Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI

TERAPEUTIK
PADA LANSIA
OUR TEAM

1. Dhea Mutia Anggraeni

2. Hanip Dinamara

3. Khariesma Putri A

KELOMPOK 6 4. Moch Yusuf Ashidiq

5. Mega Arba Juliana S

6. Wina Silvia

7. Yunka Gaury Srinandini


PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPIUTIK

Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan,
fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu
harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran
penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat (Indrawati, 2003 : 50).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1
ayat (2), (3), (4) uu no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan PENGERTIAN LANSIA
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
BATASAN-BATASAN UMUR YANG MENCAKUP BATASAN
UMUR LANSIA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
 Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
 Menurut world health organization (who), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90
tahun.
 Menurut dra. Jos masdani (psikolog ui) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase inventus)
ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah
55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

 M e n u r u t p r o f . D r. K o e s o e m a t o s e t y o n e g o r o m a s a l a n j u t u s i a ( g e r i a t r i c a g e ) : > 6 5 t a h u n a t a u
7 0 t a h u n . M a s a l a n j u t u s i a ( g e t i a t r i c a g e ) i t u s e n d i r i d i b a g i m e n j a d i t i g a b a t a s a n u m u r,
yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (efendi, 2009).
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO)
mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun

KARAKTERISTIK LANSIA 2. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun

3. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun

4. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun


PERUBAHAN EMOSI YANG SERING TERLIHAT ADALAH BERUPA
REAKSI PENOLAKAN TERHADAP KONDISI YANG TERJADI

Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya :


•Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan petugas kesehatan

•Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru

•Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit

•Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut sertakan dirinya

•Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut demi
kenyamanan klien.
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS
KOMUNIKASI
 Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, peruban fisik
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya
karena riil dan mudah di observasi.

 Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai
konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-
masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
 Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan.
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun
dengan petugas kesehatan.

 Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama yang
dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

LANJUTAN…
TEKNIK KOMUNIKASI PADA
LANSIA  Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang di
 Teknik asertif inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka
dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan perawat hendaknya mengarahkan maksud
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan
pembicaraan dapat di mengerti.
 Supportif
 Responsif Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien aspek fisik maupun psikis secara bertahap
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Misalnya dengan menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga
yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
menciptakan perasaan tenang bagi klien ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara
 Klarifikasi
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan
ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di
persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa
minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
LANJUTAN… kembali apa yang saya sampaikan tadi…?

 Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya klien lansia
umumnya mengalami perubahan-perubahan yang
terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan
perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar
dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel
bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien
dengan petugas kesehatan.
HAMBATAN BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
Agresif

• Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)

• Meremehkan orang lain

• Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain

• Menonjolkan diri sendiri

• Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan

Non asertif

• Menarik diri bila di ajak berbicara

• Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)

• Tidak berani mengungkap keyakinaan

• Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

• Ta m p i l d i a m ( p a s i f )

• Mengikuti kehendak orang lain


1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
TIPS-TIPS 2. Keraskan suara anda jika perlu
TERTENTU
YANG PERLU 3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut anda
DI 4. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik
PERHATIKAN
AGAR 5. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak mengalami
gangguan
KOMUNIKASI
BERJALAN 6. Berbicara dengan pelan dan jelas.
GENGAN 7. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes yang di
EFEKTIF A inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan
ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa
secukupnya).
TEKNIK PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI PENOLAKAN

Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,
keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman.
Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi
yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
 Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu
tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh
LANGKAH – tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.

Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri


LANGKAH UNTUK Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan
klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk
MENGHADAPI KLIEN memandirikan klien.

LANSIA DENGAN Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas
REAKSI PENOLAKAN kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan
mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik dan
tepat
• Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”

• Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien

• Pertahankan kontak mata dengan pasien

HAL-HAL YANG • Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa

PERLU • Berbicara dengan pelan, dan jelas

• Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien


DIPERHATIKAN SAAT • Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
BERINTERAKSI PADA • Menyederhanakan atau menuliskan instruksi

LANSIA • Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien

• Mengurangi kebisingan saat berbicara

• Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan,


atau bahu

• Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.


SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai