Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MEDICAL SCIENCE

“PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC) PADA KEHAMILAN”

Dosen pengampu : Ibu Siti Chunaeni, S.Kep,Ns, S.Tr.Keb, M.Kes

Disusun oleh :

1. Kurnia Afifah (P1337424221013)


2. Edwiga Vidya Elvanda (P1337424221023)
3. Puspa Wulandari (P1337424221029)

Kelompok 4 Murraya

PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penyakit
Tuberkulosis Pada Kehamilan”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Siti Chunaeni, S.Kep,Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku dosen pengampu yang telah
memberikan materi dan bimbingan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

2. Semua teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini khususnya anggota
kelompok.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Penyakit Tuberkulosis Pada
Kehamilan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Magelang, 8 Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)....................................................................6
2.2 CARA PENULARAN TBC..............................................................................................................7
2.3 GEJALA PENYAKIT TBC...............................................................................................................8
2.4 PENGARUH TBC TERHADAP IBU HAMIL...............................................................................10
2.5 CARA PENCEGAHAN TBC..........................................................................................................10
2.6 PENGOBATAN PENDERITA TBC...............................................................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu
manifestasi yang diakibatkannya. Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal
dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dariglottis kearah distal, batuk darah
akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan
luka dengan cepat terjadi. Biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-
rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih produktif. Oleh sebab itu penyakit ini perlu
diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih merupakan penyakit rakyat
sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan.

Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita dan


menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua
wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan
pada sistem hormonal, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti
terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang
gravid menyebabkan volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam
kehamilan akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila
penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil
konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin.

TBC paru ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri bayinya dan
masyarakat sekitarnya. Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap
cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali.
Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah,
nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan
sakit sekitar dada. Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak
faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua
penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan
kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses
penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah.

Tuberkulosis tidak diturunkan dari generasi ke generasi. Sistem kekebalan yang sehat

4
dapat membunuh TB dalam waktu singkat. Jika tubuh tidak bisa mengatasinya, kuman
biasanya tinggal di paru-paru, tetapi terkadang menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Begitu bakteri TBC mencapai paru-paru, tubuh segera mulai melawannya. Pertarungan
biasanya berhasil, dan sistem kekebalan mampu menghentikan penyebaran kuman.
Namun, bagi sebagian orang, TBC bisa lebih menular. Tuberkulosis yang mungkin
telah lama tidak aktif dapat menjadi aktif kembali bertahun-tahun kemudian dan
infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Infeksi yang sudah sembuh juga
bisa aktif kembali. Hal ini dapat terjadi ketika sistem kekebalan melemah, seperti
selama masa stres, infeksi virus akut, infeksi HIV, penyakit seperti diabetes, atau
terapi imunosupresif untuk kanker, dan penyakit lain yang membutuhkan steroid,
radiasi, atau obat sitotoksik. Maka dari itu kelompok kami akan membahas makalah
mengenai Penyakit Tuberculosis Pada Kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu penyakit TBC ?
2. Bagaimana cara penularan TBC?
3. Apa gejala penderita TBC ?
4. Apa pengaruh TBC terhadap ibu hamil ?
5. Bagaimana cara pencegahan TBC ?
6. Bagaimana cara pengobatan pada penderita TBC ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian penyakit TBC
2. Untuk mengetahui cara penularan TBC
3. Untuk mengetahui gejala penderita TBC
4. Untuk mengetahui pengaruh TBC pada ibu hamil
5. Untuk mengetahui pencegahan TBC
6. Untuk mengetahui cara pengobatan pada penderita TBC

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)


Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain
itu, TBC juga dapat menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak.
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu: mycobacterium tuberculosis dengan
ukuran panjang 1-4 UM dan tebal 1.3-0.6 UM termasuk golongan bakteri aerobgram
positif serta tahan asam atau basil tahan asam. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (basil tahan asam). Kuman TB
cepat mati dengan sianar matahari langsung tetapi bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dominan selama beberapa
tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada
disekitarnya, terutama kontak yang erat TBC  merupakan penyakit yang sangat infensius.
Seorang penyakit TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya.
Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk saat ini telah terinfeksi mycrobacterium
tuberculosis.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti batuk berdahak
kronis, keringat tampa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan
napsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktifitas penderita bahakan kematian.
Gejala umum TBC adalah: batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau
lebih. Gejalah lain yang sering dijumpai adalah: dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak napas, dan rasa nyeri dada, badan lemah, napsu makan menurun, berat badan
menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala di atas dapat dijumpai pula pada
orang dengan penyakit paru selain TBC. Oleh karena itu, orang yang datang dengan
gejala di atas harus dianggap sebagai seorang yang ”suspek tuberculosis” atau tersangka
penyakit TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mokroskopis langsung.
Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA   dengan gejala suma, harus diperiksa
dahaknya.

Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersikan sehingga penyebaran
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan darah). Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada/tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
6
dan kelembaban. Dalam suasan yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai
berhari-hari bahakan berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terisap oleh orang yang
sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang dan bisa
sampai puncak apeks paru sebelah kanan/kiri dan dapat pula keduanya berpindah dengan
melewati pembuluh limfe.

Setelah itu, infeksi akan menyebar melalui sirmulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase yang dibentuk lebih banyak untuk merangsang makrofag, berkurang tidaknya
jumlah kuman tergantung pada jumlah makrofag, karena fungsinya adalah membunuh
kuman/basil, apabila proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka klien akan
sembuh dan daya tahan tubuh akan meningkat.

Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang di dalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel. Tuberkel lama-kelamaan akan
bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama tumbuh permajuan di
temapat tersebut. Apabila jaringan nerkosis dikeluarkan saat penderita batuk yang
menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaploe).

2.2 CARA PENULARAN TBC


Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang terdapat dalam
dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat mengeluarkan sekitar 3.000
percikan dahak. Bakteri TB yang berada di udara bisa bertahan berjam-jam, terutama jika
ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya terhirup oleh orang lain. Umumnya,
penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Orang-orang yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang sering
bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan penderita TBC, seperti keluarga,
teman sekantor, atau teman sekelas. Meski demikian, pada dasarnya penularan TBC tidak
semudah yang dibayangkan. Tidak semua orang yang menghirup udara yang
mengandung bakteri TB akan langsung menderita TBC.
Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di paru-paru tanpa
menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri tetap ada di dalam tubuh
sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya tahan tubuh
sedang lemah.
Fase Infeksi TBC
Ada dua kondisi yang mungkin terjadi ketika seseorang menghirup udara yang
mengandung bakteri TB, yaitu TBC laten dan TBC aktif. Berikut ini penjelasannya:
1. TBC Laten
7
Fase laten terjadi ketika tubuh sudah didiami bakteri TB namun sistem kekebalan
tubuh sedang baik, sehingga sel darah putih dapat melawan bakteri.
Dengan demikian, bakteri tidak menyerang dan tubuh tidak terinfeksi TBC. Anda
pun tidak mengalami gejala-gejala penyakit TBC dan tidak berpotensi menulari
orang lain. Meski begitu, bakteri dapat aktif dan menyerang Anda kembali
sewaktu-waktu, terutama saat sistem kekebalan tubuh sedang melemah.
Meskipun dalam kondisi laten, Anda sebaiknya tetap memeriksakan diri ke dokter
guna mendapatkan pengobatan tuberkulosis. Apabila seseorang yang sedang
berada pada fase TBC laten tidak mendapatkan pengobatan, maka ia berisiko
lebih tinggi untuk mengalami infeksi TB aktif.
Begitu pula jika penderita TB laten memiliki kondisi medis lain,
seperti kekurangan gizi (malnutrisi), aktif merokok, diabetes, atau infeksi HIV.

2. TBC aktif
TBC aktif adalah kondisi ketika seseorang sudah menderita penyakit TBC. Pada
tahap ini, bakteri TBC dalam tubuh telah aktif sehingga penderitanya mengalami
gejala-gejala penyakit tuberkulosis. Penderita TBC aktif inilah yang bisa
menularkan penyakit TBC pada orang lain.
Oleh karena itu, penderita TBC aktif disarankan untuk mengenakan masker,
menutup mulut ketika batuk atau bersin, dan tidak meludah sembarangan.
Penderita TBC aktif juga perlu mendapatkan pengobatan TBC. Pengobatan ini
perlu dilakukan secara rutin selama minimal 6 bulan. Pengobatan yang tidak
selesai atau berhenti di tengah jalan dapat mengakibatkan kekebalan bakteri
terhadap obat TB, atau disebut juga TB MDR.

