Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BBLR


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Ahmad Subandi,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An.

Disusun oleh :

1. Amanda Sharley A (108120032)


2. Imam Baihaqi (108120038)
3. Delfina Tazani F (108120039)
4. Abdul Rahman Zaki (108120041)
5. Reni Fatma F (108120049)
6. Sri Faidah (108120054)
7. M. Hamzah Anwar (108120057)
8. Titin Maemunah (108120061)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2 B


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Anak dengan BBLR”. Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas
Keperawatan Anak Tahun Akademik 2021/2022.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat keselahan dalam
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami agar di kemudian hari saya bisa menyusun makalah yang lebih
sempurna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Cilacap, 15 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan
dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga
dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat
saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil),
gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan
(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan
yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah
disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut
berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung
pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu
penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan penulis
bahas pada BAB berikutnya.
B. Tujuan
- Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada bayi dengan BBLR.
- Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi BBLR
b) Untuk mengetahui etiologi BBLR
c) Untuk mengetahui manifestasi klinik BBLR
d) Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR
e) Untuk mengetahui cara pencegahan BBLR
f) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang BBLR
g) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan BBLR
h) Untuk mengetahui pathways dari BBLR
C. Rumusan Masalah
- Apa definisi dari BBLR?
- Apa etiologi dari BBLR?
- Bagaimana manifestasi klinik dari BBLR?
- Apa saja patofisiologi dari BBLR?
- Bagaimana cara pencegahan BBLR?
- Bagaimana pemeriksaan penunjang BBLR?
- Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan BBLR?
- Bagaimana pathways dari BBLR?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi BBLR
B. Etiologi BBLR
C. Manifestasi Klinik
D. Patofisiologi
E. Pencegahan
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
- Medis
- Keperawatan
H. Pathways
I. Asuhan Keperawatan Umum Anak dengan BBLR
1. Pengkajian
a) Data Subyektif
 Biodata atau identitas pasien :
1) Bayi meliputi: nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott
Laura A, 1997 : 6).
 Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4) Hari pertama hari terakhir (HPHT) tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
5) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
 Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
 Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
 Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
1) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-
3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
 Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR yaitu :
1) Gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi,
2) kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau
personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan
elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
3) Kebutuhan parenteral
 Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
 Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
4) Kebutuhan nutrisi enteral
 BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
 BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
 BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
5) Kebutuhan minum pada neonatus :
 Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
 Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
 Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
 Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)
 Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
1) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
2) BAK : frekwensi, jumlah
 Latar belakang sosial budaya
1) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
2) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
 Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif
b) Data Obyektif
 Keadaan umum
1) Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras.
2) Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang
baik.
 Tanda-tanda Vital
1) Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat.
2) Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36
°C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C,
3) Nadi normal antara 120-140 kali per menit
4) Respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post
asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
 Kulit
1) Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
2) Pada bayi preterm terdapat lanugo (rambut tipis yang menutupi tubuh
bayi) dan verniks (lapisan putih krem, pelembab dan melindungi kulit
bayi selama di rahim)
 Kepala
1) Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom
(oedema dari kulit kepala bayi yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir
kepada kepala bayi)
2) Ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
 Mata
1) Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis,
2) Tidak ada bleeding conjunctiva,
3) Warna sklera tidak kuning,
4) Pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
 Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
 Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
 Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
 Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
 Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
 Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
 Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
 Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
 Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.
 Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
 Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter
Patricia A, 1996 : 109-356).
c) Data Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
 Darah : GDA > 20 mg/dl,
 Test kematangan paru,
 C-Reactive Protein (CRP) yaitu tes darah yang mengukur jumlah protein
dalam darah
 Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara
lain:
 Gangguan pertukaran gas b/d produksi surfactan yang belum optimal.
 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d reflek menghisap lemah.
 Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
 Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang
belum sempurna, ketuban meconial
3. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Gangguan pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
gas (b.d) produksi (L.01003 SLKI Hal. 94) (I.01014 SIKI Hal. 247)
surfactan yang belum Setelah dilakukan Observasi:
optimal. tindakan keperawatan - Monitor frekuensi,
selama… kali pertemuan, irama, kedalaman dan
diharapkan Pertukaran upaya napas
gas meningkat dengan - Monitor pola napas
kriteria hasil: (seperti bradipnea,
- Tingkat kesadaran takipnea, hiperventilasi,
membaik Kussmeul, Cheyne-
- Dispenia bunyi napas Stokes, Biot, ataksik)
tambahan membaik - Monitor kemampuan
- Pusing membaik batuk efektif
- Penghliahatan kabur - Monitor adanya
membaik produksi sputum
- Disforesis membaik - Monitor adanya
- Gelisah membaik sumbatan jalan napas
- Napas cuping hidung - Palpasi kesimetrisan
membaik ekspansi paru
- Auskultrasi bunyi napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Gangguan pemenuhan Status Nutrisi (L.03030 Manajemen Nutrisi
kebutuhan nutrisi (b.d) SLKI Hal. 121 ) (I.03119 SIKI Hal.200)
reflek menghisap Setelah dilakukan Observasi :
lemah tindakan keperawatan - Identifikasi status
selama… kali pertemuan, nutrisi
diharapkan Status Nutrisi - Identifikasi alergI dan
membaik dengan kriteria Intoleransi makanan
hasil: - Identifikasi makanan
-Porsi makanan yang yang disukal
dihabiskan meningkat - Identifikasi kebutuhan
-Kekuatan otot kalort dan jenis nutrien
pengunyah meningkat - Identifikasi perlunya
-Kekuatan otot menelan penggunaan selang
meningkat nasogastrik
-serum albumin - Monitor asupan
meningkat makanan
-Verbalisas: keinginan - Monitor berat badan
untuk meningkatkan - Monitor hasil
nutrisi pemeriksaan
-Pengetahuan tentang laboratorium
pilihan makanan yang Terapeutik
sehat meningkat - Lakukan oral hygiene
- Pengetahuan tentang sebelum makan, jika
pilihan minuman yang perlu
sehat Pengetahuan - Fasilitasi menentukan
tentang standar asupan pedoman diet (mis,
nutrisi yang tepat piramida makanan)
meningkat - Sajikan makanan secara
- Penyiapan dan menarik dan suhu yang
penyimpanan makanan sesuai
yang aman meningkat - Buatkan makanan
- Penyiapan dan tinggi serat untuk
penyimpanan minuman mencegah konstipasi
yang aman meningkat - Berikan makanan tinggi
- Sikap terhadap kalori dan tinggi protein
makanan/minuman - Berikan suplemen
sesuai dengan tujuan makanan, jika perlu
kesehatan meningkat - Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis pereda
nyeri, antlemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Resiko terjadinya Termoregulasi (L.14134 Manajemen
hipertermia SLKI Hal. 129) hipertermia (I.15506
berhubungan dengan Setelah dilakukan SIKI Hal. 181)
(b.d) lapisan lemak tindakan keperawatan Observasi
kulit yang tipis selama…. kali - Identifikaasi penyebab
pertemuan, diharapkan hipertemia (mis,
termoregulasi suhu pada dehidrasi , terpapar
bayi membaik dengan lingkungan panas,
kriteria hasil: penggunaan inkubator)
- mengigil meningkat - Monitor suhu tubuh
- kulit merah meningkat - Monilor kadar elektroitt
- Akrosianosis - Monitor haluaran urine
meningkat - Monitor komplikasi
- Konsumsi oksigen akibat hipertermia.
meningkat Terapeutik
- Piloereksi meningkat - -Sediakan lingkungan
- Vasokonstriksi perifer yang dingin
meningkat - -Longgarkan atau
- Kutis memorata lepaskan pakaian
meningkat - Basahi dan kipas
- Pucat meningkat permukaan tubuh
- Takikardi meningkat - -berikan cairan oral
- Takipnea meningkat - ganti line setiap hari
- Bradikardi meningkat atau lebih sering jika
- Dasar kuku sianotik mengalami
meningkat hiperhidrosie (keringat
- Hipoksia meningkat berlebih)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

4 Resiko terjadinya Tingkat infeksi Pencegahan infeksi


infeksi berhubungan (L.141357 SLKI Hal. (I.14539 SIKI Hal. 278)
dengan (b.d) Tali pusat 139) Observasi
yang belum kering Setelah dilakukan - Monitor tanda dan
imunitas yang belum tindakan keperawatan gejala infeksi lokal dan
sempurna , ketuban selama…. kali sistemik
meconal. pertemuan, diharapkan - Terapeutik
Tingkat infeksi menurun - Batasi jumlah
dengan kriteria hasil: pengunjung
- Kebersihan tanggan - Berikan perawatan kulit
membaik pada area adema
- Kebersihan badan - Cuci tangan sebelum
membaik dan sesudah kontak
- Nafsu makan membaik dengan pasien dan
- Demam membaik lingkungan pasien
- Kemerahan membaik - Pertahankan teknik
- Nyeri membaik aseptik pada pasien
- Bengkak membaik berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batu
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai