TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
6
7
2. Etiologi
b. Faktor hormonal
3. Faktor Lingkungan
4. Lain-lain
3. Klasifikasi
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Nurrarif & Kusuma (2015) yang
sering muncul pada penyakit hipospadia sebagai berikut :
a. Tidak terdapat preposium ventral sehingga prepesium dorsal
menjadi berlebihan (dorsal hood).
b. Sering disertai dengan korde atau penis melengkung ke arah
bawah.
c. Lubang kencing terletak dibagian bawah dari penis.
Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kalainan.
Secara umum jarang ditemukan adanya gangguan fungsi, namun
cenderung berkaitan dengan masalah kosmetik karena letak muara
uretra pada bagian ventral penis. Biasanya juga ditemukan kulit luar
bagian ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada, dimana kulit luar di
bagian dorsal menebal. Pada hipospadia sering ditemukan adanya
11
5. Patofisiologi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan pertama dari proses keperawatan.
Sebelum memulai seluruh proses, tenaga keperawatan akan melakukan
pengkajian awal terhadap kondisi klien. Klien akan diberikan
pertanyaan serta diberikan sejumlah tes baik fisik maupun psikis.
Pengkajian ini merupakan titik yang paling penting untuk menghasilkan
diagnosa keperawatan yang tepat (Prabowo, 2017). Pada klien dengan
hipospadia setelah tindakan post operasi pengkajian yang penting
dilakukan yaitu mengkaji adanya pembengkakan atau tidak, adanya
perdarahan, dan disuria (Mendri & Prayogi, 2017).
a. Identitas
Nama : sesuai nama klien
Umur : sering terjadi pada bayi
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : mulai dari pendidikan rendah hingga tinggi
Pekerjaan : berpotensi pada semua jenis pekerjaan
Diagnosa medis : Hipospadia.
b. Keluhan Utama
Biasanya orang tua klien mengeluh dengan kondisi anaknya karena
penis yang tidak sesuai dengan anatomis penis biasa karena
melengkung kebawah dan terdapat lubang kencing yang tidak pada
tempatnya.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada klien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang
kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan belum
diketahui dengan pasti penyebabnya.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat ketidakseimbangan hormon dan faktor
lingkungan yang mempengaruhi kehamilan ibu, seperti
13
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan hipospadia post operasi uretroplasty yaitu (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017) :
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL
HASIL
Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Diketahui tingkat nyeri klien
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi membantu dalam menentukan
agen pencedera fisik keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, tindakan keperawatan yang
(prosedur operasi) jam, diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi, akan dilakukan.
(D.0077) teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan 2. Untuk mengetahui tingkat
1. Nyeri berkurang dari 4 intensitas nyeri (PQRST) ketidaknyamanan yang
menjadi 2 2. Identifikasi respon nyeri non dirasakan klien
2. Meringis berkurang dari 4 verbal 3. Nafas dalam dapat
menjadi 2 Teraupetik melancarkan sirkulasi
3. Sikap protektif berkurang 3. Ajarkan teknik non- oksigen di dalam tubuh,
dari 4 menjadi 2 farmakologi untuk membuat sirkulasi darah
4. Gelisah berkurang dari 5 mengurangi nyeri (teknik lancar, dan vena melebar
menjadi 2 relaksasi nafas dalam sehingga bisa mengurangi
5. Frekuensi nadi normal 70- Edukasi nyeri.
120x/menit 4. Edukasi pada klien dan 4. Dapat meningkatkan
keluarga terkait penyebab, pengetahuan klien dan
periode
1. dan pemicu nyeri keluarga terkait penyebab,
periodedan pemicu nyeri.
