Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN

KEPERAWATAN
ANAK DENGAN
HIPOSPADIA
Oleh kelompok 8:
1. Ferdy Ilham (P20620119014)
2. Ines Natasya Wahyuni
(P20620119018)
3. Mira Komariah
(P20620119022)
4. Neneng Uswah Hasanah
(P20620119025)
5. R Santy amalia putri
(P20620119027)
PEMBAHASAN

01 02 03
Latar Rumusan Konsep
belakang
Pemaparan latar belakang
penyakit hipospadia
masalah
Rumusan masalah yang
akan dibahas
penyakit
Pembahasan konsep
penyakit hipospadia serta
pemaparan pathway

04 05
Konsep Askep Kesimpulan
Pembahasan konsep Penyimpulan pembahasan
asuhan keperawatan pada matari serta saran
anak hipospadia
01
Latar belakang
Latar belakang
Hypospadia merupakan kelainan konginetal yang paling sering terjadi
pada anak laki-laki. Kata Hypospadia berasal dari Bahasa Yunani yaitu
Hypo, yang berarti di bawah, dan Spadon, yang berarti lubang (Giannantoni
A, 2011).
Terapi yang digunakan yaitu dengan cara dilakukan pembedahan. Tujuan
terpi pembedahan adalah agar penis menjadi lurus dengan cara melakukan
eksisi korde (orthoplasty), memindahkan muara uretra pada ujung penis
(urehtroplasty), dan membentuk glan penis seanotomis mungkin
(glanuloplasty) (Pedoman Diagnosis Dan Terapi, 2010).
Hasil penelitian Nurrarif & Kusuma (2015) menyatakan bahwa masalah
keperawatan yang terjadi pada Hypospadia adalah gangguan eliminasi urin,
ansietas, defisiensi pengetahuan, resiko infeksi, nyeri akut, disfungsi
seksual, hambatan mobilitas fisik.
Asuhan keperawatan yang professional diberikan melalui pendekatan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa,
pembuatan intervensi, implementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan.
02
Rumusan masalah
Discussions

• Apa definisi Hipospadia ? • Bagaimana penatalaksanaan Hipospadia ?


• Apa klasifikasi Hipospadia ?

• Apa etiologi dari Hipospadia? • Apa komplikasi dari Hipospadia ?


• Bagaimana manifestasi klinik Hipospadia ?

• Bagaimana patofisiologi dari Hipospadia ? • Bagaimana ASKEP Hipospadia ?


