Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY R UMUR 27

TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN


BENDUNGAN ASI DI PMB EKA MAYA ISTIANTI,Amd.Keb

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Kebidanan Nifas
Program Studi Profesi Bidan

DISUSUN OLEH:
SHINTA MARCELIANA
20390035

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2021

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY R UMUR 27


TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN
BENDUNGAN ASI DI PMB EKA MAYA ISTIANTI,Amd.Keb

Disusun Oleh
Nama : Shinta Marceliana
NPM : 20390035

Laporan Studi Kasus Asuhan Kebidanan Nifas


Telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Hari, tanggal :

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal
Di ( Eka Maya Istianti,Amd.Keb)

Pembimbing Institusi
Tanggal
Di ( Dainty Maternity,.SST.,M.Keb )

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas semua berkat dan rahmat-Nya

sehingga dapat terselesaikannya studi kasus Praktek Klinik Kebidanan nifas..

Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak DR.dr.Achmad Farich,M.Kes.,selaku Rektor Universitas

Malahayati Bandar Lampung.

2. Ibu Dainty Maternity, S.S.T M.Keb., selaku Ketua Program Study Profesi

Bidan.

3. Ibu Dainty Maternity, S.S.T M.Keb. , sebagai Pembimbing Institusi


Pendidikan Bidan Profesi universitas Malahayati Bandar Lampung
4. Ibu Eka Maya Istianti, Amd.Keb sebagai pembimbing lapangan di
Puskesmas Rawat inap penengahan
5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan saling mendukung
selama penyusunan studi kasus ini.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun laporan ini,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan yang Maha

Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan studi kasus ini sangat di

harapkan.Demikianlah, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Lampung Selatan 21 juni 2021

Penulis

Shinta Marceliana

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 3
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................... 22
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 46
BAB V PENUTUP .........................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2014). Menyusui
merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan
yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu,
mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan
ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu
melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya
dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya
pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI
tidak lancar atau pengisapan oleh bayi. Pembengkakan ini akan
mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam,
oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara
agar tidak terjadi komplikasi seperti bendungan ASI (Heryani, 2012).
Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan
ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, tidak
mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani
makaakan menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan ASI
dapat terjadi karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu
sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai
kenaikan suhu badan
Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator salah
satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015, menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu

1
(AKI) di Indonesia adalah 305/100.000 kelahiran hidup, ini berarti setiap
100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 305 ibu yang meninggal akibat
komplikasi kehamilan, persalinan maupun dalam masa nifasnya. Angka ini
masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di
kawasan ASEAN, Jumlah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak
(AKI/AKB) di Lampung Selatan dalam tiga tahun terakhir mengalami
penurunan secara signifikan, hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah
AKI sebanyak 27 kasus sedangkan jumlah AKB sebanyak 88 kasus selama
tiga tahun terakhir.Dengan rincian, jumlah AKI pada tahun 2017 sebanyak 11
kasus, 2018 sebanyak 8 kasus, 2019 sebanyak 8 kasus. (Dinas Kesehatan
Kabupaten lampung selatan, 2019). Dari data AKI di Indonesia terdapat 60%
kematian pada masa nifas dalam 24 jam pertama dalam hal ini perlu peran
dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas sangat membantu dalam
mencegah kematian tersebut (Setyo, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2013
di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami
bendungan ASI rata-rata sebanyak 8.242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada
tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7.198 (66,87%)
dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 6.543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2015).
Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada
tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI
pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta
pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543
(71,10%) (Depkes RI, 2014).
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI
sebanyak 35.985 (15,60%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37,12%) ibu nifas (SDKI,
2015).

2
Usaha untuk mengurangi AKI tersebut, salah satu upaya yang dilakukan
adalah perawatan pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas yang baik,
misalnya perawatan payudara. Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah
keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Setyo, 2011).
Biasanya payudara yang mengalami bendungan ASI akan terlihat oedema,
puting susu kencang, dan ASI tidak keluar. Akibat terhadap bayi, bayi tidak
puas setiap setelah menyusu, bayi sering menangis atau bayi menolak
menyusu (Setyo, 2011). Jika bendungan ASI tidak ditangani dengan baik
maka akan terjadi mastitis, peradangan payudara, abses payudara, dan akibat
lebih lanjut akan terjadi kematian (Ambarwati, 2010).
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi komplikasi akibat
bendungan ASI maka dibutuhkan peran bidan yang antara lain
mempersiapkan ibu pada masa antenatal dengan melakukan pemeriksaan
payudara dan perawatan payudara, memberikan informasi tentang laktasi dan
memberikan motivasi ibu untuk menyusui pada masa nifas dan bidan harus
bisa mengatasi masalah yang sering terjadi yaitu kelainan pada bentuk putting
susu, putting susu lecet (Ambarwati, 2010).
Berdasarkan hasil data yang diperoleh penulis di Pmb eka maya istianti
Amd. selama bulan juni 2021 terdapat 40 kasus ibu diantaranya 25 ibu
dengan masa nifas dengan komplikasi yang terdiri dari 4 kasus ibu nifas
dengan bendungan ASI. Penatalaksanaan kasus bendungan ASI di Pmb Eka
Maya istianti,Amd.Keb adalah dengan stabilisasi pasien, mengkaji data
subjektif dari pasien, pemeriksaan payudara,. Mengingat pentingnya peran
bidan dalam memberikan asuhan pada nifas, maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus yang berjudul“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny R
Umur 27 Tahun P1A0 Post Partum hari ke 4 Dengan Bendungan ASI.”

