Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TBC

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu: : Ida Ariani, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An

Disusun oleh :

1. Amanda Sharley A (108120032)


2. Sulthon Nur F (108120036)
3. Widia Ningrum (108120037)
4. Abdul Rahman Z (108120041)
5. Putri Hikmahtyar (108120044)
6. Reni Fatma (108120049)
7. Naely Khusnaeni R (108120058)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 2B


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa karena ata
s rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan pend
ahuluan respirasi tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak, penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan penulisan laporan pendahuluan
respirasi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada se
mua elemen yang turut membantu dalam proses penyusunan laporan pendahuluan
ini.

Semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat bagi para pe


mbaca, dan dapat memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca. Meskipun
penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih terdapat kekurangan, kar
ena tak ada satupun yang sempurna di dunia ini, demikian dengan tulisan ini. Oleh
karena itu, kritik yang membangun kami harapan dari para pembaca, demi penulis
an laporan pendahuluan selanjutnya yang lebih baik.

Terima Kasih

Cilacap, 22 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................2
A. Definisi..................................................................................................................2
B. Etiologi.................................................................................................................2
C. Manifestasi Klinik...............................................................................................3
D. Patofisiologi..........................................................................................................5
E. Pencegahan..........................................................................................................7
F. Penatalaksanaan (Medis & Keperawatan)........................................................8
G. Pathways............................................................................................................10
H. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................11
A. Pengkajian.........................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................11
C. Intervensi...........................................................................................................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Myco
bacterium Tuberculosis, sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dap
at juga mengenai organ tubuh lainnya, kuman ini berbentuk batang, mempuny
ai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu dise
but juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman ini cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang g
elap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lam
a selama beberapa tahun (Sulianti, 2004). Pada zaman dahulu orang yang men
derita TB menganggap bahwa penyakit yang diterimanya adalah sebuah kutuk
an, sehingga orang tersebut enggan berobat kepuskesmas karena percaya tidak
ada yang bisa menangkal kutukan. Bahkan beberapa anggota keluarganya men
inggal karena penyakit yang sama, ada juga yang beranggapan kalau TB itu ad
alah penyakit kiriman sehingga mereka lebih memilih ke dukun untuk mendap
at pengobatan. (Liza, 2014)
Statistic WHO di tahun 2013 memperkirakan 450 ribu orang diseluruh dun
ia menderita MDR-TB. Dari jumlah itu 9,6% menderita MDR-TB, mereka ya
ng hanya bisa diobati dengan sejumlah kecil obat saja. Laporan TB WHO untu
k tahun 2014 memperkirakan sekitar 8,6 juta 1 2 penduduk dunia menderita T
B di tahun 2013 dan lebihdari 1,1 juta orang meninggal karenanya. Namun dar
i sekitar 9 juta orang yang menderita TB diseluruh dunia diperkirakan sekitar s
epertiga diantara mereka ,tidak terdeteksi oleh layanan kesehatan. Di Indonesi
a diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus TB dimana sekitar 1/3 penderita ter
dapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan dilayanan rumah sakit atau klinik pe
merintah swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan
kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Pe
nderita TB paru Jawa Timur tahun 2011 mencapai 55,38% dan pada tahun 204
mencapai 55,18% cenderung menurun dari angka kejadian pada tahun 2013. S
ementara itu untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2011 sampai tahun 201

1
4 (dalam %), tahun 2011 (83,9%), sampai tahun 2013 (85,01%), masih sama s
eperti tahun 2013 (85,01%) ,masih sama seperti tahun 2011.
Penyakit TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang
melalui udara dan dapat menyerang saluran pernapasan atas dan bawah, salura
n pernapasan atas akan dipenuhi oleh bakteri besar di bronkus yang mengakib
atkan peradangan bronkus yang akhirnya mengalami penumpunkan secret yan
g berlebihan. Dengan adanya secret yang berlebihan pasien TBC akan mengal
ami batuk terus menerus yang 3 akan mengakibatkan penurunan pertahanan tu
buh atau proses yang akan timbul resiko tinggi penyebaran infeksi. Tanda dan
gejala yang ditimbulkan jika tidak diobati secara teratur akan menyebabkan ko
mplikasi pada penyakit TBC meliputi pleuritis, efusi pleura, emfisema dan lar
yngitis.
Dalam mengatasi permasalahan terkait dengan TB Paru, pemerintah telah
mencanangkan program imunisasi BCG yang merupakan upaya pencegahan s
ecara dini terhadap infeksi (Henny, 2010). Perawat memiliki peranan penting
dalam upaya pencegahan peningkatan angka kejadian TB Paru, Sesuai dengan
fungsinya educator, maka seorang perawat dapat memberikan penyuluhan terh
adap TB Paru, serta menyarankan gaya hidup sehat. Selain itu, perawat melak
ukan evaluasi kembali kondisi klien kerumah sakit atau tenaga kesehatan. Lalu
klien harus melakukan pengobatan rutin selama rutin enam bulan menyembuh
kan penderita TBC dengan menggunakan strategi DOTS (Drirectly Observed
Treatment Shortcourse)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa TBC
2. Tujuan Khusus
1. Mengkaji anak dengan diagnosa Tuberculosis.
2. Merumuskan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa Tub
erculosis.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa Tu
berculosis.

2
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa Tu
berculosis.
5. Mengetahui intervensi keperawatan anak dengan diagnosa Tubercu
losis
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan anak dengan diagnosa tu
berculosis.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian dalam asuhan keperawatan anak dengan
TBC
2. Bagaimana merumuskan asuhan keperawatan anak dengan TBC
3. Apa saja rencana keperawatan pada anak dengan TBC
4. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan TBC?
5. Bagaimana intervensi keperawatan dengan diagnosis TBC?
6. Bagaimana dokumentasi asuhan keperawatan dengan TBC?

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacte
rium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh
lainya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencer
naan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi drople
t yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Nanda NIC-NOC 2
015).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paruparu ya
ng secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekro
sis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita k
epada orang lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tuberculosis Par
u adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang disebabkan
Mycobacterium Tubercolusis yang secara khas ditandai oleh pembentukan gra
nuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.

Gambar: Perbedaan paru sehat dan paru sakit


Sumber : (paru-paru-penderita-tbc-paru n.d.)

4
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Basil Mi
krobakterium Tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batan
g dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuma
n terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang menyebabkan kuman tahan
asam sehingga basil ini digolongkan menjadi Basil tahan Asam (BTA) maksu
dnya bila basil ini di warnai, maka warna ini tidak akan luntur walaupun pada
bahan kimia yang tahan asam (Gannika 2016). Kuman ini tahan hidup pada ud
ara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam l
emari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat d
ormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif ke
mbali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman leb
ih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini teka
nan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga ba
gian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan.
Basil Mycrobakterium tersebut masuk kedalam aringan paru melalui saluran n
apas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) s
elanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah prime
r kompleks (ranke). Keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam per
jalanannya. sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai k
ekebalan spesifik terhadap basil mycrobakterium Tuberkulosis yang kebanyak
an didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post
primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru karena terjadi penularan
ulang yang mana didalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil te
rsebut.

5
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinis Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umu
m dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya di
rasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang se
rangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi su
mbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) a
kibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan m
enimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dap
at disertai dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi t
ulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan berm
uara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan na
nah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus ota
k) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalan

6
ya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan keja
ng-kejang.(宗成庆 n.d.)

D. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan
nafas, basil tub2erkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuber
kel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organis
me tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus dif
agosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah b
ening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan i
nfiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel t
uberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan wakt
u 10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan s
eperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan
lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi d
i sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon

7
yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan p
arut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Re
spon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana ba
han cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakhe
obronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau b
asil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer men
jadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersa
ma batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan mening
galkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan ron
gga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan,
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat me
nimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan br
onkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Orga
nisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dal
am jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu feno
mena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila
fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang da
pat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar siste
m pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothorak
s, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan
Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Zanita 2019).

8
E. Pencegahan
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sej
ak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diob
ati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terja
di penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak mela
kukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan d
osis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilas
i udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah / meng
eluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah
yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk men
gurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
F. Penatalaksanaan (Medis & Keperawatan)
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan TBC Paru (pengobatan tetap) dibagi dalam dua tahap yakni :
a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB
per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat
(efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek
penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat.
b. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2
macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

9
Terdapat enam macam obat esensial yang telah dipakai sebagai
berikut : Isoniazid (H), para amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S),
Etambutol (E), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (P).
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis
(hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-
lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi
negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir
bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum
BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada
permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap
pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul
kasus kambuh.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat yaitu keluarga
b. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila
diperlukan
c. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,
kelima dan enam
f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan
yang baik

10
G. Pathways
Mycobacterium tube
rculosis

Masuk traktus respir


atorius

Tinggal di alveoli

Pertahanan primer ti
dak adekuat

Resiko tinggi infeksi

Respon Gangguan ter


Reaksi inflamasi moregulasi
imun

Kerusakan membran
Pembentukan Hipertermi
alveolar
sputum dan se
kret
Gangguan respir
asi Penumpukan s
ecret

Sesak
nafas Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Sianosis

Hipoksia

Gangguan
pertukaran gas

Respon tubuh
menurun

Batuk reflek
mutah

11
Obstruksi

Ketidakmamp
uan mencerna
makanan

Deficit nutrisi

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyaki


t.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan c
airan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area du
rasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen m
enunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara b
erarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang s
ecara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau in
feksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, s
impanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan men
unjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien da
n cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubre
rkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; e
x ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru
luas. 12 GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusaka
n sisa pada paru.

