Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HISPOSPADIA
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Keperawatan Anak I
Dosen Pengampu: Ida Ariani, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An

Disusun oleh:
Amanda Sharley A (108120032)
Sulthon Nur F (108120036)
Widia Ningrum (108120037)
Abdul Rahman Z (108120041)
Putri Hikmahtyar (108120044)
Reni Fatma (108120049)
Naely Khusnaeni R (108120058)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
pendahuluan hispospadia tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak, penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan penulisan laporan pendahuluan
Hispospadia ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua elemen yang turut membantu dalam proses penyusunan laporan
pendahuluan ini.

Semoga laporan pendahuluan hispospadia ini dapat memberikan manfaat


bagi para pembaca, dan dapat memberikan tambahan wawasan bagi para
pembaca. Meskipun penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih
terdapat kekurangan, Karena tak ada satupun yang sempurna di dunia ini,
demikian dengan tulisan ini. Oleh karena itu, kritik yang membangun kami
harapan dari para pembaca, demi penulisan laporan pendahuluan selanjutnya yang
lebih baik.

Terima Kasih

Cilacap, 26 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hypospadia merupakan kelainan konginetal yang paling sering


terjadi pada anak laki-laki. Kata Hypospadia berasal dari Bahasa Yunani
yaitu Hypo, yang berarti di bawah, dan Spadon, yang berarti lubang.
Hipospadia merupakan kelainan kongenital berupa muara uretra
yang terletak disebelah ventral penis dan proksimal ujung pedis. Letak
meatus uretra bisa terletak pada granular hingga perineal. Penatalaksanaan
pada hipospadia adalah dengan jalan pembedahan dengan membuat penis
lurus dengan memperbaiki chordee atau kordektomi.
Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di
Negara maju maupun Negara berkembang. Kelainan Kongenital pada bayi
pada baru lahir dapat berupa jenis kelainan saja atau dapat pula berupa
beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan
kongenital multiple. Kadangkadang suatu kelainan kongenital belum
ditemukan atau belum terlihat pada bayi lahir, tetapi baru ditemukan
beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kemajuan
teknologi kedokteran kadang-kadang suatu kelainan kongenital telah
diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan suatu kelainan
kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkinan
adanya kelainan kongenital di tempat lain.
Hipospadia patut di waspadai dewasa ini karena perkembangan
prevalensinya di beberapa Negara yang cukup pesat tanpa diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor resiko seperti paparan esterogen atau zat
antiandrogen pada masa kehamilan dapat dihindari untuk menurunkan
resiko terjadinya hipospadia. Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300
kelahiran anak laki-laki dan merupakan animali penis yang sering
berkembang uretra in uretro dimulai usia 8 minggu dan selesai dalam 15
minggu.
Adapun beberapa risiko yang dianggap berkaitan erat dengan
terjadinya Hypospasia, yaitu faktor lingkungan, factor genetik, dan faktor-
faktor lainnya, seperti multipara, usia ibu, kebiasaan merokok orang tua,
dan beberapa faktor lainnya. Dampak yang terjadi pada penyakit
Hypospadia bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menimbulkan
masalah pada pasien Hypospadia bahkan bisa sampai komplikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui definisi dari hipospadia
b. Untuk mengetahui etiologic dari hipospadia
c. Untuk mengetahui manifestasi klinik hipospadia
d. Untuk mengetahui patofisiologi hipospadia
e. Untuk mengetahui cara pencegahannya dari penyakit hipospadia
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipospadia
g. Untuk mengetahui penatalaksaan baik medis maupun keperawatan
h. Untuk mengetahui pathways dari hipospadia

C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hipospadia?
2. Apakah etiologic hipospadia?
3. Apakah manifestasi klinik hipospadia?
4. Apakah patofisiologi hipospadia?
5. Bagaimanakan cara pencegahannya dari hipospadia?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjangnya dari hipospadias?
7. Bagaimana penatalaksanannya baik medis maupun keperawatannya?
8. Pathways hipospadia?
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di
bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di
penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan
kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Hipospadia sering disertai kelainan
bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapat berupa undescensus testis,
monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa propenil
skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureter
berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter.
Pada sebagian besar kasus, hipospadia dihubungkan dengan tiga
anomali penis: (1) meatus urethra yang terletak di sisi ventral penis, (2)
deviasi ventral penis (korda), dan (3) prepuce hood dorsal yang
dihubungkan dengan sebuah defisit ventral prepusium. Diagnosis
hipospadia biasanya menggunakan anomali jenis pertama yaitu letak
anatomis meatus urethra yang berada disisi ventral penis.
Hipospadia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak
meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan
penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang
mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral
penis antara skrotum dan glans penis
Hipospadia adalah kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung
penis, lubang uretra terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau
perineum.
Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada di
bawah glans penis atau di bagian mana saja sepanjang permukaan ventral
batang penis. Kulit prepusium ventral sedikit, dan bagian distal tampak
terselubung.
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Hipospadia terjadi pada 1 sampai 3 per 1.000 kelahiran dan merupakan
anomali penis yang paling sering.
B. Etiologi Hipospadia
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa
faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan Ketidakseimbangan Hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang
mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena
reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang
atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah
terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja
tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang
berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan
berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi
karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik
yang tepat mungkin rumit dan variabel. Penelitian lain adalah turunan
autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan
kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan hipospadia.
3. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir
dari ibu dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga
lebih sering dikaitkan dengan hipospadia.
4. Factor lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan
dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
5. Adanya defek pada produksi testosterone oleh testis dan kelenjar
adrenal, kegagalan konversi dari testosterone ke dihidrotestosteron,
defisiensi reseptor androgen di penis, maupun penurunan ikatan antara
dihidrostestosteron dengan reseptor andogren dapat menyebabkan
Hypospadia
C. Manifestasi Klinik Hipospadia
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan
sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans
penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi
bengkok.
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
10. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok
pada saat BAK.
11. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri
dengan mengangkat penis keatas.
12. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
13. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
Manifestasi klinis menurut Nurrarif & Kusuma (2015) yang sering muncul
pada penyakit Hypospadia sebagai berikut :
1. Tidak terdapat preposium ventral sehingga prepesium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood).
2. Sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral) atau penis
melengkung ke arah bawah.
3. Lubang kencing terletak dibagian bawah dari penis.

D. Patofisiologi Hipospadia
Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan
terjadi pada masa embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-
20 minggu. Perkembangan terjadinya fusi dari garis tengah dari lipatan
uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari
yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian di sepanjang
batang penis hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topu yang
menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai
chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral
dari penis.
Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan
dengan hipospadia, terutama bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini
diduga akibat dari perbedaan pertumbuhan antara punggung jaringan
normal tubuh kopral dan uretra ventral dilemahkan dan jaringan terkait.
Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan spongiosum dan
pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat membentuk
balutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan
kontribusi untuk terbentuknya suatu korda.

E. Pencegahan Hipospadia
Meskipun penyebab utama hipospadia pada anak masih sulit
diketahui, bisa melakukan beberapa tindakan pencegahan selama
kehamilan. Ibu hamil dapat mengurangi risiko hipospadia pada janin
dengan melakukan gaya hidup sehat, antara lain:
1. Hindari merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
2. Hindari pekerjaan yang terpapar pestisida.
3. Konsumsi suplemen untuk kehamilan seperti asam folat, zat besi, dan
lain-lain.
4. Pertahankan berat badan ideal.
5. Rutin ke dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilan.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang
dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi.
Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk mengetahui ada atau
tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi maupun kelainan
bawaan yang menyertai hipospadia:
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin
3. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan
kelainan kongenital ginjal
4. Kultur urine (Anak-hipospadia)
G. Penatalaksanaan Hipospadia
1. Medis
Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya
dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan
ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus
uretra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran
kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi
dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis
dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan
keberhasilan operasinya.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-
Chaula, Teknik Horton dan Devine.
a. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
1) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus
dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis.
Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan
lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal.
Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian
dorsal dan kulit penis
2) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca
operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel
pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans,
lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah
uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit
preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan
dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka
operasi pertama telah matang.
b. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada
anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan
dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke
ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian
punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian
dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya preputium untuk
bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan
penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi
hipospadi
2. Keperawatan
H. Pathways
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anamnese

B. Pengkajian
1. Identitas Pasien:
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Suku Bangsa :
e. Pekerjaan :
f. Pendidikan :
g. Status :
h. Alamat :
i. Diagnosa Medis :
j. Sumber Biaya :
k. Tanggal MRS :
l. Hubungan dengan Pasien :
2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti
berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika
berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya
lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak
diketahui dengan pasti penyebabnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya
sejak lahir.
c. Riwayat Kongingetal
1) Penyebab yang jelas belum diketahui.
2) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3) Lingkungan polutan teratogenik. (Muscari, 2005:357
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis
pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14. (Markum,
1991: 257)
4. Pengkajian pola fungsi Kesehatan
Pada pengkajian ini dilakukan pengkajian berdasarkan 11
komponen pola fungsi kesehatan yang terdiri dari :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya kurangnya
pemahaman klien dan keluarga terkait penyakit yang diderita
klien dan pada umumnya pemeliharaan kesehatan klien tidak
ada masalah.
b. Pola Nutrisi
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit
dalam tubuhnya tidak mengalami gangguan.
c. Pola Eliminasi
Pada saat BAK mengalami gangguan karena anak harus
jongkok karena pancaran kencing pada saat BAK tidak lurus
dan biasanya kearah bawah, menyebar dan mengalir melalui
batang penis.
d. Aktivitas dan Latihan Aktivitas
Klien hipospadia tidak ada masalah.
e. Tidur dan istirahat
Pada umumnya klien dengan hipospadia tidak mengalami
gangguan atau tidak ada masalah dalam istirahat dan tidurnya.
f. Pola sensori, persepsi, dan kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya
penglihatan pada klien hipospadia adalan normal, secara mental
kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.
g. Konsep diri
Adanya rasa malu pada diri klien sendiri apabila sudah dewasa
juga akan merasa malu dan kurang percaya diri atas kondisi
kelainan yang dialaminya.
h. Seksual dan reproduksi
Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis klien
akan membuat klien mengalami gangguan pada saat
berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa ereksi.
i. Pola peran hubungan
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran dalam menjalankan perannya selama
sakit
j. Pola manajemen koping stress
Biasanya orang tua klien akan mengalami stress pada kondisi
anaknya yang mengalami kelainan.
k. Sistem nilai dan keyakinan
Kepercayaan klien, kepatuhan klien dalam melaksanakan
ibadah dan keyakinan keyakinan pribadi yang bisa
mempengaruhi pilihan pengobatan

Anda mungkin juga menyukai