3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI di
PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb pada Ibu Nifas Pada Ny R Umur 27
Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke 5.”
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1) Melakukan pengkajian data subjektif yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
2) Melakukan pengkajian data objektif, yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
3) Melakukan analisa data yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
4) Melakukan penatalaksanaan yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktik pada
ibu nifas dengan bendungan ASI
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Menambah pengetahuan dan informasi terkait dengan ibu nifas
dengan bendungan ASI sehingga nantinya dapat menurunkan angka
mordibitas maupun mortalitas pada ibu nifas.
3. Bagi PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb

4
Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Sulistyawati, 2009).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa atau waktu sejak bayi lahir
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan (Suherni, 2009).
a. Tujuan masa nifas
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik psikologi bagi ibu dan bayi
dengan di berikan asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan
dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai
ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama).
2) Pencegahan diagnose dini  dan pengobatan komplikasi pada ibu
dengan di berikan asuhan pada ibu nifas kemungkinan munculnya
permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal.
3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus.
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak,serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009)

6
b. Tahapan masa nifas
1) Puerpurium dini yaitu masa pemulihan dimana ibu telah
diperkenankan untuk berjalan jalan dan berdiri
2) Puerpurium intermedial yaitu masa pemulihan menyeluruh alat alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3) Remote poerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila hamil atau bersalin yang mengalami komplikasi
(Ai Yeyeh, 2009).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha ( 2009) adalah
sebagai berikut :
1) Immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
pada masa nifas ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh karna itu bidan dengan teratur
harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus pengeluaran lokea
tekanan darah dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam -1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan lokia tidak berbau busuk
tidak demam ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu )
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
c. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Tabel 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
setelah uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa  nifas karena atonia
uteri.

7
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang
baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal :
persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan,
cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperhatikan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
         3 2  minggu Sama seperti kunjungan ke 2.
setelah
persalinan
4 6  minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
setelah yang ia atau bayinya alami.
persalinan 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber: Sulistyawati (2009)

2. Perubahan Dalam Masa Nifas


a. Perubahan uterus
Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum
hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah
persalinan. Involusi uteri lebih lambat pada multipara. Penurunan
ukuran uterus dipengaruhi oleh proses autolis protein dan sitoplasma
miometrium. Hasil dari menurunkan ukuran uterus harus kehilangan
sel-sel dalam jumlah besar. Selama beberapa hari pertama setelah
melahirkan endometrium dan miometrium pada tempat plasenta
diserap oleh sel-sel granulosa sehingga selaput basal endometrium
kembali dibentuk (Heryani, 2012).

8
Tabel 2.2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio
Involusi TFU Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr

Plasenta Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr

1 Minggu Pertengahan pusat - simpisis 500 gr

2 Minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr

6 Minggu Normal 50 gr

8 Minggu Normal seperti sebelum 30 gr


hamil

Sumber: Astutik (2015)


b. Pengeluaran lokia
Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Macam-macam lokia:
1) Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi darah segar
dan sisasisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan
2) Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
3) Lokia serosa: Locha ini berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
4) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih
serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu:
1) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
2) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluarnya (Astutik, 2015)
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

9
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (Astutik,
2015)
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil. Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol
(Astutik, 2015).
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti
keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus oto perineum, maka
pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel (Astutik, 2015)
f. Payudara atau Laktasi
Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri
dari korpus (badan), areola dan papilla atau puting. Fungsi dari
payudara adalah memproduksi susu (air susu ibu) sebagai nutrisi bagi
bayi. Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah
dipersiapkan untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi
pada kelenjar mammae selama kehamilan adalah:
1) Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama
hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mammae untuk
persiapan produksi ASI.
2) Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus
laktiferus. Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar

10
sendiri melalui puting susu saat usia kehamilan memasuki trimester
ketiga.
3) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam
kelenjar mammae (Maritalia, 2014) Setelah persalinan, estrogen
dan progesteron menurun drastis sehingga dikeluarkan prolaktin
untuk merangsang produksi ASI. ASI kemudian dikeluarkan oleh
sel otot halus disekitar kelenjar payudara yang mengkerut dan
memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang membuat otot-otot itu
mengkerut (Heryani, 2012). Selama kehamilan hormon prolaktin
dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh
hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada hari-hari pertama
ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan agak berwarna
kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yang disekresi setelah hari
ketiga postpartum (Maritalia, 2014). Laktasi adalah keseluruhan
proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral
dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi
mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik
dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami
(Mulyani, 2013)
3. Bendungan ASI
a. Pengertian
Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat
penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan
dengan sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada
puting susu (Rukiyah, 2012). Bendungan ASI adalah bendungan yang
terjadi pada kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari
produksi dan penampungan ASI. Bendungan ASI terjadi pada hari ke
3-5 setelah persalinan (Kemenkes RI, 2013)

11
b. Penyebab
1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI
didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu
tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya,
ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI)
4) Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan
bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting
dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendung
an ASI).
5) Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak
dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI) (Rukiyah, 2012).
c. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus
yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air
susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus

12
dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi
menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik,
atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang
pengeluaran susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit
karena pembesaran vena serta pebuluh limfe (Rukiyah, 2012).
d. Manifestasi klinik
Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,
suhu tubuh sampai 38oC (Rukiyah, 2012). Menurut Wulandari (2012),
bendungan ASI adalah suatu kejadian dimana aliran vena dan limfatik
tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air
susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanya disebabkan
karena air susu yang terkumpul tidak dikeluarkan sehingga menjadi
sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI
antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras dan
suhu tubuh ibu sampai 38o C. Apabila keadaan ini berlanjut maka
dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara.