16
Kolaborasi 5. Terapi farmakologi yang
5. Kolaborasi dengan dokter tepat dapat mengurangi
terkait pemberian analgetik keluhan nyeri
Defisit perawatan Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri
diri berhubungan Setelah dilakukan asuhan (L.11348)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi 1. Diketahuinya tingkat
dengan kelemahan
diharapkan defisit perawatan 1. Monitor tingkat kemandirian kemandirian klien dapat
(D.0109)
diri teratasi dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan alat membantu dalam
hasil: bantu kebersihan diri, mendiagnosis dan
berpakaian, berhias, dan menentukan tindakan
1. Kemampuan mandi makan keperawatan yang akan
meningkat dari 3 menjadi Teraupetik dilakukan
5 3. Siapkan keperluan pribadi
2. Kemampuan berpakaian 2. Diketahuinya kebutuhan
(air hangat, waslap, sabun perawatan diri yang
meningkat dari 3 menjadi mandi, pakaian, parfum dll)
5 diperlukan oleh klien
4. Bantu klien dalam memenuhi
3. Kemampuan toileting kebutuhan perawatan diri 3. Tersedianya keperluan
meningkat dari 3 menjadi sampai mandiri alat kebersihan diri klien
4 Edukasi 4. Termotivasi untuk
5. Anjurkan melakukan melakukan perawatan
perawatan diri secara diri secara mandiri
konsisten sesuai kemampuan
5. Memandirikan klien
dalam perawatan diri
secara konsisten sesuai
kemampuan
17
Gangguan pola tidur Pola tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi
hambatan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi pola aktivitas dan 1. Diketahuinya kondisi pola
lingkungan (D.0055) jam diharapkan gangguan tidur aktivitas dan tidur klien
pola tidur dapat teratasi, 2. Identifikasi faktor penganggu 2. Diketehuinya faktor
dengan kriteria hasil: tidur penganggu tidur klien dapat
1. Keluhan sulit tidur Teraupetik membantu dalam
membaik dari 2 menjadi 5 3. Modifikasi lingkungan (misal: menentukan tindakan
2. Keluhan pola tidur pencahayaan, kebisingan, suhu, keperawatan yang akan
membaik dari 2 menjadi 5 matras dan tempat tidur) dilakukan
3. Istirahat cukup meningkat 4. Lakukan prosedur untuk 3. Lingkungan yang nyaman
dari 2 menjadi 5 meningkatkan kenyamanan dapat meningkatkan
Edukasi kualitas tidur klien
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup 4. Mempercepat mengawali
selama sakit tidur dan memperbaiki
siklus tidur
5. Meningkatkan pengetahuan
klien terkait tidur yang
cukup selama sakit
Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan Luka (I.14564) 1. Diketahuinya tanda-tanda
Kulit/Jaringan Jaringan (L.14125) Observasi infeksi lebih awal akan
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda infeksi mencegah terjadinya
perubahan sirkulasi keperawatan selama 3x24 jam Teraupetik komplikasi
(D.0129) diharapkan defisit perawatan 2. Bersihkan luka dengan carian 2. Cairan NaCl tidak
diri teratasi dengan kriteria NaCl mengganggu proses
hasil: 3. Pertahankan teknik steril saat penyembuhan luka
melakukan perawatan luka 3. Teknik steril menurunkan
1. Keluhan nyeri menurun 4. Ganti balutan sesuai jumlah resiko terserang
dari 3 menjadi 5 jenis luka mikroorganisme pada luka
18
2. Perdarahan menurun dari Edukasi 4. Melindungi luka dari
3 menjadi 5 5. Anjurkan klien untuk infeksi
3. Kemerahan menurun dari mengonsumsi makanan tinggi 5. Makanan tinggi kalori dan
3 menjadi 5 kalori dan protein protein dapat mempercepat
Kolaborasi proses penyembuhan luka
6. Kolaborasi dengan dokter terkait 6. Terapi farmakologi
pemeberian antibiotik cefotaxime yang tepat dapat
menurunkan risiko infeksi
pada luka
Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi
krisis situasional keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui tingkat
(D.0080) diharapkan ansietas teratasi berubah (mis. Kondisi, waktu, kecemasan klien
dengan kriteria hasil: stressor) 2. Agar klien dapat menentukan
2. Identifikasi kemampuan pilihanya sendiri
1. Perilaku gelisah menurun mengambil keputusan 3. Mengetahui tanda dan gejala
