melahirkan
berjumlah 21
orang
(70,0%),
sedangkan
ASI keluar
sampai hari
kedua setelah
melahirkan
berjumlah 9
orang
(30,0%). Ada
pengaruh
kecemasan
pandemi
Covid-19
terhadap
pengeluaran
ASI ibu post
partum

Wiwin Sulastri , Hubungan Populasi : Tingkat Penelitian ini Kecemasan


Sugiyanto, 2016 Tingkat Ibu Nifas di Kecemasan menggunakan pada ibu nifas
Kecemasan wilayah Ibu, desain sebagian besar
10

Ibu Dengan Puskesmas Pemberian penelitian dalam


Pemberian Umbulharjo ASI, Masa Observasional kategori tidak
ASI Pada I Nifas Analitik cemas yaitu
Masa Nifas Di Yogyakarta dengan sebanyak 12
Puskesmas rancangan responden
Umbulharjo I Sampel : Cross (57,1%),
Yogyakarta Ibu nifas Sectional kategori
Tahun 2016 berjumlah kecemasan
21 orang metode ringan
pengambilan sebanyak 7
sampel responden
Accidental (33,3%), dan
Sampling kategori
kecemasan
sedang
sebanyak 2
responden
(9,5%)

Ratih Suryaman, Hubungan Populasi : Pengetahuan Jenis Ada hubungan


Elpinaria Pengetahuan semua ibu dengan Penelitian pengetahuan
Girsang, Siti dengan menyusui Kecemasan yang dengan
Mulyani, 2021 Kecemasan di wilayah Ibu, digunakan kecemasan
Ibu Dalam Kelurahan Pemberian kuantitatif ibu dalam
Pemberian Bubulak ASI Pada dengan pemberian
ASI Pada Bogor Bayi, metode ASI
Bayi Dimasa Dimasa deskriptif pada bayi
Pandemi Populasi : Pandemi analitik dimasa
Covid 19 Ibu Covid 19 dengan desain pandemi
menyusui cross Covid 19.
sebanyak sectional
42 orang
Teknik
pengambilan
sampel yaitu
total sampling
11

F. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Peneliti

Penelitian yang berkenaan dengan hubungan kecemasan pandemi Covid-19

terhadap pengeluaran ASI ibu post partum antara lain

Tabel 1.2
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Penelitan

No. Analisa Penelitian Terkait Penelitian Peneliti

Persamaan :

1. Variabel Kecemasan Ibu pada masa pandemi Kecemasan Ibu pada masa
covid-19 (Diki Retno Yuliani, Fajaria pandemi covid-19
Nur Aini, 2020)
2. Responden Ibu Post partum (Zulfikar, Grace, Sefti, Ibu Post partum
2019)
3. Fokus Penelitian Mengukur Kecemasan Pandemi Covid- Mengukur Kecemasan
19 Terhadap Pengeluaran ASI (Pri Pandemi Covid-19
Hastuti, 2020, Wiwin, Sugiyanto, Terhadap Pengeluaran
2016) ASI

Perbedaan :

1. Responden Ibu hamil dan Ibu Nifas (Diki Retno Ibu Post partum hari ke 3-
Yuliani, Fajaria Nur Aini, 2020), Ibu 4
menyusui (Pri Hastuti, 2020), Ibu Nifas
(Wiwin, Sugiyanto, 2016)

2. Alat Ukur Lembar observasi (Diki Retno Yuliani, Kuesioner kecemasan


Fajaria Nur Aini, 2020) covid-19 terhadap
pengeluaran ASI

4. Tempat Rumah sehat (Pri Hastuti, 2020) Puskesmas


Pengambilan
Data

5. Kriteria Inklusi Ibu tinggal di wilayah Bantul, ibu Ibu tinggal di wilayah
menyusui (Pri Hastuti, 2020) kerja Puskesmas
Jatinegara, ibu post
partum hari 3-4, ibu
melahirkan pervaginam,
ibu yang melahirkan saat
pandemi Covid-19
12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Post partum

a. Pengertian Post partum

Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan

plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya,

disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan

kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya berkaitan saat melahirkan (Rahmiati, 2018)

Menurut Jannah tahun 2017 ibu post partum sangat membutuhkan

istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan

fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada

ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya nanti dan secara fisik aman untuk melakukan hubungan

seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu

atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

b. Perubahan Fisiologis Masa Postpartum

1) Sistem Reproduksi

Menurut Fauza tahun 2018 uterus secara berangsur-angsur

menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti

12
13

sebelum hamil. Otot uterus berkontraksi segera pada post partum.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara otot-otot uterus

akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

plasenta lahir.

Menurut Vivian tahun 2011 perubahan uterus terjadi kontraksi

uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan

iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga

jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami

nekrosis dan lepas. Ukuran uterus setelah bayi lahir setinggi pusat

dengan berat uterus 1000 gram, setelah plasenta lahir 2 jari di

bawah pusat dengan berat 750 gram, setelah satu minggu tinggi

fundus uteri pada pertengahan pusat simfisis dengan berat 500

gram, setelah dua minggu tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simfisis dengan berat 350 gram, enam minggu tinggi fundus

uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, pada 8

minngu tinggi fundus uteri sebesar normal 30 gram.

2) Sistem Perkemihan

Menurut Ernawati tahun 2016 perubahan perkemihan saluran

kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung

pada (1) keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus

kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada

saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik

segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan

hiperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi

13
14

exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari

pembuluh-pembuluh darah di dalam badan kemukosa).

3) Sistem Endokrin

Menurut Ernawati tahun 2016 perubahan dalam sistem endokrin

selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan

dalam proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak

bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon

oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.

Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.

Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada

wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin

menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga

merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium

kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang

normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.

Menurut Mardiatun tahun 2017 perubahan tanda-tanda vital

Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,

sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan

hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari

setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi

seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi

saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),


15

pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7

jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-

70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat

berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan.

4) Sistem Pencernaan

Menurut Mardiatun tahun 2017 perubahan pada sistem

pencernaan sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.

Hal ini umumnya karena makanan padat dan kurang berserat

selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap

menyantap makanannya dua jam setelah persalinan, tetapi

berbeda untuk ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea

karena adanya pemulihan motilitas usus yang lama akibat dari

efek anastesi, apalagi bila ibu post sectio caesarea mengalami

komplikasi pasca operasi, biasanya komplikasi yang timbul

berupa post operatif ileus yang dapat menimbulkan keterlambatan

dalam pemenuhan nutrisi.

2. Air Susu Ibu (ASI)

a. Pengertian ASI

Menurut Sri tahun 2016 air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak

dalam larutan protein,Laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi

oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.

Depkes RI tahun 2018 mendefinisikan ASI ekslusif adalah memberikan

hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi

sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. ASI
16

dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama.

b. Produksi ASI

Menurut Walyani tahun 2015 proses laktasi atau menyusui adalah proses

pembentukan ASI yang melibatkan hormon prolaktin dan hormon

oksitosin. Hormon prolaktin selama kehamilan akan meningkat akan tetapi

ASI belum keluar karena masih terhambat hormon estrogen yang tinggi.

ASI (Air Susu Ibu) di produksi karena pengaruh faktor hormonal, proses

pembentukan ASI di mulai dari proses terbentuknya laktogen dan homon-

hormon yang mempengaruhi terbentuknya ASI. ASI keluar 3-4 hari

setelah melahirkan, namun sebelumnya di payudara telah terbentuk

kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karna mengandung zat kaya gizi

dan antibodi pembunuh kuman. Pada hari 3-4 payudara ibu normalnya

akan mulai terasa lebih kencang, ini merupakan pertanda bahwa kolostrum

sudah berubah menjadi ASI dan pasokan ASI pun biasanya sudah mulai

meningkat pada masa-masa ini. Proses pembentukan laktogen dan hormon

produksi ASI menurut Walyani tahun 2015 sebagai berikut :

1) Laktogenesis I

Pada fase akhir kehamilan, payudara perempuan memasuki fase

pembentukan laktogenesis I, dimana payudara mulai memproduksi

kolostrum yang berupa cairan kuning kental. Pada fase ini payudara

perempuan juga membentuk penambahan dan pembesaran lobus-

alveolus.

2) Laktogenesis II

Pada saat melahirkan dan plasenta keluar menyebabkan menurunnya


17

hormon progesteron, estrogen dan human placental lactogen (HPL)

secara tiba-tiba, akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi yang

menyebabkan produksi ASI yang berlebih dan fase ini di sebut fase

laktogenesi II. Pada fase ini, apabila payudara dirangsang, kadar

prolaktin dalam darah akan meningkat dan akan bertambah lagi pada

peroide waktu 45 menit, dan akan kembali ke level semula sebelum

rangsangan tiga jam kemudian. Hormon prolaktin yang keluar dapat

menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, hormon

prolaktin juga akan keluar dalam ASIKolostrum yang di konsumsi

oleh bayi sebelum ASI, mengandung sel darah putih dan antibodi

yang tinggi dari pada ASI sebenarnya, antibodi pada kolostrum yang

tinggi adalah immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus

bayi yang masih rentan dan mencegah kuman masuk pada bayi. IgA

juga mencegah alergi terhadap makanan, dalam dua minggu setelah

melahirkan, kolostrum akan mulai berkurang dan tidak ada, dan akan

di gantikan oleh ASI seutuhnya.

3) Laktogenesis III

Fase laktogensis III merupakan fase dimana sistem kontrol hormon

endokrin mengatur produksinya ASI selama kehamilan dan beberapa

hari setelah melahirkan. Pada saat produksi ASI mulai stabil, sistem

kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak

dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Payudara

akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika ASI sering banyak
18

Hormon-hormon pembentuk ASI ( Intan & Fitria, 2020) antara lain :

1) Hormon Progesteron

Hormon ini mempengaruhi pertumbuhan alveoli. Tingkat progesteron

akan menurun sesaat setelah melahirkan dan hal ini dapat mempenga-

ruhi ASI yang lebih.

2) Hormon Estrogen

Hormon ini menstimulasi saluran ASI agar lebih membesar. Tingkat

estrogen akan menurun saat melahirkan dan akan tetap rendah selama

bebrapa bulan selama menyusui.

3) Hormon Prolaktin

Keluarnya hormon prolaktin dirangsang oleh saraf sensorik yang

dikirim melalui otak, otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon

prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah ke payudara. Ketika

hormon prolaktin sampai di payudara, maka hormon prolaktin akan

merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja mengeluarkan susu.

Hormon prolaktin berfungsi sebagai pembentuk ASI dalam sel Alveoli.

Proklatin dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior ke dalam darah,

sebagai respon pengisapan pada puting payudara sehingga mampu

memberikan stimulasi prolaktin untuk mensintesis air susu ibu. Bila

alveoli dipenuhi dengan ASI, maka dinding alveoli akan mengembang

dan memepengaruhi penurunan produksi ASI karena prolaktin tidak

mampu memasuki sel di dalamnya. Tetapi, jika ASI yang terdapat di

dalam alveolus dikosongkan bentuk akan kembali ke semula serta

prolaktin akan tetap pada reseptor. Prolaktin memiliki puncak produksi

tertinggi pada saat malam hari.