Gambar 2.1 Bendungan ASI (Rukiyah, 2012)


e. Prognosis
Bendungan ASI merupakaan permulaan dari infeksi mammae yaitu
mastitis. Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah

13
stapylococus aerus yang masuk melalui puting susu. Infeksi
menimbulkan demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan
mammae, dan terjadi perubahan kulit mammae (Rukiyah, 2012).
f. Diagnosis
Menurut Rukiyah (2012) untuk menegakkan diagnose maka
dilakukan pemeriksaan payudara dan pemeriksaan harus dikerjakan
dengan sangat hati-hati, tidak boleh kasar dan keras. Pemeriksaan
payudara dilakukan dengan :
1) Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada ibu untuk melihat
tanda-tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan ke
simetrisan payudara dengan posisi ibu duduk, tangan ibu
disamping dan sesudah itu dengan kedua tangan keatas, selagi
pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik
dibawah kulit kibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah
kulit. Perlu diperhatikan apakah Edema kulit harus diperhatikan
pada tumor yang terletak tidak jauh dibawah kulit. Kita akan
melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk (peaud’
orange) pada kanker payudara.
2) Palpasi
Pada saat akan dilakukan palpasi ibu harus tidur, tangan
yang dekat dengan payudara yang akan diraba diangkat kebawah
kepala dan payudara ibu diperiksa secara sistematis bagian medial
lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral. Palpasi
ini harus meliputi seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler
dan parasternal kearah garis aksilla belakang, dan dari
subklavikuler kearah paling distal. Setelah palpasi payudara
selesai, dimulai dengan palpasi aksilla dan supraklavikular. Untuk
pemeriksaan aksilla ibu harus duduk, tangan aksilla yang akan
diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa
mengadakan palpasi aksilla dengan tangan yang kontralateral dari

14
tangan sipenderita. Misalnya aksilla kiri ibu yang akan diperiksa,
tangan kiri dokter mengadakan palpasi (Rukiyah,2012).
d. Pencegahan
Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan
dengan sabun; gunakan teknik menyusu yang benar; puting susu dan
areola mammae harus selalu kering setelah selesai menyusui: jangan
pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat; susukan bayi segera
setelah lahir; susukan bayi tanpa dijadwal; keluarkan sedikit ASI
sebelum menyusu agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan
tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI; laksanakan
perawatan payudara setelah melahirkan (Rukiyah, 2012).
e. Penatalaksanaan
1) Sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
2) Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama
5 menit.
3) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting.
4) Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting
menjadi lunak.
5) Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu
sudah benar.
6) pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual dari payudara.
7) Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara
setelah menyusui atau setelah payudara dipompa.
8) Bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk
mengurangi nyeri.
9) Lakukan evaluasi setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013)
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
Model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut
Mufdillah (2012), adalah dalam bentuk catatan perkembangan, karena bentuk

15
asuham yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses yang
terus menerus.
1. Data subyektif menurut Ambarwati, dkk (2010).
a. Identitas Pasien
1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
2) Umur Pasien
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap.
3) Agama Pasien
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan Pasien
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya,sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
5) Suku/bangsa Pasien
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.
6) Pekerjaan Pasien
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi,dan data pendukung dalam menentukan pola
komunikasi yang akan dipilih selama asuhan. Pada kasus
plasenta previa ibu tidak dilanjutkan untuk melakukan
pekrjaan yang berat.
7) Alamat Pasien
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan Utama

16
Untuk menanyakan keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan.
Pada ibu nifas dengan bendungan ASI biasanya keluhan yang
dirasakan terasa bengkak, keras, nyeri bila ditekan (Rukiyah, 2012)
c. Riwayat Haid
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa
nifas, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
(Sulistyawati, 2009)
Beberapa data yang harus yang kita peroleh dari riwayat
menstruasi sebagai berikut :
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi
(Sulistyawati, 2009).
2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari (Sulistyawati, 2009).
3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa bannyak darah menstruasi yang
dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data
yang valid (Sulistyawati, 2009).
4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi misalnya nyeri hebat, sakit kepala
sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak (Sulistyawati,
2009).
d. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah
atau tidak, karena bila melahirkan tanpa setatus yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya (Ambarwati dkk, 2010)
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1) Riwayat kehamilan

17
Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravida), jumlah anak
yang hidup, jumlah kelahiran prematur, jumlah keguguran,
kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat bayi <2,5 atau 4 kg,
dan masalah lain (Astuti, 2012).
2) Riwayat persalinan
Untuk mengetahui apakah pasien bersalin secara pervaginam,
melalui bedah besar, dibantu forcep atau vakum (Astuti, 2012).
3) Riwayat nifas
Untuk menanyakan apakah pasien mengalami perdarahan pasca
persalinan sebelumnya (Astuti, 2012).
f. Riwayat hamil sekarang Menurut Astuti (2012), meliputi:
1) Umur kehamilan
2) Gerakan janin
3) Keluhan-keluhan pada trimester I, II, III
Untuk mengetahui plasenta previa biasanya umur kehamilan
>28 minggu
4) ANC (Antenatal Care/asuhan kehamilan)
Untuk mengetahui dimana tempat ia mendapat asuhan
kehamilan dan untuk menanyakan asuhan apa saja yang sudah
diberikan.
5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira
telah di dapat pasien dan berguna bagi kehamilanya.
6) Imunisasi TT
Untuk menanyakan pada klien sudah pernah mendapatkan
imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberikannya.
7) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
Menanyakan apakah ibu/suami merokok atau mengkonsumsi
obat terlarang yang merugikan kesehatan (Mandriwati, 2011).
8) Kebiasaan buruk
g. Riwayat Keluarga Berencana

18
Untuk mengetahui metode apa yang pernah digunakan pasien,
berapa lama telah menggunakan alat kontrasepsi tersebut, dan apakah
pasien mempunyai masalah saat menggunakan alat kontrasepsi
tersebut (Astuti, 2012).
h. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati dkk (2010), riwayat kesehatan meliputi:
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, dm, hipertensi,
asma.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan terhadap kesehatan
pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (terakhir)
Menurut Ambarwati dkk (2010), pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari meliputi:
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makan, makanan pantangan. Pada ibu nifas yang
tidak memiliki alergi makan ia tidak ada pantangan untuk makan
supaya mempercepat proses penyembuhan luka dan
memperbanyak produksi ASI nya (Astuti, 2012).
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. Dikaji
untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK dalam sehari,
apakah mengalami kesulitan atau sudahpergi ke kamar mandi