2.3 GEJALA PENYAKIT TBC


Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala
khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan
gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus
baru.

1. Gejala umum (Sistemik)

 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.

8
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2.Gejala khusus (Khas)

 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Bakteri TBC yang tumbuh di paru-paru dapat menimbulkan beberapa gejala
penyakit, seperti:

 Batuk terus-menerus yang berlangsung lama (lebih dari 2–3 minggu)


 Batuk berdarah
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk
 Sesak napas

Selain itu, gejala penyakit TBC juga bisa berupa:

 Penurunan berat badan


 Lemas
 Demam dan menggigil
 Berkeringat di malam hari
 Tidak nafsu makan

Ketika TB terjadi di luar paru-paru, tanda dan gejala yang terjadi bisa beragam,
sesuai organ yang terinfeksi. Berikut ini adalah contoh gejala penyakit TBC di luar
paru-paru:

 Nyeri punggung pada TBC tulang belakang


 Kencing darahpada TBC ginjal
 Pembengkakan kelenjar getah bening bila terkena TBC kelenjar

9
 Sakit perut jika mengalami TBC usus
 Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC selaput otak
 Nyeri tulang dan sendi, hingga tidak mampu bergerak, bila bakteri TBC
menyerang tulang dan sendi.

2.4 PENGARUH TBC TERHADAP IBU HAMIL


Mengidap TBC saat hamil dapat menyebabkan kematian ibu, yang
merupakan tiga penyebab utama kematian pada ibu hamil dalam rentang usia
15 hingga 45 tahun. Berikut ini dampak yang ditemukan pada ibu hamil.

a. Perempuan yang didiagnosis mengidap TBC saat hamil akan mengalami


perubahan sistem kekebalan tubuh
b. Awalnya akan dimulai dengan penurunan berat badan, namun saat hamil
kondisi ini bisa tidak terdeteksi karena ditutupi oleh kenaikan berat
badan saat hamil. Ibu hamil juga bisa mengalami  kenaikan berat
badan yang terhambat.
c. Perawatan yang tidak tepat dapat memperburuk penyakit
d. TBC saat hamil akan meningkatkan kemungkinan aborsi dan
keguguran serta pertumbuhan bayi yang terhambat
e. Bayi lahir prematur
f. Berat badan bayi saat lahir rendah
g. Peningkatan kemungkinan kematian neonatal
h. Diagnosis penyakit yang terlambat dapat meningkatkan kemungkinan
persalinan prematur hingga sembilan kali lipat.

Tidak hanya berdampak pada ibu, TBC saat hamil juga bisa mempengaruhi
kondisi janin di dalam perut. Penyakit ini dapat menyebar dari ibu ke bayi
melalui tali pusat, dan biasa disebut TBC bawaan. Namun, tidak seperti
penyakit bawaan lainnya, gejala TBC bawaan sering tidak terlalu kelihatan.
Berikut ini merupakan dampak TBC pada bayi.

 Dapat menyebabkan pembengkakan di hati atau limpa


 Menyebabkan masalah pernafasan
 Demam
 Mempengaruhi kelenjar getah bening dan menghambat fungsi yang
tepat.

2.5 CARA PENCEGAHAN TBC


Tidak hanya akan mengurangi penyebaran penyakit tersebut, tetapi hal ini juga
akan membantu menurunkan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit
TBC.
10
1. Hindari Kontak Dekat

Menghindari kontak dekat dengan orang yang terkena penyakit TBC adalah
hal yang penting dalam mencegah penyakit TBC. Jika bekerja di rumah sakit,
kenakan masker mikrofiltrasi yang berkualitas baik dan mencuci tangan
dengan pembersih desinfektan setelah kontak dengan pasien. Selain itu,
menghindari tempat-tempat yang ramai, pengap, dan tidak higienis juga bisa
dilakukan agar tidak ada kontak dengan penderita.