dari 3 menjadi 5 3. Monitor tanda ansietas (verbal ansietas yang dialami klien
2. Perilaku tegang menurun dan non verbal) 4. Menumbuhkan rasa saling
dari 3 menjadi 5 Terapeutik percaya pada klien
3. Frekuensi nadi normal 70- 4. Ciptakan suasana terapeutik 5. Memahami klien dapat
120x/menit untuk menumbuhkan mengurangi ansietasnya
4. Pola tidur membaik dari 3 kepercayaan 6. Mengetahui penyebab
menjadi 5 5. Pahami situasi yang membuat kecemasan klien
ansietas 7. Agar klien mengetahui
6. Motivasi mengidentifikasi kondisinya
situasi yang memicu kecemasan 8. Pendampingan keluarga
Edukasi dapat meringankan
ketegangan klien
9. Distraksi atau pengalihan
19
7. Informasikan secara faktual dapat mengatasi ansietas
mengenai diagnosis, 10. Relaksasi dapat meringankan
pengobatan, dan prognosis ansietas
8. Anjurkan keluarga untuk tetap 11. Obat ansietas dapat
bersama pasien, jika perl menurunkan kecemasan klien
9. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi ketegangan
10. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
Resiko infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539) 1. Tanda gejala infeksi
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala menjadi acuan dalam
efek prosedur invasif keperawatan selama 3x24 jam infeksilokal dan sistemik menentukan tindakan
(D.0142) diharapkan resiko infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan keperawatan yang akan
dapat teratasi , dengan kriteria sesudah kontak dengan dilakukan.
hasil: klien dan lingkungan klien 2. Cuci tangan dapat mencegah
1. Demam menurun dari 3 3. Pertahankan teknik aseptik kontaminasi kuman
menjadi 5 pada klien 3. Teknik aseptik menurunkan
2. Kemerahan menurun dari resiko terserang infeksi
4. Jelaskan tanda dan gejala
3 menjadi 5 4. Pengetahuan penting untuk
infeksi kepada klien dan
3. Bengkak menurun dari 3 proses penyembuhan luka
keluarga
menjadi 5 klien
5. Ajarkan cara mencuci 5. Cuci tangan meminimalisir
tangan denganbenar risiko infeksi.
kepada klien dan keluarga 6. Terapi antibiotik yang tepat
6. Kolaborasi pemberian dapat menurunkan risiko
antibiotik infeksi
20
21
4. Implementasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) implementasi merupakan pelaksanaan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan tersebut
mencakup tindakan mandiri keperawatan dan tindakan kolaborasi. Tindakan
mandiri dilakukan perawat sendiri dan bukan merupakan petunjuk maupun
perintah dari petugas kesehatan lain. Bentuk dari implementasi keperawatan
yaitu mulai dari pengkajian untuk mengidentifikasi masalah, pendidikan
kesehatan pada klien untuk membantu menambah pengetahuan tentang
kesehatan, konseling, penatalaksanaan atau tindakan keperawatan untuk
memecahkan masalah kesehatan, membantu memandirikan klien, konsultasi dan
diskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.
1. Evaluasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) tujuan dan evaluasi adalah untuk mengetahui
sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang berikat.
a. Evaluasi Proses
Merupakan aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keparawatan diimplementasikan agar dapat mengetahui efektifitas intervensi
tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
22
b. Evaluasi hasil
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan. Evaluasi keperawatan disusun berdasarkan S.O.A.P
yang operasional:
S (Subyektif): merupakan ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien setelah diberikan tindakan keperawatan. O (Obyektif) :
merupakan keadaan objektif yang dapat dilihat dan identifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah tindakan keperawatan
dilakukan. A (Assesment): merupakan analisa perawat setelah mengetahui
respons subjektif dan objektif klien dengan membandingkan dengan kriteria dan
standar serta mengacu pada tujuan keperawatan P (Plan) : perencanaan tindak
lanjut setelah perawat melakukan analisis.
23
C. WEB OF CAUSATION