19
sendiri. Dalam keadaan normal, ibu dapat BAK secara spontan
dalam 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda
2 sampai 3 hari setelah melahirkan (Sujiyatini, 2009).
3) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur
sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan
kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur ± 8 jam
pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pola istirahat dan
aktivitas ibu slama nifas yang kurang dapat menyebabkan
kelelahan dan berdampak pada produksi ASI.
4) Personal hygiene
Untuk mengetahui kapan terakhir mandi, keramas, gosok gigi,
ganti baju, dan ganti pakaian dalam (Sulistyawati, 2010).
5) Aktivitas
Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien, karena data ini
memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktifitas yang
biasa dilakukan pasien dirumah (Suistyawati, 2010).
j. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon keluarga terhadap persalinan, respon
pasien terhadap kelahiran bayinya, kehamilan ini, tentang proses
persalinan, dan untuk mengetahui adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan masa nifas (Sulistyawati, 2010).
2. Data Objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data dalam
menegakkan diagnosa (Sulistyawati, 2009).Langkah-langkah pemeriksaan
menurut Sulistyawati (2009)
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah
sebagai berikut.
(a) Baik

20
(b) Lemah
Ibu dengan bendungan saluran ASI keadaannya sedikit lemas
(Marmi, 2011)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar). Ibu dengan bendungan saluran ASI
kesadarannya composmentis (Marmi, 2011)
b. Pemeriksaan tanda - tanda vital
Menurut Astuti (2012), pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi :
1) Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter
dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai
140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Hipertensi
jika tekanan sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg.
Hipotensi jika diastolik sama dengan atau kurang dari 70 mmHg.
2) Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri
di beberapa tempat, seperti carotis, brachialis, radialis, femoralis,
dorsalis pedis, dan lain lain.Frekuensi nadi normal 60 sampai 100
kali / menit, takikardi > 100 kali / menit, bradikardi < 60 kali /
menit (Purwaningsih, 2010).
3) Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal 16 sampai 24 kali / menit. Bila
frekuensi pernapasan lebih dari normal disebut takipnea,
sedangkan kurang dari normal disebut bradipnea (Purwaningsih,
2010).
4) Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5- 37,20C.
Temperatur rectal 0,5-10C lebih tinggi dibanding dengan mulut
dan suhu mulut lebih tinggi 0,50C dari suhu axilla. Keadaan dimana

21
suhu badan lebih 37,20C disebut demam atau febris,sedangkan
hipotermia jika suhu badan mencapai 350C. Peningkatan suhu
badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya
disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Pada kasus ibu nifas dengan bendungan saluran
Air Susu Ibu kenaikan suhu yang mencapai > 38°C adalah
mengarah ke tanda-tanda infeksi (Setyo, 2011).
c. Pemeriksaan Antrompometri
1) Tinggi badan
Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.
Mengetahui tinggi badan sangat penting karena untuk mengetahui
ukuran panggul ibu (Astuti, 2012).
2) Berat badan
Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda
bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia. Dalam trimester I
berat badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasaanya
menurun karena kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhir
terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik
sehingga pada akhir kehamilan berat badan naik sehingga pada
akhir kehamilan berat badan wanita bertambah kurang lebih 11 kg
dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan tiap
minggu lebih dari 0,5 kg harus diperhatikan kemungkinan
preeklamsi (Astuti, 2012).
3) Lila
Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien (Astuti,
2012).
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala

22
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Sulistyawati, 2010)
2) Muka
Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma gravidarum
(Astuti, 2012). Ibu nifas dengan bendungan saluran ASI muka
tidak oedema (Marmi, 2011)
3) Mata
Untuk mengetahui warna conjungtiva dan sklera, kebersihan
mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan
(rabun jauh/dekat) (Sulistyawati, 2009). Ibu nifas dengan
bendungan saluran ASI konjungtiva agak pucat (Marmi, 2011)
4) Hidung
Untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau
tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak (Sulistyawati,
2009).
5) Telinga
Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak, radang, cairan
yang keluar, adakah benda asing (Kusmiyati, 2012).
6) Mulut atau gigi atau gusi
Untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien.
Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau
pecah-pecah). Mengkaji lidah klien tentang warna dan
kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan gigi, caries atau
tidak serta gangguan pada mulut (bau mulut).
7) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan
parotitis (Sulistyawati, 2009).
8) Dada dan Axilla
Mammae : Untuk mengetahui bentuk, ukuran, kesimetrisan
payudara, puting payudara menonjol atau masuk kedalam, ada atau
tidak hiperpigmentasi aerola adanya kolostrum atau cairan lain

23
misalnya ulkus, massa atau pembesaran pembuluh limfe. Pada
kasus
Bendungan saluran ASI teraba bengkak, benjolan, putting susu
tidak menonjol, warna kemerahan (Marmi, 2011).
Axilla : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe
pada ketiak dan adakah nyeri tekan (Saifuddin, 2006).
9) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah tangan dan kaki oedema atau pucat
pada kuku jari, adanya varices, refleks patella untuk melihat
apakah terjadi gerakan hipo atau hiper
10) Abdomen
Inspeksi
Meliputi pemeriksaan luka bekas operasi, pembesaran perut,
linea nigra, strie gravidarum (Astuti, 2012).
11) Anogenital
Menurut Astuti (2012), pemeriksaan yang harus dilakukan, yaitu
:
Vulva, vagina dan perineum: Meliputi pemeriksaan varises, luka,
kemerahan, pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak,
massa).
Anus: Meliputi pemeriksaan haemoroid.
3. Assesment
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
meliputi diagnosis atau masalah kebidanan, antisipasi atau masalah
potensial serta perlunya tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosis
atau masalah potensial (Muslihatun, 2009).
a. Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang
berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan
nifas (Sulistyawati, 2009).
Diagnosa ibu nifas Ny. X P...A... umur...tahun, post partum hari
ke...dengan bendungan saluran ASI.