• Bagaimana pemeriksaan diagnostik
Hipospadia ?
03
Konsep penyakit
Pengertian
Hypospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara uretra yang terletak
di ventral atau proximal dari lokasi yang seharusnya. Kelainan ini terbentuk
pada masa embryonal karena adanya defek pada masa perkembangan alat
kelamin dan sering dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer
ataupun gangguan aktivitas seksual saat dewasa (Snodgrass & Bush, 2016).
Hypospadia adalah kelainan letak uretra dan merupakan kelainan
bawaan pada laki-laki, ditandai dengan posisi anatomi pembukaan saluran
kemih di bagian ventral atau bagian arterior penis, biasanya disertai
lengkung penis yang tidak normal dan ukurannya lebih pendek daripada
laki-laki normal. Letaknya bervariasi sepanjang bagian ventral dari penis
atau di perineum sebagai akibat gagalnya penyatuan dari lempeng uretra,
Hypospadia berat didefinisikan sebagai suatu kondisi Hypospadia yang
disertai dengan letak muara uretra eksternal diantara proximal penis sampai
dengan di perbatasan penis dan skrotum dan mempunyai chrodee (Keays &
Sunit, 2017).
Etiologi
Etiologi Hipospadia sangat bervariasi dan multifactorial, namun belum ditemukan penyebab
pasti dari kelainan ini. Adanya defek pada produksi testosterone oleh testis dan kelenjar adrenal,
kegagalan konversi dari testosterone ke dihidrotestosteron, defisiensi reseptor androgen di penis,
maupun penurunan ikatan antara dihidrostestosteron dengan reseptor andogren dapat
menyebabkan Hypospadia (Krisna & Maulana, 2017).
Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan dicurigai dapat
meningkatkan resiko terjadinya Hypospadia. Lingkungan yang tinggi terhadap aktivitas estrogen
sering ditemukan pada pestisida di sayuran dan buah, dan obat-obatan, namun pada pil
kontrasepsi tidak menimbulkan Hypospadia. Bahwa ibu hamil yang terpapar diethylstilbestrol
meningkatlan resiko terjadinya Hypospadia (Krisna & Maulana, 2017).
Pada ibu hamil yang melakukan diet vegetarian diperkirakan terjadi peningkatan resiko
terjadinya Hypospadia. Hal ini dapat disebabkan adanya kandungan yang tinggi dari fitoestrogen
pada sayuran. Respon Activiting Transcription Factor (ATF3) terhadap aktivitas anti androgen
terbukti berperan penting terhadap kelainan Hypospadia. Pada ibu hamil yang mengkonsumsi
obat-obatan anti epilepsy seperti asam valporat juga diduga meningkatkan resiko Hypospadia
(Mahendra & Maulana, 2017).
Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-cystolasmic sperm Injection (ICSI) atau
In Vitro Fertilization (IVF) memiliki insiden yang tinggi pada Hypospadia. Intra uterin growth
retardation, berat bayi lahir rendah, bayi kembar, turunan Hypospadia juga merupakan faktor
resiko Hypospadia yang dapat dikendalikan selama kehamilan (Krisna & Maulana, 2017).
Beberapa kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan Hypospadia adalah kelainan
kromosom dan ambigu genetalia seperti hermafrodit maupun pseudohermafrodit (Krisna &
Maulana, 2017).
Klasifikasi
Klasifikasi Hypospadia berdasarkan derajat sangat subyektif tergantung dari ahli bedah masing-masing Klasifikasi Hypospadia terbagi
berdasarkan lokasinya. Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi Duckett yang membagi Hypospadia menjadi 3 lokasi,
yaitu anterior (Glandular, coronal, dan distal penile), middle (midshaft dan proximal penile), dan posterior (Penoscrotal, scrotal, dan
perineal). Lokasi yang peling sering ditemukan adalah di subcoronal.

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3


anterior (Glandular, coronal, dan middle (midshaft dan proximal posterior (Penoscrotal, scrotal, dan
distal penile) penile) perineal)
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Nurrarif & Kusuma (2015) yang sering muncul pada penyakit
Hypospadia sebagai berikut :

1. Tidak terdapat preposium ventral sehingga prepesium dorsal menjadi berlebihan


(dorsal hood).

2. Sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral) atau penis melengkung ke arah
bawah.

3. Lubang kencing terletak dibagian bawah dari penis.


Gejala klinis
Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat
kalainan. Secara umum jarang ditemukan adanya
gangguan fungsi, namun cenderung berkaitan
dengan masalah kosmetik pada pemeriksaan fisik
ditemukan muara uretra pada bagian ventral penis.
Biasanya kulit luar bagian ventral lebih tipis atau
bahkan tidak ada, dimana kulit luar di bagian dorsal
menebal bahkan terkadang membentuk seperti
sebuah tudung. Pada Hypospadia sering ditemukan
adanya chorda (Krisna & Maulana, 2017). Chorda
adalah adanya pembengkokan menuju arah ventral
dari penis.
Pemeriksaan
penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang disarankan untuk penegakkan pasti
diagnosis Hypospadia. USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya anomaly
lainnya pada saluran kemih pada pasien Hypospadia. Karyotyping disarankan pada
pasien dengan ambigu genetalia ataupun cryptochirdism. Beberapa test seperti
elektrolit, hydroxyprogesterone, testosterone, luteinizing hormone, follicle-
stimulating hormone, sex hormone binding globulin, dan beberapa tes genetic
dipertimbangkan apabila memungkinkan (Krisna & Maulana, 2017).
Penatalaksanaan
medis
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada
Hypospadia adalah:
• Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee.
• Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis (Uretroplasti).
• Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eskternal (kosmetik).
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada Hypospadiaglanular uretra distal ada
yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkotruksi dengan flap local,
misalnya: prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI (Meatal Advanve and Glanuloplasty), termasuk preputium
plasty (Nurarif & Kusuma, 2015). Berikut Tabel 2.1 Komplikasi Paska Pembedahan (Krisna & Maulana,
2017)