2. Tingkatkan Kekebalan Tubuh

Makanan yang kaya antioksidan sebagai cara untuk mencegah penyakit TBC.
Makan setidaknya empat hingga lima porsi sayuran dan buah segar setiap
hari. Antioksidan membantu Berusahalah meningkatkan kekebalan
tubuh dengan makan melawan radikal bebas yang diproduksi dalam tubuh
dan membantu dalam perbaikan sel.

3. Perhatikan Asupan Protein

Menjaga makan adalah salah satu cara yang tepat menjaga kekebalan tubuh.
Sertakan setidaknya dua porsi protein yang baik dalam diet harian.

4. Konsumsi Makanan Sehat dan Kaya Nutrisi

Menjaga daya tahan tubuh membutuhkan kombinasi semua elemen makanan


baik untuk menjadi sehat. Karbohidrat, protein, vitamin dan lemak semuanya
memiliki manfaat dalam menjaga sistem kekebalan tubuh Moms.

5. Biasakan Berolahraga Teratur

Lakukan olahraga rutin harian untuk menjaga kesehatan dan juga terhindar
dari segala penyakit, misalnya penyakit TBC. Cobalah berjalan santai
atau jogging  secara teratur setidaknya selama 45 menit per hari. Dengan
melakukan olahraga, sirkulasi darah menjadi lancar sehingga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh Moms, serta terbebas dari segala penyakit,
termasuk TBC.

6. Cobalah Meditasi

Meditasi bantu mengurangi stres harian yang secara langsung mempengaruhi


kondisi sistem kekebalan tubuh dan salah satunya menghindari penyakit
TBC.
11
7. Menjaga Kebersihan dan Sanitasi

Menjaga kebersihan di mana pun Moms berada seperti mencuci tangan


dengan sabun merupakan kebiasaan yang sangat baik.

8. Vaksinasi

Vaksinasi bisa jadi solusi dari bagaimana cara mencegah penyakit TBC
sedari dini, yaitu dengan vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Vaksin ini
bermanfaat melindungi mereka terhadap penyakit TBC.

9. Patuhi Aturan Pengobatan

Dr. Kapil Salgia, MD, Konsultan Ahli Paru (Tuberkulosis & Penyakit
Pernafasan), Marine Lines, India, mengatakan ketika penderita tidak
mematuhi aturan resep atau obat-obatan, bakteri penyakit TBC berisiko
resisten terhadap obat.

10. Jauhi Stres

Merupakan fakta bahwa stres meningkatkan risiko menderita berbagai


komplikasi kesehatan termasuk penyakit TBC. Inilah alasannya, mengapa
harus menghindari stress.

11. Cukup Tidur

Tidur yang cukup bisa jadi tips dalam bagaimana cara mencegah penyakit
TBC yang selanjutnya.

12. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Ini karena TBC adalah infeksi yang ditularkan melalui udara. Bakteri TBC
dilepaskan ke udara ketika seseorang dengan TBC batuk atau bersin. Jika
ventilasi di rumah kurang memadai, cobalah untuk membuka jendela supaya
kualitas udara di dalam rumah menjadi baik dan sinar matahari juga bisa
masuk ke dalam rumah.

Risiko tertular dapat dikurangi dengan menggunakan beberapa tindakan


pencegahan sederhana:

 Pastikan berada di ruangan dengan ventilasi udara yang baik. Ini karena
TBC dapat tetap berada di udara selama beberapa jam tanpa ventilasi.
12
 Pastikan berada di ruangan yang memiliki cahaya alami. Ini karena sinar
UV membunuh bakteri TBC.
 Tutup hidung dan mulut saat batuk, begitu pun ketika orang lain di
sekitar batuk atau bersin.

Selama batuk, berbicara, atau bersin, seseorang yang terinfeksi TBC akan
mengeluarkan droplet atau percikan cairan yang dapat melayang di udara
selama beberapa jam, tergantung pada lingkungannya. Penularan terjadi
ketika orang lain menghirup inti droplet yang mengandung bakteri
tuberkulosis tersebut.

Inti droplet ini bergerak melalui mulut atau saluran hidung dan pindah ke


saluran pernapasan bagian atas. Setelah itu, droplet akan mencapai bronkus
dan akhirnya sampai ke paru-paru serta alveoli.