24
1) Data subyektif
Ibu mengatakan terasa agak panas dan payudaranya terasa
sakit bila menyusui bayinya (Sulistyawati, 2009).
2) Data obyektif
Tekanan darah 110/70 mmHg (dalam batas normal), suhu
tubuh 38-39°C, pada pemeriksaan payudara terlihat bengkak, nyeri
teraba benjolan serta ASI tidak keluar (Sulistyawati, 2009).
b. Masalah
Permasalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Sulistyawati, 2009). Ibu merasa cemas karena payudaranya panas dan
terasa sakit bila menyusui bayinya (Sulistyawati, 2009).
c. Diagnosa Potensial
Mastitis merupakan infeksi yang terjadi pada payudara, ini merupakan
kelanjutan dari bendungan payudara, hal ini dapat terjadi karena
kurangnya perwatan payudara sehingga bakteri staphylococcus aureus
dapat dengan mudah menginfeksi payudara, ibu yang terkena mastitis
bisa sampai ada benjolan berisi nanah dari payudaranya (Fitriana,
2017)
4. Planing
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009). Pada kasus ibu nifas dengan
bendungan ASI menurut Sulistyawati (2009) yaitu:
a. Memberikan dukungan moril pada ibu.
b. Menganjurkan untuk menyusui sesering mungkin.
c. Menganjurkan kedua payudara disusukan.
d. Memberikan konseling bimbingan dan latihan tentang perawatan
payudara.
e. Menganjurkan mengompres hangat payudara sebelum disusukan,
ajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar dan anjurkan
menggunakan BH yang menopang payudara.
f. Mengbservasi tanda-tanda vital dan TFU.

25
g. Memberikan paracetamol 500 mg per oral 3x1.

C. Jurnal Penelitian
Comparing the Effects of Hot Compress and Hot Ginger Compress
on Pain Associated with Breast Engorgement ( Membandingkan Efek
Kompres Panas dan Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan
Pembengkakan Payudara ). Nyeri terkait BE adalah penyebab utama kedua
kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada tahun pertamast minggu
setelah melahirkan. Mekanisme yang paling mendasar adalah peningkatan
vaskularisasi oksitosin dan hormon lain yang berkontribusi pada produksi
susu dan dengan demikian, mengurangi produksi dan aliran susu dari
alveoli ke puting susu. Nyeri terkait BE yang parah juga mengakibatkan
tekanan emosional, gangguan hubungan ibu-bayi, dan peningkatan risiko
depresi pascamelahirkan. Akibatnya, beberapa wanita dapat menghindari
menyusui dan memilih metode pemberian makan yang lebih sederhana
seperti pemberian susu botol. Masalah-masalah ini pada masa bayi, yaitu
ketika bayi baru lahir berisiko tinggi untuk kematian neonatal, telah
mengubah nyeri terkait BE menjadi masalah kesehatan yang penting.
Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah
digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang
lalu[15] dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration
Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.[16] Studi sebelumnya
melaporkan efek analgesik dan anti-inflamasi jahe.17,18] Jahe
memberikan efek analgesik dan antiinflamasinya melalui penghambatan
jalur siklooksigenase dan lipoksigenase serta mencegah metabolisme asam
arakidonat.19] Sebuah penelitian di Thailand menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan obat antiinflamasi nonsteroid, jahe menghasilkan
efek analgesik dan antiinflamasi yang lebih baik.20] Jahe juga digunakan
secara topikal untuk mengatasi mastitis.21] dan celah payudara,[22] tetapi
ada informasi terbatas tentang efek sistemiknya pada nyeri terkait BE.
Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memberikan
bukti yang lebih konklusif tentang efek jahe pada nyeri terkait BE.

26
Intervensi penelitian adalah kompres panas untuk peserta
kelompok kontrol dan kompres jahe panas untuk peserta kelompok
intervensi. Pada kelompok kontrol, kompres panas diterapkan pada
payudara selama 30 menit sebelum menyusui. Suhu kompres adalah 43°C-
46°C dan dipertahankan pada suhu ini selama intervensi dengan
menempatkan kompres dalam air panas setiap 2 menit. Pada kelompok
intervensi, sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas
selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10cm × 10 cm)
direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara
yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui.[9,26] Akar
tanaman jahe yang digunakan dalam penelitian ini telah disetujui oleh
Fakultas Farmasi Mashhad, Mashhad, Iran (dengan kode herbarium
FUMH-E 1004) dan dikeringkan menggunakan pengering pada suhu 60°C
selama 24 jam. Pengeringan dilakukan untuk stabilisasi berat. Kemudian,
akar jahe kering diserbuk menggunakan grinder dan didesinfeksi melalui
radiasi ultraviolet selama 30 menit. Peserta menerapkan kompres panas
putaran pertama di nbawah pengawasan penulis pertama dalam pengaturan
penelitian.
Peserta di kedua kelompok secara pribadi diinstruksikan tentang
menerapkan kompres di rumah dan diminta untuk menerapkannya tiga kali
sehari selama 2 hari berturut-turut. Mereka juga diberikan instruksi lisan
dan tertulis tentang menyusui yang benar dan kebersihan tangan sebelum
menerapkan kompres dan diminta untuk melakukan menyusui atas
permintaan bayi mereka dengan kedua payudara setiap 2-3 jam selama 10-
15 menit. Sering menyusui adalah strategi nonfarmakologis untuk
manajemen BE. Mereka juga diberi kesempatan untuk menghubungi
penulis pertama penelitian ini jika ada masalah atau pertanyaan selama
intervensi penelitian.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
NY R UMUR 27 TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 5 BENDUNGAN
ASI DENGAN PEMBERIAN TERAPI KOMPRES JAHE UNTUK
MENGURANGI NYERI
DI PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb

Nomor Register/Rekam Medik : 491609


Tanggal Masuk : 22 juni 2021 jam 13.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 22 juni 2021 jam 13.00 WIB
Pengkaji : shinta Marceliana
Tempat : Ruang KIA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. S

Umur : 27 Tahun Umur : 30 Tahun

2. Agama/Suku : Islam/bugis Agama/Suku :


Islam/bugis

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : penengahan

Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 17 juni 2021 Ny. R
mengeluh payudaranya bengkak, nyeri saat di tekan dan terasa panas
dikarenakan kondisi payudaranya yang tidak enak Ny. R ke PMB
terdekat.