19

4) Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin diperoleh dari pelepasan kelenjar hipofisis posterior

hingga merangsang kontraksi sel miopitel di sekeliling alveoli untuk

memancarkan ASI (let down reflex ) melalui duktus laktiferus. Fase ini

duktus laktiferus memendek untuk meningkatkan tekanan dalam

payudara hingga menghasilkan asi.

5) Human Placenta Lactogen (HPL)

Human Placenta Lactogen (HPL) berperan dalam pertumbuhan

payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. Sejak bulan kedua

kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL. Pada bulan kelima

dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.

c. Kandungan ASI

Menurut Haryono dan Setianingsih tahun 2014 ASI merupakan cairan

nutrisi yang unik, spesifik, dan kompleks dengan komponen

imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. ASI mengandung

sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang

mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun

berada di tempat sushu udara panas. Selain itu, berbagai komponen

yang terkandung dalam ASI menurut Haryono dan Setianingsih tahun

2014 antara lain :

1) Protein

Kadar protein didalam ASI tidak terlalu tinggi namun mempunyai

peranan yang sangat penting. Di dalam ASI protein berada dalam


20

bentuk senyawa-senyawa sederhana, berupa asam amino. Protein

adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat penting

selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini

pertumbuhan bayi paling cepat. Air susu ibu mengandung protein

khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi. ASI mengandung

total protein lebih rendah tetapi lebih banyak protein yang halus,

lembut dan mudah dicerna. Komposisi inilah yang membentuk

gumpalan lebih lunak yang mudah dicerna dan diserap oleh bayi.

2) Lemak

Merupakan sumber kalori (energi) utama yang terkandung di

dalam ASI. Meskipun kadarnya di dalam ASI cukup tinggi,

namun senyawa lemak tersebut mudah diserap oleh saluran

pencernaan bayi yang belum berkembang secara sempurna. Hal

ini disebabkan karena lemak didalam ASI merupakan lemak yang

sederhana struktur zatnya (jika dikaji dari sisi ilmu kimia) tidak

bercabang-cabang sehingga mudah melewati saluran pencernan

bayi yang belum berfungsi secara optimal.

3) Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI.

Kandungan laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan

susu sapi. Laktosa ini jika telah berada di dalam saluran pencernaa

bayi akan dihidrolisis menjadi zat-zat yang lebih sederhana yaitu

glukosa dan galaktosa.

4) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya rela-


21

tif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan. Kadar

kalsium, natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah

dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi bahkan mudah diserap

tubuh. Kandungan mineral pada susu sapi memang cukup tinggi,

tetapi hal tersebut justru berbahaya karena apabila sebagian besar

tidak dapat diserap maka akan memperberat kerja usus bayi dan

akan mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan.

5) Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C

cukup, sedangkan golongan vitamin B kurang (Haryono, dan

Setianingsih, 2014 : 19). Selain itu vitamin yang terkandung di

dalam ASI meliputi Vitamin E, vitamin K, karoten, biotin kolin,

asam folat, inositol, asam nikotinat (niasin), asam patotenat,

prodoksin (Vitamin B3), riboflavin (vitamin B2), thiamin (vitamin

B1) dan sianokobalamin (vitamin B12).

Menurut Haryono dan Setianingsih tahun 2014, ada beberapa

komponen bioaktif yang hanya ditemukan di ASI dan tidak

ditemukan di susu lainnya antara lain :

1. Kolostrum

Pada hari pertama, produksi kolostrum hanya sedikit (40-50

ml), namun meskipun tampak sedikit jumlah itu sesuai dengan

yang dibutuhkan bayi usia 1 hari. Kolostrum sangat baik untuk

untuk bayi sebab mengandung sel darah putih dan antibodi,


22

protein, mineral dan vitamin larut lemak dalam jumlah yang

besar.

2. Antibodi

ASI mengandung banyak jenis antibodi dari tubuh ibu, yang

kemudian dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

Kandungan antibodi yang paling tinggi di ASI adalah jenis

IgA (Imunoglobulin A) yang salah satu manfaatnya adalah

untuk melindungi kesehatan saluran pencernaan bayi.

3. Enzim-enzim pencernaan

ASI mengandung enzim pencernaan seperti amilase dan lipase

yang berfungsi untuk mencerna lemak, sehingga membuat ASI

lebih mudah dicerna bayi dan menjauhkan bayi dari gangguan

pencernaan.

4. Hormon

ASI mengandung sejumlah hormon dan faktor-faktor

pertumbuhan dari ibu, sehingga membantu fungsi tubuh serta

mendukung pertumbuhan bayi.

5. Protein pelindung

Selain mengandung antibodi, ASI juga mengandung protein

pencegah pertumbuhan kuman berupa laktoferin dan lisozim.

Keduanya dapat mencegah pertumbuhan virus, bakteri dan

jamur di saluran cerna bayi. Kadar laktoferin tertinggi ada

pada kolostrum.

6. Proporsi protein yang lebih mudah dicerna.

Dua jenis protein dalam ASI yaitu protein whey (sekira 60-
23

80%) dan kasein (sekira 40%). Proporsi whey yang lebih

tinggi ini memungkinkan ASI lebih mudah dan cepat dicerna.

Di sisi lain, proporsi protein pada susu formula (lebih tinggi

protein kasein) menyebabkannya lebih sulit untuk dicerna

bayi. Ada kalanya akibat kesulitan mencerna susu formula,

terdapat bagian susu yang tidak dicerna bayi dan keluar

bersama kotoran sehingga menimbulkan buang air besar yang

berbau tidak enak.

d. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Roesli tahun 2015 manfaat yang diperoleh bila bayi

menyusui secara ekslusif di bulan-bulan pertama adalah ASI

merupakan bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir cukup bulan.

Selain itu ASI mudah di dapat dan selalu segar dan bebas dari

berbagai macam bakteri, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan

saluran pencernaan makanan menjadi lebih kecil.

Menurut Ramaiah tahun 2016 ASI banyak sekali manfaatnya,

keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek

yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek

kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan :

1) Aspek Gizi

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun


24

sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu feses bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan, komposisi Taurin, DHA

dan AA pada ASI

e) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam

ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan

penting untuk proses maturasi sel otak.

f) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

yang optimal.

2) Aspek Imunologik

a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi.

b) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada

saluran pencernaan.

c) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.


25

d) Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli

dan salmonela) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali

lebih banyak daripada susu sapi.

e) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari

4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu Brochus-

Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut

Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran

pernafasan dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue

(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

f) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobasilus bifidus. Bakteri

ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3) Aspek Psikologik

a) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying

terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama

oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi

ASI.

b) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan

psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-

bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit

(skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
26

bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut

jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4) Aspek Kecerdasan

a) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang

dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

b) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-

6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih

tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang

tidak diberi ASI.

5) Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan,

menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat

lebih sempurna.

6) Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk makanan bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Dengan

demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk

membeli susu formula dan peralatannya.

7) Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi

alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea

Laktasi (MAL).
27

e. Pengeluaran ASI

Menurut Mufdillah dkk tahun 2017 pada saat payudara sudah

memproduksi ASI, terdapat pula proses pengeluran ASI yaitu dimana

ketika bayi mulai menghisap. Normalnya bayi baru lahir

membutuhkan ASI 5-7 ml sekali minum yang diberikan setiap 2 jam

sekali dan bayi usia 3 hari membutuhkan 22-27 ml atau 8-12 kali

dalam sehari.

Menurut Astutik tahun 2014 terdapat beberapa hormon yang berbeda

bekerja sama untuk pengeluaran air susu dan melepaskannya untuk di

hisap. Gerakan isapan bayi dapat merangsang serat saraf dalam

puting. Serat saraf ini membawa permintaan agar air susu melewati

kolumna spinalis ke kelenjar hipofisis dalam otak. Kelenjar hipofisis

akan merespon otak untuk melepaskan hormon prolaktin dan hormon

oksitosin. Hormon prolaktin dapat merangsang payudara untuk

menghasilkan lebih banyak susu. Sedangkan hormon oksitosin

merangsang kontraksi otot- otot yang sangat kecil yang mengelilingi

duktus dalam payudara, kontraksi ini menekan duktus dan

mengeluarkan air susu ke dalam penampungan di bawah areola. Pada

saat proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflek

prolaktin dan reflek let down/reflek aliran yang akan timbul karena

rangsangan isapan bayi pada puting susu. Berikut ini penjelasan kedua

reflek tersebut menurut Astutik tahun 2014 yaitu :


28

1) Reflek Prolaktin

Pada saat akhir kehamilan, hormon prolaktin berperan untuk

pembentukan kolostrum, akan tetapi jumlah kolostrum terbatas

karena aktivitas hormon prolaktin terhambat oleh hormon estrogen

dan hormon progesteron yang kadarnya masih tinggi. Tetapi

setelah melahirkan dan lepasnya plasenta, maka hormon estrogen

dan hormon progesteron akan berkurang. Selain itu dengan

hisapan bayi dapat merangsang puting susu dan kalang payudara,

yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensori yang mempunyai

fungsi sebagai reseptor mekanik.

2) Reflek Aliran / Let Down

Proses pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis, rangsangan

yang berasal dari isapan bayi dan akan dilanjutkan ke hipofisis

posterior yang kemudian akan mengeluarkan hormon oksitosin.

Melalui aliran darah hormon ini akan dibawa ke uterus yang akan

menimbulkan kontrasi pada uerus sehinggat dapat terjadi involusi

dari organ tersebut. Kontraksi yang terjadi tersebut akan

merangsang diperasnya air susu yang telah diproses dan akan

dikeluarkan melalui alveoli kemudian masuk ke sistem duktus dan

dialirkan melalui duktus laktiferus dan kemudian masuk pada

mulut bayi.

Menurut Marmi tahun 2017, ASI terbagi menjadi tiga stadium, yaitu :

1) Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kental dapat pula encer yang berwarna

kekuningan yang di berikan pertama pada bayi yang megandung


29

sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh

kuman dan bakteri penyakit. Kolostrum juga melapisi usus pada

bayi sehingga terlindung dari kuman dan bakteri penyakit.

Kolostrum yang disekresikan oleh kelenjar dari hari pertama

sampai keempat, pada awal menyusui, kolostrum yang keluar

kira- kira sesendok teh. Pada keadaan normal kolostrum dapat

keluar sekitar 10cc –100cc dan akan meningkat setiap hari sampai

sekitar 150-300 ml setiap 24 jam. Kolostrum lebih banyak

mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan kadar

lemak lebih rendah. Fungsi dari kolostrum adalah memberikan

gizi dan proteksi, yang terdiri atas zat sebagai berikut :

a) Immunoglobulin tersebut dapat melapisi dinding usus yang

berfungsi mencegah terjadinya penyerapan protein yang

menyebabkan alergi

b) Laktoferin adalah protein yang mempunyai afinitas yang

tinggi terdapat zat besi, kadar laktoferin yang tinggi pada

kolostrum dan air susu ibu adalah terdapat pada hari ke tujuh

setelah melahirkan.

c) Lisosom mempunyai fungsi sebagai antibakteri dan

menghambat perkembangan virus, kadar lisosom pada

kolostrum lebih tinggi dari pada susu sapi.

d) Faktor antitripsin berfungsi sebagi penghambat kerja tripsin

sehingga dapat menyebabkan immunoglobulin pelindung

tidak akan pecah oleh tripsin.