2.6 PENGOBATAN PENDERITA TBC

Pengobatan TBC yang tepat dilakukan melalui kombinasi beberapa jenis


antituberkulosis yaitu obat antibiotik yang khusus digunakan untuk menghentikan
infeksi bakteri TBC. Pengobatan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.

Berikut adalah obat-obatan yang umumnya digunakan untuk mengatasi TBC


disebut juga dengan obat tuberkulosis lini pertama:

 Isoniazid
 Rifampin (Rifadin, Rimactane)
 Ethambutol (Myambutol)
 Pyrazinamide
 Streptomisin
Obat lini kedua untuk TBC resistan obat

Orang yang resistan terhadap obat antituberkulosis lini kedua akan menjalani
pengobatan TBC lini kedua, dengan jenis obat antibiotik yang digunakan adalah:

 Pyrazinamide
 Amikacin bisa diganti dengan kanamycin

13
 Ethionamide atau prothionamide
 Cycloserine atau PAS
 Capreomycin
 Para-aminosalicylic acid (PAS)
 Ciprofloxacin
 Ofloxacin
 Levofloxacin

Efek samping pengobatan tuberkulosis

Beberapa efek samping mungkin tergolong ringan dan dapat teratasi dengan
sendirinya. Namun, tidak jarang pula penderita TBC merasakan efek samping
yang sangat mengganggu. Terlebih, pengobatan TBC bisa membuat penderitanya
kehilangan nafsu makan sehingga berat badan menurun secara drastis.
Obat-obat antibiotik untuk TBC yang diberikan oleh dokter dapat memberikan
efek samping seperti:

Urine berwarna merah (bukan darah)


Gangguan pendengaran
Gangguan penglihatan
Mual dan muntah
Nyeri di ulu hati
Pembengkakan kelenjar gerah bening
Kulit dan selaput mata menguning
Demam dengan tubuh menggigil
Anemia atau kadar trombosit menurun
Kejang

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis
yang sebagian besar menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya.
2. TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius dengn gejala sebagai berikut: batuk
darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, anoreksia, dahak bercampur darah, sakit kepala,
nyeri otot dan berkeringat di malam hari.
3. TBC berisiko pada ibu hamil tidak hanya berdampak pada ibu, tapi juga berpengaruh
terhadap kondisi janin.
4. Obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan TBC adalah kombinasi dari:
rifamicin, isonaizid, pyrazinamid, ethambutol dan streptomycin.
3.2 Saran
Bagi pasien, masyarakat, ataupum petugas kesehatan hendaknya selalu meningkatkan
motivasinya dalam upaya-upaya peningkatkan pengetahuan tentang TBC dan senantiasa
memeperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Sehingga deteksi pasien TBC dapat
ditemukan dan pengobatan segera dilaksanakan agar mencegah penularan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Pittara. 2022. “Tuberkulosis”


https://www.alodokter.com/tuberkulosis Diakses pada : 10 Februari 2022

Sebastian, Ivan. 2021. “Penularan Penyakit TBC”


https://mhomecare.co.id/blog/penularan-penyakit-tuberkulosis/ Diakses pada : 10 Februari
2022

Nareza, Meva. 2020. “Kenali Gejala Penyakit”


https://www.alodokter.com/kenali-gejala-penyakit-tbc-sejak-awal Diakses pada : 10
Februari 2022

Wahyu, Adeline dan Andra Wahyu Oktaviani. 2020 “Dampak TBC Saat Hamil”
https://www.orami.co.id/magazine/tbc-saat-hamil/ Diakses pada : 10 Februari 2022

Pusat Analisis Determinan Kesehatan, 2018. “Pencegahan TBC”


http://padk.kemkes.go.id/health/read/2019/03/25/6/pencegahan-tuberkulosis-tbc-
tuberkulosis.html Diakses pada : 10 Februari 2022

Pdfcoffe.com, 2022. “Makalah TBC pada Ibu Hamil”


https://pdfcoffee.com/makalah-tb-pada-ibu-hamil-3-pdf-free.html Diakses pada : 10
Februari 2022

16

Anda mungkin juga menyukai