.
3. dengan keadaannya.Riwayat Menstruasi

28
Usia Menarche : 13 tahun Banyak nya : 2-3 x sehari ganti pembalut

Siklus : 28 hari Keluhan : tidak ada

Lama : 6-7 hari

4. Riwayat Pernikahan

Usia menikah : ibu : 25 tahun, Status Pernikahan : sah

suami :25 tahun

Pernikahan ke : ibu : 1, suami : 1 Lama Pernikahan : 1 tahun

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan

Kehamilan Persalinan BBL NIFAS

Tahun Jenis Keada Pemb


Hamil Komplikas Penol Kompl Komp
UK Persali Persalina JK BB PB an erian
ke i ong ikasi likasi
nan n bayi ASI

1 - 38 2021 Normal Bidan - L 3300 48 H YA -

6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang


ANC : 7 kali di Bidan, 3x di Dokter
Penyulit : tidak ada
Tanggal persalinan : 17-06-2021 jam 20.25wib
Penolong persalinan : Bidan
Tempat persalinan : PMB Eka Maya Istianti
Jenis persalinan : Normal
7. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Ibu
Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
menurun seperti hipertensi, asma, kanker, jantung, diabetes, maupun
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis.
b. Riwayat Penyakit Suami/Keluarga

29
Ibu mengatakan suami maupun keluarga tidak sedang dan tidak
pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi, asma, kanker,
jantung, diabetes, maupun penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS,
hepatitis.
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
Rencana kontrasepsi setelah melahirkan: ibu mengatakan ingin memakai
KB Suntik 3 bulan
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (terakhir)
a. Nutrisi
Makan : ibu mengatakan setelah melahirkan nafsu makan menjadi
meningkat biasanya sehari 3x saat ini 3-4x sehari. Satu porsi dengan
nasi, telur, dan sayur mayur
Minum : ibu mengatakan minumnya seperti biasa 8-10 gelas sehari
dengan air putih
Untuk pola makan dan minum ibu mengatakan tidak ada keluhan
b. Eliminasi
BAB : ibu mengatakan BAB seperti biasa 1x sehari lembek
warna kuning kecoklatan
BAK : ibu mengatakan BAK seperti biasa 4-5x sehari kadang
warnanya jernih kadang kekuningan
Untuk BAB dan BAK ibu mengatakan tidak ada keluhan
c. Aktivitas
Ibu mengatakan aktivitas kesehariannya setelah melahirkan ini
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu sehari sekali,
mengepel 3 hari sekali, mencuci piring, mencuci baju 2 hari sekali,
memasak setiap pagi, menyetrika seminggu sekali, menyusui bayi nya
tiap 2 jam.
Untuk pola aktivitas ibu mengatakan tidak ada keluhan
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, ganti pakaian sehari 2x, ganti
pembalut 6-8 jam sekali, gosok gigi 2x sehari, keramas 2 hari sekali

30
Untuk pola personal hygiene ibu mengatakan tidak ada keluhan
e. Istirahat
Ibu mengatakan setelah melahirkan ini pola istirahatnya sama seperti
sebelum hamil, tidur malam ±7 jam, tidur siang ±1jam
Untuk pola istirahat ibu mengatakan tidak ada keluhan
f. Pola Seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual dengan suaminya ± 1
bulan yang lalu sebelum melahirkan dan ibu mengatakan tidak ada
keluhan
10. Data Psikososial Spiritual
- Ibu mengatakan kehamilannya sudah direncanakan.
- Ibu mengatakan ibu dan keluarganya senang atas kelahirannya.
- Ibu mengatakan taat dalam menjalankan shalat 5 waktu.
- Ibu mengatakan tidak memelihara binatang apapun dirumah.
- Ibu mengatakan tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat selain
pemberian bidan dan tidak memakai narkoba.
- Ibu tidak ada alergi maupun pantangan makan

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36, 90 C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : rambut bersih, tidak ada nyeri tekan ataupun adanya
benjolan
b. Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus, simetris
antara kedua mata

31
c. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada nyeri
tekan
d. Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik
e. Mulut : tidak ada kelainan bentuk, mukosa bibir kering, tidak ada
gigi berlubang
f. Wajah : tidak oedem, tidak pucat.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid,
tidak ada nyeri tekan
h. Payudara : tidak simetris, puting menonjol, areola kehitaman, tidak
kemerahan, teraba hangat, ada pembengkakkan pada payudara kanan
dan kiri, ada sedikit pengeluaran asi.
i. Abdomen : Uterus teraba keras, TFU pertengahan simphysis-pusat,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran.
j. Genetalia : tidak ada oedem, tidak ada varises, terdapat pengeluaran
lochea serosa dan ada luka jahitan, ada pengeluaran darah Berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar ± 10 cc
k. Anus : tidak ada hemoroid
l. Ekstremitas atas dan bawah : ujung jari merah muda, jumlah jari
lengkap, tidak oedem
ANALISA
1. Diagnosa Kebidanan:
Ny. R Umur 27 Tahun P1A0 post partum normal hari ke 5 dengan
bendungan ASI
a. DS :
Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal17 juni 2021 di Pmb
Eka Maya Istianti,Amd. Keb, secara normal dengan usia kehamilan 38
minggu.berat badan bayi 3300gram pb 48 cm. pada tanggal 22 juni
2021 Ny. R mengeluh payudaranya bengkak, nyeri saat di tekan dan ,
terasa panas.