30

e) Lactobasillus terdapat pada usus bayi dan menghasilkan asam

yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen,

pertumbuhan lactobasillus membutuhkan gula yang

mengandung nitrogen berupa faktor bifidus yang terdapat

dalam kolostrum.

2) Air Susu Masa Peralihan

Air Susu Ibu (ASI) peralihan merupakan ASI yang keluar

setelah keluarnya kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang

matang / matur. Adapun ciri-ciri dari air susu masa peralihan

adalah sebagai berikut :

a) Peralihan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang

matur.

b) Disekresi pada hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi.

c) Kadar protein rendah, tetapi kandungan karbohidrat dan

lemak semakin tinggi.

d) Produksi ASI semakin banyak, dan pada waktu bayi berusia

tiga bulan dapat diproduksi kurang lebih 800ml/hari.

3) Air Susu Matang (Matur)

Menurut Astutik tahun 2014 air susu matang adalah cairan susu

yang keluar dari payudara ibu setelah masa ASI peralihan. ASI

matur berwarna putih kekuningan. Ciri-ciri dari ASI matur

adalah sebagai berikut :

a) ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya

b) Pada ibu yang sehat, produksi ASI akan cukup untuk bayi.
31

c) Cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan oleh

garam Ca-Casienant, riboflavin, dan karotes yang terdapat

di dalamnya.

d) Tidak akan menggumpal jika dipanaskan.

e) Mengandung faktor antimikrobal.

f) Interferon producing cell

g) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah, dan

adanya faktor bifidus.

Jenis-jenis ASI menurut Maryunani tahun 2012 yaitu sebagai

berikut:

1) Foremilk

Foremilk merupakan ASI yang encer yang dapat di produksi

pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan

mengandung protein, laktosa serta nutrisi lainnya, akan tetapi

kadar lemak pada foremilk rendah. Foremilk di simpan pada

saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Cairan

foremilk lebih encer dibandingkan hindmilk, foremilk merupakan

ASI yang keluar pertama dan dapat mengatasi haus pada bayi.

2) Hindmilk

Hindmilk merupakan ASI yang mengandung tinggi lemak dan

memberikan zat tenaga/energi dan diproduksi pada akhir proses

menyusui. ASI hindmilk keluar setelah foremilk, sehingga bisa

dikatakan lain sebagai asupan utama setelah asupan pembukan.

ASI hindmilk sangat banyak, kental dan penuh lemak

bervitamin. Hindmilk mengandung lemak 4 –5 kali


32

dibandingkan dengan foremilk. Akan tetapi seorang bayi tetap

membutuhkan foremilk dan hindmilk. Air Susu Ibu (ASI) yang

diproduksi setelah melahirkan pada hari pertama adalah berupa

kolostrum dengan volume 10 –100cc, dan pada hari ke 2 sampai

ke 4 akan meningkat dengan volume sekitar 150–300ml/24 jam.

Produksi ASI setelah 10 hari dan seterusnya melahirkan sampai

bayi berusia tiga bulan atau disebut dengan ASI matur, ASI

dapat berproduksi sekitar 300-800ml/hari, dan ASI akan terus

meningkat pada hari atau minggu seterusnya.

f. Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran ASI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Natia Rizky tahun 2013

faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI ibu post partum

adalah :

1) Faktor makanan ibu

Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola

makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan

lancar. Makanan yang seharusnya di konsumsi yaitu makanan

yang mengandung tinggi protein. Menurut peneliti berdasarkan

penelitian untuk mengatasi masalah ketidaklancaran pengeluaran

ASI, anjurkan ibu nifas minum air putih yang banyak agar ibu

nifas tidak mengalami dehidrasi sehingga suplai ASI dapat

berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar

kondisinya terjaga dengan baik.


33

2) Penggunaan alat kontrasepsi

Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom,

IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.

Sedangkan alat kontrasepsi yang sebaiknya dihindari adalah

suntik 1 bulan yang mengandung hormon progestin, pil yang

mengandung hormon progestin. Berdasarkan pengambilan data

penggunaan alat kontrasepsi sangat berpengaruh terhadap

kelancaran pengeluaran ASI. Pasalnya hormon yang terkandung

dalam kontrasepsi tersebut mempengaruhi sistem reproduksi dan

dapat mengurangi produksi ASI jika mengandung hormon

estrogen.

3) Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang kelenjar pada

payudara dan mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan

hormon prolaktin dan oksitosin sehingga mempengaruhi

kelancaran pengeluaran ASI.

4) Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang. Berdasarkan pengambilan data pola istirahat sangat

mempengaruhi produksi ASI karena ibu nifas yang kelelahan

akan cenderung malas meneteki dan menyebabkan produksi ASI

menjadi terganggu dan mempengaruhi kelancaran pengeluaran

ASI.
34

5) Faktor hisapan bayi dan frekuensi pemberian

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi

dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Frekuensi penyusuan

10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan

berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga

direkomendasikan penyusunan paling sedikit 8 kali perhari pada

periode awal setelah melahirkan.

6) Kecemasan

Pada umumnya ibu pasca persalinan sering mengalami kelelahan

dan perubahan mood seperti kecemasan, cemas terhadap dirinya

dan cemas memikirkan bayinya. Kecemasan tersebut yang dapat

mempengaruhi kelancara pengeluaran ASI pada ibu post partum.

Menurut Marmi tahun 2012, faktor lain yang mempengaruhi

pengeluaran ASI antara lain :

1) Faktor Psikologis

Dukungan suami maupun keluarga akan sangat membantu

berhasilnya seorang ibu dalam menyusui. Perasaan ibu yang

bahagia, senang, perasaan menyanyangi bayi, memeluk, mencium

dan mendengar bayinya menangis akan meningkatkan

pengeluaran ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik, maka

kondisi kejiwaan dan pikiran ibu harus tenang. Keadaan

psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang dapat menurunkan

volume ASI.
35

2) Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mem-

pengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan

oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI,

sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI.

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan,

yaitu dengan mengurut selama 6 minggu terakhir masa

kehamilan.

g. Masalah Menyusui

Menurut Hegar tahun 2018 memberikan ASI eksklusif selama enam

bulan pertama kehidupan bayi tidaklah sederhana. Beberapa kendala

yang sering menjadi alasan ibu masalah dalam menyusui karena

produksi ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang

benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula

(relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian

air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran),

kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting ibu lecet, puting ibu luka,

payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses, ibu bekerja,

kelainan yang terjadi pada bayi seperti bayi sakit, abnormalitas bayi.

Menurut Baskoro tahun 2018 masalah yang terkait dalam menyusui

terjadi ketika ASI tidak keluar secara langsung serta rendahnya

produksi ASI. Meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan

cara menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir, menyusui sesering


36

mungkin karena semakin sering bayi menghisap puting susu maka

semakin banyak ASI yang keluar dengan cara menyusui yang benar.

3. Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak

nyaman, ketakutan yang tidak jelas, gelisah dan disertai respon

otonom. (Stuart, 2017)

Sedangkan menurut Hawari tahun 2016 kecemasan adalah gangguan

alam sadar (effective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kehawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami

gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability / RTA), masih

baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tapi

masih dalam batas-batas normal.

Menurut Fitri tahun 2015 kecemasan (Ansietas) adalah manifestasi

dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dan terjadi ketika

mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin

(Hawari, 2016). Selain itu kecemasan adalah situasi yang mengancam,

dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta

dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.


37

Menurut Kirana tahun 2015, Kecemasan menyebabkan pikiran ibu

terganggu dan ibu merasa tertekan (stress). Bila ibu mengalami stress

maka akan terjadi pelepasan adrenalin yang menyebabkan

vasokontriki pembuluh darah pada alveoli. Akibatnya terjadi

hambatan dari let-down reflex sehingga air susu tidak mengalir dan

mengalami bendungan ASI.

b. Tahapan kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia tahun 2015 kecemasan diidentifikasikan

menjadi 4 tingkat yaitu ringan, sedang, berat dan panik. Semakin

tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi

fisik dan psikis. tahapan tingkat kecemasan akan dijelaskan sebagai

berikut :

1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari; cemas menyebabkan individu menjadi

waspada, menajamkan indera dan meningkatkan lapang

persepsinya.

2) Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada

suatu hal dan mempersempit lapang persepsi individu. Individu

menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada

lebih banyak area.

3) Kecemasan berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu

berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi


38

ketegangan, individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada

area lain.

4) Tingkat panik (sangat berat) dari kecemasan berhubungan dengan

terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari

proporsi, karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang

mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan

menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Ibu post partum yang melahirkan pada saat pandemi Covid-19

biasanya akan mengalami kecemasan tahap ringan sampai sedang

berhubungan dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya dan akan

menjadi tahap berat jika tidak dikendalikan dengan dukungan dan

perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitar (Lenny, 2020)

c. Etiologi kecemasan

Menurut Doengoes tahun 2015 kecemasan disebabkan faktor

patofisiologis maupun faktor situasional. Penyebab kecemasan tidak

spesifik bahkan tidak diketahui oleh individu. Perasaan cemas

diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan

perilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak langsung melalui

timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya melawan

kecemasan.
39

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor- faktor

yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart tahun 2017 antara

lain:

1) Faktor predisposisi

a) Teori psikoanalisis

Pandangan teori psikoanalisis memaparkan bahwa cemas

merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma

budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan tersebut dan fungsi kecemasan untuk

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Teori interpersonal

Teori interpersonal menyatakan bahwa cemas timbul dari

perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal.

c) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa cemas merupakan produk

frustasi. Frustasi merupakan segala sesuatu yang menggangu

kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan

dan dikarakteristikkan sebagai suatu dorongan yang dipelajari

untuk menghindari kepedihan. Teori pembelajaran meyakini

individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan

yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada


40

kehidupan selanjutnya. Teori konflik memandang cemas

sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang

berlawanan. Kecemasan terjadi karena adanya hubungan

timbal balik antara konflik dan kecemasan.

d) Teori kajian keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan cemas terjadi

didalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih

antara gangguan kecemasan dan depresi.

e) Teori biologis

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang

meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gamma

aminobutyricacid (GABA). GABA berperan penting dalam

mekanisme biologi yang berhubungan dengan cemas.

2) Faktor presipitasi

Menurut Stuart tahun 2017 pengalaman cemas setiap individu

bervariasi bergantung pada situasi dan hubungan interpersonal.

