DHF
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, sholawat serta salam dipanjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Atas rahmat-Nya kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul DHF. Makalah ini
sudah dibuat semaksimal mungkin, tetapi tidak terlepas dari kesalahan disana sini, maka dari
itu kami meminta maaf atas kekurangannya. Seiring dengan itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada pihak – pihak yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini yakni :
1. Ai Cahyati, SKM., M.Kep, Ns.Sp.Kep.M.B selaku dosen pembingbing
2. Teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
tersusunlah makalah ini,juga kepada pihak yang berkesempatan membaca makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi penulisnya
khususnya dan umumnya bagi pembaca. Namun terlepas dari itu,kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik.
Peyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1.Definisi...........................................................................................................................2
2.2. Patofisiologi..................................................................................................................4
2.3. tanda dan gejala.............................................................................................................8
2.4. test diagnostik.............................................................................................................11
2.4. penatalaksanaan..........................................................................................................12
2.4. program pemerintah dalam penanggulangan..............................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian di Indonesia belakangan ini menurut data Dinas Kesehatan DKI,
dalam 2 minggu ini tercatat 2007 orang terkena demam berdarah. Pada tahun 2004
demam berdarah mewabah di Indonesia tercatat 20-640 orang terkena penyakit ini dan 90
orang diantaranya meninggal, rata-rata kasus di Jakarta mencapai 26,17% dan rata-rata
angka kematian mencapai 0,43% (http://kompas% 2D cetak/0501/14/metro/499585.htm.
DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini bersarang
di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum
penampung air jernih, kaleng bekas dan lainnya. Adanya vektor tersebut
berhubungan dengan kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan
sehari-hari dan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Dengan melihat angka kejadian di atas penulis merasa tertarik untuk dapat lebih
mendalami tentang penyakit Dengue Hemorragic Fever (DHF) karena perawat sebagai
bagian dari tim kesehatan memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam upaya
penanganan DHF. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat pada penderita DHF adalah
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan profesional kepada pasien yang
menderita DHF dan juga memberikan informasi pada keluarga dan masyarakat untuk
mencegah terjadinya DHF.
1.2 Rumusan masalah
1 Apa Definisi DHF?
2 Bagaimana Patofisiologi DHF?
3 Apa tanda dan gejala DHF?
4 Bagaimana test diagnostic DHF?
5 Bagaimana penatalaksanaan DHF?
6 Bagaimana program pemerintah dalam penanggulangan DHF?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 definisi
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi dan kematian (Cristianti,1995).
DHF adalah penyakit demam akut dengan cirri-ciri demam dan manifestasi perdarhan,
serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arif.
2000)
DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue yang menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah, kapiler dan pada system pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan (Antoe. 2007)
DHF adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aides Aegepti
(betina). ( Perawatan Pasien DHF, 1995 )
Masa inkubasi virus dengue bisa berlangsung sekitar empat hingga tujuh hari. Masa
inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh sampai gejala
pertama muncul. Gejala demam berdarah atau DBD umumnya akan terlihat pada tiga
hingga empat belas hari setelah masa inkubasi tersebut dan biasanya diawali dengan
demam tinggi yang bisa mencapai suhu 41 derajat celsius. Demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
Jika segera diobati, gejala tersebut biasanya reda dalam waktu beberapa minggu.
Sesudah mereda, biasanya pasien akan butuh waktu beberapa minggu lagi untuk sembuh
total.
Tes laboratorium tertentu dapat mendeteksi bukti virus dengue, tetapi hasil pemeriksaan
keluar lebih lambat untuk membantu keputusan pengobatan langsung.
1. Molecular Test
Untuk orang dengan gejala infeksi virus dengue, biasanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan molekuler untuk 1-7 hari pertama dalam perjalanan penyakit. Pemeriksaan
molecular akan melibatkan tes amplifikasi asam nukleat (NAAT).
NAAT adalah istilah umum yang merujuk pada tes molekuler yang digunakan untuk
mendeteksi materi genomik virus. Tes NAAT adalah metode diagnosis yang lebih sering
digunakan, karena mereka dapat memberikan bukti infeksi yang dikonfirmasi.
Selama 1-7 hari pertama sejak mengalami gejala, sampel serum apa pun harus diuji
dengan NAAT dan untuk IgM dengan pengujian antibodi. Kedua pemeriksaan tersebut
bisa dilakukan dengan serum Melakukan kedua tes dapat mendeteksi lebih banyak kasus
dari pada hanya melakukan satu tes tes.
Pemeriksaan antigen virus dengue atau tes NS1 mendeteksi protein NS1 non-struktural
dari virus dengue. Protein ini disekresikan ke dalam darah selama infeksi dengue.
Pemeriksaan ini telah dikembangkan untuk digunakan dalam serum. Sebagian besar
pemeriksaan menggunakan antibodi berlabel sintesis untuk mendeteksi protein NS1
dengue.
NS1 dapat dideteksi selama fase akut infeksi virus dengue. Tes NS1 sama sensitifnya
dengan tes molekuler selama 0-7 hari pertama gejala. Setelah hari ke-7, tes NS1 tidak
dianjurkan.