b. DO :
1) Pemeriksaan Umum:

32
KU : Baik
2) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36, 90 C
3) Pemeriksaan Fisik
Payudara : tidak simetris, puting menonjol, areola kehitaman,
tidak kemerahan, teraba hangat, ada pembengkakkan pada
payudara kanan dan kiri, ada sedikit pengeluaran asi.
Abdomen : Uterus teraba keras, TFU pertengahan
simphysis-pusat, tidak ada bekas oprasi tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pengeluaran.
Genetalia : tidak ada oedem, tidak ada varises, terdapat
pengeluaran lochea sanguelenta Berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir ,ada luka jahitan.
2. Masalah
Nyeri payudara
3. Kebutuhan
Pemberian kompres jahe

4. Diagnosa Potensial
Mastitis
5. Tindakkan segera
Kompres jahe

PENATALAKSANAAN 22juni 2021 Jam 13.10 WIB


1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional : Dengan memberi tahu hasil pemeriksaan ibu dengan
menjelaskan mengenai keadaan yang dialaminya maka ibu akan mengerti
sehingga ibu akan bersifat kooperatif terhadap tindakan dan anjuran
petugas kesehatan.

33
Evaluasi :Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu untuk makan gizi seimbang


Rasional : dengan makan gizi seimbang asi ibu akan lebih banyak ,
Evaluasi : ibu besedia untuk makan gizi seimbang.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand di kedua
payudaranya secara bergantian.
Rasional: agar nutrisi bayi dapat tercukupi dan tidak terjadi
penampungan ASI yang berlebihan
Evaluasi : ibu sudah melakukkan nya
4. Mengajarkan ibu untuk perawatan payudara
Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara dapat meningkatkan
produksi ASI dan dapat mempercepat proses pengosongan saluran dan
kelenjar susu sehingga ASI menjadi lancar.
Evaluasi : ibu bersedia melakukkan perawatan payudara

5. Mengajarkan ibu mngkompres payudara nya dengan kompres jahe


Rasional : menurut jurnal Comparing the Effects of Hot Compress and
Hot Ginger Compress on Pain Associated with Breast
Engorgement(Membandingkan Efek Kompres Panas dan Kompres Jahe
Panas pada Nyeri Terkait dengan Pembengkakan Payudara) Jahe adalah
tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam
pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu dan telah
diperkenalkan oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat
sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan menggunakan
jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas
selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm)
direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara
yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk
menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.
Evaluasi : ibu bersedia menerapkan dirumah kompres jahe.
6. Menjelaskan pada ibu tentang pembengkkan payudara

34
Rasional : Payudara terasa membengkak atau penuh. Hal ini terjadi
karena edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI
yang menumpuk di dalam payudara. Bendungan ASI (Engorgement)
merupakan pembendungan air susu ibu karena penyempitan duktus
laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar ASI yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang
membengkak ini biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga
atau keempat.
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan
7. Memberikan ibu terapi fe 1x1, paracetamol 1x1
Rasional : paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri , fe untuk membatu
mencegah anemia pada ibu nifas
Evaluasi : ibu bersedia minum obat yang di berikan

8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan
Rasional : dengan kunjungan ulang , dapat memantau keadaan ibu
Evaluais : ibu bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika
ada keluhan .

35
BAB IV

PEMBAHASAN

A. INSTRUMEN REFLEKSI KASUS

1. Deskripsi Pengalaman (Description the experience)

Deskripsikan situasi, kejadian atau aktivitas secara detail, apa yang dilakukan
selama kejadian berlangsung dan apa yang dilakukan selama kejadian
berlangsung. Pertanyaan acuan untuk mendiskripsikan pengalaman: Apa
kasus yang terjadi, dimana, siapa saja yang terlibat, apa yang anda dan
orang lain lakukan, apa hasil dari tindakan anda?
Pada tanggal 21 juni 2021 Ny.R Umur 27 Tahun datang ke Pmb Eka maya
istianti Amd,keb, ny. R mengatakan sudah melahirkan anak pertamanya,
tanggal 17 juni 2021, mengeluh bengka, nyeri, panas pada payudara nya ,
sedang menyusui bayi nya, setelah dilakukkan pemeriksaan didapatkan hasil
Tekanan darah: 100/60 mmHg,n80x/menit. R 22x/menit,s 36c
Pemeriksaan payudara, teraba bengkak , keras dan nyeri saat di sentuh,

2. Perasaan terhadap pengalaman (Feeling the experience)


Utarakan apa yang dirasakan, emosi apa yang dirasakan baik dari sisi positif
maupun sisi negatif dan apa yang terpikirkan saat itu. Pertanyaan acuan untuk
menjelaskan perasaan anda terhadap kasus/ pengalaman yang anda hadapi:
apa yang dirasakan, bagaimana anda melihat situasi tersebut, apakah orang
lain merasakan hal yang sama, mengapa orang lain merasakan hal yang
sama?
Sebagai tenaga medis hal yang dirasakan terhadap kasus yang terjadi yaitu
empati dengan keadaan yang dirasakan oleh Ny R .Hal ini didasarkan pada

36
keluhan Ny. R sewaktu kunjungan ke PMB Eka maya istianti yaitu dengan
keluhan utama nyeri padapayudaranya, . karena dengan keadaan ini Ny R
bisa mengalami ketidaknyamanan saat menyusui bayi nya.

3. Evaluasi (Evaluating the experience)


Evaluasi atau membuat penilaian apa yang terjadi. Hal baik dan buruk serta
alasan anda memberikan penilaian tersebut.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial,disamping itu nyeri
adalah apapun yang menyakitkan tubuh yangdikatakan individu yang
mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya potensial. Nyeri
menurut International Association For Study of Pain (IASP) adalah suatu
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait
dengan kerusakan jaringan. Jika keluhan ini terjadi secara terus-menerus dan
signifikan pada Ny.R, maka hal tersebut dapat berdampak negatif pada
kesehatan psikis ibu..
Untuk mengurangi rasa nyeri payudara nya , ibu dianjurkan untuk
melakukkan kompres jahe. Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek
pada BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25
abad yang lalu dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration
Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan
menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air
panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm)
direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara
yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk
menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.