Komplikasi Awal Komplikasi Lanjutan


Perdarahan Fistula Urethrokutaneus
Hematoma Stenosis Meatal
Infeksi pada luka operasi Rekuren atau persistens chordee
Wound Dehiscence Striktur Urethra
Nekrosis kulit Balanitis Xerptica Obliterans
Infeksi saluran kemih Urethrocele
Retensi urin Diverticula urethra
PATHWAY
04
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
Identitas ❏Pendidikan : orang tua yang biasanya rendah.
❏Nama : tergantung pada pasien ❏Pekerjaan : pada orang tua yang tergolong
❏Umur : biasanya terjadi pada bayi baru lahir. berpenghasilan rendah.
❏Jenis kelamin : biasanya terjadi pada bayi laki- ❏Diagnosa medis : Hipospadia
laki.
Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak
seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit penis, jika berkemih anak harus duduk. (Muslihatum, 2010 : 163).
Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui
dengan pasti penyebabnya.
 Riwayat Perkembangan Anak
Seperti berjalan, berdiri, membaca, menulis dan lain – lain.
 Riwayat Imunisasi
Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.
 Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak
lahir.
 Riwayat kongenital
Penyebab yang jelas belum diketahui, dihubungkan dengan penurunan sifat genetic, dan lingkungan polutan teratogenic . (Muscari, 2005 :
357)
 Riwayat kehamilan dan kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14. (Markum, 1991 :
257)
Pengkajian
Pola – Pola Fungsi Kesehatan Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya
 Pola nyeri/kenyamanan penglihatan pada pasien hipospadia adalan normal, secara
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan mental kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.
kenyamanan dan tidak mengalami nyeri.  Pola persepsi diri
 Pola nutrisi dan metabolisme Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit kelainan. Pada pasien sendiri apabila sudah dewasa juga
dalam tubuhnya tidak mengalami gangguan. akan merasa malu dan kurang percaya diri atas kondisi
 Pola aktivitas kelainan yang dialaminya.
Aktivitas pasien hipospadia tidak ada masalah.  Pola hubungan dan peran
 Pola eliminasi Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap
Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena hubungan interpersonal dan peraen serta megnalami
pancaran kencing pada saat BAK tidak lurus dan biasanya tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
kearah bawah, menyebar dan mengalir melalui batang penis.  Pola seksual
 Pola tidur dan isirahat Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis
Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami pasien akan membuat pasien mengalami gangguan pada saat
gangguan atau tiaak ada masalah dalam istirahat dan tidurnya. berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa ereksi.
 Pola sensori dan kognitif  Pola penanggualangan stress
Biasanya orang tua pasien akan mengalami stress pada
kondisi anaknya yang mengalami kelainan.
 Pola hygiene
Pada umumnya pola hygiene pasien tidak ada masalah.
(Susanto, 2015:8 – 10)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pre Operasi
Hasil pengecekan TTV
Kesadaran Pemeriksaan Head To
Toe Bentuk, kesimetrisan, keadaan kulit,
Bentuk kepala, kesimetrisan,
kelengkapan, pertumbuhan/ tekstur peristaltic usus, batas-batas hepar,
rambut, warna rambut, keadaan kulit, gastrik serta ginjal, biasanya pada kasus
adanya benjolan/nodul/lesi, adanya Kepala Abdomen hipospadia ketika dipalpasi ginjal
nyeri tekan dsb adanya masa/hidronefrosis. Adanya
nodul/lesi, adanya nyeri tekan dsb.
Bentuk, kesimetrisan, Bentuk penis
kelengkapan, keadaan kulit, melengkung ke
ekspresi wajah, fungsional bawah, kelainan
mata, telinga, hidung,
pengecapan dan pendengaran
Wajah dan Genetalia pada kulit depan
penis, adanya
adanya nodul/lesi, adanya nyeri
tekan, pembesaran kelenjar dsb.
Leher kelainan preputium,
adanya nyeri tekan,
periksa warna,
jumlah dan bau urin..
Bentuk dada, kesimetrisan, Dada/thor Ekstremit
ekspandi/pengembangan dada, Bentuk, kesimetrisan dan kelengkapan
keadaan kulit, frekuensi, irama dan ax as tangan serta kaki, keadaan kulit, adanya
sifat denyut jantung serta suara lesi/nodul atau adanya kelainan warna,
pernafasan, hasil suara perkusi pada kekuatan masa otot, kelincahan ROM,
dada, batas-batas jantung dan paru kelainan jalan atau tidak. (Rukiah &
apakah ada kardiomegali dsb. Yulianti, 2013)
Pemeriksaan Fisik
Post Operasi
Keadaan umum
Kesadaran Pemeriksaan Head To Toe :
Hasil pengecekan TTV : Apakah ada
peningkatan pada suhu, tekanan darah,
respirasi serta denyut nadi.