Ada dua faktor presipitasi yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :

a) Faktor eksternal

(1) Ancaman integritas diri

Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan

terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik,

pembedahan yang akan dilakukan).

(2) Ancaman sistem diri

Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri,


41

hubungan interpersonal, kehilangan, dan perubahan

status dan peran.

(3) Faktor internal

(a) Potensial stresor

Stresor psikososial merupakan keadaan yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga

individu dituntut untuk beradaptasi.

(b) Maturitas

Kematangan kepribadian individu akan

mempengaruhi kecemasan yang dihadapinya.

Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena

individu mempunyai daya adaptasi yang lebih besar

terhadap kecemasan.

(c) Pendidikan

Tingkat Pendidikan individu berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat

Pendidikan maka individu semakin mudah berpikir

rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan

analisis akan mempermudah individu dalam

menguraikan masalah baru.

(d) Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat

mengalami kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi


42

kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab

terjadinya perilaku patologis.

(e) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang

akan menyebabkan individu mudah mengalami

kecemasan.

(f) Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik akan

mudah kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami

akan mempermudah individu mengalami kecemasan.

(g) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih

mudah mengalami kecemasan dibandingkan di

lingkungan yang sudah dikenalnya.

(h) Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber

koping individu. Dukungan sosial dari kehadiran

orang lain membantu seseorang mengurangi

kecemasan sedangkan lingkungan mempengaruhi

area berfikir individu.

(i) Usia

Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan

individu dengan usia yang lebih tua.


43

(j) Jenis kelamin

Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering

dialami wanita daripada pria.

d. Gambaran Kecemasan Ibu Terkait Covid-19

Menurut Lenny (2020) ibu di masa nifas dan menyusui biasanya akan

mengalami perubahan psikologis secara alami oleh karena perubahan

fisik dan hormonal. Namun perubahan ini dapat mengalami gangguan

jika tidak dikendalikan dengan dukungan dan perhatian dari keluarga

dan lingkungan sekitar, dan jika ditambah dengan beban psikologis

lainnya, seperti penyebaran dan penularan wabah yang sedang terjadi

saat ini yaitu pandemi covid-19, baik penularan terhadap diri sendiri

maupun bayinya. Pandemi ini mengharuskan pemerintah

mengeluarkan beberapa aturan seperti bekerja dari rumah atau Work

From Home (WFH), Lockdown, pengurangan pegawai, dan juga

pengurangan gaji untuk menekan penyebaran virus dan hal ini

memberikan dampak psikologis kepada semua orang tanpa terkecuali

ibu nifas dan menyusui karena mereka takut dengan berkurangnya

penghasilan maka nutrisi selama ibu menyusui akan berkurang dan

bayi pun akan kekurangan gizi, mereka juga cemas akan menularkan

virus tersebut kepada bayi ketika mereka sedang menyusui. Dari hasil

survei yang dilakukan oleh Iskandarsyah (2020) menunjukkan bahwa

78% ibu merasakan cemas terhadap penyebaran Covid-19 saat ini dan

22% merasa tidak bahagia atau dalam kondisi tertekan.


44

4. Covid-19

a. Pengertian Covid-19

Menurut Doremalen et al tahun 2020) Coronavirus merupakan

keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia

dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit

infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang

serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan

Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara

orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin.

Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan

stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau

dalam aerosol selama tiga jam.

Berdasarkan pernyataan oleh Letko et al tahun 2020 Corona

virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian

luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019,

kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). COVID-19 termasuk

dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk

pleomorfik, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetic

sangat berbeda dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV. Homologi

antara Covid-19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus

pada kelelawar-SARS yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%.


45

Ketika dikultur pada vitro, COVID- 19 dapat ditemukan dalam

sel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam.

Menurut Xu et al tahun 2020 paru-paru adalah organ yang paling

terpengaruh oleh Covid-19, karena virus mengakses sel inang

melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe

II paru-paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan

khusus, yang disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan

memasuki sel inang. Kepadatan ACE2 di setiap jaringan

berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit di jaringan itu dan

beberapa ahli berpendapat bahwa penurunan aktivitas ACE2

mungkin bersifat protektif. Dan seiring perkembangan penyakit

alveolar, kegagalan pernapasan mungkin terjadi dan kematian

mungkin terjadi.

Menurut Safrizal dkk tahun 2020) sub-family virus corona

dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, d an δ. Selain virus

baru ini (Covid 19), ada tujuh virus corona yang telah diketahui

menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSr CoV), severe acute

respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr CoV) dan

novel coronavirus 2019 (Covid-19) dapat menyebabkan

pneumonia ringan dan bahkan berat, serta penularan yang dapat

terjadi antar manusia. Virus corona sensitif terhadap sinar


46

ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan (secara efektif

dengan hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh

karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung

klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam

wabah ini.

b. Etiologi

Dalam buku yang ditulis oleh Safrizal dkk tahun 2020 dijelaskan

dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus

Corona 2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi

etiologi COVID-19 didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia

dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari penelitian

lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut menambahkan “corona

virus tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh

chlorhexidine”, juga kemudian definisi baru ditambahkan dalam

ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope,

bentuk bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter

60-140 nm. Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr-

CoV dan MERSr-CoV. Homologi antara nCoV- 2019 dan bat-SL-

CoVZC45 lebih dari 85%.

c. Bahaya Covid-19 Terhadap Ibu Post partum

Sebuah studi yang dilakukan Wu et al tahun 2020 melaporkan

bahwa, gejala depresif dan kecemasan pada wanita hamil dan

post partum setelah deklarasi pandemi covid-19 lebih tinggi


47

dibandingkan sebelum deklarasi covid-19, termasuk

kecenderungan ingin melukai diri sendiri. Hal tersebut dapat

menyebabkan kondisi bahaya selama kehamilan, sehingga

mempengaruhi kondisi ibu dan produksi ASI.

d. Karakteristik Epidemiologi

Menurut Safrizal dkk tahun 2020 karakteristik epidemiologi

meliputi:

1) Orang dalam pemantauan

Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau

memiliki riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain

itu seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara

yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala

juga dikategorikan sebagai dalam pemantauan.

2) Pasien dalam pengawasan

a) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan

ke negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum

timbul gejala-gejala Covid-19 dan seseorang yang

mengalami gejala- gejala, antara lain: demam (>38°C);

batuk, pilek, dan radang tenggorokan, pneumonia ringan

hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau gambaran

radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem

kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala

dan tanda menjadi tidak jelas.


48

b) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat

demam atau ISPA ringan sampai berat dan pada 14 hari

terakhir sebelum timbul gejala, memiliki salah satu dari

paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus

konfirmasi Covid-19, bekerja atau mengunjungi fasilitas

kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi

Covid-19, memiliki riwayat perjalanan ke wilayah

endemik, memiliki sejarah kontak dengan orang yang

memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke

wilayah endemik.

e. Mekanisme Penularan

COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol pen-

derita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan

ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan

penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi

aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi

sehingga penularan akan semakin mudah.

f. Karakteristik Klinis

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa inkubasi

Covid-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan

terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering

dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung

tersumbat, pilek, faringalgia, mialgia dan diare relatif jarang


49

terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia

biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan

yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi

sindrom gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis

metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan

batuk serta kegagalan banyak organ dll. Pasien dengan penyakit

parah atau kritis mungkin mengalami demam sedang hingga

rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya

hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya

tanpa manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini,

sebagian besar pasien memiliki prognosis yang baik. Orang tua

dan orang-orang dengan penyakit kronis yang mendasari biasanya

memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan gejala yang

relatif ringan sering terjadi pada anak-anak. Beberapa gejala yang

mungkin terjadi, antara lain :

1) Penyakit Sederhana (ringan)

Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus

saluran pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan,

batuk (kering), sakit tenggorokan, hidung tersumbat, malaise,

sakit kepala, nyeri otot, atau malaise. Tanda dan gejala

penyakit yang lebih serius, seperti dispnea, tidak ada.

Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-

pernapasan seperti diare sulit ditemukan.

2) Pneumonia Sedang

Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau


50

takipnea pada anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia

berat.

3) Pneumonia Parah

Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan

pernapasan, takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia

(SpO2 <90% pada udara kamar). Namun, gejala demam

harus ditafsirkan dengan hati- hati karena bahkan dalam

bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak

ada. Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam definisi

ini, diagnosis adalah klinis, dan pencitraan radiologis

digunakan untuk mengecualikan komplikasi.

4) Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)

Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom

ini menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang

serius atau memburuknya gambaran pernapasan yang sudah

diidentifikasi. Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan

derajat hipoksia.

g. Pencegahan Penularan Covid-19

Menurut Kemenkes RI dalam Health Line tahun 2020

pencegahan penularan Covid-19 meliputi :

1) Sering-Sering Mencuci Tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari

tangan. Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun

dan air mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan


51

virus, termasuk virus corona. Pentingnya menjaga

kebersihan tangan membuat memiliki risiko rendah

terjangkit berbagai penyakit.

2) Hindari Menyentuh Area Wajah

Virus corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga

wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah

rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari.

Sangat penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan

sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan

orang lain.

3) Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu

mencegah penyebaran virus corona. Untuk saat ini

menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah

bisa menjadi media penyebaran virus corona.

4) Jangan Berbagi Barang Pribadi

Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga

hari. Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan,

handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi

kesehatan dan mencegah terinfeksi virus corona.

5) Etika ketika Bersin dan Batuk

Satu di antara penyebaran virus corona bisa melalui udara.

Ketika bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang

yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur.

Lebih baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung


52

ketika bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih

menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan

virus yang tertinggal di tangan.

6) Bersihkan Perabotan di Rumah

Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan

lingkungan tempat tinggal juga penting. Gunakan

disinfektan untuk membersih perabotan yang ada di rumah.

Bersihkan permukaan perabotan rumah yang rentan

tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop dan

handphone secara teratur. Bisa membuat cairan disinfektan

buatan sendiri di rumah menggunakan cairan pemutih dan

air. Bersihkan perabotan rumah cukup dua kali sehari.

7) Jaga Jarak Sosial

Satu di antara pencegahan penyebaran virus corona yang

efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan

kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing. Dengan

menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di luar

ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu langkah

mencegah terinfeksi virus corona. Jaga jarak dengan orang

lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku

di tempat umum, di rumah pun juga bisa diterapkan.

8) Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian

Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak

melakukan aktivitas keramaian selama pandemik virus


53

corona. Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan,

gedung olah raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus

mengalami dampak tersebut. Tindakan tersebut adalah

upaya untuk mencegah penyebaran virus corona. Virus

corona dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga

udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan

aktivitas di rumah agar pandemi virus corona cepat berlalu.

9) Mencuci Bahan Makanan

Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga

penting dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-

buah dan sayur- sayuran menggunakan larutan hidrogen

peroksida atau cuka putih yang aman untuk makanan.

Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan makanan tetap

segar ketika ingin dikonsumsi. Selain untuk membersihkan,

larutan yang digunakan sebagai mencuci memiliki sifat

antibakteri yang mampu mengatasi bakteri yang ada di

bahan makanan.
54

B. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam skema

di bawah ini :

Covid-19 Ibu Post partum

Wabah penyakit baru muncul dalam 2


hari hingga 14 hari setelah paparan,
yang mudah menular pada siapa saja.
Masa post partum ibu banyak
Tanda dan gejala umum infeksi corona
mengalami kejadian yang penting,
virus antara lain gejala gangguan
mulai dari perubahan fisik, masa
pernapasan akut seperti demam, batuk
laktasi maupun perubahan psikologis
dan sesak napas. Pada kasus yang berat
menghadapi keluarga baru dengan
dapat menyebabkan pneumonia,
kehadiran buah hati yang sangat
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
membutuhkan perhatian dan kasih
dan bahkan kematian.
sayang.

Tingkat Kecemasan
Pandemi Covid-19

Faktor Isapan Bayi

Pengeluaran ASI
Terhambat

Sumber: (Hastuti, 2017)

Skema 2.1.
Kerangka Teori Penelitian

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti
55

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian

1. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam,

2015). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan

hasil penemuan dengan teori. Kerangka konsep pada penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat kecemasan Pengeluaran ASI Pada Ibu


Pandemi Covid-19 Post partum

Skema 2.2
Kerangka Konsep Penelitian

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Variabel terbagi dua antara lain:

55
56

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen terikat, sehingga variabel

bebas dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi (Sugiyono,

2016). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat

kecemasan

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

variabel yang menjadi akibat, kerena adanya variabel independen atau

bebas (Sugiyono, 2016). Variabel dependen dalan penelitian ini adalah

pengeluaran ASI.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang diperlukan sebagai jawaban sementara atas

pertanyaan penelitian, yang harus di uji kesahihannya secara empiris (Nursalam,

2015). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI

ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

2. Ho : Tidak ada hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran

ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

C. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam proposal riset keperawatan ini adalah

penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,

yaitu pendekatan yang digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada waktu

56
57

yang bersamaan, sehingga variabel dependen dan variabel independen diteliti

secara bersamaan (Sugiyono, 2016). Bentuk penelitian kuantitatif peneliti

gunakan kerena penelitian ini bermaksud untuk mengetahui ada atau tidak

hubungan antara kecemasan pandemi covid-19 terhadap pengeluaran ASI.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang

diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan

(Notoatmodjo, 2017)

Tabel 1.3
Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Tingkat Perasaan cemas, tegang, Kuesioner Dikategorikan Ordinal
kecemasan takut, insomnia, Kecemasan berdasarkan
intelektual, perasaan Pandemi nilai cut of
depresi gejala somatik Covid point mean
pada otot dan sensorik, Terhadap menjadi:
gejala kardiovaskular, Pengeluara
pernapasan, n ASI 1. Cemas :
gastrointestinal dan berjumlah jika nilai ≥
geniotourinari, gejala 54 item 184
otonom terkait pandemi pernyataan
dan juga tingkah laku yang 2. Tidak
yang ditunjukkan ibu disusun Cemas :
menyusui selama masa oleh jika nilai
pandemi covid-19 Rusmawati < 184 <
(Stuart, 2017) Tambaru
tahun 2020
dan telah di
uji validitas
dan
reliabilitas
oleh
peneliti
sebelumnya
58

2 Pengeluara Air Susu Ibu (ASI) yang Lembar 1. Tidak : Nominal


n ASI keluar hari 3-4 (Astutik, Observasi jika ASI
2014). Diukur melalui sama
beberapa indikator : sekali
1. Payudara ibu tegang tidak
sebelum disusukan keluar
(ya/tidak) pada hari
2. Terlihat ASI yang ke 3-4 ibu
merembes dari melahirka
putting susu n
(ya/tidak) 2. Ya : jika
ASI
keluar
pada hari
ke 3-4
ibu
melahirka
n

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Nursalam,

2011). Populasi dalam penelitian ini yaitu 30 ibu post partum primipara di

wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal. Sampling adalah proses

penyeleksian dari populasi untuk mewakili suatu populasi. Penelitian ini

menggunakan teknik nonprobability sampling dengan metode total sampling,

yaitu suatu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Alasan menggunakan total sampling

karena jumlah populasi yang kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan

sampel.

Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi:

a. Ibu tinggal di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

b. Ibu post partum primigravida hari 3-4.

c. Ibu melahirkan pervaginam.

d. Ibu melakukan IMD pada bayinya

e. Ibu yang melahirkan saat pandemi covid-19


59

f. Ibu bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi:

a. Bayi meninggal

b. Mengalami gangguan mental

c. Dalam keadaan gawat darurat

d. Mengonsumsi obat antidepresan

e. Mengonsumsi pelancar ASI (farmakologi) seperti domperidone,

metoclopramide, sulpiride, dan lain lain serta melakukan terapi

komplementer seperti pijat oksitosin dan marmet.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022 selama 4 minggu.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara

Kabupaten Tegal

G. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah pedoman yang harus diperhatikan dalam melakukan

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

dalam kasus ini adalah responden penelitian yang juga akan memperoleh

dampak dari hasil penelitian (Notoadmojo,2012). Beberapa etika penelitian

yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti menghormati harkat dan martabat responden penelitian, yaitu


60

dengan mempersiapkan informed consent yang merupakan bentuk

persetujuan antara peneliti dengan responden, yang diberikan sebelum

penelitian dilakukan. Dalam hal ini responden berhak bersedia atau tidak

bersedia, bila bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan

bila tidak bersedia maka peneliti harus menghormati keputusannya.

Informasi yang harus ada didalam informed consent yaitu sebagai berikut :

a. Partisipasi dan komitmen ibu post partum

b. Tujuan dilakukannya tindakan

c. Jenis data yang dibutuhkan

d. Prosedur pelaksanaan tindakan

e. Potensial masalah yang akan terjadi

f. Manfaat tindakan

g. Kerahasiaan

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan (respect for privacy and

confidentiality)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden, sehingga untuk identitias

cukup dengan menggunakan inisial, kode atau nomor responden. Hal ini

dilakukan oleh peneliti untuk menjaga kerahasiaan subjek, setiap responden

memiliki hak atas privasi dan kebebasan dalam menyampaikan informasi.

Informasi yang sudah peneliti kumpulkan tidak disebarluaskan atau

diberikan pada orang lain tanpa ijin dari pihak yang bersangkutan.

3. Memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan (ballancing

harms and benefits)

Peneliti hendaknya menghasilkan manfaat yang semaksimal mungkin.

Sehingga peneliti harus berusaha meminimalisir dampak-dampak yang


61

sekiranya dapat merugikan responden penelitian.

4. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclussivenes)

Bentuk keterbukaan yang dilakukan peneliti adalah yaitu dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Sedangkan keadilan dapat dilakukan

peneliti dengan memberikan perlakuan yang sama kepada responden atau

tidak membedakan antara satu responden dengan responden yang lain

sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

H. Alat Pengumpulan Data

Alat pengukuran atau instrumen merupakan cara penelitian untuk

mengumpulkan data yang sesuai baik data kualitatif maupun data kuantitatif

dalam melakukan penelitian. (Nursalam, 2013).

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan peneliti secara langsung dari

responden (Setiadi, 2013), data primer yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah hasil dari pengisian kuesioner kecemasan Covid-19 dan pengeluaran

ASI yang dibagikan kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan peneliti dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh dari peneliti dan dari responden penelitiannya (Setiadi,

2013). Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data

pendokumentasian jumlah ibu melahirkan di wilayah kerja Puskesmas

Jatinegara Kabupaten Tegal.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan


62

data (Notoadmojo, 2012)

a. Kuesioner kecemasan

Pernyataan untuk variabel tingkat kecemasan pandemi Covid-19 terdiri

dari 54 pernyataan, dengan skor jawaban yaitu selalu (perilaku yang

muncul setiap hari) maka nilainya = 5, sering (perilaku lebih banyak

muncul) maka nilainya = 4, kadang-kadang (perilaku kadang-kadang

melakukan dan sering tidak melakukan) maka nilainya = 3, Jarang

(perilaku pernah muncul tapi lebih banyak tidak muncul) maka nilainya

= 2 dan tidak pernah (perilaku tidak pernah muncul sama sekali) maka

nilainya = 1.

b. Lembar observasi

Terdiri dari 2 pertanyaan yang terdapat pilihan jawaban ya atau tidak

selama 2 hari. Jika terdapat jawaban ya pada pertanyaan, maka responden

tersebut masuk dalam kategori ibu post partum yang ada pengeluaran

ASInya.

4. Uji Validitas

Uji validitas pada kuesioner penelitian ini telah diteliti oleh peneliti

sebelumnya dan menggunakan korelasi biserial karena menggunakan skala

guttman. Data dikatakan valid apabila nilai point biserialnya lebih besar dari

nilai konstanta 0,3. Berdasarkan hasil uji validitas variabel kecemasan

diperoleh seluruh item pertanyaan dengan nilai r hitung > 0,3 sehingga

dikatakan valid dan dapat digunakan pada kuesioner (Riyanto, 2017).

5. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus KR 20 (Kuder & Richardson),


63

kuesioner yang digunakan pada penelitian ini telah diaplikasikan dengan

program komputer SPSS versi 23 dan didapatkan alpha hitung > alpha

minimal (0,965 > 0,7) yang artinya kuesioner tersebut dinyatakan reliabel

(Riyanto, 2017)

I. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu suatu proses yang dilakukan pada subjek untuk

pengumpulan karakteristik dari masing-masing subjek yang dibutuhkan dalam

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

renangan penelitian dalam teknik instrument yang diinginkan (Nursalam, 2016).

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan kunjungan ke Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal

untuk menanyakan alur penelitian

2. Peneliti mengurus surat izin kepada STIKES Telogorejo Semarang.

3. Setelah mendapatkan izin dari institusi, peneliti mengajukan surat

permohonan izin ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal untuk mengambil

data di Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

4. Setelah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, peneliti

mengajukan surat permohonan izin untuk mengambil data di Puskesmas

Jatinegara Kabupaten Tegal.

5. Setelah mendapatkan izin dari Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal

Kemudian peneliti melakukan kontrak waktu kepada responden dan

menjelaskan kepada responden dalam observasi penelitian ini bersifat suka

rela dan dijamin kerahasiaannya, meminta tanda tangan sebagai persetujuan

menjadi responden (informed consent)


64

6. Peneliti membagikan kuesioner kecemasan pandemi Covid-19 dan

pengeluaran ASI

a. Kuesioner identitas responden dalam bentuk hard copy. Kuesioner

identitas responden meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan.

b. Kuesioner kecemasan pandemi covid-19 dan pengeluaran ASI dalam

bentuk diberikan pada ibu yang bersedia menjadi responden.

7. Setelah kuesioner terisi, peneliti meminta responden memencet payudaranya

untuk melihat apakah ASI keluar atau tidak, lalu peneliti mengisi lembar

observasi pengeluaran ASI.

8. Mengecek kelengkapan data pada kuesioner, setelah data kuesioner yang

diisi responden sudah terkumpul dan lengkap dapat dilanjutkan untuk

pengolahan data sedangkan jika data kuesioner yang diisi responden tidak

lengkap maka dikeluarkan dari daftar responden.

J. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Analisis penelitian agar menghasilkan informasi yang benar, ada 4 tahapan

dalam pengolahan data yang harus dilalui :

a. Editing

Melakukan pengecekan kelengkapan data pengisian kuesioner.

b. Coding

Coding adalah usaha pengklasifikasian data dari data yang diperoleh

menurut macamnya, dalam melakukan coding, data diklasifikasikan

dengan menggunakan kode tertentu berupa angka. Pada data penelitian

ini menggunakan angka 1 untuk usia <19 tahun, pendidikan tamat SMP,
65

bekerja sebagai IRT, responden yang mengalami cemas serta yang

dapat mengeluarkan ASI, sedangkan angka 2 untuk usia 20-35 tahun,

pendidikan tamat SMA, bekerja sebagai swasta, responden yang tidak

mengalami cemas serta yang tidak dapat mengeluarkan ASI. Angka 3

untuk usia >35 tahun, pendidikan tamat D3, dan bekerja sebagai

pedagaang/wiraswasta.

c. Pemindahan data

Kegiatan memasukkan data yang telah dilakukan coding memakai

fasilitas komputer.

d. Tabulasi Data

Kegiatan meringkas data yang masuk ke dalam tabel disusun sesuai

kebutuhan menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian.

2. Analisis Data

a. Analisa univariat

Analisa univariat digunakan dalam mendeskrisikan atau

mendistribusi frekuensi dan persentase dalam masing-masing

variabel yang akan di teliti meliputi karakteristik responden seperti

usia (ibu usia ≤19 tahun, ibu usia 20-35 tahun dan ibu usia >35

tahun), pendidikan (Tidak tamat SD, SD, SMP, SMA dan

D3/S1/S2), pekerjaan (Ibu Rumah Tangga, PNS, Swasta,

Pedagang/Wiraswasta dan Petani/Nelayan), Kecemasan

(Cemas/Tidak Cemas), Pengeluaran ASI (Keluar/Tidak) di wilayah

kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal dengan menggunakan

penelitian kuantitatif.
66

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang digunakan terdapat hubungan (Notoadmodjo, 2012)

Data pada penelitian ini tidak memerlukan uji normalitas

dikarenakan data yang digunakan yaitu ordinal dan nominal

sehingga metode yang digunakan adalah statistik non parametrik.

Uji analisa statistik yang digunakan yaitu uji chi-square. Uji chi-

square digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

dua variabel. Untuk mengetahui seberapa besar risiko variabel

independen terhadap variabel dependen maka harus diketahui nilai

Odds ratio (OR). Rumus OR = ad/bc, interpretasi jika:

- OR=1➞estimasi bahwa tidak ada asosiasi antara faktor risiko

dengan penyakit.

- OR>1➞estimasi bahwa ada asosiasi positif antara faktor resiko

dengan penyakit.

- OR<1➞ estimasi bahwa ada asosiasi negative antara faktor

resiko dengan penyakit.

Keputusan uji statistik

a. Nilai p (p value) ≤ 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen.

b. Nilai p (p value) > 0,05 maka H0 gagal ditolak, yang berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen


67

dengan variabel dependen.


68

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai pengaruh kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara

Kabupaten Tegal diperoleh sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

Mengidentifikasi karakteristik responden yaitu ibu post partum masa

pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten

Tegal dengan melahirkan dari bulan April – Mei 2022 berjumlah 30

orang, yang meliputi: usia, pendidikan dan pekerjaan yang dilakukan

dengan analisis univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi yaitu

sebagai berikut:

1) Usia

Tabel 1.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Bulan April-Mei 2022
(n=30)
No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1. ≤ 19 tahun 4 13,3
2. 20-35 tahun 24 80
3. > 35 tahun 2 6,7
Total 30 100,0

68
69

Berdasarkan tabel 1.4 diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum masa

pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten

Tegal, sebagian besar dengan usia 20-35 tahun yang berjumlah 24

orang (80%).

2) Pendidikan

Tabel 1.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Bulan April-Mei 2022
(n=30)
No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. SMP 9 30
2. SMA 19 63,3
3. D3/S1/S2 2 6,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 1.5 diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum masa

pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten

Tegal, sebagian besar responden tamat SMA yang berjumlah 19 orang

(63,3%).

3) Pekerjaan

Tabel 1.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Bulan April-Mei 2022
(n=30)
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. IRT 14 46,6
2. Swasta 8 26,7
3. Pedagang/Wiraswasta 8 26,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 1.6 diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum masa

pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten

69
70

Tegal, sebagian besar responden sebagai IRT yang berjumlah 14

orang (46,6%).

b. Kecemasan Pandemi Covid-19 Ibu Post Partum di wilayah kerja

Puskesmas Jantinegara Kabupaten Tegal

Tabel 1.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan
Bulan April-Mei 2022
(n=30)
No Kecemasan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Cemas 23 76,7
2. Tidak Cemas 7 23,3
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 1.7 diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum masa

pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten

Tegal, sebagian besar responden mengalami cemas yang berjumlah 23

orang (76,7%).

c. Pengeluaran ASI Ibu Post Partum di wilayah kerja Puskesmas

Jantinegara Kabupaten Tegal

Tabel 1.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengeluaran ASI
Bulan April-Mei 2022
(n=30)
No Pengeluaran ASI Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tidak 21 70
2. Ya 9 30
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 1.8 diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum masa

pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten


71

Tegal, sebagian besar responden mengalami tidak keluarnya ASI yang

berjumlah 21 orang (70%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI

ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten

Tegal

Pengaruh kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu

post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.9
Tabel Uji Chi-Square dan Odds ratio

Kecemasan
Odds ratio for Kecemasan
Pandemi Pengeluaran ASI Pandemi Covid-19
Jumlah P value
Covid-19 (Cemas / Tidak cemas)

Ya Tidak Value Lower Upper


Cemas 4 19 23
Tidak 5 2 7 0,0006 0,084 0,012 0,599
Jumlah 9 21 30

Dari tabel tersebut terlihat dari 21 orang ASI tidak keluar, proporsi

tertinggi pada cemas pandemi Covid-19 berjumlah 19 orang (63,3%),

namun terdapat yang ASI tidak keluar yang tidak cemas pandemi Covid-

19 berjumlah 2 orang (6,7%). Adapun dari 9 orang ASI keluar, proporsi

tertinggi pada tidak cemas pandemi Covid-19 berjumlah 5 orang (16,6%),

namun terdapat yang ASI keluar mengalami cemas pandemi Covid-19


72

berjumlah 4 orang (13,3%).

Hasil uji statistik diperoleh hasil p value : 0,006 < α : 0,05 sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan kecemasan pandemi Covid-

19 terhadap pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja

Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal. Hal ini dapat diartikan pula

bahwa kecemasan terhadap pandemi Covid-19 mempunyai korelasi

dengan pengeluaran ASI ibu post partum.

Dari tabel diketahui Odds ratio sebesar 0,084 dimana dapat disimpulkan

bahwa ibu post partum yang mengalami cemas karena pandemi Covid-19

memiliki resiko 0,084 kali lipat mengalami tidak keluarnya ASI

dibandingkan dengan ibu post partum yang tidak mengalami cemas

karena pandemi Covid-19. Nilai OR<1 menunjukkan asosiasi negatif

yaitu kehadiran satu kejadian mengurangi peluang, dimana semakin

cemas ibu maka pengeluaran ASI nya semakin menurun.

B. PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai pengaruh kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara

Kabupaten Tegal, sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

1) Usia

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 ibu post

partum sebagian besar dengan usia 20-35 tahun berjumlah 24 orang


73

(80%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arfiah (2017),

Manuaba (2017) Mardjun (2019), dan Fauza (2018) yang

menunjukkan usia responden sebagian besar antara 20-35 tahun.

Menurut Notoadmodjo (2012) semakin cukup usia, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir sehingga semakin matang cara berpikirnya yang membuat

individu tersebut siap menyusui anaknya dalam kondisi apapun.

Sehingga peneliti berasumsi responden sebagian besar tergolong

masih usia muda yang berdampak mengalami cemas di masa

pandemi Covid-19 sehingga berdampak pada tidak keluarnya ASI.

2) Pendidikan

Hasil penelitian dari 30 ibu post partum, diperoleh sebagian besar

pendidikannya sampai SMA yang berjumlah 19 orang (63,3%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wiwin (2016), Arfiah

(2017), Mardiatun (2017) dan Fauza (2018) yang menunjukkan

sebagian besar responden dengan pendidikan terakhirnya adalah

SMA.

Menurut Notoatmodjo (2012) semakin tinggi tingkat pendidikan

maka semakin mudah seseorang menerima hal yang baru dan akan

mudah menyesuaikan diri. Semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula ia menerima informasi dan akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika tingkat

pendidikan seseorang rendah, itu akan menghambat perkembangan


74

perilakunya terhadap penerimaan informasi dan pengetahuan yang

baru. Rendahnya tingkat pengetahuan responden baik tentang ASI

maupun Covid-19 memungkinkan kurangnya wawasan pengetahuan

yang dimiliki responden, sehingga responden rentang mengalami

kecemasan. Oleh sebab itu, ibu berpendidikan SMP sebanyak

9 responden (30%) memiliki kemungkinan mengalami kecemasan

jika dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SMA dan

D3 karena sedikitnya informasi yang diserap terhadap informasi

yang diperoleh selama antenalcare.

3) Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 ibu post

partum, sebagian besar bekerja sebagai IRT berjumlah 14 orang

(46,6%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sulastri (2016), Arfiah (2017), Mardjun (2019), menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga. Menurut

Linawaty (2012) pekerjaan seseorang dapat berdampak pada faktor

pendapatan atau penghasilan keluarga sehingga dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan anggota keluarganya, karena adanya beban moril

yang harus di tanggung oleh setiap anggota keluarga untuk dapat

mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Keluarga yang memiliki

pekerjaan dan pendapatan akan menjadi sistem pendukung untuk

kesehatan jiwa masing-masing anggotanya, demikian sebaliknya jika

jumlah pendapatan berkurang atau memang tidak mencukupi dalam

setiap bulannya akan memunculkan stressor pada setiap anggotanya.