Hasil pemeriksaan ini menunjukkan infeksi dengue tetapi tidak memberikan informasi
serotipe. Mengetahui serotipe virus yang menginfeksi tidak diperlukan untuk perawatan
pengidap. Namun, jika informasi serotipe diperlukan untuk tujuan pengawasan, sampel
harus diuji oleh NAAT.
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa NS1 dapat ditemukan dalam darah lengkap atau
plasma, sebagian besar pemeriksaan NS1 telah dikembangkan dan dievaluasi dalam
sampel serum. Sementara pengujian gabungan dengan tes antibodi NS1 dan IgM biasanya
dapat memberikan hasil diagnostik selama 1-7 hari pertama penyakit, spesimen fase
konvalesen kedua harus diperoleh dan diuji untuk IgM saat tes antigen dan antibodi
negatif.
Tes jaringan untuk virus dengue dapat dilakukan pada biopsi atau spesimen autopsi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa sampel jaringan dengan menggunakan
NAAT. Jenis spesimen pemeriksaan ini memperbaiki hati, ginjal, limpa, dan jaringan
paru-paru optimal untuk pengujian virus dengue.
Pada pemeriksaan darah lengkap, semua komponen darah akan dihitung kadarnya. Hasil
dari tes ini akan menunjukkan angka komponen darah yang dibutuhkan untuk
mendiagnosis, seperti trombosit, plasma, dan hematokrit.Anda akan dinyatakan positif
demam berdarah apabila:
5. Tes NS1
NS1 adalah sejenis protein yang ada di dalam virus dengue. Saat infeksi terjadi, virus akan
mengeluarkan protein ini untuk masuk ke dalam darah. Sehingga, jika positif DBD, maka
protein ini akan terbaca di dalam darah Anda.Tes NS1 paling efektif dilakukan pada masa
awal infeksi, yaitu hari ke 0-7 sejak gejala pertama kali muncul. Setelah melewati hari ke
tujuh, tes ini sudah tidak direkomendasikan untuk dilakukan.
Imunoglobulin G (IgG) atau Imunoglobulin M (IgM) adalah sejenis antibodi yang akan
terbentuk saat tubuh mengalami infeksi DBD. Sehingga, jika terdapat salah satu dari
kedua antibodi tersebut pada tubuh, maka bisa dipastikan bahwa Anda positif
DBD.Antibodi ini tidak langsung terbentuk saat infeksi terjadi. Sehingga, berlawanan
dengan tes NS1, pemeriksaan IgG dan IgM biasanya dilakukan pada hari kelima setelah
munculnya gejala.
Jika hasilnya positif, berarti mungkin telah terinfeksi virus dengue. Hasil negatif artinya
tidak terinfeksi. Jika hasil pemeriksaan positif dan memiliki gejala demam berdarah,
mungkin perlu pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Bentuk perawatan
mungkin termasuk mendapatkan cairan melalui jalur intravena (IV), transfusi darah, jika
kamu kehilangan banyak darah, dan pemantauan tekanan darah dengan cermat.
2.5 Penatalaksanaan
Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian
jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di rumah sakit
(terutama penderita DHF derajat II, II, IV). Penderita sebaiknya dipisagkan dari pasien
penyakit lain dan diruang yang bebas nyamuk (berkelambu). Penatalaksanaan penderita
dengan DHF menurut Christantie (1995) adalah sebagai berikut :
c. Minum banyak (2-2,5 liter/ 24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop dan beri
penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan interval (biasanya ringer laktat, NaCl daali) ringer Laktat merupakan
cairan interval yang paling sering digunakan mengandung Na+ 130 mEq/liter Cl 109
mEq/liter dan Ca++ 3mEq/liter.
e. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
g. Pemberian obat antiseptic sebaiknya dari golongan aseteminofen, eukinin atau dipiron
(kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian kompres dingin.
j. Monitor tanda – tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda – tanda
vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk,
Penderita yang mengalami renjatan (DSS) dan penurunan kesadaran biasanya dirawat di
unit perawatan intensif. Pada penderita DSS, cairan diberikan dengan diguyur dan bila tak
Nampak perbaikan, penderita perlu mendapatkan plasma atau ekspander plasma atau
dextran antara 15 – 20 ml/kg BB. Disamping itu penderita mungkin perlu mendapatkan
Na- bikarbonas untuk mengatasi asidosis metabolic.
Pemberian cairan intervena baik berupa plasma maupun elektrolit (untuk menjaga
keseimbangan volume intravascular) dipertahankan 12 -48 jam setelah renjatan teratasi.
Tata laksana DBD sebaiknya berdasarkan pada berat ringannya penyakit yang ditemukan
antara lain:
Penderita diijinkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi
obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika symptom panas masih
nyata diatas 38,50C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai risiko
terjadinnya perdarahan dan asidosis.Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini
adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua
tanpa menunjukkan penyulit lainnya. Apabila penderita DBD ini menunjukkan manifestasi
penyulit hipertermi dan konvulsi sebaiknya dianjurkan untup dirawat inap.
Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai
risiko terjadinya apabila syok.Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita
disarankan diinfus cairan kritaloid dengan tetesan brdasarkan 7, 5, 3.Pada saat fase panas,
penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk
mengatasi diare, hematocrit yang meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan
indicator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di
pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam.
“Dengue Shock Syndrome” (sindrom reniatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang
membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara
cepat.Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi).Dalam hal ini
perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadinya DIC.Terkumpulnya asam dalam darah
mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan
renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonic (ringer
laktat, 5% dektrose dalam larutan ringer laktat atau 5% dektrose dalam larutan ringer
asetat dan larutan normal garam faali)dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml / kg (1 atau 2x). jika
syok berlangsung terus dengan hematocrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan
berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faal atau plasma) dapat diberikan
dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.
d. Hematokrit stabil.
Strategi utama yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mendapatkan dukungan
kebijakan pemerintah terkait upaya pemberantasan DBD dengan melibatkan semua sektor
terkait, masyarakat dan sektor swasta di dalam mengkampanyekan gerakan pemberantasan
DBD melalui gerakan PSN secara rutin baik di lingkungan rumah maupun di
intansi/institusi. Strategi utama yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah
mendapatkan dukungan kebijakan pemerintah terkait upaya pemberantasan DBD dengan
melibatkan semua sektor terkait, masyarakat dan sektor swasta di dalam
mengkampanyekan gerakan pemberantasan DBD melalui gerakan PSN secara rutin baik
di lingkungan rumah maupun di intansi/institusi.
Pertama, penguatan sumber daya manusia, ini sumber daya yang perlu kita kuatkan, mulai
dari sumber daya pengendalian vektornya [nyamuknya], sumber daya pemeriksaan
laboratoriumnya sampai sumber daya yang berkaitan dengan pengobatannya, jadi dokter
yang mengobati juga kita tingkatkan kompetensinya
Keempat, pengawasan vektor terpadu, dengan memadukan dari berbagai metode yang ada
sehingga mengurangi pemakaian pestisida.
Kelima, ada kolaborasi lintas program. Jadi bagaimana sektor dan program yang lain juga
ikut mendukung dalam pengendalian demam berdarah, memberikan edukasi kepada
masyarakat.
Strategi pemberantasan Demam Berdarah Dengue lebih ditekankan pada upaya preventif,
yaitu melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim penularan penyakit di daerah
endemis Demam Berdarah Dengue.Selain itu digalakkan juga kegiatan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai
media.Pada kenyataannya, tidak mudah memberantas Demam Berdarah Dengue karena
terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaanya.Akibatnya strategi pemberantasan
Demam Berdarah Dengue tidak terlaksana dengan baik sehingga setiap tahunnya
Indonesia terus dibayangi kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue
(Sungkar,2007)
BAB III
DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini bersarang di bejana-
bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air jernih, kaleng
bekas dan lainnya. Adanya vektor tersebut berhubungan dengan kebiasaan masyarakat
menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari dan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit ( petekie ), hyperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
( hepatomigali ) dan pembesaran limpa ( spenomegali ).
Strategi utama yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mendapatkan dukungan
kebijakan pemerintah terkait upaya pemberantasan DBD dengan melibatkan semua sektor
terkait, masyarakat dan sektor swasta di dalam mengkampanyekan gerakan pemberantasan
DBD melalui gerakan PSN secara rutin baik di lingkungan rumah maupun di intansi/institusi.
Strategi utama yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah mendapatkan dukungan
kebijakan pemerintah terkait upaya pemberantasan DBD dengan melibatkan semua sektor
terkait, masyarakat dan sektor swasta di dalam mengkampanyekan gerakan pemberantasan
DBD melalui gerakan PSN secara rutin baik di lingkungan rumah maupun di intansi/institusi.
4.2 SARAN
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin namun tentu saja dalam makalah
ini ada kesalahan ataupun kekurangan materi, maka dari itu kami menyarankan para pembaca
juga membaca jurnal lain mengenai DHF.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29097243/DHF_demam_berdarah_dengue_
https://www.halodoc.com/artikel/jenis-pemeriksaan-demam-berdarah-yang-perlu-diketahui
http://cufing.blogspot.com/2015/01/askep-dengue-heamorrhagic-fever.html?m=1
http://ilmupastipastiilmu.blogspot.com/2018/09/makalah-penyakit-dhf-dengue-
haemoragic.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/jenis-jenis-pemeriksaan-demam-
berdarah-untuk-pastikan-diagnosis/amp
https://www.ciputrahospital.com/demam-berdarah-dengue-gejala-cara-mencegah-dan-
pengobatan
https://www.halodoc.com/kesehatan/demam-berdarah
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/view/1799#:~:text=Strategi
%20utama%20yang%20dapat%20dilakukan,di%20lingkungan%20rumah%20maupun%20di
https://lifestyle.bisnis.com/read/20180717/106/817489/begini-strategi-pemerintah-kurangi-
kasus-demam-berdarah
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/viewFile/7175/6686