Kepala Wajah dan


01 02 Leher

Dada/thora
Genetalia Ekstremitas
xApakah ada Adanya luka Adanya kelemahan masa

03 peningkatan
peristaltic usus atau
kelainan bentuk
04 pembedahan, nyeri
tekan post operasi. 05 otot akibat pembedahan
atau efek anastesi,
gangguan pada mobilitas
setelah pembedahan klien. (Rukiah &
Yulianti, 2013)
Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik tidak ada kecuali
terdapat ketidak jelasan jenis kelamin perlu ditegaskan
atau pada kasus-kasus ketika abnormalitas lain dicurigai.
Namun dapat dilakukan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui letak dari meatus uretra secara normal yang
mengalami kelainan atau tidak mengalami kelainan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
kelainan bawaan lainnya. Untuk menilai beratnya
epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut :
● Radiologis (IVP)
● USG sistem kemih-kelamin.
● Pembedahan
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
01
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
malformasi kongenital

02
Ansietas (anak dan orang tua) berhubungan
dengan prosedur pembedahan (uretroplasti)

03
Resiko infeksi (traktus urinarius) yang
berhubungan dengan pemasangan kateter
menetap
Diagnosa Keperawatan
Perubahan eliminasi Post Operasi Ansietas (orang tua) yang
(retensi urine)
berhubungan dengan
berhubungan dengan
penampilan penis anak
obstruksi mekanik/trauma
setelah pembedahan
operasi
Hambatan mobilitas Difisit pengetahuan yang
fisik berhubungan berhubungan dengan
dengan tindakan perawatan rumah
operasi Risiko cedera yang
Nyeri yang berhubungan dengan
berhubungan kateter urine dicabut atau
dengan kateter urine diangkat.
pembedahan (Yayuk Susanti, 2011:10 &
Speer, 2008)
TUJUAN (PRE OPERASI)
Gangguan citra
Ansietas (anak dan orang tua)
tubuh b.d berhubungan dengan prosedur
malformasi pembedahan (uretroplasti)
kongenital NOC: Tingkat kecemasaan