75

Pada umumnya bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga. Tugas seorang ibu rumah tangga sangat banyak

diantaranya yaitu memasak, mencuci, mengurus suami. Hal ini

mengakibatkan kelelahan atau letih pada ibu yang memicu

penurunan produksi ASI. Menurut penelitian, ibu rumah tangga atau

wanita yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu, sehingga

ibu bisa terfokus untuk merawat bayinya, ibu juga memiliki banyak

waktu untuk berinteraksi dengan orang sekitar terkait informasi

mengenai Covid-19 dan persiapan persalinan dibandingkan dengan

ibu yang bekerja, sehingga peneliti berasumsi, responden yang

memiliki banyak kesibukan dirumah ditambah dimasa masa pandemi

Covid-19 suaminya tidak bekerja dapat berdampak pada kecemasan

sehingga mempengaruhi pengeluaran ASI.

b. Kecemasan Pandemi Covid-19 Ibu Post Partum di wilayah kerja

Puskesmas Jantinegara Kabupaten Tegal

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum

terdapat 23 orang (76,7%) yang mengalami cemas dan 7 orang

(23,3%) yang tidak mengalami cemas. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Fadli (2020), Yono (2020), dan Buana (2020) yang

menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan

saat pandemi Covid-19 meliputi berkurangnya penghasilan dan takut

tertular Covid-19.
76

Gangguan psikologi pada ibu menyebabkan berkurangnya

pengeluaran ASI karena akan menghambat let down reflek. Perubahan

psikologi pada ibu post partum umumnya terjadi pada 3 hari post

partum. Dua hari post partum ibu cenderung bersifat negatif terhadap

perawatan bayinya dan sangat tergantung lain karena energi

difokuskan untuk Kelancara ASI sangat dipengaruhi oleh faktor

psikologis. Kondisi kejiwaan dan emosi ibu yang tenang sangat

mempengaruhi kelancaran ASI. Jika ibu mengalami stress, pikiran

tertekan, tidak tenang, cemas, sedih dan tegang akan sedikit

mengeluarkan ASI dibandingkan ibu yang tidak cemas (Arfiah, 2017).

c. Pengeluaran ASI Ibu Post Partum di wilayah kerja Puskesmas

Jantinegara Kabupaten Tegal

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 ibu post partum

terdapat 9 orang (30%) yang mengeluarkan ASI dan 21 orang (70%)

yang tidak mengalami mengeluarkan ASI. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Arafiah (2017) dan Fadli (2020) yang menunjukkan

bahwa sebagian besar responden ASI nya tidak keluar saat pandemi

Covid-19.

Proses laktasi adalah proses pembentukan ASI yang melibatkan

hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin selama kehamilan

akan meningkat, akan tetapi ASI belum keluar karena masih

terhambat hormon estrogen yang tinggi. Dan pada saat melahirkan,

hormon estrogen dan progesteron akan menurun dan hormon prolaktin

akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI (Astutik, 2014).


77

Pada penelitian ini pengukuran pengeluaran ASI dilihat pada hari 3-4

dengan cara meminta responden untuk palpasi dan memencet putting

susunya sendiri. Jika terlihat ASI yang merembes pada hari 3 dan 4

maka responden tersebut dikatakan dapat mengeluarkan ASI,

sebaliknya jika saat dipalpasi dan dipencet puttingnya tidak

mengeluarkan ASI pada hari 3-4 maka responden tersebut dikatakan

tidak dapat mengeluarkan ASI.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran

ASI ibu post partum

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil p value : 0,006 < α :

0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan

kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu post

partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal.

Hasil uji Odds ratio menunjukkan nilai 0,084 yang berarti bahwa

ibu post partum yang mengalami cemas karena pandemi Covid-19

memiliki resiko 0,084 kali lipat mengalami tidak keluarnya ASI

dibandingkan dengan ibu post partum yang tidak mengalami

cemas karena pandemi Covid-19. Nilai ini tergolong rendah

dikarenakan terdapat ibu yang cemas tetapi dapat mengeluarkan

ASI, hal ini disebabkan oleh faktor lain yang menyebabkan tidak

ada hambatan ASI pada ibu walaupun mengalami cemas seperti

ibu mengonsumsi makanan bergizi, usia yang sudah matang, serta

ekonomi yang tidak terganggu walaupun di masa pandemi.


78

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kamariyah

(2014), Arfiah (2017), Mardjun (2019) dan Hastuti (2020) yang

menunjukkan terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan

pengeluaran ASI pada masa nifas dengan p value = 0,00 < 0,05.

Menurut Hawari (2016) kecemasan adalah gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam. Gejala yang dikeluhkan

didominasi oleh faktor psikis tetapi dapat pula oleh faktor fisik.

Seseorang akan mengalami gangguan cemas manakala yang

bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial.

Menurut Dewi (2015) Kecemasan merupakan hal yang biasa

terjadi pada ibu post partum. Hal ini berkaitan dengan adaptasi

ibu post partum yang dibagi ke dalam 3 kelompok (taking in,

taking hold, dan letting go) namun akan menjadi patologis jika

terjadi berlebihan. Hormon hypothalamus itu sendiri bekerja

sesuai dengan perintah otak dan bekerja sesuai emosi ibu,

sehingga ibu yang cemas akan sedikit mengeluarkan ASI

dibandingkan ibu yang tidak cemas dan jika ditambah dengan

beban psikologis lainnya, seperti penyebaran dan penularan

wabah yang sedang terjadi saat ini yaitu pandemi covid-19, baik

penularan terhadap diri sendiri maupun bayinya. Pandemi ini

mengharuskan pemerintah mengeluarkan beberapa aturan seperti

bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH), Lockdown,

pengurangan pegawai, dan juga pengurangan gaji untuk menekan


79

penyebaran virus dan hal ini memberikan dampak psikologis

kepada semua orang tanpa terkecuali ibu nifas dan menyusui

karena mereka takut dengan berkurangnya penghasilan maka

nutrisi selama ibu menyusui akan berkurang dan bayi pun akan

kekurangan gizi, mereka juga cemas akan menularkan virus

tersebut kepada bayi ketika mereka sedang menyusui. Maka dari

itu, seorang ibu yang baru melahirkan harus berpikir positif,

ketika ibu berpikir positif dan tetap tenang akan memicu produksi

ASI sehingga ASI bisa keluar dengan lancar, sebaliknya ibu yang

kondisi psikologisnya terganggu seperti merasa cemas akan

mempengaruhi produksi ASI sehingga produksi ASI bisa

menurun dan menyebabkan ASI tidak keluar.

C. KETERBATASAN PENELITI

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih terdapat beberapa

kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang dalam

pengisiannya ditunggui oleh peneliti sehingga ada kemungkinan responden

tidak membaca pertanyaan dengan teliti karena alasan waktu.

2. Ada beberapa responden yang menjawab kuesioner tidak langsung dan

dikirim melalui aplikasi Whats App dikarenakan keterbatasan waktu.

3. Peneliti tidak mengontrol faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI

seperti usia, pendidikan dan pekerjaan.


80

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu post partum di

wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal, disimpulkan sebagai

berikut:

1. Responden yang berusia 20-35 tahun berjumlah 24 orang (80%), pendidikan

SMA berjumlah 19 orang (63,3%) dan bekerja sebagai IRT berjumlah 14

orang (46,6%).

2. Responden yang mengalami cemas terhadap kondisi Covid-19 berjumlah 23

orang (76,7%) dan tidak cemas terhadap kondisi Covid-19 berjumlah 12

orang (23,3%).

3. Responden yang ASI nya belum keluar sampai hari 3-4 setelah melahirkan

berjumlah 21 orang (70%), sedangkan ASI keluar sampai hari 3-4 setelah

melahirkan berjumlah 9 orang (30%).

4. Ada hubungan kecemasan pandemi Covid-19 terhadap pengeluaran ASI ibu

post partum (p value : 0,006 < α : 0,05).

B. Saran

Dari kesimpulan mengenai pengaruh kecemasan pandemi Covid-19 terhadap

pengeluaran ASI ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara

80
81

Kabupaten Tegal, maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan upaya penyuluhan

yang baik tentang pengendalian kecemasan dan upaya peningkatan

pengeluaran ASI serta untuk selalu berpikiran positif dan mencari informasi

tentang kesehatan khususnya Covid-19 kepada individu dan keluarga,

khusunya ibu hamil.

2. Bagi masyarakat, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pembelajaran dan pengetahuan tentang penyebab dari kecemasan dan

produksi ASI

3. Bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

pengeluaran ASI pada ibu post partum


DAFTAR PUSTAKA

Arfiah. (2017). Pengaruh Tingkat Kecemasan pada Ibu Postpartum Primipara


Remaja terhadap Kemampuan Pemenuhan Kebutuhan Bayi Baru Lahir di
RSU Anuntapura Palu. Program Studi DIII Kebidanan, STIKes Widya
Nusantara Palu.

Depkes RI. (2018). Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jilid A, Jakarta.

Fauza. (2018). Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan Sectio
Caesarea Terhadap Proses Percepatan Pemulihan Postpartum Di Ruang
Kebidanan RSUDZA Banda Aceh. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D3
Kebidanan Stikes U’Budiyah Banda Aceh.

Fitri. (2015). Pengertian Anak Tinjauan secara Kronologis dan Psikologis.


http://www.wordpress.com

Guyton, AC & Hall JE. (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 13. Jakarta:
EGC.

Hastuti, P. (2020). Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran Asi Ibu Menyusui Di


Rumah Sehat Bundaathahira Bantul. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 9(1), 82-89.

Hawari. D. (2016). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta:


FKUI.

Hoff, C. E., Movva, N., Rosen Vollmar, A. K., & Pérez-Escamilla, R. (2019).
Impact of maternal anxiety on breastfeeding outcomes: a systematic review.
Journal Advances in Nutrition, 10(5), 816-826.

Ibrahim, A.S. (2016). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tanggerang: Jelajah
Nusa.

Kusumawati, F. (2017). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakart: Sagung Seto.

Mardiatun. (2017). Pengaruh pendekatan supportive-educative “orem” terhadap


peningkatan kemandirian ibu nifas dalam perawatan diri selama early
postpartum di Puskesmas Karang Taliwang Mataram Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, 10(3), 56-60.

Mardjun, Zulfikar. (2019). Hubungan Kecemasan dengan Kelancaran pengeluaran


ASI Pada Ibu Post partum Selama Dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Kasih Ibu Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp), 7(1), 89-94.
Marmi, S. (2017). Asuhan kebidanan pada masa nifas “Puerperium Care". Jakarta:
Pustaka Pelajar.

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Panahi, L., Amiri, M., & Pouy, S. (2020). Risks of novel coronavirus disease
(COVID-19) in pregnancy; a narrative review. Journal of academic
emergency medicine, 8(1), 109-113.

Pratiwi, S.Y., Rofiqoh, S, & Rejeki, H. (2019). Pengaruh Paket Edukasi Sayang Ibu
Terhadap Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Surya Muda 1(2), 89-101.

Putri, I. M., & Utami, F. S. (2020). ASI dan Menyusui. Jurnal UIN Antasari,
12(26), 78-85.

Rahmiati. (2018). Efektifitas Mengunyah Permen Karet Terhadap Pemulihan


Peristaltik Usus Pada Ibu Post partum Sectio Caesaria. Jurnal Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda, 12(2), 89-92.

Ramdan, I. M. (2018). Reliability and validity test of the Indonesian version of the
hamilton anxiety rating scale (ham-a) to measure work-related stress in
nursing. Jurnal Ners, 14(1), 54-58.

Riyanti, A. (2017). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Roesli, Utami. 2018. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Safrizal ZA, MSi, Danang Insita Putra, PhD, Safriza Sofyan, SE, AK, M.Com, Dr.
Bimo MPH. (2020). Pedoman Umum Menghadapi Pademi COVID-19. Tim
Kerja Kementerian Dalam Negeri. Jakarta.

Sirait Irmawati Lenny. (2020). Respon Psikologis (Kecemasan dan stres) pada ibu
Nifas dan menyusui dimasa Pandemi Covid 19 di Kota Bekasi Tahun 2020.
Jakarta: Database of researches, Publication, and Inovations on Coronavirus
Disease (Covid 19).

Stuart, W.G. (2017). Buku Saku Keperawatan Jiwa Jakarta: Penerbit EGC.

Sugiyono. (2014.) Statistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sulastri, Wiwin. (2016). Hubungan tingkat kecemasan ibu dengan pemberian asi
pada masa nifas di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta, Jurnal Publikasi
Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu
Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Suryaman dkk. (2021). Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Dalam
Pemberian Asi Pada Bayi Dimasa Pandemi Covid 19. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 9(1), 116-121.

Tomb, D.A. (2015). Buku Saku Psikiatri. Ed 6. Alih Bahasa : dr Martina Wiwien.
Jakarta: Penerbit EGC.

Tambaru, R., Hilda, H., & Theresia, F. I. (2020). Pengaruh Kecemasan Pandemi
Covid-19 Terhadap Pengeluaran Asi Ibu Post partum Di Bidan Praktik
Mandiri Hj. Rusmawati Di Muara Badak. Jurnal Poltekkes Kalimantan
Timur, 8(1).89-93.

Walyani, E. S. (2015). Perawatan Kehamilan Dan Menyusui Anak Pertama Agar


Bayi Lahir Dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Xu H, Zhong L, Deng J, Peng J, Dan H, Zeng X, et al. (2020). High expression of


ACE2 receptor of 2019-nCoV on the epithelial cells of oral mucosa.
International Journal of Oral Science. 12 (1): 8. doi:10.1038/s41368-020-
0074-x).

Yuliani dkk. (2020). Kecemasan Ibu Hamil Dan Ibu Nifas Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di Kecamatan Baturraden. Jurnal Sains Kebidanan, 2(2), 11-14.

Zhong, B., Luo, W., Li, H., Zhang, Q., Liu, X., Li, W., & Li, Y. (2020).
Knowledge, attitudes , and practices towards COVID-19 among Chinese
residents during the rapid rise period of the COVID-19 outbreak : a quick
online cross-sectional survey.International Journal of Biological Sciences,
16(10), 1745-1752.

Zulfikar dkk. (2019). Kecemasan Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi Pada Ibu
Post partum Selama Dirawat Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kasih Ibu
Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp). 7(1), 1-8.
LAMPIRAN
Lampiran 1
POA (Plan Of Action)

Hubungan Kecemasa Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran ASI Ibu Post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara
Kabupaten Tegal
Tahun 2021 Tahun 2022
No. Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul
proposal
2. Pengajuan BAB I
3. Pengajuan BAB II
4. Pengajuan BAB III
5. Ujian proposal
6. Perbaikan proposal
7. Pengurusan izin
penelitian
8. Pengambilan data
9. Pengajuan BAB
IV
10. Pengajuan BAB V
11. Sidang riset
keperawatan
12. Perbaikan riset
keperawatan
13. Pengumpulan riset
keperawatan
Lampiran 2

SURAT PERMOHONAN PENGAMBILAN DATA AWAL


Lampiran 3

SURAT BALASAN PERMOHONAN PENGAMBILAN


DATA AWAL
Lampiran 4

SURAT PERMOHONAN ETHICAL CLEARANCE


Lampiran 5

SURAT KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK


Lampiran 6

SURAT PERMOHANAN PENELITIAN


Lampiran 7

SURAT IZIN PENELITIAN


Lampiran 8

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Ibu/sdr/i
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
Nama : Zakiah Halwani Wahdaniyah
Nim : 118098
Alamat : Semarang
Menyatakan bahwa saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Kecemasan Pandemi Covid-19 terhadap Pengeluaran ASI Ibu Post partum di
Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara Kabupaten Tegal” sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar sarjana keperawatan di institusi pendidikan tersebut.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi Ibu/sdr/i sebagai subjek
penelitian, kerahasian seluruh informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepertingan penelitian. Saya mengharapkan kesediaan ibu/sdr/i
untuk ikut dalam penelitian ini, yaitu dengan bersedia untuk mendatangani lembar
persetujuan.
Atas kesediaan bapak/ibu/sdr/i saya ucapkan terimakasih.

Semarang, April 2022


Peneliti

(Zakiah Halwani Wahdaniyah)


Lampiran 9

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama :
Usia :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi subjek penelitian
yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES
Telogorejo Semarang yang bernama Zakiah Halwani Wahdaniyah (NIM: 118128)
dengan judul “Hubungan Kecemasan Pandemi Covid-19 terhadap
Pengeluaran ASI Ibu Post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinegara
Kabupaten Tegal”. Surat persetujuan ini saya buat atas kesadaran sendiri tanpa
tekanan maupun paksaan dari pihak manapun.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Semarang, April 2022


Responden

(………………………….)
Lampiran 10

Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :

Identitas Responden

1. Usia Responden :
1. ≤19 tahun
2. 20-35 tahun
3. >35 tahun
2. Pendidikan :
1. Tidak tamat SD
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. D3/S1/S2
3. Pekerjaan
1. Ibu Rumah Tangga
2. PNS
3. Swasta
4. Pedagang/Wiraswasta
5. Petani/Nelayan
Lampiran 11

KUESIONER KECEMASAN PANDEMI COVID-19

Petunjuk :
Pilih salah satu sesuai kondisi ibu
saat ini, yaitu:
Selalu = Perilaku yang muncul setiap hari
Sering = Perilaku lebih banyak muncul
Kadang-kadang = Perilaku kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
Tidak pernah = Perilaku tidak pernah muncul sama sekali

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak


kadang pernah
1 Selama 1 atau 2
minggu sebelum
melahirkan ini saya
merasa cemas takut
tertular covid-19
2 Saya berfirasat
penularan
covid-19 semakin
tinggi
3 Saya mudah
tersinggung jika ada
orang yang tidak
menggunakan masker
berada dekat saya
4 Saya takut tidak dapat
memberikan
perlindungan yang
terbaik bagi bayi
saya nanti saat covid-
19 ini
5 Saya merasa tegang
setelah melahirkan
takut
tertular covid-19
6 Saya gemetar saat
Melahirkan
7 Saya gelisah akan
kondisi
covid-19
8 Tidur saya tidak
tenang memikirkan
penularan
covid-19
9 Saya mudah terkejut
jika mendengar berita
kasus
covid-19
10 Saya mudah menangis
melihat orang yang
tertular covid-19
11 Saya takut melahirkan
di
rumah sakit
12 Saya takut melahirkan
di
rujuk ke faskes yang
lain
13 Saya takut jika ada
orang
yang sakit berada
didekat saya
14 Saya takut jika
demam,
batuk dan pilek
15 Saya takut jika
disuruh
untuk rafid test
16 Saya mudah takut
berada
Dikerumunan
17 Saya sering
mengguna-kan
handsanitizer
18 Saya takut jika tidak
sering mencuci tangan
pakai sabun
19 Saya tidak ingin ada
orang lain atau
keluarga dari luar
daerah berkunjung
20 Saya merasa gugup
jika ada berita yang
meninggal karena
covid
21 Saya was-was saat
mendengan berita
penderita covid
semakin
Bertambah
22 Saya tidak ingin
melahirkan ditemani
orang banyak
23 Saya khawatir petugas
yang membantu saya
melahirkan tidak
menggunakan APD
(masker, fice shield
dan sarung tangan)
24 Saya merasa khawati
pendapatan berkurang
selama covid
25 Saya khawatir tidak
punya biaya
persalinan

26 Saya khawatir tidak


sanggup memenuhi
kebutuhan bayi
(pakaian
dan perlengkapan
bayi)
27 Saya takut makanan yang
saya konsumsi selama
dirumah saja tidak bergizi
28 Saya takut keluar rumah
29 Saya takut banyak
keluarga pasien lainnya
yang menunggu saat
Melahirkan
30 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
penglihatan kabur
31 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
badan terasa lemas
32 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
muka saya pucat
33 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
denyut nadi saya cepat
34 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
terasa nyeri di dada
35 Saya khawatir saat
keluarga membelikan
makanan dari luar
36 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
badan terasa lemas mau
Pingsan
37 Selama 1 atau 2 minggu
sebelum melahirkan ini
sering berdebar-debar
38 Saya tidak pernah periksa
kehamilan, karena takut
ke tempat pelayanan
Kesehatan
39 Saya tidak pernah ke
apotek membeli vitamin
ibu hamil, karena takut di
apotek banyak orang
40 Saya gugup saat keluarga
satu rumah ada yang sakit
41 Saya takut covid menular
ke keluarga saya
42 Saya sulit menelan
makanan, karena tidak
tenang selama masa covid
43 BB saya tidak banyak
mengalami peningkatan
44 BAB saya tidak lancar
karena makanan yang
dikonsumsi kurang
bergizi selama covid
45 Saya merasa mual dan
muntah saat mendengar
ada warga kecamatan
Jatinegara mengalami
covid
46 Saya mengalami nyeri
lambung karena tidak
selera makan selama
Covid
47 Makanan yang tersedia
tidak bergizi karena stok
makanan tidak lengkap
selama masa covid
48 Saya tidak sanggup
membeli makanan bergizi
selama covid
49 Saya merasa eneg dengan
makanan yang
Dikonsumsi
50 Saya sering kencing saat
mendengar berita
penularan covid
51 Saya tidak dapat menahan
kencing saat mendengar
berita penularan covid
52 Saya kurang minum
selama mendengar berita
penularan covid
53 Saya mudah berkeringat
saat mendengar berita
penularan covid
54 Saya sakit kepala saat
mendengar berita
penularan covid

Total Skor
=
Lampiran 12

LEMBAR OBSERVASI
Penilaian berdasarkan penilaian ibu tentang kondisi pengeluaran ASI, yaitu :
Bila Ya, maka nilainya = 1
Bila tidak, maka nilainya = 0

No Pengeluaran ASI Hari Hari IV


III
Ya Tidak Ya Tidak
1 Payudara ibu tegang sebelum
disusukan. Hal ini dilakukan
dengan cara palpasi daerah
payudara untuk mengetahui
kondisi kelenjar-kelenjar susu yang
penuh berisi ASI
2 Terlihat ASI yang merembes dari
puting susu. Dilakukan dengan
cara melihat langsung atau dengan
memencet puting susu ibu
Lampiran 15

Anda mungkin juga menyukai