12
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fib
rosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis lu
as).

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnese
Anamnese diperlukan untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit pada
pasien TBC, contoh anamnese diantaranya:
1) Apakah saat batuk merasakan nyeri di dada karena batuk berulang?
2) Apakah mengalami penurunan berat badan?
3) Apakah pada saat sore atau malam hari juga mengalami demam
dan menggigil?
4) Adakah dari anggota keluarga yang menderita TB?
5) Apakah anak bapak/ibu memiliki alergi obat tertentu?
a. Identitas Diri Pasien
- Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lai
n-lain
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta per
tolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
- Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, ap
akah batuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur dara
h
- Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berup
a garis atau bercak-bercak darah
- Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas at
au karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks,
anemia, dll.
- Nyeri Dada

14
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan
gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat
kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibular.
d. Riwayat kehamilan dan kesehatan
- Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama
hamil.
- Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
- Post Natal
Kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
icterus.
e. Riwayat masa lalu
- Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak
sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak
sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
- Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai
membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya
parah atau seperti apa.
- Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui,
agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui.
Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu di identifikasi.
- Tindakan (operasi)

15
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada
bagian apa, atas indikasi apa.
- Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara
atau makanan
- Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya,
apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan,
atau di bawa berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.
- Imunisasi
 Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak
sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan
bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan
lama daripada imunisasi pasif.
 Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti
akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti.
Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat dalam
kandungan.
 Vaksin BCG ( Bacillus Calmet Guirnet )
 Vaksin campak
 Vaksin polio
 Vaksin DPT ( Difetri Pertusis Tetanus )
 Vaksin toxoid difetri
f. Kebutuhan dasar (11 Pola Fungsi Gordon)
- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
 Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
- Pola nutrisi metabolic

16
 Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan
berat badan.
 Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik,
kehilangan lemak subkutan.
- Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas
dan splenomegaly.
- Pola tidur dan istirahat
 Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
 Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga timbul pleuritis.
- Pola aktivitas dan latihan
 Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat
pada malam hari
 Objektif : Tachicardi, tachipneu/dispneu saat kerja, irritable,
sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru),
demam subfebris (40 - 410C) hilang timbul.
- Pola persepsi kognitif
 Subjektif : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular
 Objektif : Perubahan pola biasa dalam tahap/perubahan
kapasitas fisik
- Pola persepsi dan konsep diri
 Subjektif : Faktor stres lama, proses hospitalisasi yang
mengakibatkan masalah pada anak
 Objektif : ansietas, ketakutan, berontak, rewel dan menangis
terus-menerus.
- Pola peran hubungan dengan sesame
 Yang mengasuh anak

17
Hubungan keluarga dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak. Siapa yang lebih intensif dan secara konstan
menekankan perkembangan, pertumbuhan si anak dapat
mempengaruhi perilaku, sikap dan pengontrolan emosi serta
perkembangan anak
 Hubungan dengan anggota keluarga
Keluarga diharapkan untuk dapat lebih menekankan
perkembangan individu setiap anaknya, kemudian orangtua
akan lebih intensif dan secara konstan menekankan harapan
keluarga terhadap anaknya
 Hubungan dengan teman sebaya
Terciptanya hubungan yang hangat dengan teman sebayanya
akan berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi, sosial
dan intelektual anak
 Lingkungan rumah
Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi,
limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang,
jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
- Pola koping dan toleransi terhadap stress
 Subjektif : Faktor stres lama, proses hospitalisasi yang
mengakibatkan masalah pada anak
 Objektif : ansietas, ketakutan, berontak, rewel dan menangis
terus-menerus.
- Pola reproduksi dan seksualitas
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
- Pola nilai dan kepercayaan
Pada anak biasanya belum begitu paham, tapi bagi orang tua
biasnya akan menyerahkan pada Tuhan dan selalu berdoa untuk
kesembuhan keluarganya
g. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum

18
Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak
bergairah
- Tanda-tanda vital
Sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama
atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau
panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi
- Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta
berat badan.
- Pemeriksaan fisik
- B1 (Breathing)
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan sekilas anak dengan TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penuruna
n proporsi lateral. Apabila ada penyulit dari TB paru seperti ad
anya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksim
etrisan rongga dada. TB paru yang di sertai atelaksis paru mem
buat bentuk dada menjadi tidak simetris. Pada anak dengan TB
paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernafas
an tidak mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika terda
pat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim
paru biasanya anak akan terlihat mengalami sesak nafas, penin
gkatan frekuensi nafas, dan penggunaan 32 otot bantu pernafas
an. Batuk dan sputum: saat melakukan pengkajian batuk pada a
nak dengan TB paru, biasanya di dapatkan batuk produktif yan
g di sertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sput
um yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama ap
abila TB paru di sertai adanya bronkhietaksis yang membuat a
nak mengalami peningkatan produksi sputum.

Palpasi

19
Palpasi trachea menandakan adanya gangguan penyakit pada l
obus atas paru. Pada TB paru yang di sertai adanya efusi pleura
masif dan pneumothoraks akan mendorong posisi trachea ke ar
ah berlawana ke sisi sakit. TB paru tanpa komplikasi pada saat
di lakukan palpasi, gerakan dada saat pernafasan biasanya nor
mal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri adanya penuru
nan gerakan dinding pernafasan biasanya di temukan pada ana
k TB paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas. Getaran
suara (vokal fremitus): Getaran yang terasa ketika perawat mel
etakkan tangannya di punggung saat klien berbicara adalah bun
yi yang di bangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal s
epanjang pohon bronchial untuk membuat dinding dada dalam
gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan. Kapasitas me
rasakan bunyi dada di sebut taktil fremitus. Adanya penurunan
taktil fremitus pada anak dengan TB paru biasanya di temukan
pada anak yang di sertai komplikasi trasmisi getaran suara haru
s melewati cairan yang berakumulasi di rongga pleura (Smeltz
er, S 2008).

Perkusi
Pada anak dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasany
a akan di dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh 33 la
pang paru. Pada anak dengan TB paru yang di sertai komplikas
i seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi redup sampai pek
ak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di r
ongga pleura. apabila di sertai pneumothoraks, maka di dapatk
an bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yan
g mendorong posisi paru kesisis yang sehat.

Auskultasi
Pada anak dengan TB paru di dapatkan bunyi nafas tambahan
(ronkhi) pada posisi yang sakit. Bunyi yang terdengar melalui s

20
tetoskop ketika anak berbicara atau menangis di sebut dengan r
esonan vocal. Anak dengan TB paru yang di sertai komplikasi
seperti efusi pleura dan pneumothoraks akan di dapatkan penur
unan resonan vocal pada sisi yang sakit (Smeltzer, S 2008).
- B2 (Blood)
Inspeksi
Inspeksi tentang adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan fisi
k, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jarin
gan berat. Palpasi: denyut nadi perifer melemah.

Perkusi: -
Auskultasi
Bunyi jantung tambahan biasanya tidak di dapatkan.

- B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmentis. Pada pengkajian obyektif, anak
tampak dengan wajah meringis, merintis, menegang dan menggelia
t.
- B4 (Bladder)
Pengukuran volume akut urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu perawat perlu memonitor adanya oliguria karena ha
l tersebut merupakan tanda awal dari syok. Anak diinformasikan ag
ar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau ya
ng menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi memi
num OAT terutama Rimfampisin.
- B5 (Bowel)
Anak biasanya mengalami mual, muntah penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan.
- B6 (Bone)
Anak dengan TB paru aktivitas sehari-harinya berkurang, gejala ya
ng muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, demam, da
n keringat dingin (Sudoyo Aru, 2008).

21
- B7 (Pengindraan)
Mata biasanya tidak mengalami gangguan, hidung terdapat sekret,
mukosa hidung lembab, telinga biasanya tidak mengalami ganggua
n, perasa baik dan peraba bisa merasakan sentuhan.
- B8 (Endokrin)
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis, pada kas
us TB paru jarang sekali ditemukan masalah pada sistem endokrin
atau hormonal. (Potter, 2008)
B. Analisa Data
Do/Ds Etiologi Problem
Do: Hipersekresi jalan nap Bersihan Jalan Napas
1. Batuk tidak efektif as Tidak Efektif
2. Sputum berlebihan
3. Mengi, wheezing da
n/arau ronkhi
Ds:
1. Dispnea
Do: Ketidakseimbangan v Gangguan Pertukara
1. PCO2 meningkat/m entilasi-perfusi n Gas
enurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. Warna kulit abnorm
al (mis. Pucat, kebir
uan)
Ds:
1. Dyspnea
Do: Ketidakmampuan me Defisit Nutrisi
1. Berat badan menuru ncerna makanan
n minimal 10% di b
awah rentang ideal
2. Membrane mukosa
pucat
Ds:

