OLEH:
ANGGITA ANGLELIA
NIM: 2020-01-15401-004
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa:
Anggita Anglelia
20200115401004
Telah Disetujui:
Hari/Tgl: Hari/Tgl:
1. PENGERTIAN MENYUSUI TIDAK EFEKTIF
Menyusui tidak efektif merupakan suatu kondisi dimana ibu dan bayi mengalami
ketidak puasan atau kesulitan pada saat menyusui (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik masalah pada ibu ataupun pada bayinya.
Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering
dianggap masalah yang diakibatkan oleh anaknya saja. Masalah menyusui dapat juga
diakibatkan karena keadaan khusus, selain itu ibu sering mengeluh bayi menangis atau
menolak menyusu sehingga ibu beranggapan bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI nya
tidak enak, tidak baik, sehingga sering menyebabkan ibu mengambil keputusan untuk
menghentikan menyusui (Maryunani, 2018).
Ketidakefektifan pemberian ASI merupakan suatu kesulitan memberikan susu pada
bayi atau anak secara langsung dari payudara, yang dapat mempengaruhi status nutrisi
bayi atau anak . Yusrina, A & Shimarti R. D (2016)
Menyusui tidak efektif adalah kondisi dimana ibu dan bayi mengalami
ketidakpuasan atau kesulitan saat pemberian ASI masalah menyusui tidak efektif dapat
muncul pada kondisi ibu yang mengalami puting susu pendek atau terbenam, atau
puting yang mengalami lecet saat dihisap bayi pertama kali (Nurarif dan Kusuma,
2017).
Masalah menyusui tidak efektif dapat muncul pada bayi yang mengalami bayi
bingung puting, bayi dengan lidah pendek, bayi sumbing, dan bayi kembar (Dewi &
Sunarsih, 2017). Masalah menyusui tidak efektif jika tidak ditangani akan
menimbulkan dampak pada bayi dan ibu, dampak pada bayi adalah kekurangan
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
sehingga bayi rentan terkena penyakit karena pemenuhan gizi yang kurang, hal tersebut
juga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan pada tubuh bayi (Setyo & Sri,
2017).
Pada ibu, dapat timbul berbagai penyakit seperti mastitis, kanker payudara, penyakit
pada jantung, perdarahan post partum (Dewi & Sunarsi, 2017). Menurut World Health
Organitation (WHO) 2014, jumlah presentase pemberian ASI secara eksklusif pada
bayi hanya sekitar 36%.Berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2017, cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 35,7%. Di Jawa timur pada tahun 2015
ibu yang memberikan ASI eksklusif di sebesar 68,08% (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Menurut Rekam Medis di Rumah Sakit PantiWaluya Sawahan Malang dalam bulan
Januari-Desember 2019 sebanyak 100 pasien dengan persalinan normal dan 74 pasien
dengan persalinan sectio caesarea (Rekam Medis Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan,
2019). Berdasarkan fenomena yang ditemukan di ruang Agnes Pavilliun pada bulan
Desember 2019-Januari 2020 dimana terdapat 2 ibu post partum normal dan 1 ibu
sectio caesarea dengan menyusui tidak efektif. Pasien pertama dan kedua ibu dengan
post partum normal mengalami permasalahan pada bentuk puting susu yang tenggelam
yang membuat bayi sulit untuk menghisap ASI dari payudara ibu, sehingga ibu tidak
memberikan ASI melainkan memberikan susu formula karena ibu beranggapan ASI
nya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Pasien ketiga ibu dengan post sectio casarea
mengeluh nyeri payudara, dan air susu keluar hanya sedikit meskipun sudah dihisap
oleh bayi, lalu ibu takut bayinya tidak mendapatkan ASI secara optimal sehingga ibu
memberikan susu formulasebagai pengganti ASI. Sebagai perawat, pertolongan
kesehatan yang dapat diberikan adalah memberikan asuhan keperawatan kepada
kliendengan cara mengajarkan posisi yang benar dalam menyusui, mengajarkan
perawatan payudara (pijat oksitosin) untuk mengatasi menyusui tidak efektif.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat menyusui tidak efektif diantaranya:
Pemberian ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya
kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya (Fadhila et al.,
2016).
Penghasilan seseorang hampir 14% habis digunakan untuk membeli susu formula
bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jika dari mereka mampu memberikan ASI eksklusif
selama bayi baru lahir hingga berusia dua tahun, penghasilan orangtua dapat dihemat
sebesar 14% (Fadhila et al., 2016).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah: pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <10 g
% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/2014
mengenai pemberian ASI pada bayi di Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan
upaya yang dapat mensukseskan keberhasilan dalam proses menyusui yaitu melalui
program “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui” diantaranya :
a. Memilih kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI dikomunikasikan secara rutin
dengan staf pelayanan kesehatan.
b. Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan
tersebut.
c. Memberitahukan keuntungan dan penatalaksanaan pemberian ASI pada semua ibu
hamil.
d. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam wakttu setengah jam setelah kelahiran.
e. Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman bagaimana cara meneteki dan
tetap memberikan ASI meskipun ibu terpisah dari neonatus.
f. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI kepada neonatus kecuali
diindikasikan secara medis.
g. Mempraktekkan rawat gabung, mengijinkan ibu dan neonatus untuk terus bersama-
sama 24 jam sehari.
h. Mendorong pemberian ASI setiap neonatus memintanya.
i. Tidak memberikan dot atau empeng pada neonatus yang diberi ASI.
j. Mendorong dibentuknya kelompok pendukung ASI dan merujuk para ibu ke kelompok
tersebut ketika mereka sudah keluar dari rumah sakit atau klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Maryunani. (2018). Inisiasi Menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi .
Dewi, & Sunarsih, (2017). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Jakarta: Salemba
Medika
Wulandari, Setyo & Sri. 2017. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta :
Gosyen Publishing
fadhila, S.R. et., all. (2016). Dampak dari Tidak Menyusui di Indonesia.Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia: Indonesian Pediatric Society; Commited in
Improving the Health of Indonesian Children.
Yusrina, A & Shimarti R. D (2016). Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu Meberikan
ASI Ekslusif di Kelurahan Magersari, Sidoarjo”