4. Analisis (Analysis the experience)

Telaah dan fahami faktor yang berpengaruh dalam pengalaman yang di

37
refleksikan dan mengekplorasi berbagai cara untuk memperbaikinya dan
mengembangkannya agar lebih baik lagi; uraikan kejadian, ide atau teori
dalam memahami situasi tersebut, pendekatan yang dilakukan,
membandingkan dengan literatur (teori, jurnal, buku panduan dll) maupun
pengalaman.
Pada kasus Ny Rdengan p1a0 dengan keluhan pembengkkan payudara.
menurut jurnal Comparing the Effects of Hot Compress and Hot Ginger
Compress on Pain Associated with Breast Engorgement(Membandingkan
Efek Kompres Panas dan Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan
Pembengkakan Payudara) Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada
BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad
yang lalu dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration
Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan
menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air
panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm)
direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara
yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk
menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.

5. Kesimpulan (Conclusion about the experience)


Uraikan apa yang Anda pelajari dari pengalaman ini, uraikan aspek positif
dan negatif yang dapat anda ambil. Uraikan tindakan anda untuk mencegah
aspek negatif terulang jika pegalaman tersebut terjadi kembali dimasa yang
akan datang .
Dengan dilakukannya terapikompres panas jahe , dapat membantu ibuuntuk
mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan payudara nya berkurang sehingga
ibu nifas dengan keluhan sama dapat menerapkan di rumah kompre jhe panas.

6. Rencana Tindak Lanjut  (Action plan)


Uraikan beberapa hal; apa yang dapat anda lakukan apabila menghadapi
kejadian serupa dimasa yang akan datang,apakah anda melakukan hal yang
sama ataukah berbeda, adakah yang penting yang perlu anda pelajari

38
(pelatihan, nasihat pembimbing).
Apabila menemukan kasus ibu nifas dengan pembengkakna payudara dapat
di anjurkan untuk menerapkan terapi kompres jahe. Karena terapi jahe aman
untuk ibu menyusui.

B. Pembahasan Kasus
Dalam International Journal Complementary Therapies in Clinical dengan
judul Comparing the Effects of Hot Compress and Hot Ginger Compress on Pain
Associated with Breast Engorgement(Membandingkan Efek Kompres Panas dan
Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan Pembengkakan Payudara) Jahe
adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam
pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu dan telah diperkenalkan
oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang
aman.cara kompres dengan menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe
ditempatkan dalam 100 ml air panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa
berlapis (10 cm × 10 cm) direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu
atau kedua payudara yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui.
untuk menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.

BAB V

39
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam studi kasus dan
pembahasan pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. R umur 27 tahun
P1A0 ke 5 Dengan Bendungan ASI, dengan menggunakan manajemen asuhan
kebidanan SOAP, Adapun kesimpulannya yaitu: Terapi kompres jahe di
berikan selama 2 hari , sehari 3 kali di berikan pada ibu nifas dengan
pembengkakan payudara memiliki pengaruh yang signifikan secara statistic
bepengaruh mengurangi intensitas dan durasi nyeri.
.
B. Saran
1. Bagi penulis dan bidan
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi
profesi atau tenaga kesehatan dalam menangani kasus atau
melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan
bendungan ASI
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Diharapkan dapat mengetahui tentang tanda nifas yang tidak
normal, sehingga dapat segera dibawa ketempat pelayanan kesehatan
setempat sehingga dapat membantu menurunkan angka mordibitas dan
mortalitas ibu.
3. Bagi PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb
Diharapkan dapat mempertahankan kualitas pelayanan yang
diberikan dalam asuhan kebidanan yang harus berpegang pada teori yang
ada agar lebih berkualitas dalam pelayanan kesehatan sehingga akan
didapatkan hasil yang optimal dan dapat membantu upaya pemerintah
dalam menurunkan angka mordibitas dan mortalitas ibu.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika
Astuti, H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I
(Kehamilan).Yogyakarta: Rohima Press.
Astutik, Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Trans Info Media.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2019. Data Kematian Ibu. (Online),
(http://dinkes.semarangkota.go.id, diakses 23 juni 2021).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Diakses 23 Desember 2019.
Fauziyah, Y,. 2012. Obstetri Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fitriana, Lisna. 2017. Gambaran Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Dengan Seksio
Sesarea Berdasarkan Karakteristik Di Rumah Sakit Sariningsih Bandung.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 2016;2(2):146–155. (Online),
(https://ejournal.upi.edu, diakes 23 juni 2021)
Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Edisi pertama.
Mandriwati, G.A. 2011. “Asuhan Kebidanan Antenatal: Penununtun Belajar”.
Jakarta: EGC
Maritalia Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, A, dan E, Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.
Maryunani. 2016. Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: CV.Trans Info
Media.
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Mufdillah dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mulyani Nina Siti. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Muslihatun, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Nugraheni, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi
Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
____________________. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Pudiastuti, RD. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Surakarta: Nuha Medika.
Purwaningsih W, Fatmawati S. 2010. Asuhan Keperawatan
Maternitas.Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, AY & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan 4.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Rukiyah, dkk. 2012.Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Setyo. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sujiyantini, DSAK. 2009. Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

Sukarni, I, dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan dan


Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta. Nuha Medika
Sulistyawati, A.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi.
______________ 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics 2015. Diakses 23 juni
2021 .
Wulandari, E. 2012. Gambaran Bendungan ASI di Rumah Bersalin An Nuur
Sumber Surakarta. Volume 2 Nomor 5. Diakeses 23 juni 2021

Anda mungkin juga menyukai