22
1. Nafsu makan menur
un

C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (b/d) hipersekresi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas (b/d) ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Deficit nutrisi (b/d) faktor psikologis
4. Hipertermi (b/d) reaksi inflamasi
5. Risiko tinggi infeksi (b/d) pertahanan primer tidak adekuat.
D. Intervensi
Dx SDKI SLKI SIKI
1 Bersihan Jal Luaran : Bersihan jalan Manajemen jalan napas
an Napas Ti nafas (L.01001) (I.01011)
dak Efektif Ekspektasi : meningkat Tindakan
(D.0149) Kriteria hasil : Observasi
1. Batuk efektif 1. Monitor jalan nafas
meningkat (5) (frekuensi,kedalaman,u
2. Produksi sputum saha napas)
menurun (5) 2. Monitor bunyi napas
3. Mengi menurun (5) tambahan(mis:
4. Dyspnea mambaik (5) gurgling,
5. Frekuensi nafas mengi,wheezing, ronki
membaik (5) kering)
6. Pola nafas membaik (5) Terapeutik
1. Posisikan semi-fowler
dan fowler
2. Berikan minum hangat
3. Berikan oksigen,jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,

23
jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekt
oran,mukolitik, jika
perlu

2 Gangguan P Luaran : pertukaran gas Pemantauan Respirasi


ertukaran G (L.01003) (I.01014)
as Ekspektasi: meningkat Tindakan
(D.03000) Kriteria hasil : Observasi
1. Dyspnea menurun (5) 1. Monitor frekuensi,
2. Bunyi nafas tambahan irama, kedalaman dan
menurun (5) upaya napas
3. PCO2 membaik (5) 2. Monitor pola napas
4. PO2 membaik (5) (seperti bradipnea,
5. Takikardia membaik takipnas,
(5) hiperventilaal,
6. Warna kulit membaik Kussmaul Cheyne-
(5) Stokes Biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan
batuk efekat
4. Monitor adanya
produkal sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
Monitor saturesi
oksigen

24
8. Monitor nilai AGD
9. Monitor hasil x-ray
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3 Defisit Nutri Luaran : status nutrisi Pemantauan Nutrisi


si (L.03030) (I.03123)
(D.0019) Ekspektasi : membaik Tindakan
Kriteria hasil : Observasi
1. Porsi makan yang 1. Identifikasi status
dihabiskan meningkat nutrisi
(5) 2. Identifikasi alergi dan
2. Verbilisasi keinginan intoleransi makanan
untuk meningkatkan Identifikasi makanan
nutrisi meningkat (5) yang disukai
3. Berat badan membaik 3. Identifikasi kebutuhan
(5) kalori dan jenis
4. IMT membaik (5) nutrient
5. Nafsu makan membaik 4. Identifikasi perlunya
(5) penggunaan selang
6. Membrane mukosa nasogastric
membaik (5) 5. Monitor asupan
makanan

25
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berkan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

26
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik),
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu.

27
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobact
erium tuberculosis, sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat jug
a mengenai organ tubuh lainnya, kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifa
t khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut ju
ga sebagai basil tahan asam (bta), kuman ini cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan l
embab dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tuberculosis
paru adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang disebab
kan mycobacterium tubercolusis yang secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.

B. Saran
Makalah ini berisi tentang penyakit tbc (tuberculosis), penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis juga berharap pembaca
dapat memberikan saran dan masukannya agar makalah ini lebih sempurna
untuk kedepannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Gannika, Lenny. 2016. “Tingkat Pengetahuan Keteraturan Berobat Dan Sikap Kli
en Terhadap Terjadinya Penyakit Tbc Paru Di Ruang Perawatan I Dan Ii Rs I
slam Faisal Makassar.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 4(1): 55–62.
Gitleman, Lisa. 2018. “Tinjauan Pustaka Tuberculosis Paru Pada Anak.” Paper K
nowledge . Toward a Media History of Documents.
Nuriyanto, A R. 2018. “Manifestasi Klinis, Penunjang Diagnosis Dan Tatalaksana
Tuberkulosis Paru Pada Anak.” Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 1(2): 6
2–70.
“Paru-Paru-Penderita-Tbc-Paru.”
Rahmaniar, Dwi Sarah. 2017. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DE
NGAN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG PARU RSUP Dr. M. DJAMI
L PADANG.” Karya Tulis ILmiah: 1–113.
Zanita. 2019. “Penatalaksanaan TB Paru.” Jurnal Kesehatan 53(9): 1689–99.

29

Anda mungkin juga menyukai