02
NOC: Citra tubuh

01 Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama...x24 jam pasien tidak mengalami
keterlambatan dalam perkembangan anak dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama...x24 jam kecemasaan orang tua dan anak
menurun. Dengan kriteria hasil:
- Ketegangan menurun
harga diri positif. Dengan kriteria hasil:
- Kekhawatiran berlebihan tidak ada
- Pasien memiliki kepuasan dengan tubuh
- Kesulitan untuk rileks teratasi
- Tidak cemas dengan keadaan tubuhnya

Resiko infeksi (traktus urinarius)


yang berhubungan dengan
pemasangan kateter menetap

03 NOC: Tingkat kecemasan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam Anak tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
- Urinalisis normal
- Suhu tubuh dalam batas normal
Perubahan TUJUAN (POST OPERASI) Risiko cedera
yang b.d kateter
eliminasi (retensi Hambatan Nyeri yang Ansietas (orang urine dicabut
Difisit
urine) b.d mobilitas fisik b.d tua) yang b.d atau kateter urine
pengetahuan
obstruksi b.d tindakan pembedahan penampilan penis diangkat. (Yayuk
yang b.d
mekanik/trauma operasi anak setelah Susanti, 2011:10
perawatan
NOC:Eliminasi
operasi NOC: Ambulasi NOC: Kontrol nyeri NOC: Pengetahuan: NOC: Tingkat
pembedahan & Speer, 2008)
NOC:
urine Setelah dilakukan Setelah dilakukan rumahkesehatan
perilaku kecemasaan Kontrol risiko
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama...x24 jam selama...x24 jam rasa tindakan keperawatan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
selama...x24 jam Berkurangnya nyeri berkurang selama...x24 jam selama...x24 jam selama...x24 jam
Menunjukkan hambatan mobilitas memperlihatkan orang tua paham. kecemasaan orang tua Anak tidak
eliminasi urin dengan fisik peningkatan rasa Dengan kriteria hasil : dan anak menurun mengalami cedera
kriteria hasil: dengan kriteria hasil: nyaman, dengan • Orang tua Dengan kriteria hasil: dengan kriteria hasil :
• Menunjukkan • Partisipasi dalam kriteria hasil : mengekspresikan • Ketegangan • Anak dapat
pengosongan aktifitas fisik, dan • Berkurangnya pemahaman menurun mempertahankan
kandung kemih menampilkan ekspresi menagis tentang instruksi • Kekhawatiran penempatan kateter
dengan prosedur aktifitas sehari-hari dan gelisah. perawatan di berlebihan tidak urin yang benar
bersih kateterisasi dengan beberapa • Klien melaporkan rumah dan ada sampai diangkat
intermiten mandiri. bantuan. nyeri berkurang mendemostrasikan • Kesulitan untuk oleh perawat atau
• Pola eliminasi urin • Pasien dapat • Klien dapat prosedur perawatan rileks teratasi dokter.
normal berjalan dengan melakukan teknik rumah.
pelan pengurangan nyeri
non-farmakologis
INTERVENSI (PRE
OPERASI)
Gangguan citra tubuh b.d
malformasi kongenital
Ansietas (anak dan orang tua)
berhubungan dengan
Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan
dengan pemasangan kateter menetap
prosedur pembedahan
(uretroplasti)
Peningkatan citra tubuh Pengurangan kecemasan Perlindungan infeksi
   
Kaji secara verbal dan Jelaskan kepada anak dan Pertahankan kantong drainase kateter di bawah geris
nonverbal respon klien orang tua tentang prosedur kandung kemih dan pastikan bahwa selang tidak terdapat
terhadap tubuhnya pembedahan dan perawatan simpul dan kusut
pascaoperasi. Gunakan gambar Gunakan teknik aseptic ketika mengosongkan kantong
Dorong klien mengungkapkan dan boneka ketika menjelaskan kateter.
perasaannya prosedur kepada anak.  
    Pantau urine anak untuk pendeteksian kekeruhan atau
Monitor frekuensi mengkritik  Beri anak kesempatan untuk sedimentasi. Juga periksa balutan bedah setiap 4 jam,
dirinya mengekspresikan rasa takut untuk mengkaji bila tercium bau busuk atau drainase
  dan fantasinya dengan purulent; laporkan tanda-tanda tersebut kepada dokter
Fasilitasi kontak dengan menggunakan boneka dan dengan segera.
individu lain dalam kelompok wayang. Anjurkan anak untuk minum sekurang- kurangnya 60ml/jam
kecil  
Beri obat antibiotic profilaktik sesuai program, untuk
membantu mencegah infeksi. Pantau anak untuk efek
terapeutik dan efek samping.
OPERASI)
Perubahan eliminasi (retensi Hambatan mobilitas fisik Nyeri yang berhubungan
urin) berhubungan dengan berhubungan dengan tindakan dengan pembedahan.
obstruksi mekanik/trauma operasi
operasi
Manajemen eliminasi Perawatan imobilisasi Manajemen nyeri akut
perkemihan Dorong penggunaan alat bantu Atur posisi klien
Melakukan pencapaian secara tongkat  
komperhensif jalan urin berfokus   Kurangi aktivitas
kepada inkontinensia (ex: urin Libatkan orang terdekat dalam  
output, keinginan BAK yang membantu klien saat latihan Beri obat analgesic sesuai
paten, fungsi kognitif dan rentang gerak, mengubah posisi program.
masalah urin). dan berjalan  
  Pastikan kateter terpasang
Monitor kandung kemih dengan Puji klien saat ia berhasil dengan benar dan bebas dari
papilasi dan perkusi menyelesaikan hal – hal yang simpul.
kecil
OPERASI)
Ansietas (orang tua) yang Defisit pengetahuan yang berhubungn Risiko cedera yang
berhubungan dengan penampilan dengan perawatan rumah berhubungan dengan kateter
penis anak setelah pembedahan. urin dicabut atau kateter urin
diangkat.

Pengurangan kecemasan Pendidikan kesehatan Kateterisasi


1. Anjurkan orang tua untuk 1. Ajarkan orang tua tanda serta gejala 1. Fiksasi kateter pada penis
mengekspresikan perasaan dan infeksi saluran kemih atau infeksi pada anak dengan menggunakan
kekhawatiran mereka tentang area insisi, termasuk peningkatan suhu, balutan dan plester.
ketidaksempurnaan fisik anak. urin keruh, dan drainase purulent dari 2. Tempatkan restrein pada
Fokuskan pada pertanyaan insisi. lengan anak ketika ia tidak
tentang seksualitas dan 2. Ajarkan orang tua cara merawat kateter diawasi atau sedang tidur.
reproduksi. dan penis, mengosongkan kantung 3. Gunakan pengait tempat
2. Bantu orang tua melalui proses drainase dan memfiksasi kateter. tidur untuk menghindari linen
berduka yang normal. Jelaskan perntingnya memantau warna bersentuhan dengan kateter
3. Rujuk orang tua kepada kelompok serta kejernihan urin. dan penis.
pendukung yang tepat, jika 3. Anjurkan orang tua untuk mencegah
diperlukan. anak untuk tidak mengambil posisi
4. Jelaskan perlunya menjalani mengangkang saat mengendarai
pembedahan multiple dan jawab sepeda atau menggunakan kuda.
setiap pertanyaan yang muncul 4. Ajarkan orang tua tentang tujuan dan
dari orang tua. penggunaan antibiotic serta obat-
obatan.
IMPLEME
NTASI
Implementasi keperawatan adalah realita
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, pelaksanaannya berupa
pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon pasien selama dan
sesudah melakukan pelaksanaan (Kasjmir &
Yoga, 2011). Adapun pelaksanaan menurut
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) adalah
sebagai berikut :
• Mengkaji input dan output
• Memaasang kateter ke kandung kemih
• Menyediakan waktu yang cukup untuk
mengosongkan kandung kemih (10 menit)
• Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi
ASI
Tujuan & evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap asuhan keperawatan yang
berikat. Menurut Nurrarif & Kusuma
(2015). Adapun evaluasi yang didapat
yaitu
1. Kandung kemih kosong secara penuh
2. Tidak ada residu urin >100-200cc
3. Intake cairan dalam rentang normal
4. Bebas dari infeksi saluran kemih
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang
DOKUMENT
ASI
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek paling penting jadi praktik
keperawatan. Sistem dokumentasi yang ideal harus memberikan informasi
klien yang komprehensif, menunjukkan hasil dan standar klien (Nurrarif &
Kusuma, 2015). Pendokumentasian yang digunakan yaitu SOAP.

● S : Subyektif menggambarkan pendokuemntasian


hanya pengumpulan data klien melalui anamnesa
● O : Obyektif menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan fisik klien, hasil laboratorium, dan tes diagnosis
● A : Assesment masalah atau diagnose yang
ditegakkan berdasarkan data subjektif maupun obyektif
yang disimpulkan
● P : Planning menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan dan evalusi berdasarkan asesmen.
DOKUMENTA
Dokumentasi keperawatan mempunyai 3 prinsip yaitu:

Brevity SI
Dalam melakukan pendokumentasian prinsip petugas harus brevity. Brevity
adalah ringkas, jadi dalam mencatat hasil dokumentasi keperawatan harus
ringkas dan tidak perlu memasukkan kata-kata atau kalimat yang tidak
penting dan mempunyai makna yang tidak sesuai. Dengan menuliskan
catatan yang ringkas dan mengenai inti masalah maka catatan dokumentasi
akan mudah dipahami dan tidak memakan ruang dalam lembar yang
tersedia.

Legidibility
Legibility yaitu dimana dalam penulisan dokumentasi keperawatan harus
mudah dibaca dan dipahami oleh perawat lain atau profesi lain ikut dalam
pendokumentasian.

Accuracy
Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada klien. Jadi kita harus
memasukkan data pada dokumentasi keperawatan harus benar dan sesuai
dengan data baik identitas, laboratorium, dan radiologi pada setiap klien.
Ini adalah aspek sangat vital dan tidak boleh salah atau tertuker dengan
05
Kesimpulan
Kesimpulan
Hypospadia adalah suatu kondisi muara uretra terletak di ventral atau proximal
dari lokasi yang seharusnya dan penyebabnya belum ditemukankan secara
pasti. Klasifikasi Hypospadia yaitu, anterior (Glandular, coronal, dan distal
penile), middle (midshaft dan proximal penile), dan posterior (Penoscrotal,
scrotal, dan perineal). Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat
kalainan. Penatalaksanaan Pembedahan biasanya tidak di jadwalkan sampai bayi
berusia 1-2th ketika ukuran penis dinyatakan sebagai ukuran yang layak di
operasi.

Diagnose keperawatan yang mungkin terjadi diantaranya perubahan eliminasi


(retensi urin),hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietasdefisit dan defisit
pengetahuan.
Daftar pustaka
Anonymous. 2012. Makalah Hipospadia. Diakses pada 28 februari 2021 jam 14.34
http://tririzkiperuri.blogspot.com/2012/11/makalah-hypospadia.html

Berhman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC http://www.medicastore.com Diakses pada 28
februari 2021 jam 21.23

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku : Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Fawzy, A. (2015). Bedah Plastik. Dipetik 28 februari 2021 dari Kelainan Pria pada Anak: Hipospadia: http://
www.bedah-plastik.com/hypospadia.html

Muslihatum, W. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya

http://klikfebyanadwi.blogspot.com/2016/05/makalah-keperawatan-perkemihan-asuhan.html Diakses pada tanggal 28 februari


2021 jam 09.15

https://id.scribd.com/doc/300340247/MAKALAH-HIPOSPADIA Diakses pada tanggal 28 februari 2021 jam 09.15


TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai